Dari Karung Goni dan Benang Wol, Puka Menjahit Asa Bersama Teman Disabilitas

Dari Karung Goni dan Benang Wol, Puka Menjahit Asa Bersama Teman Disabilitas

Di sebuah ruangan sederhana di Kota Bandung, tangan-tangan telaten menyulam harapan. Benang demi benang disematkan pada kain dengan pola-pola yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna.

Muhamad Nizar, Jabar Ekspres.

Pada Rabu (16/4) siang. Di sudut ruangan itu, seorang perajin disabilitas tengah fokus menyelesaikan produksi kerajinan aksesoris. Di balik keheningan kerjanya, tersimpan semangat yang menyala. Mereka adalah bagian dari Yayasan Kreasi Pulas Katumbiri, atau akrab disebut Puka. Sebuah rumah yang lahir dari hobi menjadi ruang pemberdayaan.

“Ini Puka awalnya hobi saya,” ujar sang pendiri, Dessy Nur Anisa Rahma (32 tahun), ketika ditemui Jabar Ekspres.

Dirinya bercerita tentang masa kuliahnya yang gemar crafting. Berawal dari membuat kantong laptop dari karung goni bersulam benang wol, produknya yang unik ternyata memikat hati teman-temannya. Demand pun mulai berdatangan.

BACA JUGA: Bazar Murah Kembali Hadir di Kota Bandung, Stok Beras Dijamin Lebih Siap!

Tahun 2015, ia mantap melangkah, menata brand, membangun identitas produk yang lahir dari tangan sendiri. Namun, perjalanan tak semudah pola bordir.

“Waktu itu masih keteteran karena self manufacture,” kisah Dessy.

Tahun berikutnya, ia mencari mitra yang sejalan, hingga akhirnya bertemu dengan SLB di Garut, kampung halamannya. SLB yang selama ini hanya memajang hasil karya siswanya, kini menemukan jalan baru: menjual dengan nilai.

Satu bulan kerja sama, dampaknya terasa. Tak hanya unik dan lucu, produk mereka punya cerita.

“Kami mulai menjaring alumni SLB supaya karya mereka dikenal lebih luas,” tambah Dessy.

Kini, ada sekitar 30 penyandang disabilitas terlibat di Puka. Setengah di antaranya datang setiap hari ke workshop, sisanya berasal dari jaringan luar kota, komunitas, hingga Dinas Sosial. Produk mereka beragam, mulai dari tas, cincin, kalung, dekorasi rumah, hingga busana.

BACA JUGA: Warga Bandung Barat Sambut Baik Rencana Reaktivasi Kereta Api Jalur Cipatat-Padalarang

Yang bergabung pun datang dari berbagai latar belakang: dari down syndrome, tuli, autis, tuna daksa, hingga tuna grahita. Setiap karya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.