Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Pola Makan untuk Pasien Stroke Tak Boleh Sembarangan, Ini Makanan yang Disarankan – Halaman all

    Pola Makan untuk Pasien Stroke Tak Boleh Sembarangan, Ini Makanan yang Disarankan – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi nomor tiga di Indonesia.

    Dari data Kementerian Kesehatan, ada sekitar 550.000 pasien baru stroke di Indonesia. ​

    Risiko stroke sering kali dikaitkan dengan gaya hidup terutama asupan nutrisi yang dikonsumsi.

    Stroke tidak menular atau penyakit lifestyle (gaya hidup).

    Stroke merupakan suatu kumpulan gejala atau kelainan yang dikibatkan karena sumbatan ataupun pecahnya pembuluh darah.

    Kondisi yang paling banyak dialami pasien saat ini adalah stroke akibat sumbatan atau stroke iskemik. Sedangkan stroke akibat pecahnya pembuluh darah dikenal dengan stroke hemoragik.

    Gejala stroke disingkat dengan istilah SeGeRa ke RS.

    Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K, 
    menjelaskan, Se-nya adalah senyum, yaitu senyum tidak simetris atau satunya naik dan satunya turun.

    Kedua Ge adalah gerak separuh badan lemah. Lalu Ra yaitu bicara tidak jelas. Ke-nya adalah kebas badannya. Lalu R-nya adalah rambun atau hilang penglihatan dalam sekejap. Berikutnya, S adalah sakit kepala yang terjadi secara hebat atau berlebihan.

    “Perhatikan SeGeRa Ke RS. Kalau terjadi salah satu tanda tersebut apalagi orang tersebut memiliki riwayat serangan stroke atau memiliki risiko, maka harus segera dibawa ke pusat kesehatan terdekat. Jangan ditangani dengan selain medis. Semakin cepat pasien ditangani, maka akan semakin minimal terjadinya gejala sisa dari stroke. Golden period-nya itu sampai 4,5 jam, jadi idealnya di bawah 4,5 jam sudah ditangani,” imbau dr. Dedy dalam Live Instagram @ptkalbefarmatbk.

    Pola makan dapat memengaruhi risiko stroke. Sebab, apa yang dimakan di masa lampau adalah investasi di masa depan.

    Berdasarkan referensi atau jurnal, dikatakan bahwa hingga saat ini penyebab utama stroke adalah pola hidup.

    Pola hidup yang paling berperan terhadap serangan stroke adalah pola makan yang tidak sehat akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah di otak.

    Kedua adalah menyebabkan kekakuan pembuluh darah, yang berisiko semakin mudah menyempit atau semakin mudah pecah.

    Ketiga, pola makan yang salah akan menyebabkan inflamasi atau peradangan pembuluh darah akan menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku.

    “Pejuang stroke juga wajib mengonsumsi makanan yang bisa dikunyah, karena kelumpuhan otot mengakibatkan pasien sulit mengunyah. Maka sebaiknya, berikan makanan yang lunak atau cair. Jika nutrisi tidak bisa terpenuhi dari makanan sehari-hari, itu pertanda  pasien membutuhkan suplemen nutrisi,” jelas dr. Dedy.

    Sebanyak 24—53 persen pasien stroke mengalami disfagia, yang merupakan kesulitan menelan makanan atau minuman.

    Apabila disfagia terjadi dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan malnutrisi.
    Badan pasien jadi kurus, lemas, menghambat beraktivitas padahal pasien stroke butuh fisioterapi untuk melatih motorik. Aktivitas terutama olahraga dan fisioterapi butuh energi dari asupan nutrisi.

    Beberapa hal terkait pola makan pasien stroke. 

    Pertama, setelah terjadi serangan pada pejuang stroke, sebaiknya tidak diminta mengunyah tetapi diberikan makanan cair.

    Kedua, kelumpuhan juga terjadi di otot kerongkongan, yang berisiko membuat tersedak yang menyebabkan makanan masuk ke saluran pernapasan hingga infeksi saluran napas.

    Jangan memberikan makanan terlalu cepat, karena pejuang stroke akan trauma atau takut makan jika tersedak.

    Kanndungan dan komposisi makanan harus memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Salah satunya, protein yang membantu perkembangan otot tubuh. Apabila asupan protein kurang dari kebutuhan, menyebabkan otot tubuh mengecil,” kata dr Dedy.

    Badan pun menjadi lemah karena otot adalah sumber kekuatan untuk bergerak.

    Kemudian makanan tinggi serat, karena bermanfaat untuk menghambat penyerapan gula berlebih dan kolesterol jahat.

    Selain itu, apabila pasien stroke memiliki gangguan ginjal atau gangguan kesehatan lainnya, maka butuh konsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi harian. 

  • Selandia Baru Menuju Negara Bebas Asap Tahun 2025, Ini Cara Tekan Angka Perokok Remaja – Halaman all

    Selandia Baru Menuju Negara Bebas Asap Tahun 2025, Ini Cara Tekan Angka Perokok Remaja – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Pemerintah Selandia Baru mengumumkan akan menjadi negara bebas asap pada tahun 2025 (Smoke-free 2025).

    Cara yang ditetapkan pemerintah Selandia Baru menggunakan regulasi berbasis pendekatan rendah risiko kesehatan.

    Pihak terkait memanfaatkan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik (vape) dan produk tembakau yang dipanaskan.

    Direktur Action on Smoking and Health Foundation (ASH) Selandia Baru, Ben Youdan, menjelaskan, pemerintah Selandia Baru pernah gagal dalam mencapai target untuk mengurangi tingkat perokok dewasa menjadi 10 persen pada tahun 2018.

    Saat itu, Pemerintah Selandia mengimplementasikan kampanye dan tindakan berdasarkan Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), namun hasilnya tidak membawa perubahan apapun

    Pemerintah Selandia Baru mulai melihat penurunan tajam dalam jumlah perokok ketika produk tembakau alternatif diperkenalkan.

    “Tingkat merokok turun menjadi sekitar 6,86 persen. Ini merupakan perubahan jelas yang menunjukkan bahwa penggunaan produk tembakau alternatif semakin meningkat dalam mengurangi jumlah perokok,” papar Ben dalam diskusi publik The E-Cigarette Summit UK 2024 di London, beberapa waktu lalu.

    Melalui implementasi regulasi menuju negara Bebas Asap 2025, pemerintah Selandia Baru lebih terbuka dalam memberikan ragam pilihan produk tembakau rendah risiko bagi perokok untuk beralih dari kebiasaan merokok, seperti produk tembakau alternatif.

    Pada akhir Desember 2024, pemerintah Selandia Baru telah mengumumkan pembagian peralatan rokok elektronik gratis bagi perokok yang ingin beralih dari kebiasaan merokok.

    Program ini juga sudah diimplementasikan di negara Inggris dengan menawarkan vape kit gratis kepada satu juta perokok pada 2023 lalu.

    Selain mengupayakan berkurangnya jumlah perokok, Ben menambahkan, pemerintah Selandia Baru juga mengantisipasi terhadap pertumbuhan pengguna produk tembakau alternatif di kalangan remaja.

    Di Indonesia pemerintah terus berupaya menurunkan jumlah perokok.

    Sekretaris Jenderal Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Garindra Kartasasmita menjelaskan komitmen asosiasi industri yang hanya menjual produk pada konsumen dewasa demi mencegah perokok baru.

    “Kami berkomitmen untuk hanya menjual produk kepada konsumen dewasa dan tidak menjual kepada yang di bawah umur. Kami akan memastikan bahwa seluruh anggota asosiasi mematuhi peraturan dan regulasi yang berlaku terkait penjualan produk ini,” ujarnya, seperti dikutip Selasa (28/1/2025).

    Senada dengan Garindra, Ketua Asosiasi Vaper Indonesia (AVI) Johan Sumantri mengatakan, produk tembakau alternatif hanya diperuntukkan bagi usia 18 tahun ke atas dan perokok aktif yang ingin beralih.

    “Hak-hak konsumen pengguna juga penting untuk diberikan perlakuan yang berbeda dengan perokok seperti membedakan aturan kawasan tanpa rokok dan akses penggunaan rokok,” ungkapnya.

  • Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat Diperintahkan Putus Kerjasama dengan WHO – Halaman all

    Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat Diperintahkan Putus Kerjasama dengan WHO – Halaman all

    Pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) John Nkengasong diperintahkan untuk memutus kerja sama dengan WHO.

    Tayang: Selasa, 28 Januari 2025 14:11 WIB

    CBS News

    Kantor WHO. Pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) John Nkengasong diperintahkan untuk memutus kerja sama dengan WHO. 

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) John Nkengasong diperintahkan untuk memutus kerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Dikutip dari APP News, pejabat itu mengirim memo kepada pemimpin senior CDC pada Minggu malam.

    Memo itu memberi tahu mereka bahwa semua staf yang bekerja dengan WHO harus segera menghentikan kolaborasi mereka dan menunggu arahan lebih lanjut.

    Para ahli mengatakan, penghentian mendadak itu mengejutkan dan akan menghambat upaya penyelidikan dan upaya menghentikan wabah virus Marburg dan mpox di Afrika, serta ancaman global yang semakin meningkat, dimana WHO kini sedang memantau wabah flu burung di antara hewan ternak di Amerika Serikat.

    “Semua staf CDC yang bekerja sama dengan WHO melalui kelompok kerja teknis, pusat koordinasi, dewan penasihat, perjanjian kerja sama, atau cara lain secara langsung atau virtual tidak diperbolehkan mengunjungi kantor WHO,” tulis memo yang dilihat APP News.

    Sebelumnya, Presiden Donald Trump minggu lalu mengeluarkan perintah eksekutif untuk menarik keanggotaan AS dari WHO pada 20 Januari lalu.

    “Menghentikan komunikasi dan pertemuan dengan WHO merupakan masalah besar,” kata pakar kesehatan masyarakat dari University of Southern California yang bekerja sama dengan WHO dalam upaya melawan infeksi menular seksual Dr. Jeffrey Klausner.

    Diketahui, ada sekitar 30 orang staf CDC yang bekerja di WHO dan mengirimkan jutaan dolar melalui perjanjian kerja sama.

    Namun sayangnya pejabat CDC tersebut tidak menanggapi permintaan wawancara dengan AP News tentang memo tersebut.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’61’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Terapi Sel Punca Terbukti Efektif untuk Pengobatan Lebih 80 Penyakit, Mulai Diabetes hingga Stroke – Halaman all

    Terapi Sel Punca Terbukti Efektif untuk Pengobatan Lebih 80 Penyakit, Mulai Diabetes hingga Stroke – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Terapi sel punca berdasarkan bukti atau praktik yang didasarkan pada bukti ilmiah terkini telah terbukti efektif untuk pengobatan lebih dari 80 jenis penyakit.

    Puluhan penyakit itu diantaranya diabetes, stroke, gangguan ginjal, penyakit jantung, autoimun, kelainan darah, luka bakar, hingga gangguan perkembangan seperti autism spectrum disorder dan cerebral palsy.

    “Stem Cell atau sel punca merupakan sel induk yang memiliki kemampuan memperbanyak diri dan berubah menjadi berbagai jenis sel dan mampu meregenerasi sel rusak dalam tubuh dan memperbaiki sistem imun,” kata Presiden World Council of Stem Cell (WOCS), Prof dr Deby Vinski MS PhD saat peresmian Celltech Stem Cell Centre di RS Universitas Hasanuddin di Makassar, Sulsel belum lama ini. 

    Kolaborasi antara Celltech Vinski Tower dan Unhas ini menghadirkan terobosan baru bagi masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya dalam penyimpanan tali pusat bayi baru lahir dan terapi sel punca atau stem cell.

    Peresmian dihadiri Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc,  Direktur RS Unhas, Prof dr Andi Muh Ichsan, dan Komite Sel Punca, termasuk dr Marhaen Hardjo dan Prof Farida.

    Dikatakan Deby, sel punca terdapat salah satunya di tali pusat atau tali pusar bayi memiliki peranan penting karena akan aktif ketika ada sel dalam tubuh yang mengalami kerusakan fungsi.

    “Darah dan jaringan di tali pusar dapat mengobati sejumlah penyakit lainnya, di antaranya kanker darah, kelainan darah, hingga gangguan sistem imun tubuh,” kata Deby.

    Saat ini manfaat terapi stem cell telah dirasakan oleh berbagai tokoh nasional, termasuk Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Dr. Muhammad Jusuf Kalla, Surya Paloh, Mahfud MD, Hotman Paris Hutapea serta publik figur seperti Ustazah Oki Setiana Dewi dan keluarganya juga mendapatkan manfaat kesehatan dari terapi ini.

    “Sel punca dalam tali pusar tersebut, kata dia dapat digunakan untuk bayi tersebut, orangtua kandung, saudara kandung bayi, kakek dan nenek bayi, maupun keluarga kedua pihak,” katanya.

    Celltech telah menjadi centre of excellence untuk validasi terapi sel punca, dengan kolaborasi global bersama Swiss Biotech, universitas di Italia, EIU Barcelona, Dubai, dan Amerika Serikat. 

    Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa bersama Presiden World Council of Stem Cell (WOCS) Prof Deby Vinski meresmikan Celltech Stem Cell Centre di RS Unhas pada Sabtu (25/1/2025) siang. RS Layanan terbaru ini menawarkan terapi stem cell untuk berbagai penyakit, termasuk kanker darah dan Parkinson. (IST)

    Di dalam negeri, Celltech juga bekerja sama dengan RS POLRI, Universitas Pertahanan RI, RS Sentra Medika, RS Batam, dan Universitas Batam.

    “Kami juga kerjasama dengan lembaga penelitian sel punca di Universitas Pertahanan pun telah didirikan sebagai bagian dari komitmen untuk memperkuat riset berbasis teknologi kesehatan,” katanya.

    Deby menambahkan, kerjasama Celltech Vinski Tower dan Unhas memungkinkan warga Sulsel khususnya atau Sulawesi tidak perlu ke Jakarta atau luar negeri karena penyimpanan tali pusat kini dapat dilakukan di Makassar.

     

    Ditambahkannya, terobosan ini merupakan hasil dari MoU yang telah ditandatangani sejak 2016 antara Unhas dan Celltech Vinski Tower. 

    Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa menyambut baik dibukanya Stem Cell Centre di RS Unhas karena menjadi langkah bagus bagi dunia kesehatan di Indonesia Timur, khususnya Kota Makassar.

    “Unhas walaupun sudah lama merencanakan sejak 2016, kita sudah ingin melakukan langkah terukur untuk mengoptimalkan peluang, seperti bank tali pusar hingga implementasi lainnya, mulai dari ortopedi dulu,” kata Prof Jamaluddin Jompa.

    Dikatakannya selama ini banyak masyarakat memilih pengobatan di luar negeri hanya karena minimnya pelayanan kesehatan alternatif. 

    Dengan terbitnya Permenkes layanan Stem Cell pada ortopedi, niat membuka pusat Stem Cell di RS Unhas pun kembali membara sehingga akhirnya, inisiasi kembali berjalan dan Celltech Stem Cell Centre di Unhas resmi dibuka.

    “Indonesia itu harus kehilangan banyak devisa dari kalangan menengah ke atas ketika tidak ada pengobatan alternatif di Indonesia yang dianggap modern, maka mereka pergi ke Singapura, Amerika, Eropa, Jepang. 

    Nah ini bagi kita kenapa takut implementasikan yang sudah terbukti. Indonesia khusus untuk ortopedi sudah keluar Permenkes-nya, dan akan keluar beberapa Permenkes baru untuk diaplikasikan,” katanya.

    Ke depan, akan lahir Permenkes lagi mengenai layanan Stem Cell untuk bidang kesehatan lainnya sehingga layanan Stem Cell di RS Unhas menurutnya akan terus berkembang bagi masyarakat di Indonesia Timur.  (Tribun Timur/Faqih Imtiyaaz/*)

     

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Layanan Stem Cell RS Unhas Bantu Sembuhkan Penyakit Lewat Tali Pusat Bayi

  • Waspadai Serangan Flu Burung pada Sapi Perah dan Kucing, Berikut Gejalanya – Halaman all

    Waspadai Serangan Flu Burung pada Sapi Perah dan Kucing, Berikut Gejalanya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pakar Virologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Suwarno drh MSi mengungkapkan, kewaspadaan Avian Influenza atau flu burung yang bisa menyerang sapi perah dan kucing.

    Kasus sapi perah dan kucing tertular flu burung pernah merebak pada awal 2024 di Amerika Serikat.

    Ia mengatakan, flu burung merupakan penyakit yang kompleks dan terus berkembang dimana hewan liar banyak mati akibat terinfeksi virus tersebut. 

    “Flu burung terus berevolusi, bermutasi dan mengalami spillover, lompatan antar spesies yang berbeda. Yang semula hanya menginfeksi burung liar, sekarang dilaporkan telah menginfeksi manusia, mamalia, dan unggas domestik,” terang Prof Suwarno dikutip dari laman website unair, Senin (27/1/2025).

    Saat ini kasus flu burung kembali merebak di dunia, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan surat edaran kepada masyarakat melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

    “Kewaspadaan ini sangat perlu karena beberapa negara di Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan Australia telah melaporkan kasus flu burung akibat varian dari virus Flu Burung A yang sangat patogen,” ungkap Prof Suwarno. 

    Sapi perah merupakan salah satu hewan mamalia yang memiliki risiko terpapar virus flu burung.

    Penurunan produksi susu mulai dari 20-100 persen menjadi dampak dari penularan virus antar spesies (dari unggas ke mamalia).

    “Yang berbahaya adalah susu yang dihasilkan sangat tercemar dengan keberadaan virus tersebut. Susu mentah yang tidak dipasteurisasi dapat menjadi penyebab penyebaran virus pada spesies lain, termasuk kucing, harimau, singa, anjing dan unggas domestik, serta hewan liar lainnya,” ungkapnya. 

    Adapun tanda atau gejala jika sapi perah yang terdeteksi positif flu burung menunjukkan gejala yang tidak spesifik. 

    Umumnya terjadi penurunan nafsu makan, keluarnya leleran lendir dari hidung, feses yang lengket atau encer, lesu, dehidrasi dan demam.

     Kualitas susu pada sapi perah yang terpapar pun konsistensi kental dan pekat, serta berwarna kuning mirip kolostrum.

    Sementara pada kucing jauh lebih berisiko terjangkit daripada anjing. Hal tersebut dikarenakan perilaku kucing yang kerap menjadikan burung sebagai target mangsanya. Oleh karena itu, penting memahami gejala pada kucing yang terjangkit. 

    “Sejauh ini gejala yang muncul pada kucing ditandai dengan penurunan nafsu makan, lesu, demam, Leleran lendir pada mata, bersin, batuk, hingga sesak nafas.”

    Selain itu juga dapat dilihat gejala syaraf yang mengalami gangguan koordinasi gerak, tremor, dan kejang disertai kebutaan.

    Untuk mencegah penyebaran flu burung pada kucing, jangan beri kucing susu yang tidak dipasteurisasi (dipanaskan) serta tidak konsumsi daging mentah atau setengah matang yang berasal dari unggas. 

    “Langkah selanjutnya yakni, jaga kucing di dalam rumah agar terhindar dari paparan burung liar atau hewan liar lainnya, jauhkan kucing dari ternak atau unggas lainnya. Saya himbau untuk segera bawa ke dokter hewan jika didapatkan gejala seperti yang disebutkan,” pesan Prof Suwarno. 

     

     

  • Emilia Contessa Meninggal karena Gagal Jantung Akut, Kenali Tanda Pasien Harus Segera Dibawa ke RS – Halaman all

    Emilia Contessa Meninggal karena Gagal Jantung Akut, Kenali Tanda Pasien Harus Segera Dibawa ke RS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Kabar duka menyelimuti dunia hiburan. Artis senior Emilia Contessa tutup usia pada Senin (27/1/2025).

    Ibunda artis Denada Tambunan ini meninggal dunia akibat gagal jantung akut di RSUD Blambangan, Banyuwangi.

    Emilia sempat mendapatkan perawatan intensif, sebelum menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 18.00 WIB.

    Koordinator Pelayanan Medis RSUD Blambangan, dr. Ayyub Erdianto, Emilia mengalami serangan jantung mendadak yang mengakibatkan Acute Lung Oedema atau edema paru.

     “Kegagalan pompa jantung menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru sehingga menimbulkan sesak berat,” jelas dr. Ayyub dikutip dari TribunJateng.

    Gagal jantung akut merupakan kondisi medis serius dimana jantung tiba-tiba tidak mampu memompa darah dengan cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

    Kondisi ini harus membutuhkan penanganan medis yang cepat.

    Gagal jantung akut dengan edema paru merupakan salah satu jenis gagal jantung akut.

    Kondisinya ditandai dengan penumpukan cairan di paru-paru yang mengakibatkan pernafasan terganggu.

    Berikut tanda atau gejala yang patut diwaspadai ketika mengalami gagal jantung akut seperti dikutip dari berbagai sumber.

    Salah satu tanda dan gejala gagal jantung akut yang paling umum adalah sesak nafas.

    Lalu bernapas berat, rasanya seperti tercekik, berjuang untuk bernafas saat berbaring, dada sesak, pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, atau perut, detak jantung yang tidak teratur, batuk hingga pingsan atau pusing.

    Jika menemui gejala atau tanda di atas, segeralah mencari pertolongan medis ke rumah sakit.

    Semakin cepat, semakin besar peluang Anda untuk pulih.

    Dikutip dari Cleveland clinic, ada banyak penyebab gagal jantung akut. Seperti masalah irama jantung (aritmia), penyakit arteri koroner, penyakit katup jantung, kardiomiopati, penyakit ginjal lanjut.

    Kemudian gangguan penggunaan alkohol, gumpalan darah di paru-paru (emboli paru), diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme), apnea tidur, stroke, maupun infeksi virus (seperti penyakit jantung rematik)

    Menjalani gaya hidup sehat merupakan cara untuk mencegah penyakit tersebut.

    Seseorang harus menjaga berat badan tetap ideal.

    Konsumsi makanan yang tinggi serat atau tinggi protein, seperti sayur, buah, ikan, dan biji-bijian atau serealia.

    Mengurangi asupan gula dan garam serta minuman beralkohol.

    Berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit setiap hari

    Cukupi waktu tidur dan istirahat, mengelola stres dengan baik dan tidak merokok.

    Seseorang juga bisa mencegahnya dengan rutin menjalani pemeriksaan kesehatan berupa tekanan darah, kolesterol dan gula darah. (*)

  • Ahli Kesehatan: Indonesia Perlu Belajar soal Harga Obat Murah dan Pengendalian TBC dari India – Halaman all

    Ahli Kesehatan: Indonesia Perlu Belajar soal Harga Obat Murah dan Pengendalian TBC dari India – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pakar kesehatan sekaligus ahli paru Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, hubungan persahabatan antara India dan Indonesia haruslah terus dibina.

    Ada banyak hal yang bisa dipelajari aspek kesehatan oleh Indonesia.

    Misalnya saja soal harga obat yang murah, pengendalian TBC yang amat masif, jaminan kesehatan untuk lebih dari 1 milyar penduduk India, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan India, serta pakar kesehatan dan kedokteran India yang sudah mendunia pula.

    “Kemampuan India memproduksi berbagai jenis obat, alat diagnosis dan vaksin yang diekspor ke berbagai negara dan merupakan salah satu sumber utama obat dan vaksin dunia.  Semoga ke lima hal ini dapat ditindak lanjuti dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo kali ini,” ujar Prof Tjandra di Jakarta, Senin (27/1/2025).

    Ia membeberkan, ketika bertugas menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara selama lima tahun, harga obat di India jauh lebih murah dari negara Indonesia.

    Misalnya saja harga 1 tablet  Atorvastatin 20 mg di apotik di Jakarta adalah Rp 6.160 dan harga di India hanya 4,9 Indian rupees, atau Rp 1.000.

    Lalu, 1 tablet Clopidogrel 75 mg di Jakarta adalah  Rp 7.835 dan di India hanya 7,7 Indian rupees, atau Rp 1.540.

    Obat Telmisartan 40 mg di Jakarta adalah Rp. 5.198, dan harga di India hanya 7,4  Indian rupees, atau Rp 1500.

    Kemudian obat Concord 2.5 mg harga di Jakarta adalah Rp 10.711 sementara harga di India hanya 7,8 Indian rupees, atau Rp 1.560.

    “Di semua kemasan obat di India selalu tercantum harganya. Jadi mau beli di kota mana pun di India maka harganya sama persis, dan tentu jadi dikontrol ketat oleh pemerintahnya. Ini suatu contoh yang baik kalau bisa diterapkan juga di negara Indonesia, dengan dua keuntungan. Keuntungan ke satu, masyarakat jadi tahu persis harganya karena tercetak di kemasan obat, dan keuntungan kedua harga akan sama di seluruh negara, di apotek manapun saat membelinya,” jelas Prof Tjandra.

    Juga, soal pengendalian Tuberkulosis atau TBC di India.

    India pada April 2024 lalu melaporkan, kasus TBC di negaranya menjadi kedua terbanyak di dunia.

    India berhasil menurunkan angka kematian akibat Tuberkulosis (TB) cukup tajam, dimana dari 28 / 100.000 penduduk di tahun 2015 menjadi 23 / 100.000 penduduk di tahun 2022.

    Data lain juga menunjukkan bahwa kematian akibat TB India turun dari 494.000 di tahun 2021 menjadi 331.000 di tahun 2022.

    Kini India telah berhasil mencapai target 2023 dimana mereka memulai pengobatan pada 95 persen pasien mereka, angka ini sangat tinggi.  

    Program penurunan kasus TB di India, sebagian besar ditangani oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Namun peran swasta juga ditingkatkan yakni 33 persen kasus ditangani klinik swasta di tahun 2023.

    Pemerintah India ujar Prof Tjandra, memiliki lima tantangan yang hampir mirip dengan pengendalian di Indonesia yaitu kurang gizi, HIV, Diabetes, alkohol dan kebiasaan merokok.

    “Akan baik kalau pengalaman dari India juga dipakai sebagai salah satu pertimbangan dan kajian dalam pemerintah mengambil kebijakan TB di negara kita, tentu sepanjang memungkinkan dijadikan benchmark pula,” harap direktur pascasarjana RS Yarsi ini.

     

  • Panduan Pola Makan Dari Dokter Gizi untuk Pencegahan Malnutrisi – Halaman all

    Panduan Pola Makan Dari Dokter Gizi untuk Pencegahan Malnutrisi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA —  Permasalahan gizi di Indonesia saat ini adalah mengalami malnutrisi. Ini tips pencegahan dan panduan dari dokter gizi.

    Malnutrisi adalah kondisi ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh, yang dapat terjadi ketika asupan gizi tidak sesuai dengan kebutuhan harian yang berakibat menjadi gizi buruk. Gizi buruk meliputi stunting, wasting, dan obesitas.

    Dokter spesialis gizi dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM mengungkapkan, ada sejumlah hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk bersama-sama menekan angka stunting, yang berfokus pada pencegahan malnutrisi.

    Ia menuturkan, bukan hanya kekurangan gizi.

    Namun faktanya, kelebihan gizi pun dapat dikatakan malnutrisi.

    “Karena itu diingat untuk masyarakat lebih menyadari pentingnya pemenuhan nutrisi harian setiap harinya.

    Sebab, faktor kunci yang berkontribusi pada permasalahan gizi adalah pola makan, yakni praktik pemberian dan penyedia makan yang sesuai dengan kebutuhan harian seseorang,” kata dia di acara Healthy Eat, Healthy Living ini di Jakarta, Sabtu (25/1/2025).

    Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian, penting untuk mengonsumsi makanan yang seimbang dan bervariasi, sehingga tubuh mendapatkan semua zat gizi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik.

    Asupan makanan yang seimbang melibatkan tiga kelompok utama, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral.

    “Usahakan agar di dalam piring makanan terdiri dari 50 persen sayuran dan buah, 25 persen karbohidrat sehat, dan 25 persen protein, untuk memastikan keberagaman gizi,” papar dr. Marya.

    Kemudian, pastikan konsumsi makanan yang bervariasi.

    Dalam hal ini, cobalah untuk tidak mengonsumsi satu jenis makanan secara berlebihan, melainkan makan berbagai macam makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

    Selain itu, atur pola makanan dengan frekuensi yang teratur, seperti tiga kali makan utama (pagi, siang, malam.

    Kemudian  1 sampai 2 kali camilan sehat di antara waktu makan, untuk menjaga energi tetap stabil sepanjang hari.
     
    Group Marketing Head PT Finusolprima Farma Internasional, dr. Siswandi menambahkan, kegiatan edukasi ini sejalan dengan inisiatif keberlanjutan pihaknya, Bersama Sehatkan Bangsa.

    Pemenuhan gizi harian dapat didukung dengan nutrisi tambahan.

    “Nutrisi tambahan itu seperti General Nutrition berupa Peptisol, Entrakid dan Speciality Nutrition berupa Hepatosol, Oligo. Edukasi gizi bukan hanya soal teori, tapi juga praktek pembuatan dan penyajian menu yang bisa diterapkan di keseharian hidup pasien,” kata dr. Siswandi.

     

  • Virus di Udara Bisa Naik 100 Kali Lipat Saat Hujan, Waspada Infeksi Pernapasan – Halaman all

    Virus di Udara Bisa Naik 100 Kali Lipat Saat Hujan, Waspada Infeksi Pernapasan – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Musim hujan sering kali dikaitkan dengan meningkatnya kasus penyakit pernapasan seperti flu, batuk, dan infeksi paru-paru. 

    Hal ini bukan sekadar mitos, melainkan fakta yang didukung oleh penelitian medis. 

    Dokter spesialis paru & pernapasan Eka Hospital Depok, dr. Gatut Priyonugroho, Sp.P(K)-Onk., FISR, menjelaskan bahwa jumlah virus di udara dapat meningkat secara signifikan selama musim hujan.

    “Saat musim hujan, jumlah virus di udara bisa meningkat hingga 100 kali lipat dibanding musim biasa,” kata dr. Gatut di kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini.

    Kondisi ini membuat risiko penularan penyakit pernapasan lebih tinggi, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Menurut dr. Gatut, salah satu penyebab meningkatnya kasus infeksi pernapasan saat musim hujan adalah kelembapan udara yang lebih tinggi. 

    Ilustrasi virus (freepik)

    “Virus dan bakteri penyebab penyakit cenderung bertahan lebih lama di udara dan permukaan yang lembap. Selain itu, saat hujan, banyak orang lebih sering berkumpul di dalam ruangan dengan ventilasi yang kurang baik, sehingga risiko penularan meningkat,” jelasnya.

    Selain flu, penyakit lain seperti Human Metapneumovirus (HMPV) dan pneumonia juga cenderung meningkat pada musim ini. 

    HMPV merupakan virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah dengan gejala yang mirip flu, namun dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, terutama bagi pasien dengan penyakit paru-paru kronis.

    Untuk mengurangi risiko terkena penyakit pernapasan selama musim hujan, dr. Gatut menyarankan beberapa langkah pencegahan. 

    “Menjaga daya tahan tubuh sangat penting. Pastikan asupan gizi cukup, tidur yang cukup, dan rutin mencuci tangan. Penggunaan masker di tempat umum juga bisa membantu mencegah penyebaran virus,” sarannya.

    Selain itu, ia menekankan pentingnya vaksinasi influenza sebagai salah satu cara efektif untuk melindungi diri dari infeksi pernapasan. 

    “Vaksin influenza sangat dianjurkan, terutama bagi lansia dan kelompok berisiko tinggi lainnya. Walaupun tidak langsung melindungi dari semua jenis virus pernapasan, vaksin ini bisa mengurangi tingkat keparahan infeksi,” ungkapnya.

  • Serangga Jadi Alternatif Sumber Protein Hewani di Program MGB? Ini Kata Dokter Gizi  – Halaman all

    Serangga Jadi Alternatif Sumber Protein Hewani di Program MGB? Ini Kata Dokter Gizi  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut, serangga bisa menjadi alternatif pemenuhan sumber protein hewani di beberapa daerah. 

    Ia menyakini, serangga memiliki gizi yang tinggi dan biasanya dikonsumsi warga lokal seperti ulat sagu. 

    Karena itu, ulat sagu bisa dimasukkan dalam komposisi menu makan bergizi gratis (MBG), khusus untuk daerah tersebut. 

    Lalu bisakah serangga jadi sumber protein hewani? 

    Dokter spesialis gizi dr. Johanes Casay Chandrawinata, MND, Sp.GK menjelaskan, menelaah dari beberapa budaya baik di luar negeri dan dalam negeri, serangga bisa menjadi alternatif pangan tinggi protein dan tinggi lemak. 

    Ada sekitar 2 miliar orang di dunia yang mengkonsumsi serangga setiap hari, dimana ada 2.000 spesies serangga yang dapat dimakan.  

    Ia menjelaskan terkait kandungan kandungan gizi serangga berbeda-beda tergantung jenis. 

    “Contohnya jangkrik per 100 gram mentah mengandung 460 kalori, 18.5 gram lemak, 69 gram protein. Belalang per 100 gram mentah mengandung 560 kalori, 38 gram lemak dan 48 gram protein,” ujar dia saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (25/1/2025). 

    Sementara untuk daging sapi ujar Dokter Johanes, daging sapi per 100 gram mentah mengandung 250 kalori, 15 gram lemak dan 26 gram protein.   

    Telur rebus per 100 gram mengandung 155 kalori, 11 gram lemak dan 13 gram protein. 
    Sehingga dari segi gizi, konsumsi serangga dapat dijadikan alternatif sumber protein hewani. 

    Namun demikian, ia mengatakan, pemerintah perlu mempertimbangkan lebih matang rencana tersebut lantaran, menyantap serangga di masyarakat Indonesia bukan menjadi kebiasaan atau sangat jarang dimasyarakat. 

    “Kebanyakan orang tidak menganggap serangga sebagai makanan, dan hal ini sangat menentukan apakah kebijakan makan serangga dapat diterapkan atau tidak. Kebijakan makan serangga akan berhasil di daerah tertentu yang sudah terbiasa mengkonsumsi serangga,” jelas dokter yang biasa disapa dokter Jo ini. 

    Selain itu, kasus alergi yang sering terjadi pada anak-anak juga patut diperhatikan, terutama bila alergi terhadap udang maka besar kemungkinan akan alergi juga terhadap serangga. 

    Saat anak sudah memiliki bakat alergi maka semua panganan yang memicu alergi harus sama sekali dihindari. 

    Sebelumnya mengutip Tribunnews.com, Dadan menyatakan peluang memasukan menu lokal seperti serangga berkaitan erat dengan komposisi protein di berbagai daerah yang amat bergantung pada potensi sumber daya lokal dan kesukaan masyarakat setempat.  

    Ia meminta contoh tersebut tidak diartikan lain.  

    “Nah, isi protein di berbagai daerah itu sangat tergantung potensi sumber daya lokal dan kesukaan lokal. Jangan diartikan lain ya,” katanya. 

    Misalnya saja pada daerah yang memiliki banyak sumber daya lokal seperti telur maupun ikan, maka protein itu boleh menjadi menu dari MBG. 

    Sama halnya dengan warga lokal yang terbiasa makan jagung atau singkong untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat tubuh, maka menu dalam MBG dapat menyertakan jenis makanan itu. 

    Hal ini katanya, menunjukkan bagaimana keragaman pangan dapat diakomodir dalam program MBG.