Lumajang (beritajatim.com) – Tidak semua warga Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur meninggalkan lokasi terdampak banjir lahar Gunung Semeru.
Sebagian warga bahkan lebih memilih untuk mengungsi mandiri di tenda darurat yang mereka buat di atas bukit. Padahal potensi banjir susulan masih tinggi dan bisa terjadi kapan saja.
Sebelumnya, banjir lahar pertama kali dilaporkan menerjang sejumlah daerah aliran sungai (DAS) Gunung Semeru dengan amplitudo 35 millimeter, Jumat (5/12/2025).
Kemudian, banjir lahar kembali dikeluarkan Gunung Semeru dengan amplitudo mencapai 40 milimeter pada, Sabtu (6/12/2025).
Akibatnya, luapan banjir lahar sampai menjangkau kawasan permukiman penduduk di Dusun Sumberlangsep yang tepat berada di seberang sungai Regoyo.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang mencatat, sebanyak 14 rumah dan satu fasilitas umum (Fasum) berupa bangunan masjid di Dusun Sumberlangsep rusak.
Sampai, Selasa (9/12/2025), jumlah tenda darurat yang didirikan sejumlah keluarga terdampak banjir lahar di atas bukit di Dusun Sumberlangsep semakin banyak.
Tenda-tenda itu digunakan warga untuk tidur di malam hari dan mengungsi ketika ada informasi banjir lahar dengan skala besar.
Sarjudin, salah satu korban banjir mengaku, dirinya merasa berat hati untuk pergi meninggalkan kampung halaman yang sudah ditinggali sejak lahir.
Hal ini membuatnya bersama beberapa warga lebih memilih dan rela untuk tidur di atas bukit ketimbang pergi ke lokasi aman yang jauh dari kampung halaman.
“Awalnya pindah-pindah untuk mengamankan barang berharga. Beberapa juga dititipkan di keluarga di seberang sungai (barang berharga, Red),” terang Sarjudin saat ditemui di tenda darurat buatannya, Selasa (9/12/2025).
Menurutnya, saat sedang tidak ada banjir, ia akan mencoba mengunjungi rumahnya yang berada di bawah bukit.
Meski ketakutan akan bencana terus menghantui, Sarjudin masih tetap kekeh enggan untuk berpindah ke tempat lain.
“Kalau saya sendiri sementara belum ke mana-mana (keluar dusun), jadi diem di dekat gunung, antisipasi untuk membuat tenda darurat sementara, ketika ada banjir besar kita itu pindah ke tenda darurat,” tambah Sarjudin.
Banjir lahar yang sudah meluluh-lantakan belasan rumah di Dusun Sumberlangsep diakui membawa trauma mendalam bagi Sarjudin.
Lain dengan banjir yang membawa air, material vulkanik panas Gunung semeru yang memendam rumah hingga ketinggian 4 meter masih menyisakan ketakutan.
“Kalau takut ya takut, yang namanya banjir, karena tidak bisa diperkirakan datangnya. Apalagi inikan lumpur lava, bukan air,” ungkap Sarjudin. (has/ian)
