Ciri Ulama Akhirat: Tidak Mudah Berfatwa

Ciri Ulama Akhirat: Tidak Mudah Berfatwa

Jakarta, Beritasatu.com – Ngaji tasawuf memang seringkali menimbulkan rasa tak nyaman karena membuat diri selalu merasa berdosa dan diliputi rasa bersalah sehingga gerak terasa semakin terbatas. Hal ini juga yang membuat kita sering menunda waktu untuk memulai ngaji tasawuf. 

Padahal, untuk memulai menimba ilmu, seyogyanya kita harus tazkiyah nafs dulu. Ngebersihin hati. Ngebagusin diri. Baru deh gampang buat dapetin ilmu. Itu teori sekaligus praktik yang telah dicontohkan salafunashalih. 

Lora Abdurrahman al-Kayyis pernah dawuh di sela-sela ngajar kitab Ihya’ ulumiddin: “Lebih baik kita merasa selalu bersalah (dengan belajar tasawuf) dari pada merasa selalu benar (sehingga menghindari ngaji tasawuf)”.

Dan dalam tulisan ini, salah satu pembahasan tasawuf yang akan dibahas adalah perihal jangan mudah memberikan fatwa pada orang lain. Orang yang mudah memberikan fatwa, pertanda ilmunya sedikit. 

Jadi ceritanya, perihal mudah berfatwa ini masuk dalam pembahasan tanda-tanda ulama akhirat. Nah, salah satunya adalah ya itu, tidak mudah memberi fatwa. Ulama akhirat akan memberikan fatwa perihal hukum yang telah mereka yakini ada di nas Al-Qur’an, hadis, ijma atau pun qiyas. Sedangkan untuk hal yang mereka ragukan (syakk), mereka akan berkata “saya tidak tahu”. Dan ketika mereka ditanya tentang sesuatu yang mereka ragukan (dhonn) berdasarkan ijtihad, mereka akan berhati-hati. Pengakuan terhadap ketidaktahuan mereka sudah menjadi kebiasaan para sahabat dan salafunashalih.

Abu Hafs Al-Naysaburi berkata bahwa orang alim adalah orang yang ketika ditanya (tentang hukum) ia khawatir di hari kiamat nanti ia ditanya, dari mana kamu menjawabnya? Rasulullah SAW pun pernah mengatakan tidak tahu untuk hal-hal yang memang belum beliau ketahui. Beliau pernah bersabda: “Saya tidak tahu apakah Uzair itu nabi atau bukan, saya juga tidak tahu Dzul Qarnain itu nabi atau bukan”.

Suatu ketika Nabi juga pernah ditanya perihal tempat terbaik dan terburuk di bumi. Nabi menjawab gak tau, hingga Jibril turun dan berkata “Aku tidak tahu hingga Allah memberitahuku bahwa tempat terbaik di bumi adalah masjid-masjid dan tempat terburuk adalah pasar-pasar”. Ibnu Umar juga pernah ditanya tentang sepuluh masalah dan beliau hanya menjawab satu dari sepuluh itu. Kalangan Fuqaha’  yang menjawab “saya tidak tahu” pun lebih banyak dibanding yang menjawab “saya tahu”, di antaranya adalah  Sufyan Altsauri, Imam Ahmad bin Hanbal, Malik bin Anas dan Fadhil ibn ‘Iyadh. 

Sebagian ulama berkata bahwa para sahabat itu menolak empat hal: Kepemimpinan (imamah), wasiat, titipan dan fatwa. Dan mereka disibukkan dengan lima hal, yakni membaca Alquran, memakmurkan masjid, zikir pada Allah, amar bi al-ma’ruf dan nahi ‘an al-munkar. Anas bin Malik ketika diminta untuk berfatwa perihal suatu hukum ia menyuruh si penanya untuk pergi pada Imam Hasan Al-bashri, begitu juga Ibnu Abbas akan melontarkannya pada Haritsah Ibn Zaid, tak kalah wara’nya. Ibnu Umar ketika ditanya tentang sebuah hukum beliau menyarankan si penanya untuk bertanya pada Sa’ad bin Musayyab, padahal ketiganya (Hasan, Haritsah dan Sa’ad merupakan tabi’in yang masing-masing merupakan murid dari sahabat-sahabat di atas). Hal ini menunjukkan ke-wara’-an sahabat dalam memberikan fatwa serta menyerahkan urusan keilmuan tersebut pada muridnya. 

Demikianlah bentuk ke-wara’-an Nabi SAW, sahabat hingga tabi’in ketika diminta untuk berfatwa. Ekhm, jadi kita dan saya khususnya sebagai manusia yang hanya setitik debu dibanding mereka, seyogyanya always berhati-hati dalam mengeluarkan fatwa atau ketika menjawab tentang hal-hal yang belum kita yakini benar. Bahkan di masa kini, perihal fatwa diserahkan saja pada Lembaga fatwa atau forum-forum yang concern membahas permasalahan-permasalahan keagamaan terkini sebagaimana anjuran Yusuf Qardhawi untuk melakukan ijtihad (salah satunya menghasilkan fatwa) secara kolektif, tidak secara individual. 

Wal akhir, semoga kita bisa meneladani kullahum aj’ma’in, baik dalam ke-wara’-an, kealiman, dan seluruh kebaikan mereka. Amin