Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Kanker pada Anak Sulit Dicegah, Deteksi Dini Menjadi Penting – Halaman all

    Kanker pada Anak Sulit Dicegah, Deteksi Dini Menjadi Penting – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Direktur Utama RS Kanker Dharmais dr. Soeko menekankan, kanker pada anak memiliki prinsip yang sama dengan kanker dewasa dalam hal deteksi dini.

    Semakin cepat kanker terdiagnosis, semakin besar peluang kesembuhannya.

    Jika kanker pada anak ditemukan sejak dini, peluang sembuhnya jauh lebih tinggi.

    Hal ini berbeda dengan kanker dewasa yang bisa dicegah dengan gaya hidup sehat.

    “Kanker anak lebih sulit dicegah karena umumnya merupakan faktor genetik. Oleh karena itu, fokus kita adalah deteksi dini dan pengobatan yang cepat,” jelasnya di Jakarta dalam peringatan Hari Kanker Anak Sedunia.

    Berdasarkan data Globocan 2022, Indonesia mencatat lebih dari 408.661 kasus baru kanker dan hampir 242.099 kematian akibat kanker.

    Pada tahun 2020, terdapat sekitar 11.156 kasus baru kanker pada anak usia 0-19 tahun.

    Leukemia menjadi jenis kanker paling banyak diderita anak-anak dengan 3.880 kasus (34,8 persen), diikuti oleh kanker getah bening (limfoma) dan kanker otak, masing-masing dengan sekitar 640 kasus (5,7 persen).

    Tingkatkan Angka Kesembuhkan

    Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menargetkan, angka kesembuhan kanker anak di Indonesia meningkat.

    Saat ini di Indonesia, angka kesembuhan kanker anak sekitar 24 persen menjadi lebih dari 50 persen.

    “Kami ingin lebih banyak anak Indonesia yang bisa sembuh dari kanker dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu, kita harus bekerja bersama, pemerintah, rumah sakit, komunitas, dan masyarakat,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin

    Kemenkes pun meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029 sebagai bagian dari Rencana Kanker Nasional 2024-2034 pada Kamis (20/2/2024).

    Pemerintah terus meningkatkan layanan kanker anak di Indonesia termasuk RS Kanker Dharmais

    Selain itu penting juga desentralisasi layanan kanker anak ke seluruh provinsi. Tujuan utamanya adalah agar pasien kanker anak tidak perlu bepergian jauh untuk mendapatkan perawatan.

    Pemerintah kini meningkatkan kapasitas rumah sakit daerah dengan dokter spesialis, fasilitas diagnostik, serta terapi mutakhir seperti terapi sel (cell therapy) dan terapi genetik.

  • Cerita Dokter Dampingi Proses Kehadiran Buah Hati Pertama bagi Perempuan Berusia 47 Tahun – Halaman all

    Cerita Dokter Dampingi Proses Kehadiran Buah Hati Pertama bagi Perempuan Berusia 47 Tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Dokter kandungan dan spesialis fertilitas dr. Benediktus Arifin,MPH, SpOG(K), FICS, FESICOG, FIICOG mengatakan, saat memasuki usia 40 tahun, banyak pasangan yang pasrah atau menyerah untuk mengupayakan kehadiran buah hati pertama.

    Meski demikian, kemajuan teknologi reproduksi seperti prosedur In Vitro Fertilization (IVF), membuka peluang lebih besar untuk kehamilan wanita di usia matang.

    Seperti kisah Elli Slie beserta suami, yang diceritakan dokter Benny seperti dikutip dari istagram pribadinya Sabtu (22/2/2025). 

    Momen manis tak terlupakan itu terjadi pada tanggal 10 Februari 2025.

    Kisah ini menjadi begitu istimewa karena sang ibu, Elli Slie (47), telah menantikan kehadiran buah hati selama 20 tahun lamanya

    “Haru dan sukacita menyelimuti ruang operasi ketika bayi perempuan bernama Cheryll lahir sehat dengan berat 3.635 gram dan panjang 51 cm,” kata dia dikutip di Instagram pribadinya, Sabtu (22/2/2025).

    Sudah banyak prosedur yang dijalani Elli Slie dan suami untuk memperoleh momongan, mulai dari tiga kali program bayi tabung (IVF), baik di dalam negeri maupun luar negeri, hingga delapan kali inseminasi buatan.

    Elli Slie juga sempat menjalani dua kali operasi miom. Selama lebih dari dua dekade, berbagai upaya ditempuh pasangan ini, termasuk menjalani program IVF di Malaysia, namun belum membuahkan hasil.

    Berdasarkan evaluasi, tim Morula IVF Surabaya memutuskan melakukan transfer satu embrio euploid (embrio dengan kromosom normal) pada tahun 2024.

    Proses itu membuahkan kehamilan sehat di usia Elli Slie yang ke-47.

    “Tak kuasa saya menahan haru, seakan ada yang mengganjal di leher saya. Meski sudah tertutup masker dan jubah operasi, debaran hati dan luapan kelegaan membuat keringat serta air mata bercampur,” ungkap dr. Benny.

    Tantangan hamil di usia 47 tahun, bukanlah perkara mudah. Usia yang tidak lagi muda menuntut kesiapan fisik dan mental, baik bagi calon ibu maupun tim medis.

    Karena itu penting melakukan screening medis, pemilihan embrio berkualitas, serta pendampingan ketat sepanjang proses kehamilan.

    Faktor teknis dan non-teknis, seperti dukungan keluarga, asupan nutrisi, gaya hidup sehat, hingga manajemen stres juga berperan besar dalam keberhasilan program kehamilan.

    “Di usia 47, kadang semua sudah berhenti melangkah. Kadang semua sudah berusaha ‘legowo’, kadang semua sudah menyerah. Namun tidak bagi pasangan yang tekun ini. Memang semua semata adalah rencana luar biasa Tuhan,” ucapnya.

    Melalui kisah ini, ia berharap perjalanan penuh liku yang telah dijalani Elli Slie dan suaminya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang lain yang masih berjuang untuk mendapatkan buah hati.

    Ini merupakan momen membangkitkan harapan untuk bertekun, berdoa, dan berusaha.

    “Keajaiban bisa datang kapan saja, asalkan tidak berhenti berusaha karena ada tim medis Morula yang siap menemani,” kata dia. (Tribun/Rina)

  • Wujudkan Transformasi Ketahanan Kesehatan Gigi dan Mulut, IDEC Bantu Tingkatkan Inovasi – Halaman all

    Wujudkan Transformasi Ketahanan Kesehatan Gigi dan Mulut, IDEC Bantu Tingkatkan Inovasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah fokus mewujudkan transformasi kesehatan nasional. Kesehatan gigi dan mulut menjadi bagian transformasi tersebut.

    Demi mewujudkannya, inovasi dan daya dukung dengan berbagai cara, seperti menggelar pameran Indonesia Dental Exhibition & Conference (IDEC).

    Pameran ini digelar untuk yang keempat kalinya dan akan dimulai pada tanggal 14-16 November 2025, bertempat di Jakarta International Convention Center (JICC), oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), berkolaborasi dengan PT. Traya Eksibisi Internasional dan Koelnmesse Pte Ltd.

    IDEC 2025 akan membekali para profesional dengan berbagai kesempatan untuk mempelajari, memperoleh pengetahuan, dan mendalami inovasi baru terkait industri kesehatan gigi dan mulut melalui ekosistem pameran dan sesi konferensi.

    IDEC 2025 ini akan menjadi pameran dagang dan konferensi industri kesehatan gigi dan mulut terbesar di Indonesia, dengan menargetkan lebih dari 7.000 pengunjung, termasuk dokter gigi umum dan spesialis, tenaga profesional, distributor, produsen, dan mahasiswa kedokteran gigi.

    “Transformasi kesehatan nasional, yang telah menjadi fokus pemerintah selama ini, akan terus memainkan peran penting di masa depan,” ucap Drg. Usman Sumantri, MSc, Ketua Asosiasi Dokter Gigi Indonesia dalam keterangannya pada Sabtu (22/2/2025).

    “Seiring dengan pesatnya pertumbuhan tren kecantikan dan kesehatan gigi, penting bagi pemangku kepentingan untuk bersinergi dan berkolaborasi secara berkesinambungan, dengan tujuan mendorong ekosistem andal guna meningkatkan kesadaran terkait pentingnya kesehatan gigi, sebagai bagian dari kesehatan diri yang seutuhnya.”

    Mengusung tema “Transformation of Dental Health Resiliency”, IDEC menggarisbawahi perlunya ekosistem dalam industri kesehatan gigi dan mulut demi terciptanya kemajuan teknologi di bidang kesehatan.

    Melalui inovasi tersebut, para pekerja profesional mampu meningkatkan efisiensi, akurasi, dan perawatan pasien.

    Prosedur penanganan secara cepat tanpa efek yang membahayakan, menawarkan peningkatan kenyamanan dan waktu pemulihan yang lebih cepat, membuktikan dampak signifikan dari evolusi teknologi pada praktik kesehatan gigi dan mulut.

    “IDEC, yang merupakan pameran business-to-business (B2B) dua tahunan ini, menjadi wadah penting bagi para pemegang merek dagang untuk menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung percepatan kemajuan teknologi di bidang kesehatan gigi dan mulut di Indonesia,” jelas Etty Anggraeni, Direktur Traya Eksibisi Internasional.

    “Melalui digitalisasi dan inovasi terbaru berbasis AI, para peserta mendapatkan kesempatan tanpa batas dalam memamerkan teknologi mutakhir dan terhubung dengan para pengambil keputusan utama.”

    Berdasarkan data Statistik Industri PDGI, saat ini Indonesia memiliki 52.836 dokter gigi, di antaranya 46.761 dokter gigi umum dan 6.075 spesialis.

    IDEC 2025 akan membekali para profesional dengan berbagai kesempatan untuk mempelajari, memperoleh pengetahuan, dan mendalami inovasi baru terkait industri kesehatan gigi dan mulut melalui ekosistem pameran dan sesi konferensi.

    Mathias Kuepper, Direktur Pelaksana dan Wakil Presiden Asia Pasifik Koelnmesse Pte Ltd, mengaku  bersemangat untuk menggelar kembali IDEC di tahun 2025, sebuah acara yang terus berupaya meningkatkan industri gigi dan mulut di Indonesia.

    “IDEC tahun ini menetapkan standar baru, menyatukan pemikiran para pemimpin dan inovator guna mengkaji arah perkembangan dan memamerkan berbagai teknologi modern. Diikuti oleh lebih dari 250 pemegang merek, IDEC 2025 menampilkan perkembangan terbaru pada peralatan, produk, dan metodologi perawatan gigi, berfungsi sebagai platform utama dalam pertukaran pengetahuan dan interaksi,” tambahnya.

    Saat ini, reservasi ruang pameran IDEC sudah dibuka.

  • Anabul Rentan Diare dan Obesitas, Ini yang Harus Diperhatikan Pemilik Hewan Peliharaan – Halaman all

    Anabul Rentan Diare dan Obesitas, Ini yang Harus Diperhatikan Pemilik Hewan Peliharaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tak sedikit orang memiliki hewan peliharaan. Umumnya mereka memelihara anjing dan kucing.

    Tingkah anabul, istilah untuk menyebut hewan peliharaan berbulu, banyak dipelihara karena tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.

    Namun, di balik itu ternyata banyak hal yang perlu diperhatikan agar anabul tetap sehat.

    Sebab, tak dipungkiri, pada dasarnya anabul merupakan makhluk yang rentan terhadap masalah kesehatan, yakni diare dan obesitas. 

    Iklim tropis Indonesia juga meningkatkan risiko infeksi bakteri, virus, dan parasit yang dapat mengganggu pencernaan anabul. 

    Memang anabul yang gemuk terlihat menggemaskan. Namun, obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, antara lain masalah persendian dan diabetes.

    Menurut data global tahun 2022, sekitar 20 sampai 30 persen hewan yang diperiksakan ke dokter hewan mengalami gejala muntah dan diare.

    Banyak pemilik anabul mencari solusi yang terjangkau untuk mengatasi masalah diare dan obesitas pada hewan peliharaan mereka.

    Untuk mengatasi masalah masalah pencernaan dan obesitas, pemilik anabul harus memperhatikan asupan mereka.

    drh. Ernita Widyasari mengimbau kepada pemilik anabul sebaiknya memberi makan anjing dan kucing dengan makanan yang mudah dicerna, rendah lemak, dan tinggi serat.

    Selain itu, mendukung pertumbuhan bakteri baik pada usus, sehingga meminimalisir antigen yang dapat memicu respons imun dan mentrigger reaksi alergi serta membantu mengatasi diare sekaligus meningkatkan kesehatan sistem pencernaan.

    “Seperti pada varian SmartHeart Gold Veterinary Diet: Gastrointestinal dan Weight Management,” ucap Ernita salah satu pembicara dalam acara edukasi berkait kesehatan hewan di Santika Premiere Hotel Surabaya, Kamis (20/2/2025).

    Berdasarkan hasil uji klinis, peningkatan kualitas feses pada kucing dan anjing yang sedang diare membaik di minggu pertama penggunaan.

    “Teksturnya stabil empat hingga 12 minggu selanjutnya setelah pemberian SmartHeart Gold Veterinary Diet Gastrointestinal,” lanjut dia.

    Dua makanan anabul tersebut memang diformulasikan membantu anabul mencapai berat badan ideal.

    Ditambah lagi kandungan L-Carnitine yang membantu mengubah lemak menjadi energi, kalori yang terkontrol dan nutrisi seimbang, sehingga memastikan penurunan berat badan secara bertahap tanpa membuat anabul merasa kelaparan.

    Acara ini juga berisi edukasi terkait Nutritional Management in Gastroinstestinal Case for Cats and Dogs yang dibawakan oleh Pembicara Dr.drh. Nusdianto Triakoso,M.P.

    Nusdianto dikenal juga sebagai Wakil Direktur Rumah Sakit Hewan Pendidikan Univeristas Airlangga dan Ketua AKIVI atau Asosiasi Kedokteran Interna Veteriner Indonesia. 

    Hadir pula ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Timur 1 drh. Anang Murjito, drh. Ernita dan drh. Taufiq.

  • Diangkat karena Kanker, Bisakah Mempertahankan Bentuk Alami Payudara? – Halaman all

    Diangkat karena Kanker, Bisakah Mempertahankan Bentuk Alami Payudara? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pengangkatan payudara menjadi pilihan yang harus dihadapkan pada pasien kanker payudara, selain terapi dan kemoterapi.

    Pasien kanker payudara umumnya memiliki dua opsi bedah utama, yaitu mastektomi (yang melibatkan pengangkatan seluruh payudara) dan lumpektomi (yang hanya mengangkat sebagian jaringan yang terkena kanker).

    Pada banyak kasus kanker payudara baru terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga membutuhkan tindakan bedah yang lebih kompleks.

    Kondisi ini membuat penanganan kanker hanya berfokus pada pengangkatan tumor tanpa mempertahankan bentuk alami.

    Dokter spesialis bedah plastik dr. Sweety Pribadi, Sp.BP, mengatakan, pasien yang menjalani pengangkatan payudara seringkali mengalami trauma karena ada perubahan bentuk tubuh.

    “Dampak psikologis akibat kehilangan payudara sering kali lebih berat dibandingkan aspek medisnya sendiri. Dengan teknik rekonstruksi yang tepat, pasien dapat pulih tidak hanya secara fisik tetapi juga emosional,” ujar dia dalam paparan media baru-baru ini.

    Kanker payudara masih menjadi salah satu tantangan terbesar dalam kesehatan perempuan di Indonesia.

    Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2020, kanker payudara menempati urutan pertama sebagai jenis kanker dengan kasus terbanyak di Indonesia, dengan lebih dari 65.000 kasus baru setiap tahunnya.

    Kini ada bedah konservasi payudara onkoplastik (Oncoplastic Breast-Conserving Surgery atau OBCS), dimana teknik ini memungkinkan pasien untuk menjalani pengangkatan tumor sekaligus mendapatkan rekonstruksi payudara secara langsung tanpa harus kehilangan rasa percaya diri akibat perubahan bentuk payudara.

    Beberapa studi menunjukkan, prosedur ini tidak hanya memberikan hasil estetika yang lebih baik, tetapi juga memiliki tingkat keberhasilan medis yang setara dengan metode konvensional (mastektomi dan lumpektomi).

    “Ini adalah langkah besar dalam memastikan pasien kanker payudara tidak hanya selamat tetapi juga bisa menjalani hidup dengan kualitas yang lebih baik,” ujar Dokter spesialis onkologi dari RS Siloam Lippo Village dr. Alif R. Soeratman, Sp.B, Subsp.Onk.(K).

    Selain memungkinkan pengangkatan jaringan kanker tanpa mengorbankan bentuk payudara, OBCS juga menjadi alternatif mastektomi (pengangkatan total payudara) bagi pasien yang membutuhkan pengangkatan lebih dari 20 persen volume payudaranya akibat tumor berukuran besar.

    Serta minimal invasif, dimana pemulihan lebih cepat dengan hasil yang lebih presisi dan minim efek samping.

    Sebelum melakukan bedah onkoplastik, Anda dapat melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli terkait.

  • Kecerdasan Buatan Tingkatan Akurasi Diagnosis Layanan Kesehatan – Halaman all

    Kecerdasan Buatan Tingkatan Akurasi Diagnosis Layanan Kesehatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sektor industri kesehatan dan digital terus mengalami transformasi.

    Hal ini didorong oleh integrasi kecerdasan buatan (AI) dan percepatan pembangunan data center.

    AI telah mengubah cara kerja dunia medis dengan meningkatkan akurasi diagnosis dan efisiensi layanan kesehatan. 

     
    Kedua isu strategis ini menjadi fokus utama dalam Dentons HPRP Law & Regulations Outlook 2025, yang diselenggarakan di Jakarta.

    Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Transformasi Digital, Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Kewilayahan, Okto Irianto, mendukung pembangunan data center dan penggunaan AI.
     
    Okto Irianto mengatakan untuk merespons cepatnya perkembangan teknologi AI dan kebutuhan data center.
     
    “Pembangunan data center dan AI akan berhasil jika dilakukan zonasi, teman-teman dari Kementerian Kementerian Agraria dan Tata Ruang harus melakukan zonasi dan mencari ruang ideal untuk data center,” jelas Okto Irianto.

    Dalam diskusi panel, CEO Halodoc, Jonathan Sudharta, mengulas bagaimana AI tidak hanya membuka peluang besar dalam layanan kesehatan, namun juga menghadapi tantangan dalam penerapannya, terutama dalam regulasi.
     
    Di sisi lain, dia mengapresiasi pola perubahan dan kecepatan Kementerian Kesehatan RI dalam mengadopsi teknologi AI.

    “Kementerian Kesehatan sangat terbuka dan mengedepankan inovasi, bukan dari inovator, tetapi dari Pemerintah. Saya sangat menghargai ini,” ujarnya. 
     
    Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan Kementerian Kesehatan, Setiaji, menegaskan pentingnya AI dalam pembangunan data kesehatan nasional, guna menciptakan layanan kesehatan yang lebih terintegrasi dan berkualitas. 
     
    “Data kesehatan setiap masyarakat ditangkap dari sejak awal, bahkan saat masih dikandungan. Ini karena masih tingginya kasus stunting di Indonesia,” katanya. 
     
    Nashatra Prita, Partner Dentons HPRP, menyoroti pentingnya regulasi yang adaptif agar AI dapat berkembang tanpa menghambat inovasi bisnis.

    Di sisi lain, dia mengingatkan penyedia jasa adalah pihak yang menerima manfaat dari pasien, sehingga harus mendapatkan persetujuan dari pasien untuk melakukan transfer data. 

    “Gap inilah yang perlu diisi dan diatur oleh regulasi,” jelasnya.
     
    Di sektor data center, Pandu Sjahrir, Founding Partner AC Ventures, mengulas tantangan utama yang menghambat percepatan pembangunan infrastruktur digital di tanah air.

    Ia menyoroti bahwa dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih perlu mengejar ketertinggalan dalam pengembangan data center, terutama dalam mendukung kebutuhan kecerdasan buatan (AI) dan pertumbuhan ekonomi digital. 
     
    “Indonesia menjadi tempat yang sangat  menarik untuk data center. Semakin banyak data center di Indonesia, maka biaya komunikasi yang harus dikeluarkan masyarakat akan semakin murah dan semakin cepat penyebaran informasi kepada masyarakat,” paparnya.

    Selain masalah lahan dan infrastuktur, Pandu menekankan faktor penentu keberhasilan perkembangan data center dan teknologi AI di Indonesia adalah kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).

  • Cegah Anak-anak Merokok, Standarisasi Kemasan Hindarkan Promosi Berlebihan dan Tampilkan Kesan Keren – Halaman all

    Cegah Anak-anak Merokok, Standarisasi Kemasan Hindarkan Promosi Berlebihan dan Tampilkan Kesan Keren – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau, Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI dr.Benget Saragih, M.Epid mengatakan branding atau promosi industri rokok terus menyasar anak muda sebagai target.

    Selama ini, iklan maupun kemasan rokok yang beredar di pasaran selalu menampilkan kesan “keren” dan baik.

    Karena itu, pemerintah berupaya mencegah anak-anak merokok salah satunya dengan standarisasi kemasan.

    “Hanya warna yang distandarkan.Supaya, jangan ada lagi nanti warna-warna seperti pink itu untuk wanita, yang hitam itu untuk laki-laki. Itu yang kami mau seragamkan,” kata dia dalam Media Briefing Perlunya Dukungan Media dalam “Penerapan Aturan Standardisasi Kemasan pada Bungkus Rokok dalam Upaya Menurunkan Prevalensi Perokok di Indonesia’ di Jakarta, Kamis (20/2/2025).

    Rencana penyeragaman kemasan rokok itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 dan penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).

    Adapun standarisasi kemasan pada rokok adalah

    1. Penghapusan elemen branding (logo, warna, desain khas).

    2. Mewajibkan peringatan kesehatan yang lebih besar dan mencolok.

    3. Menggunakan warna dan desain seragam untuk mengurangi daya tarik produk.

    Contoh negara yang telah menerapkan: Australia, Inggris,Singapur, Prancis, Thailand, Nepal, Arab Saudi, dll

    “Artinya, bukan kemasan kolos. Masih ada semua, hanya warna yang standarkan,” kata dia.

    Ia memaparkan, tujuan penerapan standar kemasan rokok adalah selain mengurangi daya tarik ada juga meningkatkan efektivitas peringatan merokok hingga mengurangi dampak ekonomi yang diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok.

    Serta membantu menurunkan angka perokok  banget.

    “Jadi perokok itu takut, oh berbahaya kalau tetap merokok. Begitu juga anak-anak. Karena tadi merokok itu faktor risiko menyebabkan penyakit tidak menular seperti jantung dan kanker,” tutur dia

    Dokter Benget menegaskan, pemerintah tidak pernah melarang warga untuk merokok. Namun mencegah anak-anak menjadi perokok pemula.

    “Itulah tanggung jawab pemerintah Indonesia. Tidak ada kata melarang orang merokok, tidak ada kata menutup pabrik merokok, tapi kami melarang orang merokok di kawasan tanpa rokok,” tegas Dokter Benget.

    Ditambahkan Konsultan Vital Strategies dr Lily S. Sulistyowati, MM, melalui kebijkan kemasan rokok terstandar menghilangkan berbagai bentuk branding, pesan keliru, sehingga bisa memberikan informasi yang lebih mendidik terkait bahaya produk tembakau untuk semua segmen masyarakat.

    Kebijakan ini terbukti efektif di berbagai negara, berdampak positif terkait pengendalian konsumsi, pencegahan perokok pemula.

    “Sudah dimenangkan oleh WTO (tidak melanggar properti intelektual), sudah juga diterapkan oleh banyak negara — apa lagi yang perlu diragukan? Pemerintah berkomitmen mengimplementasikan regulasi dengan optimal, percaya
    diri karena ini untuk tujuan kesehatan masyarakat yang lebih penting,” jelas Lily.

  • 5 Tanda Darurat Kesehatan dari Tubuh yang Sering Terlewat, Tak BAB 3 Hari Jadi “Red Alert” – Halaman all

    5 Tanda Darurat Kesehatan dari Tubuh yang Sering Terlewat, Tak BAB 3 Hari Jadi “Red Alert” – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Banyak yang mengira bahwa buang air hanyalah rutinitas biasa, sesuatu yang terjadi begitu saja tanpa perlu diperhatikan. Hingga suatu hari, napas terasa lebih berat dari biasanya, dengan bau mulut yang tak kunjung hilang meski sudah berkumur berkali-kali.

    Bukan hanya itu, kulit mulai berjerawat tanpa sebab, dan setiap malam tidur selalu gelisah. Setelah mencari tahu, ternyata tubuh sedang memberi peringatan halus. Ada ‘kotoran’ yang seharusnya sudah dibuang, tetapi masih tertahan.  

    Banyak yang berpikir bahwa sinyal tubuh untuk mengeluarkan kotoran hanya sebatas mulas atau keinginan mendesak ke toilet. Padahal, tubuh sering kali berteriak dengan cara yang lebih halus, bahkan dengan tanda-tanda yang tak terduga.

    Apa saja tanda-tanda tersebut? Diungkap oleh brilio.net, Senin (17/2), yuk belajar bersama!

    1. Bau napas yang lebih tajam

    Bau napas yang tidak biasa atau lebih tajam dari biasanya bisa menjadi pertanda bahwa tubuh sedang berusaha mengeluarkan zat sisa atau racun. Ini bisa terjadi ketika tubuh perlu membuang kotoran melalui urine, feses, atau keringat, tetapi sistem ekskresi utama (ginjal, usus, atau kulit) tidak bekerja dengan optimal.

    Ketika tubuh tidak membuang limbah dengan baik, zat sisa bisa masuk ke dalam aliran darah dan akhirnya keluar melalui paru-paru. Ini dapat menyebabkan napas berbau tidak sedap.

    2. Sering kentut

    Gas yang terperangkap di dalam usus bisa menjadi tanda bahwa ada limbah yang belum dikeluarkan. Jika sering kentut tetapi tidak merasa ingin BAB, itu bisa menjadi sinyal bahwa tubuh sedang “mengingatkan” untuk segera mengosongkan usus.

    Gas yang tertahan biasanya berasal dari fermentasi makanan di usus besar atau udara yang tertelan saat makan dan minum. Penyebabnya bisa dari mengunyah makanan terlalu cepat, sampai keseimbangan bakteri di pencernaan yang terganggu.

    3. Sembelit

    Normalnya, seseorang bisa BAB setiap hari atau setidaknya 3-4 kali dalam seminggu. Jika 3 hari tidak BAB itu ‘Red Alert’ bagi pencernaan. Risiko infeksi, mual, atau perut kembung bakal meningkat.

    Umumnya, obat pencahar bisa jadi solusi instan. Padahal, efek sampingnya berbahaya seperti membuat usus ‘malas’ untuk berfungsi tanpa stimulasi eksternal.

    Sebagai solusinya, herbal yang sudah terpercaya bisa jadi pilihan. Misalnya, daun jati cina (Senna Extract) bisa memperlancar sembelit, akar kelembak (Rhei Radix) mengurangi peradangan, dan akar manis (Glycyrrhiza Glabra) mengatasi gangguan pencernaan. Semuanya bisa kamu dapatkan dalam Vegeta Herbal, solusi herbal terpercaya untuk mengatasi pencernaanmu! 

    Semua manfaat herbal di atas bisa didapatkan dalam Vegeta Herbal. Tak hanya membantu melancarkan pencernaan, Vegeta Herbal juga mendukung tubuh dalam mengeluarkan zat sisa secara alami. Kombinasi bahan-bahan alaminya bekerja dengan lembut, tanpa menyebabkan kram perut berlebihan atau ketergantungan. 

    4. Terlihat bengkak atau lingkaran hitam di mata

    Mata bengkak atau munculnya lingkaran hitam sering dianggap sebagai tanda kurang tidur atau kelelahan. Namun, kondisi ini juga bisa menjadi peringatan bahwa tubuh sedang menahan terlalu banyak zat sisa dan membutuhkan bantuan untuk mengeluarkannya.

    Ginjal, hati, dan sistem limfatik berperan besar dalam menyaring racun, dan jika proses ekskresi ini terhambat, dampaknya bisa terlihat pada wajah, terutama di sekitar mata. Oleh karenanya, lingkaran hitam di mata yang lebih jelas dari biasanya juga bisa jadi tanda bahwa ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring racun.

    5. Kulit terasa berminyak atau gatal

    Saat tubuh perlu mengeluarkan zat sisa, tetapi saluran ekskresi seperti urine dan feses kurang optimal, kulit bisa mengambil alih peran tersebut. Ini bisa menyebabkan produksi minyak berlebih, munculnya jerawat, atau bahkan rasa gatal akibat racun yang keluar melalui keringat.

    Akibatnya, kulit bisa bereaksi dengan rasa gatal atau bahkan munculnya ruam kecil. Ini sering terjadi jika seseorang jarang berkeringat karena kurang beraktivitas atau berada di lingkungan yang terlalu dingin.

     

     

     

     

     

  • Cacar Api Bisa Sebabkan Nyeri Saraf Bertahun-Tahun, Ini Penjelasan Ahli – Halaman all

    Cacar Api Bisa Sebabkan Nyeri Saraf Bertahun-Tahun, Ini Penjelasan Ahli – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Herpes Zoster atau yang lebih dikenal dengan cacar api merupakan penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV).

    Virus ini awalnya menyebabkan cacar air dan tetap berada dalam tubuh dalam kondisi tidak aktif selama bertahun-tahun.

    Namun, pada kondisi tertentu, terutama ketika sistem kekebalan tubuh melemah, virus ini dapat kembali aktif dan menyebabkan Herpes Zoster.

    Penyakit ini lebih sering terjadi pada orang dewasa, khususnya mereka yang berusia di atas 50 tahun.

    Seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh seseorang semakin menurun, sehingga risiko terkena Herpes Zoster pun meningkat.

    Selain itu, mereka yang memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, atau gangguan autoimun, juga lebih rentan terhadap infeksi ini.

    “Seiring bertambahnya usia, sistem imun tubuh melemah, sehingga risiko seseorang terkena Herpes Zoster semakin tinggi,” kata Head of Medical Adult Vaccine GSK Indonesia, dr Johan Wijoyo di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2025).

    “Lansia juga lebih rentan mengalami komplikasi serius akibat penyakit ini, seperti nyeri berkepanjangan atau gangguan saraf,” lanjutnya.

    Cacar api biasanya ditandai dengan munculnya ruam merah yang terasa nyeri di satu sisi tubuh atau wajah.

    Ruam ini dapat berkembang menjadi lepuhan yang berisi cairan dan membutuhkan waktu pemulihan sekitar dua hingga empat minggu.

    Sebelum ruam muncul, penderita seringkali mengalami gejala awal seperti sensasi terbakar atau nyeri pada area tertentu di tubuh, demam ringan, sakit kepala, dan kelelahan.

    Salah satu komplikasi paling umum dari cacar api adalah Nyeri Pasca Herpes (NPH), yaitu nyeri saraf yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah ruam sembuh.

    Menurut dr. Johan, kondisi ini dapat berdampak signifikan terhadap kualitas hidup pasien, terutama lansia.

    “Beberapa pasien yang mengalami NPH mengeluhkan kesulitan tidur, sulit bergerak, dan bahkan mengalami gangguan emosional seperti depresi karena nyeri yang tak kunjung hilang,” jelasnya.

    Selain NPH, cacar api juga dapat menyebabkan komplikasi lain seperti gangguan penglihatan apabila infeksi terjadi di sekitar mata, gangguan pendengaran dan keseimbangan jika virus menyerang saraf di sekitar telinga, serta infeksi bakteri pada luka lepuhan.

    Pada kasus yang lebih parah, penyakit ini bahkan bisa menyebabkan radang otak atau ensefalitis.

    Karena tingginya risiko yang ditimbulkan oleh Herpes Zoster, pencegahan menjadi langkah terbaik untuk melindungi kesehatan, terutama bagi lansia.

    Selain menjaga pola hidup sehat, vaksinasi telah terbukti sebagai cara efektif untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasinya.

    Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah merekomendasikan vaksinasi cacar api bagi orang dewasa berusia di atas 50 tahun serta individu berusia 18 tahun ke atas dengan kondisi imunokompromais.

    “Dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, penting bagi kita untuk menyadari risiko penyakit yang bisa dicegah dengan vaksinasi, termasuk Cacar api. Vaksinasi bukan hanya melindungi individu, tetapi juga membantu mengurangi beban kesehatan di masyarakat,” tutur dr​ Johan.

    Cacar api bukan sekadar penyakit ringan yang bisa diabaikan. Dengan memahami risikonya dan mengambil langkah pencegahan yang tepat, masyarakat dapat melindungi diri serta orang-orang terdekat dari dampak penyakit ini.

     

  • Pakar Hukum: Penyeragaman Kemasan Rokok Bisa Timbulkan Kontroversi terhadap Konstitusi – Halaman all

    Pakar Hukum: Penyeragaman Kemasan Rokok Bisa Timbulkan Kontroversi terhadap Konstitusi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pakar Hukum Universitas Trisakti, Ali Ridho, memberikan pandangannya terkait wacana penyeragaman kemasan rokok tanpa identitas merek yang tercantum dalam Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Ali menyebutkan bahwa rencana tersebut berpotensi menimbulkan kontroversi mengenai kesesuaian dengan konstitusi Indonesia.

    Menurut Ali, salah satu hal yang menjadi perhatian adalah dugaan pengadopsian pasal-pasal dari Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang disarankan dalam rancangan aturan tersebut. 

    Meskipun FCTC berfokus pada pengendalian konsumsi tembakau, ia menilai bahwa pasal-pasal dalam FCTC belum diratifikasi di Indonesia, sehingga penggunaan instrumen tersebut dalam pembentukan kebijakan domestik perlu dikaji lebih mendalam.

    “Menjadikan FCTC sebagai landasan atau kiblat dalam pembentukan regulasi merupakan bentuk pembangkangan terhadap konstitusi,” ujar Ali kepada wartawan, Kamis (20/2/2025).

    Ali menekankan bahwa Indonesia memiliki dasar hukum yang jelas, yakni Pancasila, UUD 1945, serta berbagai putusan Mahkamah Konstitusi (MK), yang seharusnya menjadi pedoman utama dalam merumuskan kebijakan, termasuk di bidang kesehatan.

    Dia mengusulkan agar peraturan yang disusun tetap berpijak pada prinsip-prinsip hukum yang sudah ada, daripada mengadopsi instrumen yang belum diakui secara sah di dalam negeri.

    Dia juga mengingatkan, kebijakan kesehatan harus sejalan dengan putusan MK yang menekankan perlunya pengaturan yang proporsional dan berkeadilan, termasuk dalam hal pengaturan produk tembakau, dan tidak hanya berfokus pada pelarangan yang terkesan berat sebelah.

    Pernyataan Ali juga mengangkat isu mengenai potensi intervensi asing dalam kebijakan Indonesia. 

    Dia menyinggung keputusan Amerika Serikat yang mundur dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang dianggap sebagai langkah untuk menjaga kedaulatan negara dari pengaruh luar. 

    Ali menyarankan agar Indonesia dapat mempertimbangkan kedaulatan nasional saat menyusun kebijakan kesehatan, mengingat potensi intervensi melalui regulasi asing.

    Ali berharap pemerintah Indonesia lebih tegas dalam menjaga kedaulatan hukum dan regulasi, serta merancang kebijakan yang lebih berpihak pada kepentingan nasional.

    Dia pun mengimbau pemerintah melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses penyusunan kebijakan, guna menciptakan regulasi yang lebih transparan dan inklusif.

    Penting untuk memastikan bahwa proses penyusunan kebijakan tidak terburu-buru dan mempertimbangkan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak.

    Ali menyarankan agar Rancangan Permenkes ini direvisi agar sejalan dengan prinsip-prinsip kerakyatan dan memberikan ruang bagi partisipasi masyarakat, guna memastikan kebijakan yang dihasilkan benar-benar mencerminkan kepentingan nasional.

    “Atas hal tersebut, sebenarnya cukup merumuskan ulang atau rekonstruksi materi muatan dalam Rancangan Permenkes agar sejalan dengan falsafah kerakyatan,” pungkasnya.