Bisnis.com, PADANG – Nazwar masih ingat betul peristiwa banjir bandang yang terjadi di wilayah Batu Busuak, Kelurahan Lambung Bukik, Kecamatan Pauh, Padang, Sumatra Barat, pada Selasa (25/11/2025) lalu.
Air bah seolah datang silih berganti. Belum juga selesai dampak banjir gelombang pertama, berselang dua hari kemudian, banjir bandang susulan terjadi di kawasan yang sama.
“Banjir bandang hari Selasa itu dampak yang kami rasakan itu tidak terlalu parah, air naik dan mengalir deras ke pemukiman warga, rumah ikut terendam, tapi tidak terlalu tinggi. Di hari itu, kami sudah dievakuasi oleh BPBD,” ujarnya, Sabtu (29/11/2025).
Nazwar tidak pernah membayangkan peristiwa itu terjadi. Dia baru pertama kali menghadapi peristiwa banjir bandang seumur hidupnya. Banyak warga dievakuasi dan diungsikan ke posko bencana. Namun pada gelombang pertama, ada warga yang memilih untuk kembali ke rumah, karena merasa kondisi telah aman.
Rupanya anggapan warga di luar dugaan, pada Kamis (27/11) malam sekitar pukul 23.00 Wib, banjir bandang susulan terjadi. Kondisi banjir bandang yang kedua kalinya itu, ternyata memiliki volume air yang lebih besar, luapan air tidak hanya dirasakan oleh warga di Batu Busuak saja, tapi ikut dirasakan bagi kampung lainnya.
Jalan utama dari jalur Bypass Padang menuju arah kampus Universitas Andalas (Unand) yang dinilai aman dari jangkauan banjir, ternyata ikut merasakan dampak dari banjir bandang susulan tersebut.
Pemandangan di jalan menuju kampus Unand ini dari sebelumnya ramai akan hiruk pikuk, berubah menjadi seperti jalan menuju perjalanan ke kawasan perkebunan. Lumpur material banjir menumpuk di badan jalan, dan kawasan jalan ini tetap dilalui pengendara.
Tidak hanya di kawasan akses jalan, hantaman derasnya air sungai merusak banyak rumah dan bangunan toko. Lalu di Batu Busuak yang dulu banyak rumah di bagian dekat dari sungai, semuanya lenyap di seret banjir bandang. Data kecamatan Pauh bilang, akibat banjir bandang tersebut ada sekitar ratusan rumah lenyap digulung derasnya air sungai Batu Busuak.
“Sebelumnya, padat rumah di tepi sungai ini, ada mushola juga. Semenjak dilanda banjir bandang susulan itu, bangunan-bangunan itu lenyap, dan aliran sungai kini terlihat lebih luas, dari satu jalur aliran air sungai, sekarang menjadi dua aliran,” katanya.
Menurutnya di saat Jumat malam itu, masyarakat terlihat sibuk melakukan evakuasi, bahkan warga yang sebelumnya berada di posko bencana juga harus diungsikan ke lebih jauh dari bantaran sungai.
“Beruntung tidak ada korban jiwa di daerah kami ini,” tegasnya.
Nazwar menceritakan kawasan Batu Busuak ini dahulu nya memang pernah dilanda banjir bandang. Diperkirakan pada tahun 2012 silam, di mana ketika satu unit jembatan rusak parah, padahal jembatan tersebut menjadi bangunan penting, karena berfungsi sebagai penghubung masyarakat menuju perkampungan di seberang dan ada yang memiliki kebun.
“Sekarang jembatan yang rusak dulu sudah ada dibangun yang baru oleh pemerintah, lebih bagus bahkan. Kondisi saat ini masih kokoh berdiri, hanya saja, bila dilihat dari jauh, tanah yang ada di pondasi jembatan mulai terkikis derasnya air sungai,” sebutnya.
Kendati Nazwar tidak merasakan dampak yang begitu buruk, namun dia berharap agar pemerintah bisa memberikan perhatian serius ke Batu Busuak, sehingga bisa membangun jalan yang lebih layak hingga membuat batu grip di pelataran tepi sungai, sehingga runtuhan tebing akibat dihantam banjir tidak membuat aliran sungai semakin meluas.
Banjir bandang yang terjadi pada November 2025 ini merupakan banjir terparah yang dirasakan masyarakat, ratusan bangunan rumah rusak, dan beruntung seluruh nyawa masyarakat bisa diselamatkan.
Dashboard Satu Data Bencana Provinsi Sumatra Barat, mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat bencana alam di 16 kabupaten dan kota terus bertambah hingga Sabtu (29/11) pukul 18.00 Wib, total korban yang terdampak mencapai 109.154 jiwa, 98 diantaranya meninggal dunia, serta 79.410 jiwa mengungsi.
