Risher pertama kali berkenalan dengan Bezos setahun sebelum bergabung ke Amazon. Kala itu, Bezos meneleponnya untuk menanyakan referensi kerja bagi calon karyawan baru.
“Kami berbincang cukup lama, dan saya terkesan dengan pertanyaan-pertanyaannya,”
Bayangkan, CEO Amazon meluangkan waktu 45 menit untuk melakukan pengecekan latar belakang,” ujar Risher dalam wawancara bersama jurnalis Danielle Newnham pada 2015.
Setahun kemudian, Risher semakin terpesona dengan visi Bezos hingga memutuskan untuk mengikuti proses wawancara di Amazon. Ada dua hal yang membuatnya yakin. Pertama, obsesi Bezos terhadap pengalaman pelanggan.
“Gagasan bahwa kamu bisa meningkatkan kehidupan jutaan pelanggan dengan mengambil tanggung jawab itu secara serius itu sangat kuat,” kata Risher.
Alasan kedua adalah keyakinan Bezos, Amazon akan tumbuh menjadi perusahaan besar di masa depan. Saat itu, Amazon masih kecil dan hanya menjual buku.
Namun, Bezos sudah memiliki pandangan jauh ke depan. Mulai dari buku, lalu memperluasnya ke berbagai kategori produk hingga menjadi “toko serba ada” seperti sekarang.
“Saya pikir jika kita melakukan segalanya dengan benar, pada tahun 2000 nanti kita akan menjadi perusahaan bernilai satu miliar dolar,” ujar Bezos kepada Risher kala itu.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1849992/original/008310100_1517286621-20180129-The-Spheres_-Kantor-Baru-Amazon-yang-Mirip-Rumah-Kaca-AP-1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)