Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Orang Tua di Indonesia Makin Sadar Pentingnya Tabir Surya untuk Lindungi Kulit Anak Sejak Dini – Halaman all

    Orang Tua di Indonesia Makin Sadar Pentingnya Tabir Surya untuk Lindungi Kulit Anak Sejak Dini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kesadaran orang tua di Indonesia akan pentingnya perlindungan kulit anak dari paparan sinar ultraviolet (UV) semakin meningkat.

    Hal ini seiring dengan pemahaman bahwa bermain di luar ruangan, meski bermanfaat bagi tumbuh kembang anak, juga membawa risiko kesehatan kulit jika tidak dilindungi dengan baik.

    Bermain di luar ruangan memang memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan kreativitas, keterampilan sosial, dan kesehatan fisik anak.

    Namun, paparan berlebih terhadap sinar UV dapat menimbulkan masalah kulit serius di kemudian hari, seperti kulit terbakar, kerusakan kulit, hingga risiko kanker kulit.

    Menurut berbagai sumber, bayi dan balita lebih rentan terhadap efek buruk sinar UV karena kulit mereka lebih tipis dan kadar melaninnya lebih rendah.

    Paparan UV berlebih dapat menyebabkan kulit terbakar, munculnya bintik-bintik, perubahan warna kulit, hingga erupsi cahaya polimorfik yang ditandai dengan benjolan gatal atau bercak kering.

    Efek Jangka Panjang, paparan UV berlebih sejak dini dapat meningkatkan risiko kanker kulit di masa dewasa.

    Ivan Noor, CEO Purela, menjelaskan bahwa sinar ultraviolet merupakan ancaman serius bagi kesehatan kulit, terutama untuk bayi dan anak-anak yang memiliki kulit sensitif. 

    “Apalagi di negara tropis seperti Indonesia, dengan intensitas sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun, risiko kerusakan kulit semakin meningkat,” ujarnya di Jakarta belum lama ini.

    Purela, melalui produk inovatifnya yaitu Purela Everyday Sunscreen, hadir sebagai solusi bagi orang tua yang ingin melindungi kulit anak dari dampak buruk sinar UV tanpa mengorbankan kenyamanan dan mengandung bahan alami yang aman.

    “Produk ini terjual lebih dari 10.000 unit hanya dalam waktu 4 hari. Ini membuktikan bahwa kesadaran orang tua akan pentingnya perlindungan kulit anak dari sinar UV semakin tinggi,” kata Ivan.

    Kandungan Zinc Oxide dan Titanium Dioxide dalam Purela Everyday Sunscreen terbukti secara klinis memberikan perlindungan dua kali lebih efektif dibandingkan sunscreen biasa. Kombinasi ini tidak hanya melindungi kulit dari sinar UV tetapi juga merawat kulit sensitif anak dengan teknologi inovatif.

    “Produk ini menjadi pilihan utama para orang tua yang menginginkan perawatan terbaik untuk buah hati mereka. Dengan Purela, anak-anak bisa bebas bergerak, bermain, dan bereksplorasi di bawah sinar matahari tanpa khawatir akan dampak buruk UV,” tambah Ivan.

  • Tragedi Dua Pendaki Wanita Meninggal di Puncak Cartenz, Bisakah Acute Mountain Sickness Dicegah? – Halaman all

    Tragedi Dua Pendaki Wanita Meninggal di Puncak Cartenz, Bisakah Acute Mountain Sickness Dicegah? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, kehilangan nyawa mereka di Puncak Gunung Carstensz, Papua Tengah, akibat penyakit gunung akut atau Acute Mountain Sickness (AMS). 

    Kejadian ini mengingatkan kita akan bahaya yang mengintai para pendaki di ketinggian ekstrem. 

    Lilie dan Elsa meninggal saat perjalanan turun dari Puncak Cartenz di ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang dikenal sebagai salah satu gunung tertinggi di Indonesia dan memiliki salju abadi.

    AMS: Penyakit Mematikan di Ketinggian

    Acute Mountain Sickness (AMS) adalah kondisi yang sering menyerang pendaki di ketinggian lebih dari 3.000 meter.

    Pada ketinggian ini, tekanan udara dan kadar oksigen berkurang secara signifikan, memaksa tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi yang lebih ekstrem.

    Bagi tubuh yang tidak terbiasa, proses adaptasi ini membutuhkan waktu, dan inilah yang dapat memicu AMS.

    Gejalanya AMS berupa sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, dan gangguan tidur.

    Gejala ini biasanya muncul pada hari pertama atau beberapa jam setelah mencapai ketinggian tertentu, dan dalam banyak kasus, bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu hingga tiga hari, setelah tubuh mulai beradaptasi.

    Namun, tanpa penanganan yang tepat, AMS bisa berkembang menjadi lebih serius, bahkan mematikan.

    Bagaimana Mengurangi Risiko AMS?

    Untuk mengurangi risiko AMS, penting bagi pendaki untuk memodifikasi laju pendakian mereka.

    Proses aklimatisasi yang baik adalah kunci utama.

    Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghindari AMS:

    Laju Pendakian yang Tepat: Pendakian tidak boleh lebih dari 500 meter per hari pada ketinggian di atas 2.500 meter. Ini memberikan tubuh waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan kadar oksigen yang lebih rendah.’
    Aklimatisasi yang Cukup: Sebelum melanjutkan perjalanan ke ketinggian yang lebih tinggi, pastikan untuk beristirahat dan beraklimatisasi setidaknya satu hari pada ketinggian sekitar 2.500 meter.
    Hindari Aktivitas Berat: Selama 48 jam pertama di ketinggian, hindari olahraga atau konsumsi alkohol, yang dapat memperburuk gejala AMS.
    Berhenti Jika Gejala Muncul: Jika AMS mulai terasa, hentikan pendakian dan beri tubuh waktu untuk beristirahat dan beradaptasi sebelum melanjutkan perjalanan.

    Tragedi Puncak Gunung Cartenz

    EVAKUASI – Proses evakuasi pendaki dari Puncak Gunung Cartenz Pyramid Timika, Papua Tengah Minggu (2/3/2025). Dikabarkan dalam rombongan pendaki ada penyanyi Fiersa Besari. (Tribunpapua.com/ Istimewa)

    Perjalanan Lilie dan Elsa ke puncak Carstensz seharusnya menjadi petualangan yang tak terlupakan. Namun, di tengah perjalanan turun, kedua sahabat ini mengalami hipotermia saat menghadapi kondisi cuaca yang sangat buruk—hujan salju, hujan deras, dan angin kencang.

    Meskipun telah mendapatkan pertolongan, nyawa mereka tidak dapat diselamatkan.

    Jenazah Lilie dievakuasi terlebih dahulu pada Minggu (2/3/2025), disusul Elsa pada Senin (3/3/2025). Keduanya akhirnya dipulangkan ke Jakarta setelah proses evakuasi selesai.

    Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, mengonfirmasi bahwa pesawat yang membawa jenazah mereka lepas landas pada pukul 10.45 WIT.

    Keduanya adalah sahabat yang telah saling mengenal sejak SMA di Malang, Jawa Timur, dan bersama-sama berbagi kecintaan terhadap dunia pendakian.

    Dalam perjalanan ini, mereka ditemani oleh tiga pendaki lainnya—Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni—yang semuanya selamat meskipun turut mengalami hipotermia.

    Pentingnya Persiapan dan Pengetahuan

    Tragedi ini mengingatkan kita akan pentingnya persiapan yang matang dan pengetahuan yang cukup sebelum melakukan pendakian di gunung-gunung tinggi.

    AMS adalah ancaman nyata yang bisa mengintai siapa saja yang tidak mempersiapkan diri dengan baik.

    Kejadian ini juga menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh, mematuhi aturan pendakian yang aman, dan memperhatikan setiap perubahan kondisi fisik yang mungkin terjadi selama pendakian.

    Diharapkan peristiwa tragis ini menjadi pelajaran berharga bagi para pendaki untuk lebih berhati-hati dan memprioritaskan keselamatan di atas segalanya.

  • Dua Pendaki Wanita Meninggal di Carstensz, Bisakah Acute Mountain Sickness Dicegah? – Halaman all

    Dua Pendaki Wanita Meninggal di Carstensz, Bisakah Acute Mountain Sickness Dicegah? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Acute Mountain Sickness (AMS) dialami dua pendaki wanita yang meninggal dunia di Carstensz, Papua.

    Keduanya adalah Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono.

    Lilie dan Elsa meninggal saat perjalanan turun dari puncak Carstenz, Papua.

    Dilansir dari berbagai sumber Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit gunung akut yang memang berisiko dialami oleh pendaki.

    Kondisi ini sering terjadi pada pendakian di atas 3.000 meter.

    Pada ketinggian lebih dari 3.000 meter, tekanan udara makin berkurang dan oksigen semakin menurun.

    Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan kondisi itu, maka memerlukan waktu adatapsi yang cukup lama.

    Ciri khas penyakit gunung akut ini berupa sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan/malaise (terutama saat istirahat), gangguan tidur, dan pusing.

    Gejala ini muncul di hari pertama dan beberapa jam berada di ketinggian tertentu.

    Kemudian sembuh setelah satu hingga tiga hari, bahkan tanpa pengobatan, karena tubuh menyesuaikan diri secara fisiologis (beraklimatisasi) dengan kadar oksigen yang lebih rendah.

    Untuk bisa menekan kejadian AMS, pendaki dapat memodifikasi laju pendakian.

    Harapannya agar pendakian menjadi lebih bertahap, memungkinkan proses fisiologis tubuh menyesuaikan diri dengan tekanan oksigen yang berkurang pada ketinggian baru.

    Merencanakan perjalanan untuk memungkinkan aklimatisasi menjadi upaya pencegahan yang paling alami.

    Laju pendakian optimal tidak boleh lebih dari 500 meter per hari pada ketinggian lebih dari 2500 meter

    Selain itu, menyediakan waktu setidaknya satu hari untuk aklimatisasi sekitar 2500 meter sebelum pendakian lebih lanjut.

    Dan kemudian lagi untuk setiap pendakian 1000 meter tambahan, akan mengurangi risiko.

    Menghindari olahraga dan alkohol selama 48 jam pertama hingga beraklimatisasi juga dapat meminimalkan risiko gejala.

    Jika Acute Mountain Sickness terjadi, pendakian lebih lanjut tidak disarankan hingga beraklimatisasi.

    Sudah Dipulangkan ke Jakarta

    Jenazah Lilie Wijayanti terlebih dahulu dievakuasi dari Carstensz pada Minggu (2/3) dan disusul Elsa Laksono pada Senin pagi (3/3).

    Kedua sahabat itu telah dipulanglan ke Jakarta seperti yang diinformasikan Kapolres Mimika AKBP Billyandha Hildiario Budiman.

    “Benar, pesawat sudah terbang tadi pukul 10.45 WIT ke Jakarta,” ujarnya dikutip dari Tribun Papua.

    Jenazah Lilie Wijayanti sebelumnya disemayamkan di RSUD Timika sambil menunggu jenazah Elsa Laksono.

    Lilie dan Elsa merupakan dua sahabat yang berteman sejak SMA di Malang, Jawa Timur.

    Sejak muda, mereka punya hobi mendaki gunung.

    Selain Lilie dan Elsa dalam perjalanan ke Carstensz, Papua ini juga diikuti oleh 3 WNI lain.

    Ketiganya dinyatakan selamat adalah Indira Alaika, Alvin Reggy, dan Saroni.

    Kelima WNI itu mengalami hiportemia saaat sedang turun dari puncak guning di tengah cuaca buruk turun hujan salju, hujan deras, dan angin kencang.

  • Agar Wajah Tetap Terlihat Awet Muda Ini Solusi dari Dokter Mengenai Cara Merawatnya – Halaman all

    Agar Wajah Tetap Terlihat Awet Muda Ini Solusi dari Dokter Mengenai Cara Merawatnya – Halaman all

    ​TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Memasuki tahun 2025 perawatan kulit sudah menjadi hal yang lumrah.

    Salah satu alasan orang melakukan perawatan kulit adalah karena ingin terus terlihat awet muda.

    Beragam jenis perawatan ditawarkan oleh beberapa klinik aesthetic, termasuk TXT Laser.

    Perawatan ini menggunakan metode Laser Induced Optical Breakdown (LIOB) yang memungkinkan peremajaan kulit tanpa harus melukai lapisan atas secara berlebihan.

    “Dengan teknologi ini, TXT Laser dapat secara optimal merangsang pembentukan kolagen baru di kulit wajah tanpa perlu downtime panjang,” ujar dr. Wahyu Iskandar, Owner Lumious Beauty House kepada awak media, Minggu (2/3/2025).

    Ia menuturkan bahwa perawatan itu dirancang untuk menangani berbagai masalah kulit, seperti acne scar (bopeng), hiperpigmentasi, pori-pori besar, garis kerutan halus, hingga tekstur kulit yang kasar. 

    “Treatment ini sangat cocok bagi mereka yang ingin mendapatkan hasil maksimal tanpa harus mengalami masa pemulihan yang lama, seperti yang umumnya terjadi pada perawatan laser lainnya,” beber dr. Wahyu.

    “Jadi treatment ini memiliki downtime 60-70 persen lebih ringan dibandingkan Laser CO₂ dan 30% lebih ringan dibandingkan Laser Erbium, yang biasanya membutuhkan waktu pemulihan 5-7 hari atau lebih,” jelasnya.

    Dr. Wahyu juga menekankan pentingnya perawatan kulit sebagai investasi jangka panjang. 

    “Semakin dini kita mulai peduli dengan perawatan kulit, semakin kecil usaha dan sumber daya yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin terlambat, semakin besar usaha dan biaya yang harus dikeluarkan,” katanya.

    Saat ini, TXT Laser sudah tersedia di Lumious Beauty House cabang Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.

  • Seberapa Efektif Diet Tanpa Nasi? – Halaman all

    Seberapa Efektif Diet Tanpa Nasi? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Terkadang bagi sebagian orang bulan puasa menjadi momen untuk menurunkan berat badan.

    Banyak orang kemudian menerapkan pola diet mengurangi bahkan tidak makan nasi putih sama sekali.

    Lalu, seberapa efektif kah diet tanpa nasi?

    Ahli gizi Dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK, menuturkan banyak orang sering salah kaprah bahwa diet dengan tidak makan nasi bisa menurunkan berat badan.

    Sementara, tetap makan jenis karbohidrat lain seperti tepung, konsumsi makanan dan minuman manis, maka berat badan tetap naik.

    Gula dan tepung memiliki kalori lebih besar daripada kalori dari nasi.

    “Kadang-kadang seringkali keluhan, tidak makan nasi tapi kok berat badan lebih naik. Itu mungkin tidak memahami jenis karbohidrat jenis lainnya sebenernya kalau lebih tinggi kalorinya,” kata dia ditemui awak media di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

    Pada orang dewasa kebutuhan karbohidrat rata-rata 130 gram per hari.

    Kebutuhan itu bisa dipenuhi dengan jenis karbohidrat lainnya seperti ubi, singkong maupun jagung.

    “Karbohidrat itu adalah 130 gram per hari. Bahkan porsi kebutuhan karbohidrat itu adalah paling besar, 45-60 persen untuk badan. Karena hampir semua sel itu butuh glukosa,” tutur ahli gizi lulus Universitas Indonesia.

    Ia mengingatkan, saat orang kekurangan karbohidrat maka akan berdampak pada kehilangan konsentrasi dalam kegiatan sehari-hari.

    “Kalau kurang, ini tidak ada energinya, sel-selnya, tidak bisa bekerja, otaknya tidak bisa bekerja. Tidak bisa konsentrasi, terutama otak dan lain-lain. Jadi hati-hati, pengaruhnya sedemikian. Apalagi hati-hati untuk pasien-pasien diabetes yang on terapi,” urai Mulianah.

    Mulianah menegaskan, agar diet bisa menjadi lifestyle dan jangka panjang, kuncinya adalah harus enak dan nyaman.

    Jika diet tidak nyaman akan berisiko stres eating hingga gangguan psikologis.

    “Diet itu pengaturan pola makan, patokannya bukan hanya untuk menurunkan berat badan. Diet itu perlu menjadi lifestyle harus nyaman. Agar diet menjadi nyaman kuncinya itu 4,” ungkap dia.

    Pertama makanan harus Enak, kedua harus realistis, ketiga jadwal flexibel serta diet dapat menunjang kesehatan.

    “Mau diet apapun, diet itu harus balance, tahu mana kebutuhan yang dimaksimalkan dan diminimalkan. Diet si A belum tentu cocok dengan diet si B. Diet itu harus nyaman bagi yang menjalankannya dengan harapan bisa berlangsung jangka panjang,” kata Mulianah.

  • Tenaga Medis Hadapi Peningkatan Kasus Penyakit Kronis berupa Jantung, Diabetes hingga Hipertensi – Halaman all

    Tenaga Medis Hadapi Peningkatan Kasus Penyakit Kronis berupa Jantung, Diabetes hingga Hipertensi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tenaga medis global masih dihadapkan dengan tantangan kesehatan berupa penyakit kronis.

    Penyakit kronis merupakan penyakit yang berlangsung lama dan memerlukan perawatan jangka panjang.

    Setidaknya ada lima penyakit kronis yang menyumbang kasus kematian besar di seluruh dunia.

    Kelimanya berupa obesitas, gangguan ginjal, gangguan jantung, hipertensi serta diabetes melitus.

    Data menunjukkan, prevalensi hipertensi diperkirakan meningkat hingga 29 persen dari populasi dewasa global pada tahun 2025.

    Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang berkontribusi pada kerusakan organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta), dan pembuluh darah perifer.

    Sementara itu, Diabetes Mellitus juga menunjukkan tren peningkatan yang kian mengkhawatirkan.

    Prevalensi Diabetes di tahun 2024 diperkirakan Indonesia memiliki lebih dari 20 juta penderita Diabetes Mellitus yang menjadikan Indonesia termasuk dalam lima besar dunia dengan jumlah kasus diabetes tertinggi di dunia.

    Penyakit ini sering kali dikaitkan dengan Hipertensi, yang meningkatkan risiko stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

    “Penyakit kronis merupakan salah satu tantangan terbesar dalam dunia kesehatan saat ini. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman dokter dan para tenaga medis mengenai pentingnya skrining, deteksi dini, pengelolaan, dan pemantauan penyakit kronis secara holistik,” ujar Routine Product Manager Prodia, Matthew Justyn ditulis Sabtu (1/3/2025).

    Berdasarkan data WHO, lebih dari 17 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit jantung.

    Faktor gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, pola makan yang tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik, menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi penyakit jantung di Indonesia. Oleh sebab itu, edukasi kepada tenaga medis dan masyarakat menjadi aspek krusial dalam pencegahan dan penanganan penyakit ini.

    Dalam upaya mendukung pengelolaan penyakit kronis Prodia menggelar Roadshow Seminar Dokter Nasional 2025 di 11 kota besar di Indonesia.

    Mengusung tema “Breaking Barriers, Building Health: The Science of Chronic Disease”, seminar ini menjadi wadah diskusi bagi para dokter dalam menghadapi tantangan di lapangan serta memberikan wawasan baru mengenai inovasi dalam pemeriksaan laboratorium untuk deteksi dini, penanganan, serta pemantauan penyakit kronis secara personal dan holistik.

    Kota Jakarta menjadi tuan rumah pertama dari seminar nasional dengan menghadirkan dr. Johanes Purwoto, SpPD-KEMD, FINASIM sebagai moderator, serta Prof. Sidartawan Soegondo,MD, PhD, DTM&H, FINASIM, FACE dan dr. Ida Gunawan, Ms, Sp. G.K, Subsp. K. M., FINEM sebagai pemateri.

  • Punya Keluhan pada Tulang Belakang, Ini Kondisi Medis yang Memerlukan Pemeriksaan MRI – Halaman all

    Punya Keluhan pada Tulang Belakang, Ini Kondisi Medis yang Memerlukan Pemeriksaan MRI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Punya keluhan gangguan tulang belakang, berikut ini kondisi medis yang memerlukan pemeriksaan Magnetic resonance imaging (MRI), teknologi pencitraan medis yang dapat mendeteksi berbagai penyakit.

    Dengan memanfaatkan magnet besar dan gelombang radio frekuensi, MRI bisa menghasilkan gambar rinci organ dan jaringan tubuh.

    Pertama adalah nyeri pinggang.

    Dokter Spesialis Bedah Saraf yaitu Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, Subspes. N-TB, SpKP, AAK menyebutkan, jika seseorang mengalami nyeri pinggang yang berlangsung lama di atas 4 minggu walaupun sudah diberi obat namun nyeri masih dirasakan.

    Maka segeralah melakukan MRI.

    Hal yang sama bisa dilakukan saat mengalami nyeri leher.

    “Kalau di atas 4 minggu, tidak hilang-hilang, walaupun sudah minum obat atau dikasih dokter obat ya, tapi nggak hilang-hilang. Itu sudah waktunya MRI,” ujar dia saat ditemui awak media di RS Jakarta, Kamis (27/2/2025).

    Kedua, nyeri yang menjalar ke kaki

    Ada nyeri pinggang atau tidak, namun nyeri tersebut menjalar ke kaki.

    “Kakinya diangkat sedikit sakit, atau digerakkan sedikit sakit, atau tanpa digerakkan pun nyeri. Jika itu muncul, sebaiknya segera MRI,” kata dokter yang aktif praktik di Jakarta Sigma Brain and Spine Center Rumah Sakit Jakarta ini.

    Ia menuturkan, secara teknis, dokter akan meminta pasien melakukan pemeriksaan MRI saat menunjukkan gejala.

    Namun, MRI juga bisa dilakukan saat seseorang melakukan medical check-up, pasien ingin tahu kesehatannya seperti apa. Secara medis itu boleh, bukan dokter yang memerintahkan.

    “Pasiennya memang ingin tahu, karena di lapangan juga sering kali ketemu ada pasien MCU, datang ke dokter, karena ditemukan gangguan kesehatan seperti saraf kejepit setelah mengikuti medical check-up,” ujar dia.

    Di kesempatan yang sama, Rumah Sakit Jakarta memperkenalkan alat diagnostik MRI 1,5 Tesla dengan seri termutakhir.

    MRI seri ini memberikan gambaran yang lebih detail dan akurat mengenai kondisi tubuh pasien.

    Dokter Wawan mengatakan, MRI 1,5 tesla itu memiliki fitur lengkap sehingga pemanfaatannya menjadi lebih banyak dan lebih luas, utamanya untuk syaraf tulang belakang.

    Alat ini mampu menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi yang mampu mendiagnosis berbagai kondisi medis seperti Saraf Kejepit (Hernia Nukleus Pulposus / HNP), Robekan Ligamen, dan Tendon pada Lutut, Ankle, Bahu, bahkan organ dalam seperti Sistem Peredaran darah pada Otak, Sistem Saluran Empedu, dan Organ dalam yang penting lainnya.

    “Dengan hadirnya Alat MRI 1,5 Tesla ini, kami berharap dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pasien dalam mendapatkan diagnosis yang tepat dan cepat. Alat ini mampu meminimalkan ketidaknyamanan bagi pasien selama proses pemindaian. Proses pemeriksaan relative lebih cepat dengan design alat dan ruangan yang nyaman, sehingga pasien juga dapat merasakan kenyamanan selama prosedur pemeriksaan berlangsung,” ujar Direktur RS Jakarta Dina Harum.

    Kegiatan itu dilengkapi Talk Show Bincang Sehat dari para ahli yang akan berbagi pengetahuan, antara lain dengan Narasumber dari Dokter Spesialis Orthopedi Rumah Sakit Jakarta yaitu dr. Adrian Willem Tarigan, SpOT yang berpraktik di Jakarta Orthopedi Center Rumah Sakit Jakarta. Acara ini juga dilengkapi dengan penjelasan dari Dokter Spesialis Radiologi Rumah Sakit Jakarta yaitu dr. Ili Rizliawati, Sp.Rad dan dr. Bono Noorwijayanto, Sp.Rad yang juga menjadi Kepala Unit Radiologi Rumah Sakit Jakarta.

  • Empat Tips Jaga Kesehatan bagi Pasien Masalah Paru dan Pernapasan saat Puasa – Halaman all

    Empat Tips Jaga Kesehatan bagi Pasien Masalah Paru dan Pernapasan saat Puasa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tentu saja ada anggota masyarakat yang punya masalah kesehatan, seperti paru dan saluran pernapasan lain.

    Berikut ini disampaikan empat pesan atau tips yang dapat dilakukan untuk pasien penyakit dengan masalah paru dan pernapasan lainnya agar terkontrol baik selama puasa Ramadan oleh Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama seperti ditulis pada Sabtu (1/3/2025).

    Pertama, pentingnya asupan gizi seimbang.

    Nutrisi yang baik akan menunjang kesehatan paru. Berbuka puasa dengan memenuhi kebutuhan cairan dengan air putih atau ditambah susu juga baik. Hal ini akan membantu proses rehidrasi pada hari itu, ini penting bagi kesehatan paru karena kekentalan mukus di dalam saluran napas akan berhubungan dengan tingkat dehidrasi tubuh.

    Sebaiknya dihindari minuman bersoda atau minuman aditif lain.  Selain minuman maka makanan yang dianjurkan untuk berbuka puasa adalah makanan rendah lemak serta makanan yang mengandung gula alami.

    Makanan dalam bentuk sup juga dianjurkan serta tentu buah dan berbagai jenis kurma.

    “Sementara itu untuk makan sahur memang dianjurkan karbohidrat seperti beras atau roti, sebaiknya dipilih yang berserat tinggi atau jenis “wholegrain” karena akan memberi rasa kenyang lebih lama,” ujar Prof Tjandra.

    Kedua tentang aktivitas fisik.

    Ketika sedang berpuasa maka kemampuan olahraga berat akan berkurang. Tetapi tetap dianjurkan melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan.

    “Ini akan sangat bermanfaat bagi kesehatan paru. Khusus mereka dengan kondisi paru tertentu maka dapat dilakukan teknik tertentu seperti aerobik bertahap (step-by-step aerobic),” tutur Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.

    Ketiga, tetap konsumsi obat untuk penyakit paru yang dialami.

    Diharuskan tetap konsumsi obat yang disesuaikan dengan pola puasa.

    Jika obat tiga kali sehari misalnya maka dapat diminum pada waktu berbuka, mau tidur malam atau sesudah sholat Tarawih dan sekali lagi waktu sahur.

    Jika obat dua kali sehari maka dapat dikonsumsi waktu buka dan sahur.

    Penggunaan obat inhaler yang dihisap atau disemprot ke mulut untuk masuk ke paru juga seringkali jadi perdebatan, apakah membatalkan puasa atau tidak.

    Salah satu upaya menyikapinya adalah dengan menggunakan yang kerja panjang (long acting) yang dapat digunakan sesudah berbuka dan sebelum sahur.

    “Kadang-kadang juga ada yang mempertanyakan penggunaan oksigen, kalau sesekali dan terkontrol baik maka tentu masih dapat ditolerir, tetapi kalau sakitnya sudah cukup parah dan memerlukan oksigen yang intensif maka mungkin perlu pertimbangan lebih lanjut,” ujar dia.

    Pesan keempat bersifat lebih umum, untuk para perokok.

    Ketika puasa maka para perokok tentu berhasil tidak merokok sejak sahur sampai datang waktu berbuka, dan itu lebih dari 12 jam lamanya.

    Mari gunakan momentum yang baik ini untuk tetap terus tidak merokok di sore dan malam hari, dan juga nanti sesudah Idul Fitri, sehingga bulan puasa tahun ini menjadi saat berharga bagi kesehatan para perokok karena berhasil berhenti merokok sepenuhnya.

  • Jaga Kebersihan Demi Kesehatan Selama Puasa Agar Ibadah Ramadan Bisa Gaspol – Halaman all

    Jaga Kebersihan Demi Kesehatan Selama Puasa Agar Ibadah Ramadan Bisa Gaspol – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menjelang bulan Ramadhan menjaga kesehatan menjadi prioritas utama agar dapat gaspol menjalankan ibadah puasa.

    Selain menjaga asupan nutrisi dan pola tidur yang baik, kebersihan juga memainkan peran penting dalam mencegah risiko penyakit yang dapat mengganggu kelancaran puasa.

    Salah satu cara efektif untuk melindungi diri dan keluarga adalah dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar menggunakan produk-produk sanitasi yang aman dan efektif.

    Kebersihan menunjang ibadah puasa.

    Selama berpuasa, daya tahan tubuh bisa menurun jika tidak didukung dengan gaya hidup yang sehat dan bersih.

    Kebersihan yang terjaga dengan baik akan mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus.

    Oleh karena itu, pemilihan produk pembersih yang tidak hanya efektif tetapi juga aman bagi kesehatan keluarga dan lingkungan menjadi kunci utama.

    Direktur PT Salim Saraya Indonesia, Roy Christianto, mengungkapkan pihaknya hadir bukan sekadar sebagai produk sanitasi tetapi juga bagian dari gerakan menuju gaya hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan.

    Menjelang bulan suci Ramadhan, mari bersama-sama menjaga kebersihan dan kesehatan agar ibadah puasa dapat berjalan dengan lancar.

    Dengan ini, kebersihan rumah tangga bukan hanya rutinitas tetapi juga bagian dari perjalanan menuju Ramadhan yang lebih sehat dan penuh berkah, ujarnya, Jumat 28/2/2025.

    Apa saja yang harus dijaga kebersihan kita selama puasa?

    1. Cuci Tangan

    Kebersihan tangan sangat penting untuk mencegah penyebaran kuman terutama sebelum sahur dan berbuka.

    2.  Cuci Piring

    Menjaga kebersihan peralatan makan dan memasak juga menjadi langkah penting selama Ramadhan.

    Piring dan perabotan yang dipakai saat berbuka bersama atau sahur sangat rentan dengan kotoran.

    Kita harus jeli menghilangkan lemak dan bau amis.

    3. Bersihkan Lantai

    Kebersihan lantai rumah turut berperan dalam menciptakan lingkungan yang sehat selama beribadah.

    4. Kebersihan Pakaian

    Kebersihan pakaian yang dikenakan sehari-hari juga mendukung kesehatan selama berpuasa.

    Deterjen pakaian Happy Kijang dengan wangi Gardenia membersihkan pakaian secara menyeluruh tanpa meninggalkan residu berbahaya pada serat kain.

     

  • Banyak Jemaah Lansia Berangkat Haji dan Umrah, Rentan Tertular Penyakit Ini – Halaman all

    Banyak Jemaah Lansia Berangkat Haji dan Umrah, Rentan Tertular Penyakit Ini – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM JAKARTA – Meningkatnya jumlah lansia yang mengikuti ibadah haji dan umrah membuat konsultasi kepada tenaga medis menjadi langkah penting sebelum keberangkatan haji dan umrah.

     

    Ketua Tim Kerja Pemeriksaan Kesehatan Haji dr.Mohammad Imran, MKM, mengatakan terdapat studi yang menyatakan bahwa terdapat risiko penularan penyakit infeksi saluran pernapasan seperti influenza, coronavirus, hingga RSV antar jemaah ketika melakukan ibadah haji dan umrah.

    Penyakit infeksi pernapasan menular yang bisa dicegah melalui vaksinasi.

    “Vaksinasi menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mencegah penyakit dan menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis,” ujar dia di Jakarta, Rabu, 26 Februari 2025.

    Tren peningkatan usia dan besarnya jumlah jemaah haji membuat penting untuk memperhatikan kesehatan para jemaah.

    Seiring bertambahnya usia, daya tahan atau kekebalan tubuh seseorang cenderung menurun sehingga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit infeksi menular.

    Kondisi ini dikenal sebagai Penurunan Kekebalan Terkait Usia atau Age-Related Decline in Immunity (ARDI).

    RSV dapat menular melalui inhalasi atau kontak dengan droplet saluran napas dari mereka yang terinfeksi.

    Gejala umum pasien yang terinfeksi RSV termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.

    Untuk mencegah penyebaran RSV, salah satu yang bisa dilakukan adalah tertib menggunakan masker, menerapkan kebersihan pribadi seperti menutup mulut saat batuk atau bersin.

    Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Prof.Dr. Tjandra Yoga, Sp.PK, MARS, DTH, DTCE, FISR, mengatakan RSV ditemukan sebagai salah satu infeksi saluran pernapasan selama haji tahunan dan untuk mencegahnya kini sudah ada rekomendasi vaksin RSV.

    Di Arab Saudi, vaksin ini menjadi program imunisasi nasional untuk penduduk berusia 60 tahun ke atas.

    Di Indonesia, PDPI telah mengeluarkan panduan penatalaksanaan penyakit paru dan pernapasan bagi petugas kesehatan Haji dan Umrah.

    Sedangkan untuk pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti lansia, dapat menularkan virus sampai dengan 4 minggu.

    Karena itu, PDPI mengeluarkan Panduan Penatalaksanaan Penyakit Paru dan Pernafasan bagi Petugas Kesehatan Haji dan Umrah yang mencantumkan rekomendasi vaksinasi untuk meningokokus, influenza, pneumokokus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).

    Infeksi RSV dapat menular dan menyebar dengan mudah di mana satu orang yang terinfeksi biasanya menginfeksi tiga orang lainnya, dan sebagian besar individu yang terinfeksi dapat menularkan dalam jangka waktu 3-8 hari.

    RSV seringkali dikaitkan sebagai penyakit anak-anak.

    Sedangkan pada golongan lansia, kekebalan tubuh mulai menurun sehingga lansia juga rentan terhadap infeksi RSV.

    Data Pusat Kesehatan Haji menyebutkan dalam 7 tahun terakhir terjadi tren peningkatan jemaah haji lansia dengan usia 65 tahun ke atas, di mana pada tahun 2024 sebanyak 21 persen jemaah adalah lansia.

    Terdapat 461 jemaah haji yang wafat di Arab Saudi pada operasional haji tahun 2024.

    Mayoritas jemaah yang wafat berada pada rentang usia 71 tahun ke atas, mencapai 207 jemaah.

    Tahun ini, Indonesia kembali mendapatkan kuota sebanyak 221.000 jemaah haji.