Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Curhat Pedagang Sapi Hadapi Tantangan Wabah PMK, Was-was Kondisi Ternak, Siap Siaga Antibiotik – Halaman all

    Curhat Pedagang Sapi Hadapi Tantangan Wabah PMK, Was-was Kondisi Ternak, Siap Siaga Antibiotik – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, BEKASI – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak masih menjadi momok bagi para peternak dan pedagang sapi di Indonesia. 

    Wahyu Hujatul Hilmi, seorang pedagang sapi sekaligus pengelola kandang di kawasan Bekasi Utara, membagikan pengalamannya menghadapi wabah ini sejak 2022.

    “Waktu itu ada dua ekor sapi saya yang kena. Yang satu kakinya nggak bisa bangun karena virus, sementara yang satunya lagi mulutnya kena, jadi dia nggak mau makan,” kata Wahyu kepada Tribunnews ditemui Jumat (10/1/2025).

    Menurut Wahyu, pengelolaan kesehatan ternak menjadi tantangan utama, terutama ketika wabah PMK mulai menyerang. 

    Meski demikian, ia merasa terbantu oleh pelatihan yang diikuti pamannya, yang juga mengelola kandang, serta dukungan dari dinas peternakan yang memberikan penyuluhan.

    “Mamang saya sering ikut pelatihan sama mantri hewan. Kami juga punya beberapa antibiotik buat sapi yang kelihatan terinfeksi. Untungnya sering ada orang dinas yang datang untuk nyuluh,” ujarnya.

    Namun, wabah ini tetap membawa kekhawatiran tersendiri. 

    Wahyu mengaku waswas ketika harus membeli stok baru karena khawatir hewan yang masuk ke kandangnya membawa virus. 

    “Kadang saya nggak berani ambil stok lebih banyak karena takut hewan di kandang yang sehat malah tertular,” ungkap Wahyu.

    Meski begitu, Wahyu bersyukur wabah PMK tidak berdampak signifikan pada penjualannya, terutama karena ia lebih fokus pada penggemukan sapi untuk kebutuhan kurban. 

    “Saya nggak merasa ada penurunan penjualan, malah kadang kekurangan stok. Tapi tetap harus hati-hati biar nggak ada yang terinfeksi,” jelas Wahyu.

    Wahyu menambahkan, selama ini hanya sapi yang terkena dampak PMK, sedangkan domba yang ia pelihara di kandang terpisah tidak pernah terjangkit. 

    Hal ini menjadi sedikit penghiburan di tengah tantangan besar yang dihadapi para pedagang dan peternak sapi seperti dirinya.

    Dengan wabah PMK yang masih menghantui hingga saat ini, Wahyu berharap pemerintah terus memberikan dukungan kepada peternak kecil untuk mengatasi masalah ini demi menjaga kestabilan ekonomi peternakan.

     

  • Program Skrining Kesehatan Gratis Diluncurkan Februari, Warga yang Berulang Tahun Januari Bisa Ikut? – Halaman all

    Program Skrining Kesehatan Gratis Diluncurkan Februari, Warga yang Berulang Tahun Januari Bisa Ikut? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Program skrining kesehatan gratis saat ulang tahun bakal diluncurkan pada Februari mendatang.

    Lalu bagaimana dengan warga yang berulang tahun di bulan Januari?

    Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Drg Widyawati memastikan, mereka akan tetap dapat mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis.

    Nantinya pemeriksaan gratis untuk warga yang berulang tahun di bulan Januari akan berlangsung sampai bulan Maret.

    “Kalau yang ulang tahunnya bertepatan dengan hari libur, jadwal pemeriksaan akan digeser ke hari kerja terdekat,” ujar drg. Widyawati di Jakarta ditulis Sabtu (11/1/2025).

    Untuk dapat mengikuti program tersebut, warga diimbau mengunduh aplikasi SATUSEHAT Mobile (SSM).

    Warga diminta melengkapi data diri di dalam aplikasi, lalu pengguna hanya perlu menunggu notifikasi atau pemberitahuan terkait waktu dan lokasi pemeriksaan dari aplikasi tersebut.

    Pada tahap awal, pemeriksaan kesehatan gratis akan dilakukan di puskesmas, dengan target menjangkau 60 juta orang pada 2025.

    Dalam lima tahun ke depan, Kemenkes berharap program ini dapat melayani 200 juta warga Indonesia, sebagai bagian dari upaya transformasi layanan kesehatan.

    Pemeriksaan kesehatan gratis merupakan upaya mendeteksi secara lebih dini terkait kondisi kesehatan.

    Skrining Gratis

    Seperti diketahui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sediakan skrining kesehatan jiwa secara digital dalam aplikasi yang dapat diakses mandiri oleh masyarakat, salah satunya menggunakan aplikasi SATUSEHAT Mobile.

    Upaya ini mempermudah masyarakat yang ingin mengecek kesehatan jiwa mandiri.

    Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI dr Imran Pambudi, MPHM menyampaikan, penggunaan SATUSEHAT Mobile untuk skrining kesehatan jiwa mandiri dapat membantu meningkatkan deteksi dini terhadap masalah kesehatan jiwa.

    Skrining sebagai langkah mendeteksi dini kondisi kejiwaan individu, sehingga jika ditemukan tanda-tanda masalah mental dapat segera dilakukan intervensi yang lebih cepat dan tepat.

    Melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile, masyarakat bisa melakukan skrining kesehatan jiwa secara mandiri. 

    “Aplikasi ini menjadi solusi digital yang membantu memperluas jangkauan skrining kesehatan jiwa dalam upaya meningkatkan deteksi dini masalah kesehatan jiwa di masyarakat,” kata Imran dilansir dari website resmi Kemenkes, Senin (2/12/2024). 

    Cara melakukan skrining kesehatan jiwa mandiri di SATUSEHAT Mobile, masyarakat cukup menjawab sejumlah pertanyaan yang tersedia. 

    Kemudian, hasil skrining yang diperoleh bisa ditindaklanjuti ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) apabila terdapat indikasi masalah kesehatan jiwa.

    Nantinya, hasil skrining dari individu yang menunjukkan adanya indikasi masalah kesehatan jiwa, akan diarahkan untuk mendapatkan tindak lanjut ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

    “Yang bisa dijangkau oleh individu tersebut maupun menggunakan fitur telemedisin yang telah tersedia,” imbuh Imran.

    Akses Gratis di SATUSEHAT Mobile

    Chief of Technology Transformation Office (TTO) Setiaji, S.T, M.Si menambahkan, fitur skrining kesehatan jiwa dalam SATUSEHAT Mobile dapat diakses gratis oleh masyarakat.

    “Masyarakat sebagai pengguna dapat memanfaatkan layanan skrining kesehatan mental secara mandiri dan skrining awal gratis di SATUSEHAT Mobile,” tambah Setiaji. 

    Langkah-langkah untuk mengakses skrining kesehatan jiwa di SATUSEHAT Mobile, sebagai berikut:

    1. Akses SATUSEHAT Mobile melalui ponsel dengan mengunduhnya di Play Store atau App Store

    2. Pilih menu ‘Fitur’ lalu fitur ‘Kesehatan Mental’

    3. Pilih ‘Mulai Skrining’

    4. Jawab pertanyaan yang diajukan sesuai kondisi yang dialami dalam 30 hari terakhir

    5. Setelah selesai, hasil skrining akan muncul, termasuk edukasi kesehatan dan rekomendasi pelayanan kesehatan yang sesuai hasil skrining.

    Menurut Setiaji, hasil skrining kesehatan jiwa melalui SATUSEHAT Mobile dapat membantu psikolog atau psikiater untuk mengetahui kondisi awal kesehatan mental dari individu yang bersangkutan ketika melakukan pemeriksaan lanjutan ke fasyankes.

    “Hasil skrining dapat menjadi acuan dasar bagi psikolog atau psikiater untuk mengetahui kondisi pengguna pada saat mengakses pelayanan kesehatan jiwa di fasyankes,” ujar Setiaji. 

    Ini dikarenakan pertanyaan-pertanyaan pada fitur skrining ‘Kesehatan Mental’ di SATUSEHAT Mobile menggunakan standar kuesioner yang digunakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Yaitu Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk pengguna berusia 10-17 tahun, dan Self-Reporting Questionnaire (SRQ) untuk usia 18 tahun ke atas.

  • Hampir 50 Persen Gen Z di Indonesia Hadapi Tekanan Mental, Imbas Tuntutan Akademik hingga Medsos – Halaman all

    Hampir 50 Persen Gen Z di Indonesia Hadapi Tekanan Mental, Imbas Tuntutan Akademik hingga Medsos – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gen Z dikenal sebagai generasi adaptif, melek teknologi, dan berani berinovasi. Namun, mereka juga menghadapi tekanan yang tidak dihadapi generasi sebelumnya.

    Berjubelnya informasi di media sosial dan pemberitaan media massa, dapat menciptakan tekanan, hingga menimbulkan kecemasan dan stres terhadap Gen Z.

    Oleh karenanya, kesejahteraan mental menjadi isu yang sangat relevan dan mendesak. 

    “Berdasarkan data, hampir 50 persen generasi Z di Indonesia dilaporkan menghadapi tekanan mental akibat tuntutan akademik, pekerjaan, dan media sosial,” kata founder Indonesia Mental Inspirasi, Mohsein Saleh Badegel di sela pre launching buku berjudul Street Fighter di Semarang Jateng belum lama ini.

    Acara ini juga dirangkai dengan seminar bertajuk Anger Management 101: Kelola Amarahmu untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik yang menghadirkan Ade Ayu Ariesta, Psikolog  Direktur PT IMI Semarang, serta Kuriake Kharismawan, Psikolog sekaligus Dosen UNIKA Semarang.

    Untuk itulah, Mohsein Saleh, menekankan pentingnya kesadaran akan kesehatan mental dan pengelolaan emosi di era modern seperti sekarang ini.

    Terkait buku Street Fighter, Mohsein mengatakan, buku itu bisa menjadi inspirasi untuk membantu mereka bangkit dari tantangan dan membangun mental yang lebih. 

    “Street Fighter adalah pesan bagi siapa saja yang sedang berjuang bahwa ketahanan mental dan keberanian. Ini adalah kunci untuk menghadapi kehidupan,” ujar Mohsein.

    Buku itu, kata dia  juga bisa menjadi sumber kekuatan bagi mereka yang merasa kehilangan arah karena tidak ada tantangan yang terlalu besar jika kita memiliki tekad yang kuat dan mental yang tangguh.

    Ia mengatakan, buku Street Fighter tidak hanya menjadi sebuah karya tulis, tetapi juga cerminan perjalanan hidupnya  yang penuh tantangan.

    Buku ini saya tulis untuk menggambarkan bagaimana perjuangan hidup, keterbatasan, dan kegagalan dapat menjadi batu loncatan menuju kesuksesan

    “Buku ini adalah pengingat bahwa kesuksesan sejati dimulai dari diri kita sendiri dari keberanian untuk menghadapi ketakutan, mengelola emosi, dan terus melangkah, satu langkah kecil setiap hari,” katanya.

    Acara pre-launching ini juga didukung oleh Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) yang diwakili oleh Dr. Faisal Hendra,Lc. MA selaku Wakil Rektor III. 

    Ia menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan tersebut dan siap mendukung baik dari sisi pendidikan dan pelatihan serta peningkatan kompetensi bagi masyarakat umum. 

    Tokoh-tokoh penting seperti Wakapolda Jateng Brigjen Pol Drs. Agus Suryo Nugroho, SH, M.Hum. juga memberikan dukungan dan motivasinya. Selain itu mendapatkan dukungan dari Jenderal TNI (Purn) Prof Dr H Dudung Abdurachman SE MM dalam video mengucapkan selamat dan sukses serta memberikan inspirasi dan sejumlah tokoh turut hadir memberikan dukungan. (Eko Sutriyanto)

  • Cek Kesehatan Gratis Dimulai Februari 2025, Ini Cara Daftarnya, Wajib Download Aplikasi SATUSEHAT – Halaman all

    Cek Kesehatan Gratis Dimulai Februari 2025, Ini Cara Daftarnya, Wajib Download Aplikasi SATUSEHAT – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Agenda program pemeriksaan kesehatan gratis akan dimulai pada Februari 2025 mendatang. Pelayanan tersebut akan menyasar kelompok usia mulai dari balita, remaja hingga dewasa serta lanjut usia(lansia).

    Terkait hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat untuk kembali mengunduh aplikasi SATUSEHAT Mobile (SSM). Sebab nantinya program Pemeriksaan Kesehatan Gratis akan memanfaatkan fitur dalam aplikasi tersebut.

    “SATUSEHAT Mobile memudahkan masyarakat untuk nantinya mengakses program pemeriksaan kesehatan gratis. Jadi, memang harus diunduh dan data diri dilengkapi terlebih dahulu untuk memastikan proses berjalan lancar,” ujar Juru Bicara Kemenkes drg. Widyawati MKM di Jakarta, Jumat (10/1/2024).

    Aplikasi SATUSEHAT Mobile bisa diundah melalui tautan berikut:
    Android:https://play.google.com/store/apps/details?id=com.telkom.tracencare&hl=id
    iOS: https://apps.apple.com/us/app/satusehat-mobile/id1504600374

    Setelah mengunduh SATUSEHAT Mobile, masyarakat diminta untuk melengkapi data diri di dalam aplikasi. Data ini akan digunakan sebagai dasar dalam penjadwalan pemeriksaan kesehatan.

    Setelah proses ini selesai, pengguna hanya perlu menunggu notifikasi atau pemberitahuan terkait waktu dan lokasi pemeriksaan dari aplikasi tersebut.
    Bagi anggota keluarga seperti anak-anak atau lansia yang tidak memiliki gawai pintar mereka dapat ditambahkan sebagai profil tertaut di akun SATUSEHAT Mobile milik anggota keluarga lain.

    Dengan fitur ini, program kesehatan gratis tetap dapat diakses oleh seluruh anggota keluarga tanpa terkecuali.

    Program ini akan dilaksanakan secara bertahap. Pada tahap awal, pemeriksaan kesehatan gratis akan dilakukan di puskesmas, dengan target menjangkau 60 juta orang pada 2025. Dalam lima tahun ke depan, Kemenkes berharap program ini dapat melayani 200 juta warga Indonesia, sebagai bagian dari upaya transformasi layanan kesehatan.

    “Pemeriksaan kesehatan gratis harus kita lakukan agar memastikan kita bisa mendeteksi secara lebih dini kalau ada kondisi kesehatan yang menurun dari masyarakat kita. Kondisi kesehatan yang menurun ini harus bisa ditangani cepat sehingga kemungkinan untuk sembuh semakin besar,” ujar drg. Widyawati.

  • Menu Makan Bergizi Gratis Dinilai Kurang Sempurna, Wajibkah Ada Susu? Ini Ulasan Pakar – Halaman all

    Menu Makan Bergizi Gratis Dinilai Kurang Sempurna, Wajibkah Ada Susu? Ini Ulasan Pakar – Halaman all

    Menu Program Makan Bergizi Gratis Dinilai Kurang Sempurna Tanpa Susu, Wajibkah untuk Pemenuhan Gizi? Ini Ulasan Pakar

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak Senin (6/1/2025) lalu menuai banyak pendapat. Terutama menu. 

    Menu makanan sehat yang disajikan untuk siswa sekolah dasar dan menengah ini dinilai kurang sempurna karena tidak ada susu di dalamnya. 

    Lalu apakah susu wajib berada di menu makanan bergizi? 

    Simak ulasan Tribunnews.com. 

    Pantauan di beberapa sekolah di sejumlah daerah susu memang tidak terdapat dalam menu MBG sejak awal pekan tadi.  

    Seperti yang dibagikan pada sekitar siswa SDN 067246 Medan Jalan Flamboyan Kecamatan Medan Tuntungan misalkan, program sehat bergizi dari Kodam I Bukit Barisan tidak ada susu. 

    Pamen Ahli Pangdam I Bidang OMP, Kolonel Arm Eric C Simanjuntak SH mengatakan, saat ini pihaknya mengadakan program makan sehat bergizi selama Bulan Januari.

    Menurut Eric, kegiatan ini dilakukan pihaknya sebagai bentuk dukungan pihaknya terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Presiden Prabowo Subianto.

    Ia mengakui tak ada susu pada menu yang disajikan pada MBG awal pekan tadi. 

    Jadi bukan 4 sehat 5 sempurna menunya karena menu MBG yang disediakan adalah ayam, sayur dan buah.

    “Hari ini kita bagikan program makan sehat bergizi sesuai standar gizi anak-anak. Ada ayam, sayur, buah cuman satu kurang susu. Jadi tidak empat sehat lima sempurna,” katanya dikutip dari artikel di Tribun-Medan.com dengan judul Seratusan Siswa SDN 067246 Medan Dapat Makanan Sehat Bergizi dari Kodam I Bukit Barisan, 

     

    Meski demikian, menu ini dianggap sudah mencukupi, mengingat 4 sehat unsurnya sudah terpenuhi. 

    “Paling tidak empat sehatnya tercapai, bagus kalau ada. Kalau tidak ada, tidak masalah,” jelasnya.

     

    Pendapat Pakar Gizi, Perlu Tidaknya Susu Dalam Menu MBG

    Terkait hal ini, Ahli gizi dokter Tan Shot Yen pun beri tanggapan terkait pemberian susu di makan bergizi gratis.

    Menurut Tan, susu bukan termasuk dalam makanan lengkap bergizi sesuai panduan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini. 

    Susu anak yang baik mengandung probiotik untuk menjaga daya tahan (Shutterstock)

    “Barangkali anda bisa lihat, kok tidak ada susu? Memang tidak ada susu. Karena kita sekarang sudah dalam konsep gizi seimbang,” ungkapnya dalam media briefing virtual yang diselenggarakan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Kamis (9/1/2025). 

    Menurutnya, hal ini perlu diklarifikasi bahwa  panduan makanan seimbang Kemenkes terbaru adalah ‘Isi Piringku’.

    Di dalam panduan ini, tidak disebutkan adanya susu. 

    Melainkan makanan lengkap berisi makanan pokok, sayuran, lauk-pauk, dan buah-buahan.

    Selain itu, untuk pemenuhan protein hewani, tidak selalu harus dari susu. 

    Banyak sumber protein hewani yang baik dan tersedia secara murah di tengah masyarakat.

     

    “Walaupun harganya Rp 10.000, kayak masyarakat Jawa misalnya. Ada nasi pakai ayam bakar. Atau barang kali pakai sambal ikan roha, singkong rebus. Kemudian buahnya buah sejuta umat namanya pepaya,” imbuhnya. 

    “Susu itu adalah bagian dari protein hewani. Kalau ada protein hewani yang lebih berkualitas bukan produk industri dan tersedia secara murah di daerah setempat, kenapa tidak?” tutupnya.

    Pemberian Susu Tergantung Daerah 

    Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menjelaskan, penyediaan susu dalam program MBG tidak wajib untuk diberikan setiap hari.

    “Susu kan tidak diwajiibkan setiap hari, jadi itu tergantung daerahnya,” kata Hasan dikutip Selasa (7/1/2025).

    Pekerja sedang memerah susu sapi yang diternakan di Kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Kamis (24/2/2022). Tujuh ekor sapi yang dipelihara menghasilkan sekitar 50 liter yang diperah pada pukul 02.30 dan 13.30. Susu segar dijual Rp 11.000 per-liter. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN (WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN)

    Berdasarkan laporan Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang ditunjuk langsung oleh Badan Gizi Nasional (BGN) susu diberikan paling sedikit seminggu sekali.

    “Kalau SPPG (yang saya kunjungi) dia bilang susu itu per hari Jumat, tapi yang di Cimahi yang kita kunjungi susunya di hari Senin,” katanya.

    “Paling sedikit itu seminggu sekali, tidak wajib susu tuh bukan menu wajib, karena  suplai susu kan belum merata di setiap daerah,” katanya.

    Meskipun demikian Hasan belum tahu apakah apabila suplainya telah merata susu tersebut akan diberikan lebih sering atau tidak. Hal itu kata Hasan merupakan kewenangan BGN.

    “Kata belum tahu itu kan nanti berdasarkan ininya BGN ya, sekarang kan porsinya porsi makanan, porsi makanan itu yang dihitung  kecukupan kalorinya, karbohidrat dan potrein,” katanya.

    Menurut Hasan pada hari pertama berjalannya program MBG, sejumlah daerah telah mendapatkan susu. Diantaranya di Cimahi dan  Karawang. 

    Bahkan untuk daerah yang dekat dengan peternakan susu, maka dalam seminggu akan mendapatkan lebih dari sekali menu yang ada susunya.

    “Bisa ada yang lebih. Saya denger ada SPPG saya lupa tadi, SPPG itu ada yang 2 kali atau 3 kali seminggu dia,” pungkasnya.

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan menu susu hanya ada di daerah yang punya ketersediaan sapi perah. 

    Itulah kenapa, sejumlah sekolah tidak ada menu susu.

    “Sudah saya jelaskan susu akan menjadi bagian makan bergizi untuk wilayah-wilayah dimana sapi perahnya ada,” ujar Dadan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

    Dadan menjelaskan kebijakan ini juga diyakini akan berdampak besar agar setiap daerah punya sapi perah. Pasalnya, pemerintah tidak mau impor untuk penyediaan susu program makan bergizi gratis.

    “Kami tidak ingin program ini menjadi bagian peningkatan impor tetapi ingin memberdayakan sumber daya lokal,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Dadan menambahkan daerah-daerah yang memiliki ketersediaan sapi perah juga tidak selamanya mendapatkan menu susu. Dia bilang, paling tidak hanya tiga kali seminggu menu susu diberikan kepada anak-anak.

    “Jadi agar indeksnya tetep masuk kami akan melakukan kombinasi-kombinasi sehingga susu minimal di daerah-daerah yang ada sapinya itu minimal 3 kali dalam seminggu diberikan,” jelasnya

    Di sisi lain, kata Dadan, daerah-daerah yang tidak memiliki sapi pernah nantinya menu susu akan diganti dengan kelor. Hal tersebut bertujuan untuk mengganti pemenuhan protein.

    “Kemudian untuk daerah-daerah yang tidak ada sapi perahnya untuk sementara proteinnya bisa digantikan dengan protein lainnya misalnya dengan ikan dengan telur dan lain-lain dan sumber kalsium lainnya termasuk seperti yang sudah saya sebutkan kelor ya,” pungkasnya.

     

    (Tribunnews.com/Aisyah/Anita/Tribun Medan)

  • Makanan Bergizi Gratis Kalah Pamor dengan Fast Food, Menunya Disebut Tak Enak, Ini Pendapat Ahli – Halaman all

    Makanan Bergizi Gratis Kalah Pamor dengan Fast Food, Menunya Disebut Tak Enak, Ini Pendapat Ahli – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah diluncurkan sejak Senin (6/1/2025) kemarin. 

    Menu yang diberikan pada anak-anak sekolah mengacu pada gizi seimbang. Mulai dari karbohidrat, protein, sayur-sayuran hingga buah-buahan. 

    Namun dalam pelaksanaannya, tidak sedikit anak-anak yang mengeluhkan bahwa menu makanan pada MBG yang disajikan tidak enak.

    Makanan yang disajikan bak kalah pamor dengan makanan cepat saji atau fast food yang biasa disantap anak-anak.

    Tentu ini menjadi tantangan pelaksana program ini, bagaimana agar anak tetap menikmati menu yang disajikan di makanan bergizi gratis ini? 

    Terkait hal ini, Ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen, MHum menjelaskan pendapatnya.

    Menurutnya, ini semacam peluang bagi pemerintah untuk berkreasi bagaimana tujuan MBG ini tepat sasaran.

    Selain menyediakan makanan bergizi gratis, pemerintah juga perlu membagikan edukasi pada publik terkait seperti apa makanan sehat itu. 

    “Bagaimana pun generasi emas kita ini, harus mencintai makanan lokal, perlu mengetahui mana makanan yang sehat atau tidak,” ungkapnya pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Situasi ini juga menjadi pengingat bagi orang tua untuk menyediakan makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat sejak dini. 

    Menu siswa dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 06 dan SDN 07 Pulogebang, Jakarta Timur, tidak menyertakan susu sebagai salah satu komponennya.  (Tribunnews/Mario Christian Sumampow)

    Para orang tua perlu berupaya memberikan makanan sehat sekaligus mengenalkan menu makanan lokal. 

    Di sisi lain, cara penyajian makanan sehat juga perlu diperhatikan agar anak tetap bisa menikmati. 

    Tanggapan yang sama pun disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi.

    Menurutnya, program Makan Bergizi Gratis ini harus diikuti dengan upaya edukasi kesehatan.

    Terlebih anak-anak saat ini lebih banyak mengikuti sosial media.

    Dan di media sosial umumnya lebih banyak menampilkan makanan jenis cepat saji dan mengandung gula berlebih. 

    “Makanan bergizi gratis harus diikuti dengan upaya mengedukasi. Makanan yang bergizi sehat itu seperti apa. Ini tanggung jawab kita,” tutup dr Adib.

  • Daftar Penyakit yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Harus Sesuai dengan Indikasi Medis – Halaman all

    Daftar Penyakit yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Harus Sesuai dengan Indikasi Medis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mempunyai rincian daftar penyakit yang masuk ke dalam kategori pertanggungan secara penuh.

    Adapun pelayanan kesehatan yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan berbagai macam, salah satunya adalah untuk pengobatan penyakit kronis.

    Setiap peserta bisa mendapat layanan pengobatan penyakit di seluruh fasilitas kesehatan yang kerja sama dengan BPJS Kesehatan, baik itu klinik, puskesmas, atau rumah sakit.

    Mengenai penyakit yang ditanggung BPJS Kesehatan, ketentuannya masih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.

    Artinya, daftar penyakit yang dijamin BPJS Kesehatan masih sama dengan ketentuan sebelumnya dan tetap berlaku sampai batas waktu yang belum ditentukan.

    Adapun 144 jenis penyakit dalam daftar harus sesuai dengan indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter spesialis/sub spesialis penanggung jawab pasien.

    Hal itu dibenarkan oleh Kepala Asisten Deputi Komunikasi Publik dan Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugrah.

    Ia menjelaskan, penanganan 144 penyakit yang termasuk dalam daftar sebaiknya harus dioptimalkan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).

    Namun bukan berarti tidak bisa dirujuk.

    144 penyakit itu tetap bisa dirujuk sesuai dengan indikasi medis, apalagi saat mengalami kondisi gawat darurat.

    “BPJS Kesehatan menjamin pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, di antaranya sesuai dengan indikasi medis,” ujarnya, saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (31/12/2024).

    Adapun kondisi gawat darurat seorang pasien harus ditentukan oleh DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) bukan oleh pasien ataupun BPJS Kesehatan.

    Kriteria gawat darurat merujuk pada Peraturan Kementerian Kesehatan No 47 Tahun 2018.

    Dokter di FKTP seperti Klinik, Puskesmas, atau Tempat Praktek Dokter Pribadi memiliki kompetensi untuk menangani diagnosa tuntas di FKTP jika mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012.

    “Namun ketika kondisi Gawat Darurat, Peserta JKN dapat langsung datang ke Rumah Sakit tanpa harus ke FKTP,” kata Rizzky.

    Selengkapnya, inilah daftar 144 penyakit atau diagnosis yang termasuk:

    Kejang demam
    Tetanus
    HIV/AIDS tanpa komplikasi
    Sakit kepala tegang (tension headache)
    Migrain
    Bell’s Palsy
    Vertigo posisi paroksismal jinak (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
    Gangguan somatoform
    Insomnia
    Benda asing di konjungtiva
    Konjungtivitis
    Perdarahan subkonjungtiva
    Mata kering
    Blefaritis
    Hordeolum
    Trikiasis
    Episkleritis
    Hipermetropia ringan
    Miopia ringan
    Astigmatisme ringan
    Presbiopia
    Buta senja
    Otitis eksterna
    Otitis media akut
    Serumen prop
    Mabuk perjalanan
    Furunkel pada hidung
    Rhinitis akut
    Rhinitis alergika
    Rhinitis vasomotor
    Benda asing di hidung
    Epistaksis
    Influenza
    Pertusis
    Faringitis
    Tonsilitis
    Laringitis
    Asma bronkial
    Bronkitis akut
    Pneumonia, bronkopneumonia
    Tuberkulosis paru tanpa komplikasi
    Hipertensi esensial
    Kandidiasis mulut
    Ulkus mulut (aftosa, herpes)
    Parotitis
    Infeksi pada umbilikus
    Gastritis
    Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis)
    Refluks gastroesofagus
    Demam tifoid
    Intoleransi makanan
    Alergi makanan
    Keracunan makanan
    Penyakit cacing tambang
    Strongiloidiasis
    Askariasis
    Skistosomiasis
    Taeniasis
    Hepatitis A
    Disentri basiler, disentri amuba
    Hemoroid grade 1/2
    Infeksi saluran kemih
    Gonore
    Pielonefritis tanpa komplikasi
    Fimosis
    Sindrom duh (discharge)
    Genital (gonore dan non-gonore)
    Infeksi saluran kemih bagian bawah
    Vulvitis
    Vaginitis
    Vaginosis bakterialis
    Salpingitis
    Kehamilan normal
    Aborsi spontan komplit
    Anemia defisiensi besi pada kehamilan
    Ruptur perineum tingkat 1/2
    Abses folikel rambut/kelenjar sebasea
    Mastitis
    Puting susu pecah-pecah (cracked nipple)
    Puting susu terbalik (inverted nipple)
    Diabetes mellitus tipe 1
    Diabetes mellitus tipe 2
    Hipoglikemia ringan
    Malnutrisi energi protein
    Defisiensi vitamin
    Defisiensi mineral
    Dislipidemia
    Hiperurisemia
    Obesitas
    Anemia defisiensi besi
    Limfadenitis
    Demam dengue, DHF
    Malaria
    Leptospirosis (tanpa komplikasi)
    Reaksi anafilaktik
    Ulkus pada tungkai
    Lipoma
    Veruka vulgaris
    Moluskum kontagiosum
    Herpes zoster tanpa komplikasi
    Morbili tanpa komplikasi
    Varicella tanpa komplikasi
    Herpes simpleks tanpa komplikasi
    Impetigo
    Impetigo ulceratif (ektima)
    Folikulitis superfisialis
    Furunkel, karbunkel
    Eritrasma
    Erisipelas
    Skrofuloderma
    Lepra
    Sifilis stadium 1 dan 2
    Tinea kapitis
    Tinea barbe
    Tinea facialis
    Tinea corporis
    Tinea manus
    Tinea unguium
    Tinea cruris
    Tinea pedis
    Pitiriasis versikolor
    Kandidiasis mukokutan ringan
    Cutaneus larva migran
    Filariasis
    Pedikulosis kapitis
    Pedikulosis pubis
    Skabies
    Reaksi gigitan serangga
    Dermatitis kontak iritan
    Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant)
    Dermatitis numularis
    Napkin eczema
    Dermatitis seboroik
    Pitiriasis rosea
    Acne vulgaris ringan
    Hidradenitis supuratif
    Dermatitis perioral
    Miliaria
    Urtikaria akut
    Eksantemapous drug eruption, fixed drug eruption
    Vulnus laceratum, punctum
    Luka bakar derajat 1 dan 2
    Kekerasan tumpul
    Kekerasan tajam

    Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin BPJS Kesehatan

    Pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
    Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat.
    Pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja atau menjadi tanggungan pemberi kerja.
    Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas sesuai hak kelas rawat peserta.
    Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.
    Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik.
    Pelayanan untuk mengatasi infertilitas.
    Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi).
    Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol.
    Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.
    Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment).
    Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen).
    Alat dan obat kontrasepsi, kosmetik.
    Perbekalan kesehatan rumah tangga.
    Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah.
    Pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah.
    Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dalam rangka bakti sosial.
    Pelayanan kesehatan akibat tindak pidana penganiayaan, kekerasan seksual, korban terorisme, dan tindak perdagangan orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
    Pelayanan kesehatan tertentu yang berkaitan dengan Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
    Pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.
    Pelayanan yang sudah ditanggung dalam program lain.

    (Tribunnews.com/Latifah/Rina Ayu Panca Rini)

  • KOPRI PB PMII: HMPV Bukan Pandemi Baru, Tetap Waspada – Halaman all

    KOPRI PB PMII: HMPV Bukan Pandemi Baru, Tetap Waspada – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Belakangan ini, muncul kekhawatiran akan kemunculan virus baru yang mirip dengan COVID-19, yaitu Human Metapneumovirus (HMPV).

    Menanggapi hal ini, Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII melakukan penelusuran dan wawancara dengan pakar epidemiologi UI, dr. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D.

    Menurut dr. Syahrizal, peningkatan kasus influenza, termasuk HMPV, merupakan hal yang biasa terjadi terutama di musim dingin, seperti yang saat ini dialami China.

    “HMPV biasanya menyerang anak-anak dan gejalanya mirip flu biasa, seperti batuk, demam, dan nyeri otot,” jelasnya.

    Meskipun demikian, dr. Syahrizal menekankan bahwa angka kematian akibat HMPV sangat rendah.

    “Pencegahan terbaik adalah dengan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga kebersihan, dan menjaga imunitas tubuh,” tambahnya.

    Widia Fitri, Ketua Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. 

    “Mari kita jaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar untuk mencegah penyebaran virus,” ujarnya.

    Senada dengan Widia, Wulansari AS, Ketua KOPRI PB PMII, menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan dalam menghadapi situasi ini. 

    “Terutama bagi mereka yang baru pulang dari luar negeri, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan,” kata Wulansari.

    Dwi Putri, S.Psi, Sekretaris Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII, juga menyoroti pentingnya kesehatan mental dalam menghadapi situasi seperti ini.

    “Jangan panik, tetap tenang, dan fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan,” pesan Dwi.

    Kesimpulannya, meskipun HMPV saat ini menjadi perhatian, namun tidak perlu panik berlebihan. Dengan menerapkan protokol kesehatan dan menjaga kesehatan, kita dapat mencegah penyebaran virus ini.

    Jaga pola hidup

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kemunculan kasus virus HMPV di Indonesia.

    Masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap potensi penularan penyakit HMPV. 

    “Sebagaimana Kemenkes juga menghimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik, namun tetap menambah kewaspadaan tentang penularan, terutama penularan HMPV ini,” ungkap Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Ia juga menekankan bahwa virus HMPV bukanlah penyakit yang baru ditemukan. Virus ini sudah ada bahkan sejak tahun 2001 atau 24 tahun yang lalu. 

    Sebagian masyarakat mungkin saja sudah pernah terinfeksi dan memiliki imunitas terhadap infeksi HMPV. 

    “Walaupun HMPV ini mudah menular melalui droplet, percikan dari saluran pernapasan, dan gejalanya mirip flu, mayoritas dapat sembuh sendiri. Penyakit saluran pernapasan karena virus umumnya self limiting disease. Kecuali pada kasus-kasus yang berat,” imbuhnya. 

    Namun masyarakat diharapkan tetap waspada terutama pada kelompok berisiko, seperti anak-anak, orang lanjut usia, orang dengan penyakit komorbid dan mereka yang memiliki imunitas rendah. 

    “Terkait HMPV ini,  direkomendasikan kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Menghindari kontak dengan pasien atau orang dengan gejala flu. Dan membersihkan benda-benda yang terkontaminasi,” imbuhnya. 

    Pada orang yang tengah mengalami gejala flu atau batuk, diminta menggunakan masker agar tidak menularkan penyakit pada orang lain. 

    Sedangkan pada kelompok berisiko, Erlina mengimbau untuk memakai masker. Khususnya ketika berada di tengah keramaian, bekerja atau bepergian. 

    Lakukan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, tutup mulut serta hidung dengan siku yang dilipat. 

    Bisa pula menutup hidup dan mulut menggunakan tisu atau masker.

    “Hindari juga menyentuh wajah karena mulut, hidung, mata menjadi pintu masuk virus. Bersihkan benda atau permukaan atau alat-alat yang sering digunakan. Seperti meja, pegangan pintu, keyboard komputer, dan lain-lain,” paparnya. 

  • PB IDI Ingatkan Perokok Berat Berisiko Tinggi Terpapar Penyakit HMPV  – Halaman all

    PB IDI Ingatkan Perokok Berat Berisiko Tinggi Terpapar Penyakit HMPV  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Perokok berat termasuk salah satu kelompok berisiko tinggi terinfeksi virus Human Metapneumovirus (HMPV).

    Hal ini diungkapkan oleh Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K). 

    “Selain pasien asma dan penyintas diabetes, perokok juga termasuk kelompok yang harus waspada. Secara teori, sistem respirasi seorang perokok sudah melemah,” ungkapnya pada media briefing virtual, Kamis (9/1/2025). 

    Hal ini disebabkan oleh paparan rutin terhadap rokok yang melumpuhkan fungsi bulu-bulu getar di saluran pernapasan. 

    Padahal, bulu-bulu ini berperan penting dalam melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit.

    “Jadi perokok adalah termasuk kelompok yang rentan. Intinya tolong bantu kami untuk edukasi masyarakat jangan merokok,” imbaunya. 

    Selain perokok, Prof. Erlina mengungkapkan ada kelompok lain yang juga berisiko terinfeksi HMPV. 

    Di antaranya anak-anak dan individu dengan sistem imun lemah. 

    Lansia yang berusia di atas 65 tahun dan penderita penyakit kronis, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

    Penderita diabetes juga termasuk dalam kelompok rentan. 

    HMPV juga dapat menular pada penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV), atau individu yang sedang menjalani kemoterapi, dan memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
     

  • Kebiasaan Remaja Utamakan Rasa Ketimbang Nilai Gizi, Ini Kata Dokter – Halaman all

    Kebiasaan Remaja Utamakan Rasa Ketimbang Nilai Gizi, Ini Kata Dokter – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Remaja masa kini menghadapi tantangan yang jauh berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. 

    Aktivitas yang padat dan gaya hidup modern membuat kebutuhan nutrisi mereka semakin kompleks. 

    Menurut Medical Manager Kalbe Consumer Health, dr. Helmin Agustina Silalahi, asupan makanan harian saja sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi tubuh remaja.

    “Remaja-remaja kita butuh tenaga yang berbeda dengan zaman saya dulu. Aktivitas mereka jauh lebih banyak, tapi sayangnya, pola makan mereka tidak mendukung,” kata dr. Helmin, di Jakarta, belum lama ini.

    “Apalagi sekarang kalau tidak ada makanan di rumah, tinggal pesan online. Kita tidak bisa menjamin kandungan nutrisinya,” lanjutnya. 

    Ia menambahkan, kebiasaan memilih makanan yang lebih mengutamakan rasa daripada nilai gizi menjadi tantangan tersendiri. 

    “Anak-anak sekarang lebih suka makanan yang enak, meskipun tidak sehat. Jadi, untuk melengkapi kebutuhan nutrisi mereka, suplemen dan multivitamin menjadi solusi yang sangat penting,” ujarnya.

    Suplemen seperti multivitamin dapat membantu memenuhi angka kecukupan gizi yang tidak terpenuhi dari makanan. 

    Terlebih lagi, remaja sedang berada dalam masa pertumbuhan, sehingga kebutuhan nutrisi mereka harus dipenuhi dengan baik agar aktivitas dan perkembangan tubuhnya berjalan optimal.