Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Pakar Ungkap Manfaat Indonesia Ikut Pandemic Treaty – Halaman all

    Pakar Ungkap Manfaat Indonesia Ikut Pandemic Treaty – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan tentang pandemi baru yang tak terelakkan yang akan melanda dunia di masa mendatang.

    Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menekankan bahwa pandemi pasti akan terjadi dan membutuhkan kesiapan penuh.

    Tedros menyoroti konsekuensi yang menghancurkan dari penyebaran global Covid-19.

    Menurut data resmi, ia mencatat, tujuh juta orang meninggal akibat pandemi virus corona, tetapi jumlah kematian aktual diperkirakan sekitar 20 juta.

    “Selain korban manusia, pandemi ini merugikan ekonomi global lebih dari $10 triliun,” imbuhnya.

    Merujuk data terbaru WHO hingga 23 Maret 2025, jumlah total kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di seluruh dunia mencapai 777.684.506, dengan 7.092.720 kematian yang dilaporkan.

    Angka resmi ini hanya mewakili sebagian dari dampak sebenarnya dari pandemi, karena WHO memperkirakan jumlah kematian sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.

    Menyikapi kondisi ini, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dr. Dicky Budiman menyebut, diperlukan pandemic treaty atau perjanjian pandemi yang disepakati oleh anggota WHO.

    Kesepakatan ini bertujuan utama untuk menciptakan sistem kesehatan global yang adil dan siap dalam menghadapi pandemi masa depan.

    “Belajar dari pandemi Covid-19 lalu, banyak negara tidak siap, mengalami krisis sistem kesehatan serta ketimpangan akses terhadap vaksin serta alat kesehatan,” kata Dicky.

    Diketahui sejak tahun 2021, WHO bersama negara anggota sudah menginisiasi pembentukan Pandemic Treaty.

    Pandemic Treaty berfokus pada tiga aspek utama: pencegahan (prevention), kesiapsiagaan (preparation), dan respons (response).

    Banyak manfaat yang strategis yang bisa didapat Indonesia dengan adanya perjanjian ini. 

    Misalkan dapat akses lebih banyak terhadap teknologi dan vaksin, dukungan finansial hingga kepastian hukum terkait data dan patogen maupun kapasitas tenaga kesehatan dan laboratorium.

    “Untuk  masyarakat manfaatnya perlindungan lebih dini dari wabah, akses cepat untum vaksin dan obat-obatan, serta penguatan pelayanan kesehatan di desa atau kota,” ungkap dia.

  • Rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Aturan Wajib Tes Mental bagi PPDS Diterapkan – Halaman all

    Rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Aturan Wajib Tes Mental bagi PPDS Diterapkan – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dukung aturan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) yang mewajibkan pemeriksaan kesehatan jiwa secara berkala bagi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

    Ketua Umum PDSKJI Prof. Dr. Andi Jayalangkara Tanra, Sp.KJ(K) mengatakan, kebijakan ini merupakan langkah terobosan dalam menjaga kualitas dan profesionalisme dokter sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan.

    Profesionalisme tenaga medis tidak hanya ditentukan oleh kompetensi klinis, tetapi juga kesiapan psikologis dalam menghadapi beban kerja, tantangan etik, serta tekanan emosional yang menyertai praktik kedokteran.

    “Pemeriksaan kesehatan jiwa secara berkala memungkinkan deteksi dini terhadap potensi gangguan psikologis dan menjadi bagian dari sistem pendukung profesional yang sehat dan berkelanjutan,” tulis pertanyaan resmi yang diterima Minggu (13/4/2025).

    Kesehatan jiwa tenaga medis harus menjadi perhatian bersama, sebagai bagian integral dari sistem kesehatan nasional.

    PDSKJI meyakini bahwa dokter yang sehat secara mental akan mampu memberikan pelayanan yang lebih aman, empatik, dan berkualitas tinggi.

    Dalam konteks ini, pelaksanaan tes kesehatan jiwa tidak boleh dipandang sebagai bentuk penghakiman, melainkan sebagai bagian dari sistem mutu dan pembinaan profesional yang bersifat manusiawi.

    Berikut Rekomendasi PDSKJI:

    1. Pelaksanaan skrining kesehatan jiwa secara berkala di seluruh institusi pendidikan kedokteran spesialis, minimal satu kali setiap tahun menggunakan wawancara klinis serta alat ukur psikologis yang tervalidasi secara ilmiah.

    2. Penerapan pendekatan edukatif dan non-stigmatisasi dalam proses pemeriksaan, guna memastikan bahwa tes ini menjadi bagian dari pengembangan profesional, bukan sebagai alat kontrol atau penilaian semata.

    3. Penyediaan layanan pendampingan psikologis dan psikiatri yang sistematis di setiap institusi pendidikan, agar peserta PPDS yang membutuhkan dukungan dapat memperoleh akses layanan yang tepat dan cepat.

    4. Menjaga kerahasiaan dan etika profesional selama proses skrining dan tindak lanjut, sesuai dengan prinsip-prinsip kedokteran dan kesehatan jiwa.

    5. Mendorong kolaborasi lintas profesi antara institusi pendidikan, organisasi profesi kedokteran, dan lembaga pemerintah untuk
    mendukung implementasi kebijakan ini secara berkelanjutan.

    6. Menjaga kesehatan jiwa dokter adalah bagian dari menjaga keselamatan pasien dan mutu layanan kesehatan secara keseluruhan.

    PDSKJI berkomitmen untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah dan institusi pendidikan dalam membangun sistem kesehatan yang lebih manusiawi, sehat, dan profesional.

    Sebelumnya, Kemenkes menyatakan tes berkala diperlukan untuk menghindari manipulasi test kejiwaan dan mengidentifikasi secara dini kesehatan jiwa peserta didik. 

    Upaya ini untuk merespons tindak pidana kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh dr. PAP yang merupakan peserta PPDS Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Undap).

    Tes kejiwaan akan dilakukan kepada PPDS seluruh angkatan.

    “Kemenkes akan melakukan pemeriksaan mental juga untuk para peserta dokter spesialis sehingga peristiwa (dr PAP) tidak lagi terjadi,” tutur Wakil Menteri Kesehatan (wamenkes RI) Prof Dante Harbuwono saat ditemui di Puskesmas Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (10/4/2025).

    Ia menerangkan, seluruh dokter PPDS maupun calon PPDS harus mengikuti tes Minnesota Multiphasic Personality Inventory atau tes MMPI.

    “Gunanya untuk pemeriksaan keseluruhan kesehatan jiwa. Ini untuk pencegahannya tes MMPI, tes mental, untuk prosedur pendidikan. Mereka (calon dokter) tidak hanya pintar, tapi mereka juga sehat secara jasmani dan secara rohani,  supaya mereka bisa melaksanakan tugas dokter yang mulia itu menangani masyarakat dari dalam hati dan tidak melakukan penyalahgunaaan wewenang,” jelas dia.

  • Waspada, Berikut Jenis Makanan yang Perlu Dihindari Usai Lebaran – Halaman all

    Waspada, Berikut Jenis Makanan yang Perlu Dihindari Usai Lebaran – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Beberapa hari yang lalu, umat muslim baru saja melewati hari Raya Idulfitri. 

    Selain jadi momen bersama keluarga, lebaran juga jadi ajang ‘pamer kuliner’. 

    Sebut saja opor ayam atau sayur santan dengan sambal goreng yang menggugah selera.

    Namun bagi kamu yang punya Penyakit Tidak Menular (PTM), perlu waspada. 

    Oleh karena itu Ahli Gizi Ruth Hanani, S.Gz pun mengajak masyarakat untuk pandai memilah jenis makanan. 

    Menurut Hanani, setidaknya ada beberapa jenis makanan yang harus dihindari. 

    Pertama, makanan dan minuman yang mengandung tinggi gula.

    “Nah itu harus dihindari. Kalau misalkan sudah terbiasa ya mungkin dibatasi. Dulunya konsumsi setiap makan, harus kita kurangi perlahan-lahan. Misalnya dengan es teh tawar,” ungkapnya pada talk show kesehatan Tribun Health, Sabtu (12/5/2025).

    Kedua, hindari mengonsumsi makanan olahan (processed food) secara berlebihan. 

    Pada makanan olahan, selain memiliki  gula tambahan, dia juga mengandung penguat rasa. 

    Tidak hanya itu,  pada makanan olahan juga terdapat penambah warna. 

    Zat-zat di atas, jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menganggu metabolisme dalam tubuh. 

    “Kemudian biasanya ada penambah semacam aroma dengan zat-zat adiktif atau zat-zat tambahan. Saat dikonsumsi oleh tubuh, cenderung sukar dicerna,” paparnya. 

    Hal ini justru menimbulkan efek peradangan pada pencernaan.

    Efek peradangan pada pencernaan ini nantinya secara proses metabolisme akan menganggu insulin. 

    Kondisi ini justru dapat memicu adanya peningkatan berat badan.

    “Jadi sebaiknya proses food itu harus dihindari,” imbaunya. 

    Ketiga, membatasi konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi. Contoh, kulit ayam, gajih, jeroan dan lainnya. 

    Selain itu Hanani menyarankan untuk memakai minyak goreng berbahan biji-bijian. Seperti minyak jagung atau minyak biji kanola. 

    Terakhir, selain memilah makanan yang akan dikonsumsi, Hanani juga mengajak masyarakat untuk tidak meninggalkan aktivitas fisik. 

    “Olahraganya tentu disesuaikan saja dengan kemampuan dari teman-teman yang ada di rumah. Selain olahraga juga pastikan istirahatnya cukup supaya metabolisme tubuhnya terjaga,” tutupnya.
     

  • Ada Kasus Dokter PPDS Rudapaksa Anak Pasien, Bagaimana Layanan Kesehatan di RSHS Bandung? – Halaman all

    Ada Kasus Dokter PPDS Rudapaksa Anak Pasien, Bagaimana Layanan Kesehatan di RSHS Bandung? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) memastikan, kasus dokter PAP tidak berdampak pada layanan kesehatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin atau RSHS Bandung.

    “Kemenkes dan RSHS menjamin penghentian sementara PPDS pada prodi anestesiologi tersebut tidak mengganggu pelayanan kesehatan spesialistik di RS Hasan Sadikin,” dalam keterangan resmi yang diterima Tribunnews.com, Sabtu (12/4/2025).

    Penghentian residensi prodi anestesiologi di RSHS bersifat sementara.

    Penghentian sementara ini harus segera dilakukan dengan tujuan agar dilakukan evaluasi menyeluruh dan perbaikan dalam sistem pendidikan dokter spesialis khususnya yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran di lingkungan RSHS.

    Langkah yang dilakukan ini merupakan hasil koordinasi dan didukung sepenuhnya oleh pihak UNPAD sebagai institusi akademik penyelenggara pendidikan kedokteran. 

    “Saat ini kami sedang fokus untuk segera menuntaskan penanganan kasus tersebut bersama pihak UNPAD dan kepolisian guna melakukan perbaikan ke depan sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi,” lanjut keterangan itu.

    Menanggapi kritik Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Kemenkes tidak ingin berpolemik dalam menanggapi kritikan yang tidak substansial, cenderung defensif dan tidak konstruktif dari sejumlah pihak dalam penanganan kasus kekerasan seksual oleh oknum dokter yang sedang mengikuti PPDS.

    Bagaimanapun juga Kemenkes tetap terbuka terhadap masukan untuk penguatan sistem pendidikan kedokteran di Indonesia.

    Namun di sisi lain juga mempertanyakan motif pihak-pihak yang reaktif dan terkesan tidak setuju dengan adanya pembenahan sistem dan pengawasan tersebut, yang salah satunya melalui penghentian sementara prodi anestesiologi.

    Sebelumnya AIPKI mencermati bahwa sudah kali ketiga Kementerian Kesehatan mengambil langkah reaktif dengan menghentikan pendidikan PPDS di rumah sakit vertikal, termasuk yang masih berlangsung seperi PPDS Anestesi UNDIP dan PPDS limu Penyakit Dalam di USRAT.

    AIPKI berharap pemerintah dapat mengambil kebijakan yang lebih bijak, adil, dan mendukung
    kcberlangsungan pendidikan kedokteran, serta mempertimbangkan danmpak luas terhadap sistem pelayanan kesehatan nasional.

     

  • Tidak Boleh Sembarangan, Ini Tips Cara Mandi Anak dengan Dermatitis Atopik – Halaman all

    Tidak Boleh Sembarangan, Ini Tips Cara Mandi Anak dengan Dermatitis Atopik – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sebagian anak lahir dengan kondisi kulit super sensitif. Salah satunya ada yang mengalami kelainan kulit dermatitis atopik.

    Dermatitis atopik pada anak ditandai dengan ruam dan kulit bersisik di sejumlah area, karena respon dari alergen tertentu.

    Oleh karena itu, anak dengan dermatitis atopik memerlukan perawatan khusus. 

    Baik dari segi produk yang digunakan, maupun kebersihan lingkungan yang harus dijaga. Termasuk bagaimana cara mandi yang tepat.

    Terkait hal ini, dokter spesialis kulit dan kelamin subspesialis Dermatovenerologi anak, dr Triana Agustin Sp.D.V.E,Subsp.D.A pun bagikan tips mandi anak dengan dermatitis atopik. 

    Pertama, mandi hari dua kali sehari. Jangan kurang atau berlebihan. 

    “Karena kita di negara tropis, tentunya ya mandi dua kali sehari. Juga jangan berlebihan,”ungkapnya pada talk show kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Sabtu (12/5/2025).

    Kedua, jangan terlalu lama mandi. Paling lama waktu yang dihabiskan adalah 10 menit. 

    Ketiga, gunakan air hangat atau suhu yang sama dengan tubuh, yaitu sekitar 36 sampai 37 derajat Celcius. 

    Keempat, setelah mandi gunakan handuk secara perlahan, dan tidak menggosokkannya terlalu kuat ke badan.

    Kelima, segera gunakan pelembab dalam waktu kurang lebih tiga menit.

    “Harus segera ya, pelembab di gunakan atau diaplikasikan pada seluruh tubuh. Baik pada wajah, lengan, badan dan pada tungkai,” imbuhnya. 

    Keenam, pemilihan sabun juga harus diperhatikan. Dr Triana menganjurkan sabun sebaiknya yang memiliki kandungan pelembab. 

    Kemudian gunakan sabun dengan derajat keasaman atau pH yang mendekati nilai kulit, yaitu sekitar 4,5 sampai 5,5. 

    Ketujuh, hindari sabun yang mengandung sodium lauryl sulfate (SLS).  Jauhi penggunaan sabun antiseptik. 

    “Cara mandinya harus benar, penggunaan pelembabnya harus benar. Pemilihan pelembabnya harus tepat,” tutupnya.
     

  • Cegah Diabetes Kumat Usai Lebaran, Begini Tipsnya – Halaman all

    Cegah Diabetes Kumat Usai Lebaran, Begini Tipsnya – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Hari Raya Idulfitri identik dengan berbagai hidangan lezat. Namun, bagi penderita diabetes, momen ini dapat menjadi tantangan tersendiri. 

    Makanan tinggi gula dan lemak yang sering tersaji rentan membuat kadar gula jadi tidak stabil. 

    Terkait hal ini, dokter spesialis penyakit dalam dr Andi Khomeini Takdir Harini, SpPD(K) pun bagikan tips cegah diabetes kumat usai lebaran. 

    Pertama, boleh mencicipi makanan yang tersaji, tapi ambil porsi yang kecil. 

    “Mungkin disiasati, ambil kue yang potongannya paling kecil,” ungkapnya pada talk show kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Sabtu (12/5/2025). 

    Makan dengan jumlah sedikit dapat memberikan kesempatan orang diabetes untuk mencicipi beragam jenis menu. 

    Setelah itu, untuk menurunkan risiko tidak stabilnya gula darah, pasien diabetes bisa mengurangi porsi pada makanan lain, misalnya nasi. 

    “Saya tadi makan kue satu. Iya sudah , nanti saya kurangin satu sendok nasi. Saya kurangi sebagai kompensasi,” imbuhnya. 

    Kedua, tetapkan pola makan yang sehat. Selain membatasi porsi, makanan, perlu juga untuk memperhatikan jenis makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. 

    Minuman manis atau bersoda sebaiknya dihindari.  Karena dapat menyebabkan lonjakan gula darah secara drastis. 

    Alternatif lain adalah bisa dengan  mengonsumsi buah potong atau sayur sebagai camilan sehat

    Ketiga, tetap berkonsultasi dan patuhi pantangan yang ditetapkan dokter. 

    Perencanaan pola makan yang matang sangat penting, baik untuk individu sehat maupun pasien diabetes. 

    Rencana makan tersebut meliputi keseimbangan protein, lemak, serat, dan karbohidrat. Serta, pemenuhan kebutuhan serat, mineral, vitamin dari sayur dan buah, dan cairan. 

    Semua ini harus disesuaikan dengan rekomendasi dokter masing-masing.

    “Dokter bilang oke nih, gua bisa nyicipi kue atau anggur paling satu. Nah itu boleh saja kok,” tutupnya.

  • Gigi Anak Patah? Ketahui Penanganan Pertama yang Bisa Dilakukan Orang Tua – Halaman all

    Gigi Anak Patah? Ketahui Penanganan Pertama yang Bisa Dilakukan Orang Tua – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gigi anak yang patah tentu menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. 

    Terlebih pada usianya, anak-anak sangatlah aktif saat bermain. 

    Mereka sering melompat dan berlari, kadang kala tidak sengaja terbentur dan menyebabkan gigi patah. 

    Namun orang tua diimbau untuk jangan panik jika gigi anak patah. Ada beberapa langkah penanganan pertama yang perlu dilakukan. 

    Dokter spesialis kedokteran gigi anak drg Stella Lesmana, Sp.K.G.A membagikan beberapa tips penanganan pertama yang bisa dilakukan orang tua. 

    Pertama, saat anak terjatuh hentikan pendarahan dengan mengompres es. 

    Kedua, cek kondisi gigi anak, apakah masih ada gigi yang patah atau goyang. 

    “Kalau misalnya ragu, sebaiknya segera memeriksakan ke dokter gigi anak,” ungkapnya pada kanal YouTube RS Pondok Indah, Jumat (11/5/2025). 

    Jika gigi patah menyisakan bagian lagi di dalam mulut, maka bagian yang terisi ini bisa dihaluskan oleh dokter gigi. 

    Sehingga dapat mencegah terlukanya bibir atau gusi pada anak. 

    Sedangkan gigi yang patah secara keseluruhan, tidak perlu mendapat penanganan. 

    “Yang bisa dilakukan adalah menunggu sampai gigi permanen tumbuh. Jika tidak mau gigi anak ompong sampai tumbuh gigi permanen, sebenarnya bisa dibuatkan seperti gigi tiruan. Namun dikembalikan ke pilihan orang tua masing-masing,” papar drg Stella. 

    Lebih lanjut, gigi yang patah secara keseluruhan sebenarnya bisa dipasang kembali. 

    Orang tua bisa langsung mencuci gigi tersebut di air mengalir.

    Tapi selama mencuci gigi tersebut, diingatkan untuk tidak memegang bagian akar gigi.

    Selama gigi dicuci, hanya boleh memegang mahkota gigi saja.

    Setelah itu, masukkan gigi ke dalam wadah berisi cairan saline. 

    Lalu, segera  bawa ke dokter gigi anak untuk dipasang kembali seperti semula. 

    “Tapi harus dibawa dalam waktu 24 jam.  Supaya kondisinya masih baik,” tutupnya. 

  • Dialami Titiek Puspa, Pendarahan Otak Paling Sering Disebabkan oleh Hal Ini – Halaman all

    Dialami Titiek Puspa, Pendarahan Otak Paling Sering Disebabkan oleh Hal Ini – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Titiek Puspa meninggal dunia, Kamis (10/4/2025).

    Artis legendaris ini menghembuskan napas terakhir pada usia 87 tahun.

    Ia mengalami pecah pembuluh darah di otak bagian kiri atau pendarahan otak, dan dilarikan ke RS Medistra Jakarta.

    Dokter spesialis saraf Haznim Fadhli menuturkan, pendarahan otak paling sering disebabkan oleh hipertensi.

    Ia mengatakan, hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat melemahkan dinding pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak.

    Saat tekanan darah tidak terkendali maka berisiko terkena stroke pendarahan atau stroke hemoragik.

    “Pendarahan otak  bisa disebabkan banyak hal, paling sering hipertensi. Lainnya bisa karena kelainan pembuluh darah,  cedera kepala, gangguan fungsi pembekuan  darah, penyakit amiloid angiopati,  penggunaan obat-obatan pengencer darah,” tutur dia saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (11/4/2025).

    Mantan ketua IDI cabang Jakarta Pusat ini menuturkan, jika seseorang sudah terdiagnosis hipertensi maka harus menjalani pengobatan seumur hidup. Begitu juga kontrol dan pemeriksaan kesehatan rutin.

    Hal ini bertujuan agar hipertensi terkontrol atau tidak berkembang menjadi komplikasi yang parah.

    Gejala umum saat seseorang mengalami pendarahan otak adalah sakit kepala parah yang tiba-tiba muncul, muntah, kebingungan hingga pingsan.

    Gejala lain yang mungkin terjadi adalah kejang tiba-tiba, gangguan koordinasi dan keseimbangan, serta kesulitan menelan.

    “Pendarahan otak adalah kondisi yang harus ditangani segera ke rumah sakit terdekat. Penanganannya dapat berupa operasi dan rehabilitasi ,” tutur dia.

    Kronologi Meninggalnya Titiek Puspa

    Mengutip Tribunnews.com, Petty Tunjungsari Murdago mengungkapkan kronologi meninggalnya Titiek Puspa.

    Awalnya Titiek Puspa sempat menjalani syuting di salah satu program televisi, usai menyelesaikan pekerjaannya pelantun Kupu-Kupu Malam itu justru tidak sadarkan diri pada 26 Maret 2025.

    ‘Ya, memang ada kejadian di tanggal 26 Maret 2025, jam 8 malam, ketika Ibu Titiek Puspa sedang menyelesaikan recording di Lapor Pak Trans7, terjadi pingsan. Jam 8.30 dan alhamdulillah sudah menyelesaikan tiga episode,” kata Petty dalam jumpa persnya di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2025).

    Titiek Puspa kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit Medistra Jakarta untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

    Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit, kondisi pendarahan otak yang dialami Titiek Puspa cukup serius mengingat usia Titiek Puspa tidak muda lagi.

    Keluarga sendiri mengatakan jika kondisi Titiek Puspa sebelumnya baik-baik ketika melakukan aktivitas hingga dikejutkan dengan kejadian tersebut.

    “Kami sendiri tidak tahu, saya mengharapkan beliau tidak lupa minum obat hipertensi. Saat syuting saya tidak ikut mengantar, karena sudah ada dua asisten yang menemani ibu,” ungkap Petty.

  • Sering Dianggap Sama, Berikut Perbedaan Autisme dengan Down Syndrome – Halaman all

    Sering Dianggap Sama, Berikut Perbedaan Autisme dengan Down Syndrome – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hingga saat ini, masih ada yang menganggap bahwa gangguan spektrum autisme (ASD) sama dengan down syndrome. Padahal, keduanya sangatlah berbeda. 

    Menurut Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neurologi Anak, RSAB Harapan Kita dr Citra Raditha, Sp.A (K), ada beberapa perbedaan antara down syndrome dengan autis. 

    Perbedaan pertama adalah anak dengan down syndrome memiliki ciri tampilan fisik yang khas. 

    Selain itu mereka juga memiliki keterbelakangan intelektual yang menyebabkan kecacatan belajar. 

    Hal ini dikarenakan gangguan genetik yang terjadi pada kromosom atau disebut juga trisomi 21.  Yaitu, terjadi kelebihan salinan pada kromosom ke-21. 

    “Jadi untuk down syndrome memiliki ciri khas dari fisiknya,”ungkapnya pada talk show kesehatan Kementerian Kesehatan, Jumat (11/4/2025). 

    Ciri khas down syndrome biasanya memiliki wajah yang datar dan mata miring ke atas. Telinga lebih kecil, kepala yang rata dan lidah menonjol dan lebar. 

    Sedangkan autisme adalah gangguan perilaku yang muncul sejak lahir, dan penyebabnya tidak diketahui secara pasti.

    Anak dengan autis tidak memiliki ciri fisik yang unik. Mereka terlihat seperti orang biasa pada umumnya.

    Kedua, anak dengan down syndrome biasanya mengalami keterlambatan motorik. 

    “Jadi untuk pergerakannya dia lebih telat untuk (bisa) duduk atau berjalan,”ucap dr Citra. 

    Berbeda dengan down syndrome, anak-anak dengan spektrum autis tidak memiliki masalah motorik 

    “Tidak ada masalah pergerakan. Jadi anak ini sebagian besar dia bisa duduk, jalan, lari semua,” jelasnya. 

    Menurut dr Citra, anak dengan autis lebih mengarah pada gangguan interaksi, sosialisasi dan komunikasi.

     

     

  • Tanda-tanda Anak Alami Autis Bisa Dikenali Sejak Masih Bayi, Ini Ciri-cirinya – Halaman all

    Tanda-tanda Anak Alami Autis Bisa Dikenali Sejak Masih Bayi, Ini Ciri-cirinya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anak dengan autis bisa dikenali sedari dini, bahkan sejak bayi.  Autis merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku.

    Menurut Dokter Spesialis Anak Sub Spesialis Neurologi Anak, RSAB Harapan Kita dr Citra Raditha, Sp.A (K) ada beberapa tanda yang dapat dikenali sebagai tanda anak alami autis.

    Pertama, di usia tiga bulan ke atas, mata anak belum bisa mengikuti benda atau orang yang bergerak di depannya. Menurut dr Citra, bayi biasanya sudah bisa melihat mainan atau orang yang mengajaknya bermain di usia 3 bulan.

    Kedua, anak belum bisa tersenyum walau sudah berusia 6 bulan. “Usia 6 bulan belum tersenyum. Biasanya kan 6 bulan kan anak sudah mulai tersenyum. Usia 9 bulan belum ada ketawa, kalau ‘digangguin’ belum (ada) respon suara,” ungkapnya pada talk show kesehatan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat (11/4/2025).

    Berikutnya, anak tidak tertarik dan tetap asyik sendiri saat orang tua menunjukkan sesuatu padanya. “Kemudian usia 1 tahun, dia tidak tertarik atau melihat ke arah yang kita tunjuk. Dia pun tidak menunjuk apa yang dia mau. Tidak sharing, interaksi, dan sosialisasi. Nah kita juga harus hati-hati,” imbuhnya.

    Keempat, saat berusia 15 bulan, anak belum bisa bermain peran atau role play. Aktivitas ini diketahui dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial-emosional, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi materi pelajaran

    “Dari usia 15 bulan sampai 2 tahun dia nggak ada tuh namanya main kayak pura-pura ayo main jual-jualan atau main dokter-dokteran.  Itu kan interaksi, sosialisasi yang timbal balik. Tapi dia maunya sendiri saja,” sambungnya.

    Kelima, anak belum bisa mengeluarkan kata yang bermakna di usia 1 tahun. Orang tua perlu curiga dan membawa anak ke dokter untuk melakukan pengecekan jika hal ini terjadi.

    Lebih lanjut, dr Citra juga mengungkapkan tanda-tanda lain yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah anak suka memainkan benda yang sama setiap harinya.

    “Misalkan dia suka banget mainin roda. Semua yang bentuknya bulat sama dia diputar-putar. Karena dia terpaku pada benda-benda yang berputar,” paparnya.

    Anak yang sangat minat atau terobsesi pada satu hal saja juga perlu diwaspadai.

    “Ada kipas angin (misalnya), ​dilihat terus.  Pokoknya dia suka sekali. Semua dijejerkan gitu. Atau suatu mainan itu itu saja. Anaknya cuma mau mainan dinosaurus saja, misalkan,”imbuhnya.

    Terakhir, sering mengeluarkan gerakan unik juga menjadi tanda yang perlu diwaspadai.​ Seperti, tiba-tiba anak bertepuk tangan, padahal tidak ada pencetusnya.