Jakarta –
Zirkon dari Australia dapat menjadi perebutan sengit oleh China dan Amerika Serikat (AS), demikian seorang ahli geologi yang bekerja dengan militer China memperingatkan.
Meskipun zirkon umumnya dinilai sebagai batu permata, di dalamnya mengandung logam zirkonium. Logam tersebut dapat menahan suhu yang sangat tinggi, yang memungkinkan keramik, misalnya, dipanaskan hingga di atas 3.000 derajat Celsius dan memberikan perlindungan yang sangat diperlukan untuk pesawat hipersonik.
China memiliki permintaan zirkonium terbesar di dunia, tetapi cadangannya hanya mencapai 0,7% dari total global. AS, konsumen utama zirkonium lainnya, juga memiliki sedikit cadangan.
Mengutip South China Morning Post, negara dengan cadangan zirkonium terbesar di dunia adalah Australia, dengan lebih dari 74% dari total global, menurut data dari US Geology Survey.
“Permintaan global terhadap sumber daya zirkonium terus meningkat karena potensinya yang sangat besar dalam aplikasi militer,” tulis tim peneliti yang dipimpin oleh insinyur senior Kong Fanjin dari China Geology Survey dalam makalah yang ditinjau sejawat dan diterbitkan di jurnal China Geological Reviews pada 29 November.
Dalam makalah tersebut, peneliti menuliskan bahwa zirkonium memiliki titik leleh dan kepadatan yang tinggi, serta tahan terhadap korosi. Kelebihannya ini sangat penting bagi pengembangan teknologi militer baru.
“Terutama material seperti zirkonium diborida, berkat kestabilannya di lingkungan bersuhu sangat tinggi, banyak digunakan dalam sistem perlindungan termal pesawat hipersonik dan wahana antariksa. Sebagai importir dan konsumen utama sumber daya zirkonium, China menghadapi tantangan berat terhadap keamanan sumber dayanya,” kata peneliti.
Di tengah meningkatnya persaingan untuk sumber daya strategis global, cara mengalokasikan sumber daya bijih zirkonium secara rasional telah menjadi isu utama untuk menjaga keamanan nasional dan mendorong kemajuan teknologi militer.
Kong juga merupakan anggota laboratorium data besar dan pengambilan keputusan di National University of Defence Technology of the People’s Liberation Army di Changsha, Hunan, yang memberikan dukungan dan layanan kepada militer dan pemerintah China melalui analisis yang ketat.
Perkembangan Senjata Hipersonik
Senjata hipersonik China tengah memasuki periode pertumbuhan yang pesat. Pada China Airshow yang diselenggarakan November, untuk pertama kalinya perusahaan-perusahaan China memamerkan rudal hipersonik dan tersedia untuk dijual ke negara-negara lain.
Senjata-senjata ini dapat terbang dalam jarak jauh dengan kecepatan yang melebihi lima kali kecepatan suara, dan dapat berubah arah, sehingga sangat sulit untuk ditangkis.
Semakin banyak negara dan organisasi, termasuk Rusia, Korea Utara, Iran, dan bahkan pasukan Houthi di Yaman, menggunakan senjata semacam itu untuk menantang sistem pertahanan udara AS dan sekutunya.
Kebutuhan Zirkonium untuk Teknologi Lain
Kong menyebutkan, bukan hanya senjata hipersonik yang mendapat manfaat dari sumber daya ini. Industri teknologi tinggi China lainnya juga sangat membutuhkan zirkonium.
Kapasitas pembangkit listrik tenaga nuklir China tumbuh pada tingkat tujuh hingga delapan reaktor baru per tahun, dan sejumlah besar zirkonium dibutuhkan untuk batang kendali dan bahan pelindung dalam reaktor ini.
Di masa mendatang, baterai litium solid-state untuk kendaraan listrik berkinerja tinggi dan jarak jauh mungkin juga membutuhkan logam ini dalam jumlah besar.
Kong mencatat bahwa sebagian besar bijih zirkonium yang diimpor oleh China digunakan untuk memperkuat toilet dan keramik dekoratif. Ia memperkirakan bahwa penggunaan zirkonium dalam produk-produk murah ini akan menurun untuk memenuhi permintaan industri militer dan teknologi tinggi.
Indonesia Disebut
Dengan adanya persaingan sumber daya zirkonium global yang berpotensi memanas, Kong menyarankan pemerintah China harus mulai mempersiapkan persaingan ini sedini mungkin.
Meskipun Australia memiliki cadangan zirkonium terbesar, negara itu bukanlah satu-satunya pemasok potensial. Afrika Selatan dan Indonesia, yang keduanya merupakan anggota blok Brics, afiliasi negara-negara ekonomi berkembang yang meliputi China, juga memproduksi bijih zirkonium.
Selain itu, pembelian zirkonium dari Australia dapat menemui kendala. Australia adalah sekutu AS. Pada 19 November, Australia mengumumkan bahwa mereka akan mempercepat kerja sama dengan AS dan Inggris dalam mengembangkan senjata hipersonik untuk meningkatkan kemampuan ofensif dan defensifnya.
Namun, China juga merupakan mitra dagang terbesar Australia, dan keuntungan besar dari penjualan bijih ke China memainkan peran penting dalam mempertahankan standar hidup Australia yang tinggi.
Meskipun AS lebih lambat dalam bidang teknologi hipersonik, baru-baru ini AS berhasil menguji coba rudal hipersonik yang diluncurkan dari pesawat pengebom. Pentagon berencana menggunakan senjata ini untuk menyerang kapal induk dan kota-kota pesisir China dalam potensi konflik militer di masa mendatang.
Menurut survei yang dilakukan oleh Kongres AS tahun lalu, teknologi dan material perlindungan termal saat ini merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh program senjata hipersonik AS.
[Gambas:Youtube]
(rns/rns)