Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Deteksi Dini Kesehatan Makin Mudah, Pemeriksaan Sehari Selesai Jadi Pilihan – Halaman all

    Deteksi Dini Kesehatan Makin Mudah, Pemeriksaan Sehari Selesai Jadi Pilihan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Di tengah ritme hidup modern yang serba cepat, kesehatan sering kali menjadi prioritas yang tertunda. 

    Kesibukan harian, tuntutan pekerjaan, dan berbagai aktivitas lain kerap membuat banyak orang baru memperhatikan kesehatannya setelah gejala penyakit mulai terasa.

    Padahal, deteksi dini memainkan peran penting dalam mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan jantung — yang hingga kini masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia dan dunia.

    “Dalam keseharian, waktu sering menjadi kendala untuk melakukan medical check-up. Padahal, pemeriksaan rutin sangat penting, terutama di usia produktif,” ujar dr. Vincentius Agung Kristiawan, M.Kes, PIC CEO RS Premier Jatinegara saat peluncuran layanan terbaru MCU Same Day Result di Jakarta belum lama ini.

    Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa hanya sekitar 65,7 persen masyarakat Indonesia yang pernah menjalani pemeriksaan medis rutin. 

    Sementara itu, lebih dari 60?lum pernah memeriksa kadar gula darah atau kolesterol mereka — dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jangka panjang.

    Kondisi ini memperlihatkan masih adanya tantangan dalam membangun kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan preventif. 

    Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 60% kematian global disebabkan oleh penyakit tidak menular, banyak di antaranya yang bisa dicegah atau dikelola dengan lebih baik bila dideteksi lebih awal.

    Memahami kebutuhan masyarakat yang serba dinamis, layanan pemeriksaan kesehatan dengan hasil di hari yang sama kini mulai diperkenalkan di sejumlah rumah sakit, termasuk melalui Paket Good to Health di RS Premier Jatinegara. 

    Dengan konsep “same day result”, pemeriksaan dapat diselesaikan secara praktis tanpa harus menunggu hasil berhari-hari.

    Namun, dr. Vincentius menekankan bahwa kecepatan bukanlah satu-satunya prioritas. 

    “Same Day Result bukan hanya tentang kecepatan, tapi juga menjaga ketelitian dan akurasi melalui proses pemeriksaan yang mengikuti standar medis yang ketat. Tujuannya agar pasien tetap merasa aman dan mendapatkan hasil yang valid,” jelasnya.
    Lebih dari sekadar menawarkan kemudahan, pendekatan ini mengangkat pesan penting: pemeriksaan rutin adalah bentuk perhatian diri yang berdampak jangka panjang.

    “Menunda pemeriksaan sering kali berarti menunda pengelolaan penyakit. Mengenali kondisi tubuh lebih awal memberi kita peluang lebih besar untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup,” tutur dr. Vincentius.

    Dengan berbagai inovasi layanan kesehatan yang makin adaptif terhadap kebutuhan zaman, menjaga kesehatan kini tidak lagi harus berbenturan dengan kesibukan. 

    Justru di tengah mobilitas yang tinggi, mengambil waktu untuk melakukan medical check-up menjadi langkah sederhana namun krusial untuk memastikan masa depan yang lebih sehat.

  • Selain Infeksi Virus, Hepatitis Juga Bisa Dipicu oleh Kebiasaan Mengonsumsi Minuman Beralkohol – Halaman all

    Selain Infeksi Virus, Hepatitis Juga Bisa Dipicu oleh Kebiasaan Mengonsumsi Minuman Beralkohol – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Dokter spesialis penyakit dalam dr. Steven Zulkifly Sp.PD menuturkan, penyebab hepatitis tidak hanya karena virus.

    Ada faktor infeksi dan non-infeksi. Penyebab hepatitis secara umum dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu hepatitis yang disebabkan oleh infeksi dan hepatitis non-infeksi.

    “Penyebab hepatitis berupa infeksi dan non infeksi,” kata dokter di RS Siloam Kebon Jeruk ini ditulis pada Senin (28/4/2025).

    Ia menerangkan, virus hepatitis A, B, C, D, hingga E adalah penyebab infeksi yang paling sering. Ada pula cytomegalovirus dan virus herpes. Cacing hati juga bisa menyebabkan hepatitis.

    Kasus yang  sering timbul di masyarakat  adalah hepatitis  A,  B,  dan C. Hepatitis tidak selalu disebabkan oleh infeksi virus.

    Dokter Steven menjelaskan, dalam sejumlah kasus, peradangan hati justru dipicu oleh faktor non-infeksi, seperti konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, penyakit autoimun, serta perlemakan hati.
     
    Konsumsi alkohol yang berlebihan dan jangka panjang, dapat merusak sel-sel hati dan menyebabkan peradangan.

    Karena itu, batasi jumlah dan frekuensi mengonsumsi minuman beralkohol secara ketat. Lalu, hepatitis yang disebabkan oleh obat-obatan juga perlu menjadi perhatian.

    Penggunaan obat dalam jangka panjang sebaiknya selalu berada di bawah pengawasan dokter.

    “Dosis parasetamol yang berlebihan, misalnya, bisa membuat terkena hepatitis. Konsultasi sebelum memulai pengobatan sangat penting untuk mengurangi risiko gangguan fungsi hati,” ungkap dr Steven.

     
    Selain itu, perlemakan hati yang umumnya dialami oleh individu dengan obesitas juga berisiko berkembang menjadi hepatitis jika tidak terkontrol.

    Pencegahannya dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti olahraga teratur, menjaga pola makan seimbang, dan mempertahankan berat badan ideal.

     

    Sementara itu, hepatitis akibat penyakit autoimun biasanya muncul secara tiba-tiba dan hingga kini belum ditemukan metode pencegahan yang efektif.
     

    Gejala Hepatitis Akibat Autoimun

    Hampir sama dengan infeksi virus pada umumnya, gejala hepatitis A berupa demam, meriang, sakit kepala, nafsu makan menurun dan muntah.

    Bedanya, hepatitis A dapat disertai kondisi kuning yang biasanya bersifat akut. Sedangkan hepatitis B dan C sangat sulit dideteksi. Gejala-gejala baru muncul jika sudah terjadi komplikasi. 

  • Hati-Hati Memilih Dot untuk Susu Bayi, Salah Pilih Bisa Picu Maloklusi – Halaman all

    Hati-Hati Memilih Dot untuk Susu Bayi, Salah Pilih Bisa Picu Maloklusi – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dokter Spesialis Kedokteran Gigi Anak, drg. Aliyah, Sp.KGA mengungkap hampir sebagian besar anak Indonesia mengalami maloklusi. 

    “Sekitar 30-60 persen dari total anak pada usia 3 tahun mengalami maloklusi atau ketidakteraturan susunan gigi yang merupakan salah satu gangguan pertumbuhan rahang,” ungkapnya dalam acara Playdate Baby HUKI yang diselenggarakan di Jakarta Selatan, Senin (28/4/2025).

    Menurut drg Aliyah, kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kebiasaan mengisap jari, penggunaan dot yang tidak tepat, hingga faktor genetik. 

    Penting bagi orang tua untuk memilih produk perawatan gigi yang sesuai sejak dini. Misalnya dalam penggunaan infant toothbrush untuk membersihkan lidah, memijat gusi, dan menyikat gigi pertama si kecil.

    “Setelah si Kecil mulai menggunakan dot, pilihlah dot orthodontic yang aman dan telah teruji klinis untuk mendukung posisi gigi dan rahangnya,” sarannya. 

    Dot dengan desain pipih ini membantu mencegah overbite atau underbite, mendukung gerakan menghisap (sucking motion) yang alami.

    Selain itu, dot orthodontic mencegah anak mengalami bingung puting, kondisi yang sering muncul saat si Kecil beralih antara menyusu langsung dan botol. 

    Pemilihan produk yang tepat bukan sekadar soal fungsi, tapi juga merupakan bentuk cinta act of service orang tua kepada anak dalam rutinitas sehari-hari,” tambah drg. Aliyah

    Selain itu, bijak memilih DOT untuk si kecil juga membawa keuntungan yang lain, salah satunya mencegah terjadinya kolik. 

    Kolik dapat merujuk pada tangisan intens dan terus-menerus pada bayi yang sehat, atau nyeri perut yang berhubungan dengan gas, infeksi, dan penyakit saluran cerna.

    “Contoh, kita sering dengar tentang kolik.  Kolik itu terjadi ketika pemakaian dot yang berlebih airnya mengucur terus atau terus-terusan untuk masuk. Sedangkan dot-dot ini mencegah terjadinya kolik,” jelasnya. 

    Ini karena dot memiliki lubang-lubang kecil berbentuk di tengah. 

    Dot yang tidak sesuai dengan ukuran mulut bayi atau dot yang terbuat dari bahan keras dapat menyebabkan bayi menghirup terlalu banyak udara saat menyusu. 

    Kemudian terperangkap di dalam perut dan menyebabkan kembung serta rasa tidak nyaman, sehingga bayi menjadi rewel. 

    “Aku saranin sekali kepada bunda pintar memilihkan dot yang berkualitas dan sudah bisphenol A (BPA) free, sudah teruji secara klinis,” pungkasnya.

    Laporan Reporter: Aisyah Nursyamsi

     

  • Mengenal Maloklusi, Susunan Gigi Anak yang Tak Teratur, Penyebabnya Isap Jari hingga Pemakaian Dot – Halaman all

    Mengenal Maloklusi, Susunan Gigi Anak yang Tak Teratur, Penyebabnya Isap Jari hingga Pemakaian Dot – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Jika anak Anda masih memakai dot saat menerima asupan susu? Perhatikan pertumbuhan giginya. 

    Amati jika ada yang berbeda. Bisa jadi anak anda mengalami maloklusi. Apakah itu?

    Dokter Spesialis Kedokteran Gigi Anak, drg. Aliyah, Sp.KGA ungkap hampir sebagian besar anak mengalami maloklusi.

    “Sekitar 30-60 persen dari total anak pada usia 3 tahun mengalami maloklusi atau ketidakteraturan susunan gigi yang merupakan salah satu gangguan pertumbuhan rahang,” ungkapnya dalam acara Playdate Baby HUKI yang diselenggarakan di Jakarta Selatan, Senin (28/4/2025).

    Menurut drg Aliyah, kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor.

    Mulai dari kebiasaan mengisap jari, penggunaan dot yang tidak tepat, hingga faktor genetik. 

    Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memilih produk perawatan gigi yang sesuai sejak dini.

    Seperti penggunaan infant toothbrush untuk membersihkan lidah, memijat gusi, dan menyikat gigi pertama si Kecil.”

    “Setelah si Kecil mulai menggunakan dot, pilihlah dot orthodontic yang aman dan telah teruji klinis untuk mendukung posisi gigi dan rahangnya,” sarannya. 

    Dot dengan desain pipih ini membantu mencegah overbite atau underbite, mendukung gerakan menghisap (sucking motion) yang alami.

    Selain itu dot orthodontic mencegah anak mengalami bingung puting, kondisi yang sering muncul saat si Kecil beralih antara menyusu langsung dan botol. 

    Pemilihan produk yang tepat bukan sekadar soal fungsi, tapi juga merupakan bentuk cinta act of service orang tua kepada anak dalam rutinitas sehari-hari,” tambah drg. Aliyah

    Selain itu, bijak memilih DOT untuk si kecil juga membawa keuntungan yang lain, salah satunya mencegah terjadinya kolik. 

    Kolik dapat merujuk pada tangisan intens dan terus-menerus pada bayi yang sehat, atau nyeri perut yang berhubungan dengan gas, infeksi, dan penyakit saluran cerna.

    “Contoh, kita sering dengar tentang kolik.  Kolik itu terjadi ketika pemakaian dot yang berlebih airnya mengucur terus atau terus-terusan untuk masuk. Sedangkan dot-dot ini mencegah terjadinya kolik,” jelasnya. 

    Ini dikarenakan dot memiliki lubang-lubang kecil berbentuk di tengah. 

    Dot yang tidak sesuai dengan ukuran mulut bayi atau dot yang terbuat dari bahan keras dapat menyebabkan bayi menghirup terlalu banyak udara saat menyusu. 

    Kemudian terperangkap di dalam perut dan menyebabkan kembung serta rasa tidak nyaman, sehingga bayi menjadi rewel. 

    “Aku saranin sekali kepada bunda pintar memilihkan dot yang berkualitas dan sudah bisphenol A (BPA) free, sudah teruji secara klinis,” pungkasnya.

     

     

  • Penanganan TBC di Indonesia Tetap Jalan meski Ada Efisien Anggaran dan Pembekuan Dana USAID – Halaman all

    Penanganan TBC di Indonesia Tetap Jalan meski Ada Efisien Anggaran dan Pembekuan Dana USAID – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Penanganan Tuberkulosis (TBC) di Indonesia tetap berjalan di tengah efisien anggaran oleh Presiden Prabowo Subianto maupun pembekuan dana USAID.

    Tahun ini, estimasi kasus TBC meningkat hingga 1.090.000.

    “Pemerintah terus berkomitmen, sekarang TBC sudah menjadi isu prioritas dan sudah disampaikan juga oleh pak Presiden Prabowo di berbagai media, bahwa Indonesia komitmen dalam eliminasi TBC,” tutur Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA saat konferensi pers di Jakarta, Senin (28/4/2025).

    Namun tentu tantangan dalam eliminasi TBC masih ada di masyarakat seperti stigma dan
    akses layanan yang belum merata.

    Kemudian hoax di masyarakat masih sangat banyak,seperti target pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk kontak erat jadi tantangan yang harus diberikan pada orang sehat tapi sudah terinfeksi. Sehingga capaiannya masih rendah.

    Ditambahkan Dewan Pengurus Stop TB Partnership Indonesia, Muhammad Hanif S.E, diperlukan peran semua pihak perlu terlibat untuk penanggulangan TBC.

    Komunitas TBC adalah ujung tombak dalam deteksi dini, pendampingan pengobatan, dan
    penguatan edukasi masyarakat.

    Hal ini juga diamini oleh Direktur Eksekutif STPI dr. Henry Diatmo, MKM.

    Ia mengatakan, komunitas menjadi peran kunci di masyarakat karena mereka bersentuhan secara langsung dengan pasien maupun penyintas TBC.

    Banyak organisasi yang bergerak di penanggulangan TBC seperti Stop TB Partnership Indonesia (STPI) dan PR Konsorsium Penabulu-STPI.

    “Kami berjuang untuk memberikan dukungan pada pasien TBC seperti advokasi sehingga pasien/penyintas TBC bisa merasa aman”, ungkap dr. Henry.

    Dalam kesempatan yang sama, komunitas bernama Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) diwakili sebagai Ketua PPTI oleh Ir. Yani Panigoro menegaskan,  pihaknya bekerja dengan mengisi kekosongan dari kegiatan yang tidak bisa didanai oleh Global Fund.

    Seperti edukasi berbasis komunitas dan mendorong deteksi dini & mendorong pasien melakukan pengobatan Semua pihak memiliki peran dalam penanggulangan TBC.

    “Justru jika mengandalkan pemerintah saja maka mustahil eliminasi TBC tercapai. Peran lintas sektor sangat diperlukan untuk memperkuat penanggulangan TBC di Indonesia,” urai dia.

    Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2025 mengusung tema “Terima Kasih Sudah Bertahan,
    Para Pejuang dan Pemerjuang TBC”.

    Selain Konferensi Pers dan Talkshow Kesehatan “AKSI TBC”, rangkaian kegiatan ini dimeriahkan
    dengan Art Exhibition “Cerita dalam Lensa” yang dibuka secara umum dimulai dari 28 April
    2025 – 30 April 2025 di Lantai Mezzanine, The Energy Building, Jakarta Selatan.

    Pameran seni ini menampilkan 25–40 karya terbaik yang menggambarkan cerita perjuangan penyintas TBC, tantangan sosial, stigma, serta kekuatan komunitas dalam menghadapi penyakit ini.

  • Bayi yang Kurang Tidur Bisa Alami Stres Seperti Orang Dewasa – Halaman all

    Bayi yang Kurang Tidur Bisa Alami Stres Seperti Orang Dewasa – Halaman all

    ​TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Aktivitas tidur menjadi salah satu kebutuhan penting bagi anak. Sayangnya, kebutuhan yang satu ini kerap terlupakan. Padahal, sama hal dengan nutrisi, tidur merupakan salah satu pilar kesehatan yang tidak boleh diabaikan.

    Beberapa studi menjelaskan bahwa tidur ternyata bisa mempengaruhi tumbuh kembang, mood keseharian, hingga prestasi anak. Soal kebutuhan tidur pada anak, ternyata masih banyak informasi yang menimbulkan perdebatan.

    Salah satunya adalah anak yang terlalu lama tidur di siang hari, akan sulit tertidur di malam hari. Benarkah?

    Terkait hal ini Sleep Trainer Expert and Founder Mimpi Official.id,  dr Celestina Hardiman Yap, M.Res beri penjelasan.

    “Biasanya suka ada mitos yang kedengaran, misalnya anak bayi nggak usah dikasih tidur siang biar tidur malamnya saja biar lebih nyenyak. Nahhal itu sebenarnya kurang benar,” ujarnya dalam acara Playdate Baby HUKI yang diselenggarakan di Jakarta Selatan, Senin (28/4/2025).

    Menurutnya mungkin informasi ini benar jika ditujukan pada anak usia 4-5 tahun. Untuk anak-anak di rentang usia 4-5 tahun mungkin tidak perlu tidur di siang hari. Agar di malam hari tidurnya tidak terlalu larut.

    Namun, anggapan ini tidak berlaku pada anak-anak usia di bawah lima tahun seperti bayi. “Mereka butuh sekali tidur siang. Dengan tidur siang yang optimal sesuai sama kebutuhannya, tidur malamnya akan jauh lebih nyenyak,” imbuhnya.

    Justru bayi yang kurang tidur akan mengeluarkan hormon kortisol, atau yang dikenal dengan hormon stres.  “Hormon ini sifatnya akan membuat anak itu tidurnya jadi nggak nyenyak. Antara dia susah untuk masuk ke siklus tidurnya atau susah untuk pindah siklus tidur,” paparnya.

    Akibatnya, anak jadi sering terbangun saat tidur. Misalnya saat tidur di malam hari, anak jadi mudah terbangun setiap 2 -3 jam sekali.

    “Atau tidur siangnya pendek-pendek, 30 menit atau 45 menit. Nah makanya baik tidur siang maupun tidur malam itu sama pentingnya dan bisa banget kita perjuangkan,”ujarnya.

  • 6 Tips Diet Sehat dan Aman untuk Menurunkan Berat Badan Secara Alami – Halaman all

    6 Tips Diet Sehat dan Aman untuk Menurunkan Berat Badan Secara Alami – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berat badan berlebih tidak hanya mempengaruhi penampilan menjadi kurang menarik, tetapi juga bisa berdampak negatif terhadap kesehatan. Untuk itu, diet menjadi langkah penting untuk menurunkan berat badan. Ada beragam jenis diet, mulai dari diet vegan, diet paleo, diet keto, diet intermittent fasting, hingga diet rendah karbohidrat. 

    Namun tidak semua metode diet sehat cocok untuk semua orang. Program diet yang aman harus dirancang sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing tanpa mengorbankan kesehatan. Dengan pendekatan yang tepat, diet bukan hanya soal menurunkan berat badan, tetapi juga menjaga tubuh tetap bugar dan sehat.

    Lantas, bagaimana cara memulai diet yang aman dan efektif? Mulailah dengan memahami kondisi tubuh, memilih pola makan yang sesuai, dan menerapkan langkah-langkah yang mendukung keberhasilan diet. Dengan konsistensi, berat badan ideal bukan sekadar impian, tetapi tujuan yang dapat dicapai secara sehat dan berkelanjutan. 

    Berikut 6 tips diet sehat dan aman untuk menurunkan berat badan secara alami. 

    1. Mengukur Indeks Massa Tubuh (BMI)

    Menghitung indeks masa tubuh atau body mass index (BMI) menjadi langkah pertama untuk menjalankan program diet sehat. Dengan mengukur BMI, seseorang bisa memahami apakah berat badannya tergolong ideal, kurang, atau berlebih. 

    Dengan mengetahui berat badannya, seseorang dapat menentukan target dan metode diet yang sesuai. Misalnya, mereka yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan 5–10 persen berat badan secara bertahap.

    2. Konsumsi Makanan Secukupnya

    Mengatur porsi makan adalah kunci keberhasilan dalam menjalani program diet sehat. Meski dianjurkan makan 3–5 kali sehari, porsi makan harus sesuai dengan kebutuhan kalori harian dan aktivitas fisik. Dengan mengontrol asupan kalori yang tepat, metabolisme tubuh dapat tetap bekerja secara optimal. 

    Dengan porsi makan yang terkontrol seseorang bisa memenuhi kebutuhan nutrisi tanpa merasa lapar berlebihan, sekaligus meminimalkan risiko makan berlebihan yang dapat mengganggu proses penurunan berat badan. Intinya, porsi makan harus disesuaikan dengan jumlah kalori harian yang direkomendasikan dan energi yang dikeluarkan agar tubuh tetap stabil.

    3. Gunakan Suplemen yang Alami

    Tidak semua metode penurunan berat badan aman dan efektif. Beauty Educator sekaligus Founder Program Langsung Langsing, dr. Susan Thian, mengajak masyarakat untuk menjalani pola makan sehat dan rutin berolahraga guna mempertahankan massa otot dalam program diet sehat. Untuk mendukung proses penurunan berat badan yang lebih efektif, ia merekomendasikan fat burner dari Belance, yang telah teruji tanpa kandungan diuretik dan pencahar. 

    “Belance Fat Burner mengandung Garcinia Cambogia dan Fructus atau asam kundur, yang dikenal mampu membantu melangsingkan serta menekan nafsu makan secara alami. Dengan efek thermogenic yang meningkatkan pembakaran kalori, metabolisme lemak menjadi lebih optimal serta menekan impulsifitas makan atau ngemil berlebih,” ungkap dr. Susan.

    Di samping itu, lanjut dr. Susan, Belance Fat Burner bisa meningkatkan energi agar tubuh lebih bertenaga dalam membakar kalori dan lemak dalam keadaan aktif maupun pasif. Nilai tambah lainnya, fat burner dari Belance ini menjadi produk natural fat burner pertama yang terdaftar di BPOM.

    “Belance Fat Burner cocok untuk Anda yang ingin mencapai hasil diet optimal secara alami,” pungkasnya. 

    4. Seimbangkan Konsumsi Buah dan Sayur

    Kandungan serat buah dan sayur akan memberikan rasa kenyang lebih lama meskipun rendah kalori. Dengan mengurangi konsumsi makanan berkalori tinggi seperti nasi, tepung, atau daging dan menggantinya dengan buah-buahan dan sayur, dapat menjadi langkah efektif untuk menyeimbangkan nutrisi sekaligus menjaga berat badan tetap ideal.

    Konsumsi buah dan sayur juga mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Nutrisi penting seperti vitamin, mineral, dan antioksidan yang terkandung di dalam buah dan sayur memberikan manfaat tambahan bagi tubuh, seperti meningkatkan metabolisme dan menjaga daya tahan tubuh selama menjalani program diet.

    5. Rutin Minum Air Putih

    Tubuh manusia 60 persen terdiri dai air. Karena itu, rutin minum air putih kurang lebih 2 liter perhari menjadi langkah penting dalam program penurunan berat badan. Pasalnya air membantu tubuh dalam membakar lemak secara lebih efektif.

    Hidrasi yang cukup juga berperan dalam mengontrol rasa lapar. Dengan rutin minum air putih, seseorang dapat membantu menekan keinginan makan berlebih dan mendukung program diet agar lebih efektif dan berkelanjutan.

    6. Lakukan Olahraga Teratur

    Mengatur pola makan juga harus diimbangi dengan olahraga secara teratur untuk bisa mencapai berat badan yang ideal. Olahraga bisa membantu meningkatkan metabolisme tubuh sehingga pembakaran kalori menjadi lebih efektif.

    Namun, bagi mereka yang sedang menjalani program diet, memilih jenis olahraga yang tepat sangat penting. Aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki selama 30 menit setiap hari dapat menjadi pilihan tips diet yang aman dan efektif tanpa membebani tubuh secara berlebihan.

    Dengan menerapkan tips yang tepat, seperti mengatur pola makan, rutin berolahraga, serta mencukupi kebutuhan nutrisi dan hidrasi, setiap individu dapat menjalani program diet yang aman, efektif, dan berkelanjutan. Selain mencapai berat badan ideal, pola hidup sehat ini juga membantu mencegah berbagai risiko penyakit, sehingga tubuh tetap bugar dan kualitas hidup meningkat.

  • Dianggap Membahayakan Kesehatan WHO Minta Praktik Sunat Perempuan Dihentikan – Halaman all

    Dianggap Membahayakan Kesehatan WHO Minta Praktik Sunat Perempuan Dihentikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebut perlu langkah mendesak untuk membendung meningkatnya langkah medis berupa female genital mutilation (FGM) atau sunat pada perempuan. Di beberapa belahan dunia, bukti menunjukkan praktik tersebut kini semakin banyak dilakukan oleh petugas kesehatan.

    Hingga tahun 2020, diperkirakan ada 52 juta anak perempuan dan perempuan dewasa menjadi korban FGM di tangan petugas kesehatan, sekitar 1 dari 4 kasus.

    Pedoman WHO baru berjudul ‘Pencegahan Mutilasi Alat Kelamin Perempuan dan Manajemen Klinis Komplikasi’ memberikan rekomendasi untuk mencegah praktik tersebut dan memastikan perawatan berbasis bukti bagi para penyintas. Mencakup tindakan untuk sektor kesehatan, pemerintah, dan masyarakat yang terkena dampak.

    “Mutilasi alat kelamin perempuan merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak perempuan dan sangat membahayakan kesehatan mereka,” kata Direktur Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Penelitian WHO, dan Program Khusus PBB untuk Reproduksi Manusia (HRP), Dr Pascale Allotey, dilansir dari website resmi, Senin (28/4/2025).

    “Sektor kesehatan memiliki peran penting dalam mencegah FGM petugas kesehatan harus menjadi agen perubahan dan bukan pelaku praktik berbahaya ini. Dan juga harus menyediakan perawatan medis berkualitas tinggi bagi mereka yang menderita dampaknya,” lanjutnya.

    FGM yang biasanya dilakukan pada gadis-gadis muda sebelum mereka mencapai pubertas mencakup semua prosedur yang membuang atau melukai bagian-bagian alat kelamin perempuan untuk alasan non-medis.

    Bukti menunjukkan bahwa siapapun yang melakukannya, FGM tetap dapat menimbulkan bahaya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa FGM bahkan dapat lebih berbahaya jika dilakukan oleh petugas kesehatan, karena dapat mengakibatkan luka yang lebih dalam dan lebih parah.

    Karena alasan ini, pedoman baru WHO merekomendasikan kode etik profesi yang secara tegas melarang petugas kesehatan melakukan FGM.

    Selanjutnya, mengakui peran mereka yang terhormat dalam masyarakat, pedoman ini menekankan perlunya melibatkan dan melatih petugas kesehatan secara positif untuk pencegahan. Pendekatan komunikasi yang sensitif dapat membantu petugas kesehatan secara efektif menolak permintaan untuk melakukan FGM, sekaligus memberi tahu masyarakat tentang risiko serius yang ditimbulkannya, baik langsung maupun jangka panjang.

    “Penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan dapat menjadi pemimpin opini yang berpengaruh dalam mengubah sikap terhadap FGM, dan memainkan peran penting dalam pencegahannya,” kata Christina Pallitto, Ilmuwan di WHO dan HRP yang memimpin pengembangan pedoman baru tersebut.

    “Melibatkan dokter, perawat, dan bidan harus menjadi elemen kunci dalam pencegahan dan penanggulangan FGM. Karena negara-negara berupaya untuk mengakhiri praktik tersebut dan melindungi kesehatan perempuan dan anak perempuan,” tambah Christina.

    Selain undang-undang dan kebijakan yang efektif, pedoman tersebut menyoroti perlunya pendidikan dan informasi masyarakat.  Kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat yang melibatkan laki-laki dan anak laki-laki dapat efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang FGM, mempromosikan hak-hak anak perempuan, dan mendukung perubahan sikap.

    Selain pencegahan, pedoman tersebut mencakup beberapa rekomendasi klinis untuk membantu memastikan akses ke perawatan medis berkualitas tinggi yang berempati bagi penyintas FGM.

    Mengingat luasnya masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang diakibatkan oleh praktik tersebut, penyintas mungkin memerlukan berbagai layanan kesehatan pada berbagai tahap kehidupan. Mulai dari perawatan kesehatan mental hingga pengelolaan risiko obstetrik dan jika sesuai, perbaikan bedah.

    Bukti menunjukkan bahwa dengan komitmen dan dukungan yang tepat, FGM dapat dihentikan.

  • Ketahui Waktu yang Tepat Ajarkan Anak Sleep Training – Halaman all

    Ketahui Waktu yang Tepat Ajarkan Anak Sleep Training – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tidak hanya untuk mengistirahatkan badan, tidur pada anak ternyata kaya akan manfaat. 

    Hal ini diungkapkan oleh Sleep Trainer Expert & Founder MimpiOfficial.id,  dr. Celestina Hardiman-Yap, M.Res.

    “Banyak riset menunjukkan bahwa tidur berkualitas berperan penting dalam pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kestabilan emosi anak,” ungkapnya dalam acara Playdate Baby HUKI yang diselenggarakan di Jakarta Selatan, Senin (28/4/2025). 

    Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan apakah tidur anak sudah berkualitas atau belum. 

    Salah satu upaya agar anak tidur berkualitas adalah melakukan sleep training. 

    Sleep training adalah metode untuk melatih bayi tidur secara mandiri, tanpa bantuan orang tua, baik saat memulai tidur maupun saat terbangun di tengah malam. 

    Pada metode ini, bayi juga belajar untuk dapat tertidur tanpa perlu sambil diayun, dipeluk, atau disusui.

    Tidak hanya itu, metode ini juga mengajarkan bayi bagaimana untuk kembali tertidur ketika ia terbangun di malam hari.

    Lantas kapan sebenarnya kapan waktu terbaik untuk melakukan sleep training?

    Menurut dr. Celestina ada tiga kondisi yang dianjurkan untuk melakukan sleep training. 

    Pertama, jika dokter spesialis anak menganjurkan untuk melakukan sleep training, biasanya ada indikasi medisnya.

    Kedua, jika cara tidur yang biasa diterapkan sudah tidak efektif atau muncul gangguan tidur. 

    “Misalnya, dulu anak saya itu usianya sudah satu tahun, lalu harusnya kan sudah bisa tidur panjang. Anak saya itu kebangun-bangun tiap malam, kembali seperti anak bayi baru lahir,” kata dr Celestina. 

    “Nah, itu merupakan salah satu gangguan tidur yang ketika dikonsultasikan ke dokter spesialis anak, sleep training merupakan salah satu solusinya,” sambungnya. 

    Ketiga, adalah situasi keluarga mengharuskan untuk melakukan sleep training.

    Contohnya, keluarga yang tidak memiliki  support system seperti pengasuh.

    Jadi tiga kondisi ini mengharuskan anak untuk bisa tidur tanpa bantuan apa pun. 

    Apa Saja Metode Pelatihan Tidur?

    Dilansir dari sleep foundation, ada beberapa metode dari sleep training ini. 

    Pertama, Metode Menangis Sampai Habis

    Metode latihan tidur Cry It Out juga dikenal sebagai kepunahan, kepunahan penuh, atau disingkat CIO. 

    Dengan metode ini, orang tua mengajak bayi mereka menjalani rutinitas waktu tidur, memeluk mereka dan memberi mereka ciuman selamat malam, lalu meninggalkan kamar. 

    Jika bayi menangis, orang tua tidak merespons. Akhirnya, bayi akan lelah sendiri karena menangis atau menenangkan diri sendiri hingga tertidur kembali.

    Metode ini sudah dikenal luas, dan para pendukungnya mengatakan bahwa metode ini berhasil dan cepat. 

    Namun, banyak orang tua merasa tidak nyaman membiarkan bayi mereka menangis dan tidak menenangkannya. 

    Mereka khawatir hal itu akan meningkatkan tingkat stres bayi. Menyebabkan trauma, dan membuat anak berpikir bahwa mereka tidak dapat mengandalkan orang tua untuk selalu ada bagi mereka. 

    Banyak orang tua juga merasa sangat sulit mendengar bayi mereka menangis dan tidak dapat menolongnya.

    Kedua, Metode Ferber

    Metode Ferber mirip dengan Cry It Out, namun lebih bertahap, oleh karena itu metode ini dijuluki “pemadaman bertahap,” penantian progresif, dan metode interval.

    Dengan metode ini, orang tua mengikuti rutinitas yang sama dengan mengajak bayi mereka tidur, memeluk dan menciumnya selamat malam, lalu meninggalkan kamar dan menutup pintu. 

    Selama beberapa malam pertama, orang tua segera kembali setiap kali bayi menangis, menepuk-nepuknya, dan memastikan bayi tenang sebelum meninggalkan kamar lagi. 

    Setelah beberapa malam pertama, orang tua secara bertahap menambah lama waktu mereka membiarkan bayi menangis sebelum kembali ke kamar, akhirnya mencapai titik di mana bayi menenangkan dirinya sendiri.

    Metode ini menarik bagi orang tua yang tidak nyaman dengan sifat hitam-putih dari metode CIO, tetapi beberapa orang masih merasa metode ini dapat menimbulkan trauma bagi bayi.

    Akan tetapi, penelitian tentang metode Ferber tidak menemukan bukti adanya efek negatif jangka panjang pada emosi, stres, perilaku, atau keterikatan anak dengan orang tuanya. 

    Ketiga, Metode Cek dan Konsol

    Variasi metode Ferber, metode Periksa dan Konsol mendorong orang tua untuk memeriksa bayi mereka dan menghibur mereka sebelum mereka mulai menangis.

    Misalnya, pada beberapa malam pertama, orang tua mungkin meninggalkan kamar dan masuk satu atau dua menit kemudian untuk memberi tahu bahwa mereka mencintai anak mereka atau menepuk-nepuknya dengan lembut. 

    Orang tua terus meninggalkan kamar dan memeriksa keadaan anak, secara bertahap menambah interval menjadi sekitar 15 menit hingga anak tertidur.

    Metode ini dapat memakan waktu lebih lama — hingga seminggu — dan memerlukan keterlibatan lebih dari orang tua. 

    Perhatikan bagaimana bayi merespons metode periksa dan tenangkan. 

     

  • Penularan, Pencegahan hingga Penanganan Hepatitis yang Harus Diketahui – Halaman all

    Penularan, Pencegahan hingga Penanganan Hepatitis yang Harus Diketahui – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Hepatitis atau peradangan hati masih kurang diperhatikan masyarakat.

    Padahal bahaya penyakit ini bisa berujung komplikasi serius.

    Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman terhadap bahaya penyakit serta minimnya kesadaran vaksinasi hepatitis B.
     
    Misalnya hepatitis B dan C sering tanpa gejala di tahap awal, kemudian baru terdeteksi setelah muncul pengerasan hati atau bahkan berkembang menjadi kanker hati.

    Dokter spesialis penyakit dalam dr. Steven Zulkifly, Sp.PD memberikan penjelasan lebih lanjut.

    Hepatitis  A

    Penularan hepatitis A terjadi melalui jalur fecal-oral.

    Pada umumnya, infeksi terjadi melalui konsumsi makanan atau minuman yang tercemar feses pengidap hepatitis.

    Selain itu juga praktik kebiasaan seksual.

    Ia menerangkn, virus hepatitia A subur berkembang biak di lingkungan dengan tingkat sanitasi rendah.

    Risiko penularan sering terjadi karena orang yang menyiapkan hidangan kurang menjaga kebersihan, sehingga  makanan dan minuman tercemar feses dari pengidap hepatitis.
     
    Ada lima langkah untuk mencegah penyebaran  hepatitis A:

    Pertama, pastikan makanan dan suplai air bersih. Jaga kebersihan dapur dan alat makan.

    Kedua, terapkan kebiasaan sanitasi yang baik. Cuci tangan sebelum makan dan setelah ke kamar mandi.

    Ketiga, karena rute penularan adalah oral, lakukan praktek seksual yang sehat.

    Keempat, Virus hepatitis pada makanan atau minuman bisa mati jika dipanaskan di suhu 85° Celcius selama 1 menit. Maka konsumsilah makanan yang matang.

    Kelima, vaksinasi hepatitis A. Anak-anak dapat divaksin hepatitis A dua kali dalam jarak waktu 6 bulan untuk proteksi seumur hidup. 
     
    Hepatitis  B dan C

    Infeksi hepatitis B dan C menular melalui darah. Secara vertikal, bayi berisiko terjangkit hepatitis dari ibunya.

    Penularan dapat berlangsung pada proses kehamilan dan persalinan.

    Faktor risiko utamanya penggunaan jarum suntik yang tidak steril.

    Contohnya pada proses pembuatan tato atau piercing.

    Gaya hubungan seksual multiple partner baik lawan jenis ataupun pada homoseksual juga berisiko.

    Pencegahan penularannya adalah dengan menghindari faktor-faktor risiko tersebut.

    “Para tenaga medis umumnya sudah dilakukan vaksinasi hepatitis B agar terhindar dari infeksi hepatitis B. Akan tetapi, tetap harus hati-hati dalam menangani atau kontak dengan pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C,” jelas dia ditulis di Jakarta, Senin (28/4/2025).
     
    Hepatitis A banyak ditemukan pada usia anak sekolah yang sanitasinya belum baik.

    Sedangkan hepatitis  B dan C rentan terjadi di kelompok usia produktif sekitar 35-60 tahun.

    Komplikasi Serius

    Meski ada pasien yang terjangkit hepatitis B dan HIV bersamaan, komplikasi hepatitis bukanlah HIV.

    Dokter lulusan pendidikan spesialisnya di Universitas Indonesia ini menerangkan, hepatitis B dan C berisiko komplikasi mengecilnya volume liver (sirosis) dan kanker hati. 

    Hepatitis  B bisa berkembang menjadi kanker hati tanpa melalui proses sirosis.
     
    Sedangkan karena infeksi hepatitis A bisa sembuh dengan sendirinya, komplikasi sangat jarang terjadi.

    Hanya sekitar 1 persen kasus hepatitis A dapat mengalami gagal hati akut, keluhan kuning, perdarahan, dan gangguan kesadaran. 
     
    Dibutuhkan pemeriksaan laboratorium atau radiologi untuk membedakan gejala infeksi hepatitis atau infeksi lain

    Dokter membutuhkan pemeriksaan anti HAV (Hepatitis  A Virus).

    Sedangkan untuk mengetahui pasien mengidap hepatitis B, dokter harus mencari tau HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) dan untuk pemeriksaan hepatitis C, ada pemeriksaan anti HCV (Hepatitis C Virus).

    Meskipun hepatitis A bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi tetap disarankan untuk melakukan vaksin hepatitis A.

    Secara umum, hepatitis  B dan C berisiko infeksi kronik. Penyakit ini bisa menjangkit seumur hidup dan menetap.

    Penyakit ini bisa dicegah dengan vaskin untuk hepatitis B. Tiga kali vaksinasi untuk usia nol, satu, dan enam bulan terbukti memberi perlindungan seumur hidup.
     
    “Sampai saat ini belum ada obat yang bisa memberantas tuntas virus hepatitis B. Virus ini tidur di dalam sel hati sehingga tidak semua hepatitis B bisa langsung diterapi. Untuk pemberian antivirus dalam bentuk tablet, virusnya harus ditunggu hingga bangun,” ujar dia.

    Hingga saat ini, terapi hepatitis B memerlukan terapi jangka panjang dengan tingkat kesembuhan yang bervariasi.
     
    “Di RS kami penanganan hepatitis bersifat menyeluruh. Penyakit ini dapat ditangani mulai dari tindakan preventif, diagnostik, hingga terapi juga fasilitas after care. Pasien yang terkena hepatitis B akan terus dipantau hingga muncul waktu yang tepat untuk diterapi. Pasien hepatitis C akan langsung diobati agar tidak berkembang menjadi sirosis,” jelas dokter yang berpraktik di RS Siloam Kebon Jeruk ini.