TRIBUNNEWS.COM – China mengumumkan akan memberlakukan tarif baru sebesar 34 persen terhadap seluruh barang yang diimpor dari Amerika Serikat (AS) sebagai respons terhadap kebijakan tarif yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump.
Keputusan ini diambil setelah Trump sebelumnya menaikkan tarif impor dari China, yang kini mencapai total 54 persen.
Latar Belakang Kebijakan Tarif
Kebijakan AS
Sejak kembali menjabat pada Januari 2025, Trump telah menaikkan tarif impor dari China dua kali, dengan alasan untuk membendung masuknya fentanil ilegal dari Tiongkok ke AS.
Dalam sebuah pernyataan di media sosial, Trump menyindir China dengan mengatakan, “China bermain salah, mereka panik,” menegaskan bahwa kebijakan tarif ini adalah langkah penting bagi ekonomi AS.
Kebijakan Balasan China
Sebagai balasan, China menyatakan bahwa kebijakan tarif Trump melanggar hak dan kepentingan mereka.
Tarif 34 persen akan mulai berlaku pada 10 April 2025.
Langkah ini semakin memperburuk ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Kebijakan Tarif Lainnya oleh Trump
Trump juga mengumumkan beberapa kebijakan tarif lainnya:
1. Tarif Dasar: Tarif sebesar 10 persen untuk semua barang dari negara-negara yang tidak tergabung dalam United States-Mexico-Canada Agreement (USMCA), mulai berlaku pada 5 April 2025.
2. Tarif Timbal Balik: Negara-negara yang mengenakan tarif terhadap produk AS akan dikenakan tarif setengah dari tarif yang mereka terapkan. Misalnya, jika Indonesia mengenakan tarif 64 persen, AS akan memberlakukan tarif 32 persen terhadap barang dari Indonesia, mulai berlaku pada 9 April 2025.
3. Tarif Otomotif: Tarif sebesar 25 persen akan dikenakan pada seluruh mobil buatan luar negeri yang masuk ke AS, sebagai upaya untuk melindungi industri domestik dan keamanan nasional.
Dampak terhadap Pasar Keuangan
Reaksi pasar keuangan terhadap kebijakan tarif ini cenderung negatif.
Setelah pengumuman tarif, bursa saham AS mengalami penurunan.
Kontrak berjangka Dow Jones turun 256 poin (0,61 persen), S&P 500 melemah 1,69 persen, dan Nasdaq 100 anjlok 2,54 persen.
Pencapaian Ekonomi AS
Meskipun ada ketegangan perdagangan, Trump tetap memuji pencapaian ekonomi AS.
Data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa perekrutan meningkat dengan terciptanya 228.000 lapangan kerja pada Maret 2025, melebihi ekspektasi.
Namun, tingkat pengangguran juga mengalami kenaikan tipis dari 4,1 persen menjadi 4,2 persen.
Trump menyatakan, “Angka pekerjaan luar biasa jauh lebih baik dari yang diharapkan. Itu sudah berhasil. Tetaplah teguh, kita tak boleh kalah,” menekankan pentingnya kebijakan tarif bagi masa depan ekonomi AS.
Dengan langkah-langkah ini, ketegangan antara AS dan China diperkirakan akan terus berlanjut, menambah kompleksitas dalam hubungan perdagangan global.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).