Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Gandeng Ellips Mahasiswa UI Edukasi Kesehatan Rambut Kepada Warga Binaan Panti Sosial di Jakarta – Halaman all

    Gandeng Ellips Mahasiswa UI Edukasi Kesehatan Rambut Kepada Warga Binaan Panti Sosial di Jakarta – Halaman all

    ​TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ellips bekerja sama dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Indonesia (UI) mengadakan kegiatan edukasi kesehatan rambut kepada warga binaan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya I, Jakarta, Kamis (20/2/2025).

    Mengusung tema “Shine Your Future”, kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan generasi muda, agar lebih percaya diri serta memiliki wawasan yang lebih luas dalam menjaga kesehatan dan penampilan diri.

    Kurangnya kesadaran akan pentingnya merawat kesehatan rambut menjadi tantangan tersendiri.

    Dengan keterbatasan akses terhadap berbagai fasilitas, termasuk edukasi kesehatan, banyak dari mereka yang tidak memiliki pemahaman atau sumber daya yang cukup untuk merawat rambut dengan baik.

    Padahal, aktivitas sehari-hari yang padat serta paparan panas dan polusi di lingkungan perkotaan seperti Jakarta meningkatkan kebutuhan untuk perawatan rambut yang lebih optimal.

    Brand Manager Ellips Pamella Yuvita menyampaikan pihaknya merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan akses yang lebih merata dalam edukasi kesehatan rambut. 

    “Kami melihat bahwa memiliki penampilan yang menarik, terutama rambut yang indah dan sehat, dapat menunjang kepercayaan diri. Kebiasaan merawat rambut bukan hanya penting untuk kesehatan, tetapi juga berdampak pada psikologis dan rasa percaya diri seseorang. Pada Hari Keadilan Sosial Sedunia ini, Ellips ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama memberikan keadilan dalam merawat rambut bagi seluruh masyarakat, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa,” ujar Pamela.

    Dalam kegiatan ini, sebanyak lebih dari 100 Warga Binaan Usia remaja mendapatkan edukasi dari dokter yang ahli dalam perawatan kulit dan rambut dr​ Audrey Natalia.

    Seminar edukatif ini membahas pentingnya merawat kesehatan rambut serta memberikan solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan rambut yang sering dihadapi remaja.

    Selain itu, peserta juga berkesempatan untuk mencoba langsung produk Ellips.

    Kepala Satuan Pelaksana Pembina Sosial Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya I, Ibu Toipah turut menyambut baik kegiatan ini.

    “Kami mengapresiasi inisiatif dari Ellips melalui kegiatan ini. Meningkatkan kualitas pembinaan remaja melalui program tambahan yang mendukung perkembangan fisik dan mental mereka adalah hal yang sangat penting. Selain itu, kegiatan ini juga membantu meningkatkan citra positif bahwa panti sosial aktif dalam mendukung program yang bermanfaat serta menjalin hubungan baik dengan perusahaan yang peduli terhadap kesejahteraan remaja,” ujar Toipah. 

    Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan para siswa PSBR Taruna Jaya I dapat lebih memahami pentingnya perawatan rambut dan meningkatkan rasa percaya diri mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

    Ellips Shine Future merupakan sebuah acara yang diinisiasi oleh sekelompok mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) yang berhasil memenangkan Social Impact Event Planning Competition yang diselenggarakan oleh Ellips sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Ellips Goes to Campus 2024.

    Melalui inisiatif ini, Ellips tidak hanya menegaskan komitmennya dalam menyediakan produk perawatan rambut berkualitas, tetapi juga berkontribusi secara sosial dalam meningkatkan kesejahteraan serta kepercayaan diri remaja Indonesia.

    Diharapkan, kegiatan ini dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan bagi para peserta dalam membangun masa depan yang lebih cerah.

    Dengan adanya kolaborasi antara mahasiswa dan E​llips, acara ini menjadi bukti bahwa sinergi antara dunia industri dan akademisi dapat menciptakan perubahan sosial yang berarti.

  • Mengenal Cacar Api: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya – Halaman all

    Mengenal Cacar Api: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Cacar Api atau Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV), virus yang sama yang menyebabkan Cacar Air. 

    Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, terutama individu berusia di atas 50 tahun atau mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. 

    Jika tidak ditangani dengan baik, Cacar Api bisa menimbulkan komplikasi serius yang berdampak pada kualitas hidup penderitanya.

    Penyebab dan Cara Penularan

    Setelah seseorang sembuh dari Cacar Air, virus Varicella-Zoster tidak hilang sepenuhnya dari tubuh, melainkan tetap dorman (tidak aktif) di dalam saraf. 

    Seiring waktu, virus ini dapat aktif kembali dan menyebabkan Cacar Api. 

    “Faktor pemicunya bisa bermacam-macam, seperti stres, penuaan, atau kondisi medis yang melemahkan sistem imun, seperti diabetes, kanker, dan penyakit autoimun,” kata dr. Johan Wijoyo, Head of Medical Adult Vaccine, GSK Indonesia di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2025).

    Meski demikian, Cacar Api tidak bisa menular langsung dari satu orang ke orang lain. 

    Namun, seseorang yang belum pernah mengalami Cacar Air bisa tertular virus Varicella-Zoster dari penderita Cacar Api yang sedang dalam fase ruam melepuh. 

    Jika tertular, orang tersebut tidak akan langsung terkena Cacar Api, melainkan mengalami Cacar Air terlebih dahulu.

    Untuk mencegah penularan, individu yang sedang mengalami Cacar Api aktif dianjurkan untuk menutup ruamnya dan menghindari kontak langsung dengan kelompok rentan, seperti lansia dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. 

    Setelah ruam melepuh mengering, risiko penularan virus pun hilang.

    Gejala Cacar Api

    Cacar Api umumnya muncul sebagai ruam merah yang terasa gatal dan menyakitkan pada satu sisi tubuh atau wajah. 

    Ruam ini biasanya berkembang menjadi lepuhan berisi cairan yang dapat sembuh dalam waktu 2 hingga 4 minggu. Sebelum ruam muncul, penderita sering kali mengalami gejala awal seperti:

    Sensasi terbakar atau nyeri pada area tertentu di tubuh seperti demam ringan, sakit kepala, dan kelelahan

    Selain itu, beberapa kasus Cacar Api yang muncul di sekitar mata dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan jika tidak ditangani dengan cepat.

    Komplikasi Cacar Api yang Perlu Diwaspadai

    Salah satu komplikasi paling umum dari Cacar Api adalah Nyeri Pascaherpes (NPH), yaitu nyeri saraf yang terjadi di lokasi ruam setelah ruamnya sembuh. 

    NPH dapat bertahan selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, terutama pada lansia.

    “Sekitar 10-18 persen penderita Cacar Api akan mengalami Nyeri Pascaherpes (NPH), dengan risiko yang lebih tinggi pada pasien lansia,” ujar dr. Johan Wijoyo, Head of Medical Adult Vaccine, GSK Indonesia.

    “Selain itu, individu dengan penyakit penyerta seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan autoimun juga lebih rentan mengalami komplikasi yang lebih berat,” lanjutnya. 

    Selain NPH, komplikasi lain yang dapat terjadi akibat Cacar Api meliputi:

    Gangguan penglihatan, jika cacar api muncul di sekitar mata.
    Gangguan pendengaran, jika infeksi terjadi di sekitar telinga.
    Radang otak (ensefalitis), pada kasus yang jarang terjadi.
    Infeksi paru-paru (pneumonia)

    Menurut dr. Johan, Cacar Api tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup pasien secara keseluruhan. 

    “Beberapa pasien yang mengalami komplikasi Cacar Api bahkan kehilangan kemandiriannya dan membutuhkan bantuan dari keluarga atau pengasuh. Aktivitas seperti tidur dan interaksi sosial juga bisa terganggu,” jelasnya.

    Pencegahan Cacar Api

    Karena Cacar Api dapat menimbulkan komplikasi yang serius, langkah pencegahan menjadi sangat penting. 

    Selain menjaga gaya hidup sehat dengan pola makan bergizi, olahraga teratur, dan manajemen stres, vaksinasi juga menjadi salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit ini.

    “Dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia di Indonesia, kita perlu semakin sadar akan risiko penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, termasuk Cacar Api. Pencegahan dengan vaksin adalah investasi kesehatan jangka panjang,” pungkas dr. Johan.

     

  • Mengenal Cacar Api: Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya – Halaman all

    Beberapa Langkah Penting Mencegah Cacar Api – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Cacar Api atau Herpes Zoster merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, terutama individu yang sebelumnya pernah menderita Cacar Air. 

    Penyakit ini lebih berisiko terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun dan individu dengan sistem imun yang lemah. 

    Untuk mencegah Cacar Api, penting bagi masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat serta mempertimbangkan vaksinasi sebagai perlindungan tambahan.

    Herpes Zoster disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster yang sebelumnya dorman dalam tubuh. 

    Virus ini dapat aktif kembali ketika daya tahan tubuh melemah, sehingga meningkatkan risiko munculnya ruam yang nyeri dan berbagai komplikasi serius, seperti Nyeri Pascaherpes (NPH), gangguan penglihatan, hingga radang otak.

    Menurut dr. Johan Wijoyo, Head of Medical Adult Vaccine, GSK Indonesia, ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan untuk mencegah cacar api, termasuk menjaga pola hidup sehat. 

    “Untuk mencegah Cacar Api, individu dapat melindungi diri dengan mengurangi stres dan memastikan untuk mengadopsi gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, menjaga berat badan yang ideal, rutin berolahraga, tidur cukup selama 7-9 jam setiap malam, serta menghindari kebiasaan merokok atau penggunaan produk tembakau,” katanya di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2025).

    Selain menerapkan pola hidup sehat, vaksinasi juga menjadi langkah efektif untuk mencegah Cacar Api. 

    Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah merekomendasikan vaksin Herpes Zoster bagi orang dewasa berusia di atas 50 tahun dan individu berusia 18 tahun ke atas dengan kondisi imunokompromais, seperti pasien yang menjalani kemoterapi atau menderita penyakit autoimun.

    “Vaksinasi telah terbukti dapat membantu mengurangi risiko infeksi dan komplikasi akibat Herpes Zoster. Dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, kesadaran mengenai pentingnya pencegahan melalui imunisasi harus terus ditingkatkan,” jelas dr. Johan.

    Masyarakat dapat mengakses informasi lebih lanjut mengenai imunisasi dewasa, termasuk vaksin Herpes Zoster, melalui website resmi Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI. 

     

  • Penelitian Produk Tembakau Alternatif Dinilai Perlu Dilakukan untuk Tekan Prevalensi Merokok – Halaman all

    Penelitian Produk Tembakau Alternatif Dinilai Perlu Dilakukan untuk Tekan Prevalensi Merokok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia dihadapkan pada pertumbuhan perokok aktif yang semakin meningkat, terutama pada usia anak remaja.

    Penelitian mengenai metode Pengurangan Risiko Tembakau atau Tobacco Harm Reduction (THR) dinilai bisa sebagai alternatif berhenti merokok dan menjadi salah satu strategi dalam dasar penyusunan aturan.

    Sejumlah praktisi menilai penelitian sejauh ini didominasi sudut pandang tembakau sebagai komoditas.

    Sementara dari sisi kesehatan, studi untuk memanfaatkan produk alternatif tembakau yang rendah risiko belum dilakukan.

    Sebuah studi yang dipublikasikan oleh JAMA Network pada Januari lalu bertajuk “Prevalence of Popular Smoking Cessation Aids in England and Associations With Quit Success” mengungkapkan produk tembakau alternatif, termasuk rokok elektronik, menjadi alat bantu berhenti merokok yang populer digunakan di Inggris.

    Studi tersebut melibatkan 25.094 perokok berusia minimal 16 tahun dan ditemukan bahwa rokok elektronik merupakan alat bantu berhenti merokok yang paling umum digunakan sepanjang tahun 2023-2024 yakni mencapai 40,2 persen dan menjadi metode dengan peluang keberhasilan berhenti merokok tertinggi jika dibandingkan dengan metode lain.

    “Temuan-temuan ini menunjukkan tingkat keberhasilan berhenti merokok dapat ditingkatkan dengan mendorong orang untuk menggunakan metode yang lebih efektif. Pada tahun 2023 hingga 2024, alat bantu berhenti merokok yang paling umum digunakan adalah rokok elektronik, yang digunakan dalam 40 persen upaya berhenti merokok. Kami menemukan bahwa upaya berhenti merokok yang dibantu oleh rokok elektronik lebih mungkin berhasil daripada yang tidak,” tulis laporan tersebut.

    Menanggapi temuan itu, praktisi kesehatan dr. Jeffrey Ariesta Putra membenarkan bahwa perokok yang mencoba berhenti tanpa beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko cenderung menghadapi tingkat kegagalan yang lebih tinggi.

    Menurutnya, tanpa adanya metode transisi yang efektif, banyak perokok mengalami kesulitan dalam mengatasi ketergantungan, sehingga kemungkinan untuk kembali merokok menjadi lebih besar.

    “Sebagai praktisi kesehatan, saya sulit meminta pasien secara mentah untuk berhenti merokok, karena sudah menjadi kebiasaan dan edukasi terkait bahaya merokok tidak kurang banyak. Menurut saya, produk rokok elektronik merupakan alternatif yang diharapkan dapat menjadi substitusi,” ungkap dr. Jeffrey, baru-baru ini.

    Dia menambahkan prevalensi merokok di Indonesia masih sangat tinggi, salah satunya disebabkan oleh harga produk tembakau alternatif yang dinilai lebih mahal dibandingkan rokok konvensional.

    dr. Jeffrey menilai keterjangkauan produk alternatif berperan penting dalam mendorong perokok untuk beralih ke pilihan yang lebih rendah risiko.

    Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah untuk memberikan insentif atau kebijakan yang mendukung aksesibilitas produk tembakau alternatif, sehingga lebih banyak perokok dapat beralih dan mengurangi risiko akibat kebiasaan merokok. 

     

  • BKKBN Usul Pemberian Insentif untuk Tim Pendamping Keluarga Program Makan Bergizi Gratis – Halaman all

    BKKBN Usul Pemberian Insentif untuk Tim Pendamping Keluarga Program Makan Bergizi Gratis – Halaman all

    Ia menambahkan BKKBN memiliki sekitar 600 ribu TPK yang akan membantu distribusi MBG. 

    Tayang: Kamis, 20 Februari 2025 12:59 WIB

    Tribunnews.com/Alivio

    INSENTIF PENDAMPING – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (31/1/2025) menjelaskan pihaknya menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam upaya mewujudkan keluarga maslahat di Indonesia.

    Wihaji usul pemberian insentif bagi Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang berperan dalam distribusi Makan Bergizi Gratis (MBG) di posyandu. 

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN tengah mengupayakan insentif bagi Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang berperan dalam distribusi Makan Bergizi Gratis (MBG) di posyandu.

    Adapun terkait hal ini, Menteri Kemendukbangga, Wihaji menyampaikan usulan tersebut telah diajukan kepada Komisi IX DPR RI. Namun masih dalam tahap pembahasan.

    “Itu masih dalam tahap diskusi, karena kami bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk program makan bergizi gratis, khususnya dalam distribusi MBG bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,” kata Menteri Wihaji ditemui di kantor BKKBN, Kawasan Halim, Jakarta Timur, Rabu (19/2/2025).

    “Karena mereka tidak bisa berkumpul setiap hari, kami mendukung BGN dengan melibatkan teman-teman di lini lapangan,” lanjutnya.

    Ia menambahkan BKKBN memiliki sekitar 600 ribu TPK yang akan membantu distribusi MBG. 

    Berdasarkan pengamatannya saat pembagian MBG di Bandung, Jawa Barat, Menteri Wihaji menilai tenaga tambahan dari TPK sangat dibutuhkan.

    Namun, terkait besaran insentif dan waktu pemberiannya, Wihaji belum dapat memberikan kepastian.

    “Harapannya ini bisa membantu lini lapangan dalam mendistribusikan MBG. Kepastiannya akan kami kabarkan nanti,” ujarnya.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’61’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Deg-degan Lebih dari Biasanya, Waspada Aritmia – Halaman all

    Deg-degan Lebih dari Biasanya, Waspada Aritmia – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pernahkah Anda merasakan deg-degan yang lebih dari biasanya? Waspada aritmia, penyakit jantung yang bisa berakibat fatal.

     

    Deg-degan yang lebih dari biasanya sering terjadi saat sedang berolahraga atau sedang cemas. Namun akan berangsur normal saat istirahat.

    Deg-degan merupakan istilah yang menggambarkan bisa merasakan denyut jantung dengan cukup jelas.

    Konsultan Intervensi Jantung & Aritmia Eka Hospital BSD dokter Ignatius Yansen mengatakan, deg-degan yang mengarah ke aritmia bisa ditandai jika sedang beristirahat atau bahkan terus-terusan deg-degan sampai menyebabkan nyeri dada.

    “Normalnya denyut jantung orang dewasa itu adalah 60 – 100 per menit saat beristirahat. Jika lebih atau kurang dari itu hati-hati ada gangguan irama jantung,” kata dia saat press briefing di Jakarta Selatan, Rabu (19/2/2025).

     

    Aritmia kata dokter Yansen, terbagi menjadi 2, yaitu detak jantung lambat dan cepat.

    Adapun gejala aritmia adalah jantung berdebar, detak jantung lambat atau cepat, pusing, pernah mengalami pingsan tanpa sebab, sesak napas, rasa tidak nyaman atau nyeri pada dada, hingga lemah atau kelelahan ekstrem.

    Untuk memastikan apakah aritmia atau bukan, akan ada serangkaian tes yang akan dokter lakukan seperti tanya jawab (anamnesis) dan pemeriksaan fisik, EKG, tes treadmill, holter monitoring (serupa dengan EKG tapi dapat memantau detak jantung selama 24 jam atau lebih)

    Ia menerangkan, tidak semua jenis aritmia perlu pengobatan. Sebab, beberapa di antaranya cukup ringan dan tidak memengaruhi kualitas hidup secara signifikan.

    “Kondisi tertentu bisa membaik dengan perubahan pola hidup menjadi lebih baik,” tutur dia.

    Secara umum, terdapat 5 pilar pengobatan aritmia, yaitu konsumsi obat-obatan, perubahan gaya hidup, seperti berhenti merokok dan alkohol, makan makanan bergizi. Lalu, terapi, seperti ablasi jantung, pemasangan ring jantung, kardioversi serta pemasangan alat pacu jantung, leadless pacemaker, dual chamber pacemaker, implantable cardioverter defibrillator (ICD).

    Jika tidak tertangani maka bisa mengakibatkan terbentuknya bekuan darah, yang berpotensi menyebabkan stroke, gagal jantung hingga henti jantung mendadak.

     

    Segera konsultasikan kesehatan jantung ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, terutama jika memiliki riwayat penyakit jantung seperti Aritmia. Jika Anda ingin mendapatkan second opinion terkait kondisi Aritmia yang Anda alami, MYCardia Eka Hospital dapat menjadi pilihan yang menyediakan hal tersebut.

     

  • Pola Makan Tinggi Gula, Garam dan Lemak Dikhawatirkan Picu Krisis Kesehatan di Indonesia – Halaman all

    Pola Makan Tinggi Gula, Garam dan Lemak Dikhawatirkan Picu Krisis Kesehatan di Indonesia – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA –  Pemerintah menyoroti pola makan tidak sehat yang terjadi di masyarakat.

    Konsumsi makanan tinggi gula, garam dan lemak dikhawatirkan memicu krisis kesehatan.

    Konsumsi garam berlebih dan lemak trans buatan merupakan dua faktor risiko utama terjadi penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.

    Penyakit kardiovaskular (PKV) seperti  serangan jantung dan stroke menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, merenggut hampir 800.000 nyawa setiap tahunnya.

    Sebagai upaya menangani krisis ini, pemerintah menggandeng dan pakar kesehatan serta lembaga terkait untuk mendesak inisiatif gizi yakmi penghapusan lemak trans dan  pengurangan garam.

    Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Prof. Asnawi Abdullah, Ph.D., menuturkan, kebijakan pengendalian garam dan lemak trans bukan hanya langkah kesehatan masyarakat, pengendalian faktor risiko, tetapi juga strategi terbukti efektif menekan laju peningkatan pembiayaan sistem kesehatan nasional.

    “Kami Kemenkes melihat beberapa negara yang telah memiliki regulasi pembatasan kadar garam dan eliminasi lemak trans dapat secara  signifikan mampu menekan angka kematian akibat PKV. Ini mengurangi beban pembiayaan kesehatan nasional,” kata dia saat ditemui di JW Marriot Hotel Jakarta, Rabu (19/2/2025).

    Melalui kebijakan yang tepat, pemerintah dapat membantu masyarakat hidup lebih sehat dan berpotensi menekan eskalasi pembiayaan belanja kesehatan yang telah mencapai 7.8 persen per tahun dalam 10 tahun terakhir.

    Pihaknya  berupaya fokus pada pengurangan konsumsi gula, garam, dan lemak sebagai bagian dari strategi kesehatan masyarakat.

    Berbagai negara telah sukses menerapkan kebijakan serupa, dan Indonesia perlu segera mengambil langkah untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif pola makan tidak sehat.

    Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Dr. dr. Sukadiono, M.M menekankan, pengendalian konsumsi garam dan lemak tidak sehat memerlukan kerja sama lintas sektor.

    “Pemerintah berkomitmen untuk mendorong kebijakan yang mendukung ketersediaan pilihan makanan yang lebih sehat serta meningkatkan edukasi agar masyarakat lebih bijak dalam memilih makanan yang baik bagi kesehatan mereka,” ujarnya.

    Dukungan dari pemerintah daerah juga menjadi kunci keberhasilan inisiatif ini.

    Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) Dr. Moh. Subuh, MPPM menambahkan  peran pemerintah daerah sangat krusial dalam mendukung kebijakan ini.

    “Dinas Kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota harus berperan aktif dalam sosialisasi dan implementasi kebijakan ini. Dengan dukungan yang kuat dari berbagai sektor, termasuk akademisi, dan masyarakat sipil, kita bisa mempercepat pencapaian target kesehatan nasional yang lebih baik,” katanya.

    Pertemuan ini menandai langkah besar dalam transformasi kebijakan pangan nasional guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat, mengurangi jumlah penyakit yang sebenarnya bisa dicegah serta mengurangi beban ekonomi akibat meningkatnya biaya pengobatan PTM.

  • BPOM Hentikan Peredaran Tiga Minuman Serbuk yang Diklaim Bisa Jadi ‘ASI Booster’ – Halaman all

    BPOM Hentikan Peredaran Tiga Minuman Serbuk yang Diklaim Bisa Jadi ‘ASI Booster’ – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bakal menelusuri tiga minuman serbuk untuk ibu menyusui yang memasang iklan dengan tagline “Susu Pelancar ASI’.

    Tiga produk pangan itu sering muncul sebagai konten di media sosial. Ketiganya adalah Momsy, Mama Bear, dan Mom Uung. Hasil penelusuran data registrasi di BPOM bahwa produk Momsy dan Mama Bear terdaftar sebagai kategori minuman serbuk dan tidak diperuntukkan bagi ibu menyusui. 

    Sedangkan Mom Uung terdaftar pada dua kategori yaitu sebagai kategori minuman serbuk yang tidak diperuntukkan bagi ibu menyusui dan kategori minuman khusus ibu menyusui. 

    Lebih lanjut, kepala BPOM RI Taruna Ikrar memaparkan hasil pengujian produk di laboratorium dimana Momsy Almond Mix Minuman Berperisa Rasa Strawberry, MD 073182000600279 terdeteksi mengandung pemanis buatan sukralosa.

    Mama Bear Almond Mix Minuman Berperisa Rasa Taro, MD 867013015799, tidak terdeteksi pemanis buatan sukralosa.

    Mom Uung Milk Flow Minuman Berperisa Rasa Vanilla, MD 867010156064, tidak terdeteksi pemanis buatan sukralosa.

    BPOM juga memaparkan hasil pengawasan terhadap label produk yang beredar. Produk minuman serbuk Momsy mencantumkan informasi dan klaim gizi dan non gizi yang tidak sesuai dengan label yang disetujui pada saat registrasi serta klaim “ASI booster” sehingga seolah-olah ditujukan untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui.

    Produk minuman serbuk Mom Uung mencantumkan peruntukan ‘Minuman Khusus Ibu Hamil & Menyusui’ dan klaim zat gizi yang tidak sesuai dengan label yang disetujui pada saat registrasi serta klaim “ASI booster” sehingga seolah-olah ditujukan untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui.

    Produk Mama Bear mencantumkan informasi dan klaim yang tidak sesuai dengan label yang disetujui pada saat registrasi.

    “Hasil pengawasan terhadap promosi dan iklan menunjukkan bahwa ketiga produk tersebut mencantumkan klaim yang tidak sesuai dengan ketentuan seperti pernyataan “Susu pelancar ASI”,” jelas Taruna di Jakarta, Rabu (19/2/2025).

    Dengan demikian, BPOM memutuskan ketiganya melakukan pelanggaran dan telah memberikan sanksi.

    Ketiganya diberi sanksi berupa pembatalan izin edar terhadap produk yang tidak memenuhi ketentuan, penghentian kegiatan produksi dan peredaran termasuk penjualan melalui online, perintah penarikan produk dari peredaran, serta melaporkan pelaksanaannya ke BPOM, peringatan dan larangan penayangan iklan yang tidak memenuhi ketentuan.

    “BPOM telah memerintahkan unit pelaksana teknis (UPT) BPOM di seluruh Indonesia untuk melakukan pengawalan terhadap penarikan produk yang dibatalkan izin edarnya,” lanjut dia.

    BPOM mengimbau masyarakat agar cerdas dalam memilih produk pangan olahan dengan menerapkan Cek KLIK dan melaporkan segera kepada BPOM melalui Contact Center HALO BPOM 1500533 atau Balai Besar/Balai/Loka POM terdekat apabila mengetahui/memiliki informasi/mencurigai kegiatan produksi/peredaran/promosi/iklan pangan olahan yang tidak memenuhi ketentuan.

     

  • Lima Upaya yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Menekan Risiko Kanker pada Anak – Halaman all

    Lima Upaya yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Menekan Risiko Kanker pada Anak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dokter spesialis onkologi radiasi di Tzu Chi Hospital dr. Andre Prawira Putra, Sp.Onk.Rad., M.P.H mengungkapkan, gejala-gejala umum saat anak terkena kanker.

    Kanker pada anak menjadi hal yang menakutkan bagi orang tua, apalagi survival rate penderita kanker anak di Indonesia terbilang rendah yakni kurang dari 30 persen. Kondisi ini menjadi tantangan besar di tanah air.

    “Ketika anak sudah menunjukkan gejala yang tidak wajar maka orang tua harus segera melakukan deteksi dini,” kata dr. Andre dalam acara NgobrAZ (Ngobrol Bareng Allianz Citizens).

    Berikut merupakan beberapa gejala umum pada anak yang mengarah pada kanker:

    Memar, perdarahan, dan nyeri pada tulang sendi tanpa sebab, perdarahan melalui hidung atau gusi secara tiba-tiba, mata juling dan munculnya pupil putih bila disinari cahaya.

    Lalu, anak menunjukkan penurunan berat badan tanpa penyebab, mengalami demam yang tidak dapat dijelaskan dan tidak disertai tanda penyakit lainnya.

    Juga adanya benjolan/pembengkakan tanpa ada rasa nyeri, atau tanda infeksi lainnya di berbagai bagian tubuh – beberapa bagian tubuh terdapat benjolan yang tidak simetris.

    Nyeri kepala secara terus-menerus, atau ukuran kepala membesar pada bayi serta adanya gangguan saraf seperti gangguan berjalan.

    Adapun jenis kanker anak di Indonesia yang paling banyak adalah leukemia (kanker darah).

    Sama seperti pada orang dewasa, faktor risiko terjadinya kanker pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

    GEJALA KANKER PADA ANAK. Dipaparkan oleh dokter spesialis onkologi radiasi di Tzu Chi Hospital dr. Andre Prawira Putra, Sp.Onk.Rad., M.P.H dalam webinar NgobrAZ. Kenali gejala tak wajar yang mengarah kanker pada anak. (Istimewa)

    1. Faktor Internal
    Kemungkinan ketika seorang anak sudah memiliki mutasi genetik bawaan dari dalam kandungan yang kemudian dapat mendorong munculnya penyakit kanker.

    Selain itu, terdapat kemungkinan juga mutasi pemicu kanker ini didapatkan setelah anak tersebut baru lahir.

    2. Faktor Eksternal
    Meningkatnya risiko kanker anak karena terkenanya paparan zat-zat tidak baik yang memicu terjadinya mutasi pemicu kanker.

    Terkena paparan zat kimia yang berbahaya ini dapat disebabkan oleh limbah atau polusi, termasuk polusi udara atau paparan zat yang memicu kanker pada makanan yang dikonsumsi anak.

    “Berbagai faktor tersebut dapat memicu terjadi kanker pada anak kapan saja. Dengan mendeteksi penyakit ini sedini mungkin, peluang sembuh dari kanker anak semakin besar,” ujar dia.

    Dilansir dari laman Kemenkes RI, sebanyak 30 persen dari kasus kanker dapat disembuhkan apabila diobati pada keadaan dini. Sedangkan sebanyak 43 persen dari seluruh kasus kanker dapat dicegah peningkatan risikonya dengan menerapkan pola hidup sehat.

    Ia mengatakan, ada upaya yang bisa dilakukan orang tua agar risiko kanker pada anak dapat ditekan.

    1. Menghindari Paparan Zat Karsinogen
    Paparan zat karsinogen pada asap rokok (termasuk rokok elektronik), juga paparan polusi udara atau bahan kimia dapat meningkatkan risiko kanker.

    Pastikan untuk menjaga lingkungan rumah yang bebas dari asap rokok dan menjaga lingkungan rumah tetap bersih dan sehat.

    2. Menghindari Paparan Radiasi
    Paparan terhadap radiasi berlebih dapat meningkatkan risiko kanker anak. Maka, penting bagi anak untuk selalu menggunakan pelindung matahari saat beraktivitas di luar ruangan.

    Paparan terhadap radiasi juga perlu diperhatikan sejak ibu mengandung, seperti hindari sinar X (X-Ray) tanpa alasan medis yang mendesak.

    3. Selektif dalam Penggunaan Wadah Plastik
    Salah satu pemicu kanker pada anak yaitu paparan zat bersifat karsinogenik pada wadah makanan yang terbuat dari plastik. Usahakan untuk menghindari penggunaan wadah plastik apalagi secara berulang-ulang karena bahaya mikroplastik di dalamnya tidak baik bagi tubuh.

    4. Memberikan Nutrisi yang Seimbang dan Mengonsumsi Sayur serta Buah
    Sayur dan buah yang kaya akan kandungan antioksidan berguna untuk melawan radikal bebas yang berbahaya bagi sel tubuh. Selain itu, pengidap kanker juga harus membangun sistem imun yang lebih kuat.

    Lain dari itu, penting untuk menghindari pemberian makanan olahan yang mengandung pengawet. Utamakan makanan alami dan segar yang mengandung serat tinggi, vitamin, dan mineral.

    5. Menerapkan Pola Hidup yang Sehat Sedari Anak Masih dalam Kandungan
    Salah satu faktor terjadinya mutasi genetik juga dipengaruhi lewat pola hidup Ibu saat mengandung. Untuk itu, hindari kebiasaan hidup tidak sehat seperti mengonsumsi alkohol dan juga merokok untuk mencegah peningkatan risiko mutasi genetik saat mengandung.

    “Langkah penting yang tidak boleh dilupakan oleh keluarga adalah dengan selalu menciptakan lingkungan yang mendukung dan positif sebagai bentuk dukungan emosional dalam mengelola stres dan menjaga kesehatan mental anak-anak,” tambah dr. Andre.

  • Ikuti WHO, BPOM RI Terbitkan Aturan Baru Uji Klinik Vaksin di Indonesia – Halaman all

    Ikuti WHO, BPOM RI Terbitkan Aturan Baru Uji Klinik Vaksin di Indonesia – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — BPOM menerbitkan kebijakan baru mendukung percepatan proses pelaksanaan uji klinik vaksin di Indonesia. Kebijakan ini mengikuti ketentuan World Health Organization (WHO).

    Pada peraturan sebelumnya, Peraturan BPOM Nomor 1 Tahun 2023 tentang Sertifikasi Pelulusan Batch/Lot Vaksin, masih mempersyaratkan ketentuan pelulusan batch/lot vaksin untuk tujuan uji klinik khususnya untuk uji klinik fase III.

    Dengan aturan baru ini, setiap vaksin yang diperuntukan pada uji klinik vaksin tidak diperlukan lagi sertifikat pelulusan batch/lot vaksin.

    Peraturan ini telah ditetapkan pada 9 Januari 2025 oleh Kepala BPOM Taruna Ikrar serta telah diundangkan oleh Kementerian Hukum pada 20 Januari 2025.

    “Peraturan ini dapat mempercepat proses pengembangan dan ketersediaan obat baru khususnya vaksin. Ini akan mempercepat akses terhadap obat esensial kedepannya,” papar Taruna Ikrar di Kantor BPOM pada Jumat (7/2/2025).

    Taruna menjelaskan, hal ini sejalan dengan aturan beberapa organisasi Internasional dan otoritas pengawas obat di dunia, seperti WHO, US-FDA, Uni Eropa, Therapeutic Goods Administration (TGA) Australia, dan National Medical Products Administration (NMPA) China, dimana Institusi tersebut tidak mempersyaratkan sertifikat pelulusan batch/lot vaksin pada uji klinik.

    “Dengan perubahan ini maka dalam pelaksanaan uji klinik, sertifikat pelulusan batch/lot vaksin tidak lagi diperlukan,” ujar Taruna Ikrar.

    Kepala BPOM berharap dengan diterbitkannya peraturan ini dapat mempercepat proses pelaksanaan uji klinik sehingga mendorong berbagai inovasi pengembangan vaksin baru. Belajar dari masa pandemi, saat ketersediaan dan akses terhadap vaksin sangat dibutuhkan dengan cepat dan segera. Peraturan ini mengakomodir hal tersebut dengan tetap mengedepankan aspek keamanan, khasiat, dan mutu.