Jakarta –
Keberadaan loper atau penjual koran kian tergerus seiring peralihan media cetak ke platform digital. Sementara mereka yang masih berjuang melawan arus, mencari rupiah yang tak seberapa dari penjualan koran yang semakin kurang diminati.
Rino (40), salah satu dari sedikit penjual koran yang tersisa di Jakarta, mengatakan dalam sehari dirinya paling banyak hanya bisa menjual sampai 10 eksemplar. Jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebab dari setiap satu eksemplar koran yang berhasil dijualnya, ia hanya mendapat keuntungan Rp 1.000-4.000 saja. Artinya paling banyak dalam sehari, untung bersih yang diterimanya hanya Rp 10.000-40.000 saja, itu pun kalau dagangannya benar laku semua.
“Tergantung korannya, kalau ini (sembari menunjukkan salah satu eksemplar) itu harga jual Rp 3.000, dari sana beli Rp 2.000. Kalau Kompas, dari sana Rp 9.000, bisa jual Rp 12.000-13.000,” kata Rino saat ditemui detikcom di lokasi, Selasa (9/12/2025).
Alih-alih mendapatkan keuntungan dari berjualan koran, sehari-hari dirinya banyak mendapatkan pemasukan dari bantuan mereka yang rela berbagi dengan memberi uang lebih saat membeli koran. Berkat itu, meski dagangannya sering tersisa, dalam sehari dirinya masih bisa mengumpulkan untung bersih setidaknya Rp 50.000.
“Ya paling dapat lebih dari yang beli tuh biasanya Rp 3.000 (harga koran), dikasih Rp 10.000 nggak usah kembalian,” ucapnya.
Namun dengan keuntungan yang sangat tipis, ditambah sedikitnya koran yang laku, Rino bahkan mengaku kesulitan membeli makan. Pada akhirnya, ia hanya bisa mengandalkan uluran tangan satu dari sekian banyak pengguna jalan yang rela memberinya makan.
“Untungnya nggak seberapa. Makanannya sekarang bisa Rp 15.000 sekali makan,” tuturnya.
“Ya nunggu yang kasih saja. Alhamdulillah biasanya ada saja sih, orang kantoran lewat bawah nasi kotak, dikasih. Ada saja yang kasih,” kata Rino lagi.
(ahi/fdl)
