Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Berikan Banyak Manfaat, Anggie: Aplikasi Mobile JKN Jadi Andalan Generasi Masa Kini – Halaman all

    Berikan Banyak Manfaat, Anggie: Aplikasi Mobile JKN Jadi Andalan Generasi Masa Kini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Anggie Pridayanti (22) adalah seorang mahasiswa yang telah terdaftar sebagai peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah Asahan. Tidak hanya dirinya, seluruh anggota keluarganya juga telah memperoleh perlindungan jaminan kesehatan melalui Program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.

    “Kami sekeluarga  sudah terdaftar sebagai peserta JKN, dan mendapat kesempatan yang baik ini dari pemerintah. Seingat saya sudah cukup lama sejak kami terdaftar sebagai peserta penerima bantuan. Kami bersyukur sekali pemerintah masih peduli pada jaminan kesehatan masyarakatnya,” tutur Anggie.

    Perempuan yang sehari-hari akrab disapa dengan Anggie tersebut juga menceritakan pengalamannya dalam mengakses layanan kesehatan melalui Program JKN yang kini sudah beroperasi lebih dari satu dekade. Menurutnya, Program JKN tersebut sungguh memberikan bantuan kepada pesertanya yang memang membutuhkan layanan kesehatan.

    “Program JKN ini sungguh menjadi penolong bagi keluarga kami, untuk kami sekeluarga terlebih untuk ibu saya. Kami sungguh tidak bisa bayangkan kalau kemarin waktu ibu sakit kami belum terdaftar menjadi peserta JKN, ntah kami akan dapat biaya dari mana untuk biaya pengobatannya. Karena jumlahnya pasti sangat banyak karena ibu saya menjalani perawatan di rumah sakit selama berhari-hari. Pasti biayanya tidak sedikit karena biaya pengobatan zaman sekarang sungguh tidak murah,” ucap Anggie.

    Anggie kemudian berbagi pengalaman tentang manfaat Program JKN bagi keluarganya, terutama saat ibunya harus menjalani pengobatan akibat masalah jantung. Karena kondisinya yang mendadak dan darurat, keluarganya segera membawanya ke rumah sakit terdekat agar dapat segera menerima pertolongan pertama.

    “Hari itu ibu secara mendadak merasa kalau tubuhnya lemas dan hampir kehilangan kesadaran juga. Katanya ada rasa sakit yang tidak tertahan di dada bagian kirinya. Kami sempat takut sekali kalau ibu kena serangan jantung mendadak jadi kami segera membawa ibu ke Rumah Sakit Wira Husada untuk mendapatkan pertolongan pertama. Dokter sampaikan ada pembengkakan jantung sehingga ibu diharuskan mendapat perawatan intensif sampai dengan sembuh dan dokter sudah memperbolehkan untuk pulang. Tapi tetap harus datang kembali untuk kontrol dan mengecek kesehatan lanjutan,” ujar Anggie.

    Disampaikannya juga dalam proses pengurusan administrasi sungguh tidak sulit sama sekali. Sebagai anak yang tergolong dalam Gen-Z, tentunya ia sudah fasih memanfaatkan kemudahan teknologi di zaman sekarang. Aplikasi Mobile JKN sudah ada di telepon genggamnya, sehingga ketika mengurus administrasi ia tidak merasa kesulitan sama sekali.

    “Kami sekeluarga sudah menggunakan kemudahan yang disediakan Aplikasi Mobile JKN, jadi kartu digital kami sudah ada di sana. Ketika mengurus administrasi di rumah sakit, kami juga hanya menunjukkan kartu digital serta bawa Kartu Tanda Penduduk jika memang pihak rumah sakit membutuhkannya. Praktis sekali tidak perlu ada berkas yang di fotokopi,” kata Anggie.

    Dalam kesempatan ini, Anggie juga mengungkapkan besarnya manfaat yang ditawarkan oleh Aplikasi Mobile JKN. Aplikasi ini tidak hanya berfungsi sebagai kartu digital, tetapi juga menyediakan berbagai fitur yang dapat dimanfaatkan.

    Beberapa di antaranya meliputi Info Program JKN, Info Lokasi Fasilitas Kesehatan, Program Rencana Iuran Bertahap BPJS Kesehatan (REHAB), Penambahan Peserta, Info Peserta, Pendaftaran Pelayanan (Antrean), Perubahan Data Peserta, Pengaduan Layanan JKN, Info Iuran, Skrining Riwayat Kesehatan, serta fitur lainnya yang dirancang untuk mempermudah peserta JKN dalam mengakses layanan administrasi tanpa perlu datang langsung ke kantor BPJS Kesehatan.

    “Kalau kata anak Gen-Z sekarang, Aplikasi Mobile JKN ini paket komplit. Semoga aplikasinya bisa terus berkembang dan memberikan kemudahan kepada seluruh peserta JKN di mana pun berada,” tutup Anggie. (*)

  • KPCDI Soroti Pergantian Obat Transplantasi Ginjal yang Dianggap Membahayakan Nyawa Pasien – Halaman all

    KPCDI Soroti Pergantian Obat Transplantasi Ginjal yang Dianggap Membahayakan Nyawa Pasien – Halaman all

    ​Laporan Gabriela Irvine Dharma

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyampaikan kekhawatiran terkait kebijakan efisiensi anggaran kesehatan yang berdampak pada pasien transplantasi ginjal.

    Salah satu isu utama yang disoroti adalah pergantian obat tacrolimus yang dinilai dapat meningkatkan risiko penolakan organ dan membahayakan pasien pasca-transplantasi.

    Tacrolimus adalah obat imunosupresan yang digunakan untuk mencegah penolakan organ setelah transplantasi ginjal atau hati.

    Namun, dalam beberapa bulan terakhir, terjadi pergantian merek tacrolimus di berbagai rumah sakit yang menyebabkan variasi kadar obat dalam darah pasien.

    Kondisi ini dikhawatirkan bisa meningkatkan risiko penolakan akut dan memperburuk fungsi ginjal yang telah ditransplantasikan.

    “Keadaan ini memicu pertanyaan, apakah hal ini terjadi akibat dari efisiensi anggaran yang sedang digaungkan oleh pemerintahan saat ini?” ujar Ketua Umum KPCDI, Tony Richard Samosir saat memperingati Hari Ginjal Sedunia 2025 (World Kidney Day), Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menggelar diskusi publik bertajuk “Efisiensi Anggaran Kesehatan:
    Transplantasi Ginjal, Sebuah Harapan atau Sekadar Angan?” di Jakarta, Selasa(11/3/2025).

    Menurut penelitian ilmiah yang dikutip KPCDI, perubahan merek tacrolimus dapat berdampak negatif pada pasien transplantasi ginjal.

    Sebuah studi oleh Arreola-Guerra yang menunjukkan bahwa pergantian obat tacrolimus berkorelasi dengan peningkatan risiko penolakan akut.

    Penelitian lain oleh Schwartz juga menemukan bahwa pasien yang mengalami pergantian formulasi tacrolimus menunjukkan variasi kadar obat yang lebih tinggi, yang dapat berdampak pada stabilitas kondisi mereka.

    Hal ini berpotensi menambah biaya pemeriksaan laboratorium dan intervensi medis tambahan, yang justru berlawanan dengan tujuan efisiensi anggaran.

    Selain itu, seringnya kekosongan stok obat imunosupresan di rumah sakit juga menjadi perhatian serius.

    Jika pasien mengalami keterlambatan dalam mendapatkan obat, risiko reaksi imun meningkat, yang bisa berujung pada kegagalan transplantasi ginjal dan kembali menjalani dialisis, suatu kondisi yang justru akan menambah beban biaya kesehatan nasional.

    Menanggapi hal ini, KPCDI menegaskan bahwa penghematan anggaran tidak boleh mengorbankan keselamatan pasien, terutama bagi mereka yang bergantung pada obat imunosupresan seumur hidup.

    “Tanpa strategi yang komprehensif, pemotongan anggaran justru dapat berujung pada peningkatan beban kesehatan nasional akibat meningkatnya jumlah pasien dengan komplikasi medis yang lebih serius,” tambah Tony.

    Sejalan dengan peringatan Hari Ginjal Sedunia 2025, KPCDI mendesak pemerintah untuk meninjau ulang kebijakan efisiensi anggaran pada sektor kesehatan, khususnya dalam ketersediaan obat esensial bagi pasien transplantasi ginjal.

    Mereka berharap kebijakan kesehatan yang diambil tetap berfokus pada kesejahteraan pasien dan memastikan keberlanjutan pengobatan yang aman dan efektif sehingga harapan hidup pasien transplantasi ginjal tetap terjaga.

  • Ikan dan Ati Ayam Makanan Kaya Kandungan Zat Besi, Dokter: Minumnya Jangan Teh dan Susu – Halaman all

    Ikan dan Ati Ayam Makanan Kaya Kandungan Zat Besi, Dokter: Minumnya Jangan Teh dan Susu – Halaman all

    Banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan mengenai makanan apa saja yang mengandung zat besi.

    Tayang: Rabu, 12 Maret 2025 17:10 WIB

    HO/SGM Eksplor

    MAKANAN KANDUNGAN ZAT BESI – Dokter Gizi Medik, Dr. dr Dian Novita Chandra M.Gizi saat acara Editor Briefing SGM Eksplor di Jakarta, Senin(10/3/2025) mengatakan sebenarnya banyak panganan lokal yang mengandung zat besi dan mudah dijangkau dari segi harga. Ia menyebut ikan dan ati ayam yang dinilai banyak kandungan zat besinya. 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemenuhan zat besi cukup penting untuk mendukung perkembangan anak, terutama dalam hal daya pikir, fokus, dan memori belajar.

    Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan mengenai makanan apa saja yang mengandung zat besi.

    Dokter Gizi Medik, Dr. dr Dian Novita Chandra M.Gizi mengatakan sebenarnya banyak panganan lokal yang mengandung zat besi dan mudah dijangkau dari segi harga.

    Ia menyebut ikan dan ati ayam yang dinilai banyak kandungan zat besinya.

    “Pangan lokal(yang mengandung zat besi) ketersediaannya cukup melimpah sebenarnya, tapi terkadang harga mempengaruhi untuk mengkonsumsi. Tapi misalnya untuk kalangan ekonomi terbatas apabila di daerah tempat tinggal mereka ada ikan, ikan lebih murah, ikan banyak zat besi. Bisa juga ati ayam,” ujar dr Dian Novita saat Editor Briefing yang digelar SGM Eksplor di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

    Menurut dr Dian, masyarakat yang ingin memenuhi kandungan zat besi pada sajian makanannya tiap hari bisa mengaturnya dengan gonta ganti menu antara ikan dan ati ayam.

    “Dua minggu ati ayam, dua minggu ikan, misalnya begitu,” ujarnya.

    Hal yang terpenting menurut dr Dian, dalam menu harus ada makanan yang mengandung protein hewani, buah yang kaya vitamin C.

    “Serta setelah makan selalu minum air putih, jangan minum teh, karena itu akan mengganggu penyerapan ke dalam tubuh. Jeda dua sampai tiga jam antara makan dan minum susu dan teh,” kata dr Dian.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’61’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Puasa Sehat, Saatnya Diet! Ini Tips Agar Target Turunkan Berat Badan Saat Ramadan Tak Meleset – Halaman all

    Puasa Sehat, Saatnya Diet! Ini Tips Agar Target Turunkan Berat Badan Saat Ramadan Tak Meleset – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM  – Bulan Ramadan merupakan bulan istimewa bagi umat muslim. Bulan ini jadi momen religi tapi juga perbaikan fisik untuk kembali menjadi fitri.

    Berpuasa melatih fisik juga merawat kesehatan. 

    Banyak manfaat puasa bagi tubuh. 

    Seperti dilansir dari Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PB PEGI), berpuasa bisa  meningkatkan kesehatan saluran cerna.

    Berpuasa juga bisa menjaga berat badan dan kolesterol pun menurun.

    “Bulan Ramadan ini pastinya merupakan momentum yang sangat ideal bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan terutama dengan adanya ibadah puasa,” kata Veronica, S.Gz., Ahli Gizi LIGHThouse, klinik manajemen berat badan dari LIGHT Group.

    Tapi jangan salah langkah ya dietnya agar target berat badan tak meleset.

    Nah, puasa seperti apakah yang efektif untuk mencapai tujuan penurunan berat badan ideal?

    “Untuk memastikan diet kita efektif dan sehat, pastinya kita harus memperhatikan jumlah dan makanan yang kita konsumsi baik saat sahur maupun berbuka.”

    Menurut Veronica, Kliniknya telah membantu lebih dari 90.000 pasien menurunkan berat badan melalui
    program LIGHTweight -signature diet program yang dibuat oleh dr Grace Judio Kahl – CEO dan
    Founder LIGHT Group.

    Program ini memberikan hasil 3.5x lebih efektif dalam menurunkan berat badan melalui pengaturan pola makan yang tepat serta keberlanjutan perubahan kebiasaan pola makan para pasien.

    Berikut beberapa tips jaga pola makan saat Ramadan dari LIGHThouse Clinic.

    1. Sahur untuk energi 

    Ilustrasi sahur (Freepik)

    Saat sahur, konsumsi makanan bergizi untuk energi seharian.

    Sahur adalah waktu makan yang sangat penting untuk menjaga stamina sepanjang hari.

    Disarankan untuk mengonsumsi:
    • Boleh namun membatasi, karbohidrat kompleks seperti nasi merah, oatmeal, atau roti
    gandum.

    • Protein berkualitas tinggi dari telur, ikan, ayam tanpa kulit.

    • Serat dan lemak sehat dari sayuran hijau, buah-buahan, alpukat, dan kacang-kacangan
    untuk mendukung pencernaan.
    • Chia Oat agar memberikan energi dan tidak mudah lapar, cocok
    dikonsumsi saat sahur.

    • Air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi, minimal 2-3 gelas saat sahur.

    Masyarakat juga diimbau untuk menghindari makanan yang terlalu asin atau manis berlebihan
    karena dapat menyebabkan dehidrasi dan lonjakan gula darah yang cepat turun.

    2. Makan bertahap saat berbuka puasa

    ILUSTRASI buka puasa – adwal buka puasa sekaligus azan Magrib pada Minggu, 18 April 2021 atau 6 Ramadhan 1442 H untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. (geo.tv)

    Berbuka dengan makanan yang sehat sangat penting agar tubuh tidak kaget setelah seharian berpuasa. 

    Idealnya, berbuka diawali dengan:
    • Air putih dan kurma, yang memberikan energi cepat dan membantu tubuh kembali
    terhidrasi.

    • Cari pemanis pengganti sirup yang rendah kalori dan rendah gula dan dapat dikombinasikan dengan bahan lain seperti cincau atau buah-buahan.

    • Makan utama secara bertahap, dengan mengonsumsi makanan bergizi yang mencakup protein sehat, karbohidrat kompleks, dan sayuran.

    • Menghindari makanan berminyak dan gorengan, karena bisa memperlambat
    metabolisme dan menyebabkan gangguan pencernaan.

    • Menghindari konsumsi jajanan manis tinggi gula dan karbohidrat, sebagai alternatif
    dapat mengonsumsi  puding praktis dengan rasa yang manis namun memiliki kalori dan gula yang rendah.

    3. Pola makan setelah tarawih

    Jika masih merasa lapar setelah tarawih dan sebelumnya belum mengonsumsi makanan berat, disarankan mengonsumsi makanan rendah kalori. 

    Mi dapat menjadi santapan malam dengan tambahan protein ayam dan sayur dalam sajian. Pilih yang rendah kalori. 

    4. Hindari makanan berminyak dan gorengan

    Kris wajan penggorengan ultima (istimewa)

    Tentunya sajian bersantan, berminyak dan gorengan cukup menggiurkan saat berbuka puasa, namun memiliki risiko memperlambat metabolisme dan menyebabkan gangguan pencernaan dan memperburuk kualitas tidur.

    Untuk mencegah konstipasi saat menjalani puasa, dapat mengonsumsi minuman tinggi serat untuk memenuhi kebutuhan serat harian saat puasa.

  • Perempuan Indonesia Masih Sulit Penuhi Hak Dasar Kesehatan dan Pendidikan – Halaman all

    Perempuan Indonesia Masih Sulit Penuhi Hak Dasar Kesehatan dan Pendidikan – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Perempuan di Indonesia masih mengadapi kesulitan memenuhi
    hak dasar seperti kesehatan hingga pendidikan.

    Diperlukan kolaborasi bersama pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, LSM dan akademisi untuk memenuhi hak dasar perempuan.

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kementerian Kesehatan RI dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, mengatakan, tantangan untuk memenuhi hak dasar perempuan dimulai dari permasalahan pemenuhan gizi, risiko penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, kematian ibu, kesehatan jiwa, serta permasalahan kekerasan perempuan dan anak.

    “Tidak bisa dengan upaya sendiri, perlu kolaborasi lintas kementerian, seperti dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, BKKBN serta berbagai lembaga lainnya, termasuk pihak swasta dan komunitas,” ujar dia dalam konferensi nasional perempuan di Jakarta, Selasa (11/3/2025.

    Melalui upaya komprehensif yang menggunakan pendekatan siklus hidup, maka diharapkan dapat memenuhi hak – hak kesehatan perempuan dan mendukung terciptanya perempuan yang berdaya dan kesetaraan gender.

    Di kegiatan yang sama Wakil Menteri PPA Veronica Tan menegaskan,  pemerintah berkomitmen mendukung kesetaraan gender dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perempuan serta melibatkan laki – laki sebagai mitra strategis.

    “Saya percaya, ketika perempuan mendapatkan kesempatan yang setara, berdaya dalam berbagai sektor baik itu pendidikan, ekonomi, maupun politik— perempuan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan bangsa,” tutur Veronica Tan.

    Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2025, Farid Nila Moeloek (FNM) Society bersama dengan United Nations Population Fund (UNFPA), didukung oleh Takeda, menyelenggarakan Women National Conference yang bertema “Perempuan Sehat dan Berdaya, Menuju Kesetaraan Global”.

    Konferensi ini merupakan sebuah wujud nyata upaya kolektif dan kolaborasi lintas sektor untuk peningkatan kesetaraan gender di Indonesia.

    Ketua FNM Society Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, Sp.M(K) menyadari bahwa pemberdayaan perempuan di Indonesia masih menghadapi tantangan besar.

    Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa, hampir 50 persen di antaranya adalah perempuan. Jumlah ini mencerminkan potensi luar biasa, tetapi juga menunjukkan bahwa kesenjangan gender yang masih ada perlu segera diatasi.

    Tantangan ini tidak hanya terletak pada skala yang besar, tetapi juga pada bagaimana memastikan setiap perempuan, di mana pun mereka berada, memiliki akses yang sama terhadap kesempatan, kesehatan, dan perlindungan.

    “Pemberdayaan perempuan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi tertentu—ini adalah tugas kita bersama,” ujar Prof Nila.

    Ketika perempuan semakin kuat, bukan hanya
    dirinya yang maju, tetapi juga ekonomi tumbuh, kesehatan membaik, dan kesejahteraan masyarakat semakin terangkat.

    Perempuan Harus Semakin Sejahtera

    UNFPA Indonesia Representative Hassan Mohtashami menjelaskan, semakin sejahtera perempuan dan anak perempuan, maka keluarga, komunitas, dan dunia secara keseluruhan juga akan mengalami hal yang sama.

    Meskipun telah terjadi banyak kemajuan, tantangan masih ada.

    Ketimpangan gender, akses layanan kesehatan yang terbatas, serta kekerasan terhadap perempuan masih menjadi penghalang bagi banyak perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka.

    Melalui inisiatif seperti Women at the Center Project, UNFPA terus bekerja untuk memastikan setiap perempuan mendapatkan akses layanan kesehatan reproduksi yang aman dan berkualitas serta bisa menentukan masa depannya sendiri.

    Sebagai salah satu mitra penyelenggaraan acara Konferensi Nasional Perempuan ini, Takeda menyampaikan komitmennya secara global untuk kemajuan dan pemberdayaan perempuan.

    “Kami menyadari  keberagaman, kesetaraan, dan inklusi bukan sekadar inisiatif, tetapi telah menjadi bagian dari DNA kami selama lebih dari 240 tahun, termasuk lebih dari 50 tahun di Indonesia,” tutur Corporate Strategy Officer & CEO Chief of Staff, Takeda Pharmaceuticals Akiko Amakawa.

    Pihaknya percaya bahwa akses kesehatan yang berkelanjutan harus menjadi hak semua orang, dan itulah mengapa kami aktif dalam berbagai area terapi, termasuk onkologi, penyakit langka, penyakit gastrointestinal, kesehatan konsumen, dan dengue.

     

  • Komunitas Pasien Cuci Darah Soroti Efisiensi Anggaran, Bisa Berdampak Pada Transplantasi Ginjal – Halaman all

    Komunitas Pasien Cuci Darah Soroti Efisiensi Anggaran, Bisa Berdampak Pada Transplantasi Ginjal – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Tony Richard Samosir, menyoroti dampak kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terhadap sektor kesehatan. 

    Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah pengaruh pemotongan anggaran terhadap pasien gagal ginjal, terutama mereka yang menjalani transplantasi.

    Menurut Tony, pemangkasan anggaran sebesar Rp19,6 triliun berisiko menghambat akses pasien terhadap layanan kesehatan yang optimal. 

    Ia menilai sektor kesehatan seharusnya tetap menjadi prioritas karena berkaitan dengan produktivitas nasional. 

    “Kesehatan bukan hanya urusan individu, tetapi juga berpengaruh pada keberlanjutan ekonomi dan sosial negara. Jika pasien gagal ginjal tidak mendapatkan perawatan yang memadai, dampaknya bisa sangat luas,” kata Tony di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (11/3/2025).

    Salah satu dampak nyata dari kebijakan ini adalah meningkatnya kekhawatiran terkait ketersediaan obat imunosupresan bagi pasien transplantasi ginjal. 

    Obat ini berperan penting dalam mencegah penolakan organ setelah transplantasi. 

    Namun, seringnya perubahan merek obat Takrolimus di rumah sakit dinilai dapat memicu fluktuasi kadar obat dalam darah pasien, yang berisiko menyebabkan rejeksi akut terhadap ginjal yang telah ditransplantasikan.

    Tony menjelaskan dalam beberapa bulan terakhir, pasien sering kali mengalami pergantian merek Takrolimus di rumah sakit, yang berakibat pada ketidakstabilan kadar obat dalam tubuh. 

    TRANSPLANTASI GINJAL – Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menggelar diskusi publik bertajuk “Efisiensi Anggaran Kesehatan: Transplantasi Ginjal, Sebuah Harapan atau Sekadar Angan?” soroti efisiensi anggaran pemerintah Prabowo-Gibran terhadap Pasien Transplantasi Ginjal. Ditemui kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (11/3/2025).

    Penelitian menunjukkan bahwa perubahan merek ini dapat meningkatkan risiko penolakan ginjal baru. 

    “Jika kadar obat tidak stabil, fungsi ginjal yang sudah ditransplantasikan bisa terganggu, bahkan berujung pada kegagalan transplantasi,” ungkapnya.

    Selain itu, pemotongan anggaran juga berdampak pada keterbatasan stok obat imunosupresan di rumah sakit. 

    Beberapa pasien dilaporkan kesulitan mendapatkan obat secara tepat waktu, yang bisa berakibat fatal. 

    Jika pasien mengalami jeda dalam pengobatan, sistem imun mereka bisa menyerang ginjal baru, sehingga mengharuskan mereka kembali menjalani cuci darah, yang justru lebih membebani biaya kesehatan secara keseluruhan.

    Tidak hanya soal obat, pemeriksaan kadar Takrolimus dalam darah juga menjadi lebih sulit diakses akibat keterbatasan fasilitas laboratorium. 

    Padahal, pemeriksaan ini sangat penting untuk memastikan efektivitas terapi pasca-transplantasi.

    Bertepatan dengan peringatan Hari Ginjal Sedunia 2025 yang jatuh pada Kamis kedua bulan Maret, KPCDI mendesak pemerintah untuk meninjau kembali kebijakan efisiensi anggaran di sektor kesehatan. 

    Tony menegaskan pengurangan anggaran tidak boleh mengorbankan hak pasien dalam mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.

  • Wakil Menteri Kesehatan Targetkan Lebih Banyak Rumah Sakit Bisa Lakukan Transplantasi Ginjal – Halaman all

    Wakil Menteri Kesehatan Targetkan Lebih Banyak Rumah Sakit Bisa Lakukan Transplantasi Ginjal – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono menyebutkan, hingga saat ini, transplantasi ginjal sudah dapat dilakukan di 19 pusat transplantasi ginjal yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Jumlah pusat transplantasi ginjal ini diharapkan berkembang di masa mendatang.

    “Saya janji jumlahnya akan terus bertambah,” katanya di Jakarta, Selasa (11/3/2025).

    Melalui program transformasi kesehatan rujukan, Kemenkes telah memperkenalkan jejaring pengampuan rumah sakit yang melayani penyakit katastropik, termasuk kelainan ginjal.

    Dante menyebut bahwa penyakit ginjal harus segera ditangani, jika tidak akan memperburuk pembiayaan kesehatan di Indonesia.

    Adapun biaya perawatan pasien ginjal yang menjalani cuci darah bisa mencapai sekitar Rp.420 juta per tahun.

    Di sisi lain, transplantasi ginjal yang membutuhkan biaya sekitar Rp.300 hingga Rp.350 juta dinilai lebih cost-effective dalam jangka panjang.

    “Apabila penyakit ginjal ini tidak kita tangani dengan baik, pembiayaan kesehatan akan terus meningkat seiring waktu,” ujarnya.

    Prof. Dante menekankan, transplantasi ginjal bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga aspek sosial dan ekonomi yang sangat penting.

    “Transplantasi ginjal adalah solusi sosial yang efektif dan cost-benefit yang jelas,” katanya.

    Ia menegaskan, kualitas layanan kesehatan di Indonesia tidak akan terganggu dan tetap berjalan dengan baik meski ada efisien anggaran yang tengah digaungkan pemerintah.

    “Tindakan-tindakan transplantasi ginjal akan tetap terlaksana sebagaimana mestinya, dan itu adalah amanah yang diberikan kepada Kementerian Kesehatan sebagai ‘lokomotif’ kesehatan di negara ini,” harap dia.

  • Mempersiapkan Kesehatan Anak saat Libur Lebaran, Ini yang Bisa Dilakukan Orang Tua – Halaman all

    Mempersiapkan Kesehatan Anak saat Libur Lebaran, Ini yang Bisa Dilakukan Orang Tua – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Tingginya mobilitas saat libur Lebaran berpotensi meningkatkan risiko penularan berbagai penyakit, di kalangan anak-anak.
     
    Penyakit menular yang perlu diwaspadai anak diantaranya cacar air, gondongan, campak maupun rubella.

    “Penyakit tersebut dapat menular dengan cepat dan menyebabkan komplikasi serius, mulai dari pneumonia, ensefalitis (radang otak), hingga kematian,” kata Dokter Spesialis Anak, dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A dalam kegiatan temu media di Jakarta, Senin (10/3/2025).

    Ia menekankan pentingnya langkah perlindungan sejak dini bagi anak-anak, salah satunya melalui vaksinasi.

    Vaksinasi adalah langkah pencegahan terbaik untuk menekan risiko infeksi ini dan mencegah penyebaran penyakit di lingkungan sekitar.

    Seiring perkembangan teknologi di bidang vaksin, kini tersedia vaksin kombinasi MMRV (Measles, Mumps, Rubella, and Varicella) yang memungkinkan perlindungan terhadap empat penyakit dalam satu suntikan, sehingga lebih praktis dan efisien bagi orang tua dalam menjaga kesehatan anak-anak.

    Dalam pembaruan Jadwal Imunisasi Anak 2024, vaksin MMRV telah direkomendasikan sebagai dosis primer untuk anak usia 2 tahun ke atas yang belum divaksin MR/MMR dan Varicella, serta sebagai booster untuk anak di bawah 2 tahun yang telah menerima MR/MMR atau Varicella.

    Dokter lulusan UGM ini membagikan checklist persiapan Libur Lebaran bagi orang tua agar anak tetap sehat, terlindungi dari penyakit menular, dan siap kembali ke sekolah dalam kondisi prima:

    Pastikan Anak Sudah Mendapatkan Vaksinasi Lengkap

    Vaksinasi adalah perlindungan terbaik terhadap penyakit menular seperti campak, gondongan, dan cacar air.

    “Pastikan anak telah mendapatkan imunisasi sesuai jadwal sebelum bepergian, terutama jika akan bertemu banyak orang selama mudik.

    Pilih Destinasi dan Lingkungan yang Aman

    Saat mengunjungi rumah kerabat atau destinasi wisata, pilih lingkungan dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terlalu padat. Kerumunan dalam ruangan yang tertutup dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit.

    Hindari Berbagi Peralatan Pribadi

    Virus dan bakteri dapat menyebar melalui alat makan, botol minum, atau handuk. Ajarkan anak untuk menggunakan perlengkapan pribadi mereka sendiri guna mengurangi risiko infeksi.

    Waspadai Tanda Awal Penyakit Menular

    Jika anak mulai menunjukkan gejala seperti demam tinggi, ruam, batuk, atau pembengkakan kelenjar, segera batasi interaksi mereka.

    “Mendeteksi gejala sejak dini dan segera berkonsultasi dengan dokter dapat membantu mencegah kondisi yang lebih serius,” ujar dr. Denta.

    Pantau Kondisi Anak Setelah Liburan

    Pemantauan juga perlu dilakukan setelah bepergian, hal ini diperlukan untuk memastikan anak-anak tetap sehat dan bugar. Jika anak menunjukkan gejala penyakit setelah liburan, segera periksakan ke dokter untuk diagnosis dan penanganan lebih lanjut. Dengan pemantauan yang baik, orang tua dapat memastikan anak siap kembali ke sekolah dalam kondisi prima.

    “Dengan langkah-langkah ini, diharapkan orang tua dapat memastikan anak tetap sehat dan dapat menikmati momen Lebaran dengan aman,” tutur Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Mellisa Handoko Wiyono

  • Wakil Menteri Kesehatan Targetkan Lebih Banyak Rumah Sakit Bisa Lakukan Transplantasi Ginjal – Halaman all

    Wamenkes Dante Saksono: Efisiensi Anggaran Tidak Ganggu Pelayanan Kesehatan dan Transplantasi Ginjal – Halaman all

    Laporan Gabriela Irvine Dharma

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. Dante Saksono Harbuwono Sp. PD-KEMD Phd memastikan kebijakan efisiensi anggaran yang diberlakukan pemerintah tidak akan mengganggu kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

    la memastikan bahwa Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan terbaik bagi pasien, termasuk mereka yang membutuhkan transplantasi ginjal.

    “Ini adalah amanah yang diberikan kepada Kementerian Kesehatan sebagai lokomotif dari seluruh aktivitas kesehatan di negara kita,” ujar Wamenkes saat memperingati Hari Ginjal Sedunia 2025 (World Kidney Day), Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menggelar diskusi publik bertajuk “Efisiensi Anggaran Kesehatan: Transplantasi Ginjal, Sebuah Harapan atau Sekadar Angan?” di Jakarta, Selasa(11/3/2025).

    Khusus untuk transplantasi ginjal kata Wamenkes, sebagai bagian dari komitmen pemerintah dalam meningkatkan akses terhadap transplantasi ginjal, Prof. Dante mengungkapkan bahwa jumlah fasilitas yang mampu melakukan prosedur ini akan terus bertambah.

    “Hingga saat ini, kita sudah bisa melakukan transplantasi ginjal di 19 center transplantasi ginjal di Indonesia, dan jumlahnya akan terus bertambah. Saya janji jumlahnya akan terus bertambah,” ucapnya.

    Prof. Dante juga menjelaskan bahwa dari sisi anggaran transplantasi ginjal lebih cost-effective dibandingkan terapi cuci darah seumur hidup.

    “Pasien yang menjalani cuci darah membutuhkan biaya sekitar Rp 240 juta per tahun. Sementara itu, biaya transplantasi ginjal berkisar antara Rp 300 hingga 350 juta. Jika dibandingkan, transplantasi ginjal lebih efektif secara biaya daripada cuci darah seumur hidup,” paparnya.

    Dengan perhitungan ini, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan transplantasi ginjal di Indonesia.

    Prof. Dante menyampaikan bahwa melalui diskusi ini, berbagai masukan akan disampaikan kepada pemerintah terkait hal-hal yang perlu dimaksimalkan dalam implementasi transplantasi ginjal.

    Harapannya, kebijakan yang lebih strategis dapat segera diambil untuk meningkatkan akses, efisiensi anggaran, dan kualitas layanan bagi pasien gagal ginjal di Indonesia.

  • Anak Kekurangan Zat Besi Bisa Pengaruhi Prestasi Akademik di Sekolah – Halaman all

    Anak Kekurangan Zat Besi Bisa Pengaruhi Prestasi Akademik di Sekolah – Halaman all

    Laporan Gabriela Irvine Dharma​

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemenuhan zat besi yang cukup sangat penting untuk mendukung perkembangan anak, terutama dalam hal daya pikir, fokus, dan memori belajar.

    Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa kekurangan zat besi dapat berdampak serius pada tumbuh kembang anak.

    Bahkan, data terbaru menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak Indonesia berisiko mengalami kekurangan zat besi, kondisi yang dapat menghambat kemampuan belajar mereka di sekolah.

    Terkait dengan hal ini, Dokter Anak Ahli Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Prof Dr  dr Rini Sekartini, Sp.A (K), menjelaskan bahwa zat besi merupakan nutrisi esensial yang berperan penting dalam perkembangan sistem saraf anak.

    Kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan fokus dan memori, sehingga anak lebih sulit menyerap pelajaran di sekolah.

    “Pada usia pertumbuhan, anak sangat membutuhkan zat besi untuk perkembangan otaknya. Zat besi berfungsi dalam produksi hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Jika asupan zat besi kurang, suplai oksigen ke otak juga terganggu, menyebabkan anak mudah lelah, lesu, sulit berkonsentrasi, dan bahkan prestasi akademiknya bisa menurun,” ujar Prof. Rini saat Editor Briefing yang digelar SGM Eksplor di Jakarta Selatan, Senin(10/3/2025).

    Selain gangguan pada daya pikir kekurangan zat besi juga dapat memicu anemia defisiensi besi, yang gejalanya meliputi kulit pucat, tubuh mudah lelah, serta daya tahan tubuh yang menurun.

    Jika dibiarkan dalam jangka panjang, kondisi ini berpotensi menghambat perkembangan kognitif anak secara permanen.

    Sebagai bukti nyata kondisi ini di Indonesia, penelitian terbaru dari South East Asian Nutrition Survey II Indonesia (SEANUTS II) mengungkapkan bahwa rata-rata konsumsi zat besi anak Indonesia hanya mencapai 65,8 persen dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) anak yang disarankan.

    Hal ini menunjukkan bahwa banyak anak yang masih mengalami defisiensi zat besi akibat pola makan yang kurang optimal.  

    Terpisah, data dari World Health Organization (WHO) juga menyebutkan bahwa kekurangan zat besi dapat secara signifikan menghambat perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak.

    Oleh karena itu, orang tua harus lebih waspada terhadap tanda- tanda kekurangan zat besi pada anak, terutama jika mereka sering tampak lelah, sulit fokus saat belajar, atau kurang bersemangat dalam aktivitas sehari-hari.