Jakarta (ANTARA) – Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim mengatakan bahwa pengembangan teknologi AI yang dilakukan TNI AU untuk pertahanan udara merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan.
“Kita sudah tidak bisa menghindar karena itu kemajuan zaman, kemajuan teknologi yang menuntut setiap negara untuk berbenah diri berhadapan dengan tantangan ke depan,” kata Chappy saat ditemui dalam acara peluncuran buku Keamanan Nasional dan Penerbangan (Jilid 2): Romantika Demokrasi dan Kedirgantaraan terbitan Penerbit Buku Kompas (PBK) di Gedung Kompas-Gramedia Unit 2, Jakarta, Selasa.
Menurut KSAU masa jabatan 2002-2005 ini, penggunaan teknologi AI dan siber merupakan bukti meningkatnya eskalasi penggunaan teknologi dalam peperangan.
Penggunaan teknologi tersebut pun sudah diadopsi oleh beragam negara besar sehingga kekuatan militer mereka semakin meningkat.
Peningkatan teknologi di bidang siber dan AI tersebut melahirkan beragam alat utama sistem senjata (alutsista) yang cukup berbahaya seperti pesawat nir awak atau drone hingga konsep serangan siber.
Kondisi itu akan menjadi ancaman bagi Indonesia jika terlambat mengadopsi teknologi AI untuk kepentingan pertahanan, terkhusus di bidang udara.
Namun demikian sebelum Indonesia melangkah lebih jauh dalam mengembangkan teknologi AI, Chappy mengingatkan kepada TNI untuk terlebih dahulu mempersiapkan konsep pertahan nasional yang matang.
Dengan konsep pertahanan nasional yang matang, TNI akan dengan mudah melakukan penguatan di berbagai lini sesuai dengan konsep yang sudah disepakati bersama.
“Konsep pertahanan nasional disusun, ditata dengan detail terlebih dahulu, baru kita bisa bicara yang lain lain, karena itu subsistem. Kita harus punya pedoman utama,” kata Chappy.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Ardi Syahri mengatakan TNI AU akan mengembangkan teknologi pertahanan AI pada tahun 2025.
“Peralatan-peralatan teknologi terkini yang mendukung siber dan AI itu juga masih belum terlalu lengkap. Teknologi itu akan dipenuhi pada 2025 berdasarkan evaluasi tahun 2024,” kata Ardi kepada awak media usai jajarannya menggelar evaluasi kerja TNI AU selama tahun 2024 di kawasan Mabes TNI AU, Jakarta Timur, Rabu (11/12).
Menurut Ardi, TNI AU telah melakukan pengembangan teknologi AI untuk kepentingan pengamanan kawasan udara pada tahun 2024.
Namun, pengembangan itu dirasa belum maksimal karena masih memerlukan dana untuk pengadaan teknologi bidang pertahanan.
Salah satu yang perlu ditambahkan adalah pengadaan fasilitas teknologi di Skuadron Pendidikan 506 Bogor, Jawa Barat.
“Seperti laboratorium, pengadaan alat komputer dan sebagainya itu kan harus kita lengkapi,” kata Ardi.
Ia menambahkan pengembangan teknologi AI untuk pertahanan sudah berjalan dengan baik selama tahun 2024. Hal tersebut terlihat dari operasi pertahanan menggunakan AI dalam kegiatan Latihan Bersama Angkasa Yudha 2024 beberapa waktu lalu.
Ardi memastikan jajaran TNI AU akan serius mengembangkan teknologi AI dalam dunia pertahanan demi menunjang tugas dalam mempertahankan wilayah Indonesia.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024