Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Tak Kalah dari Luar Negeri, Rumah Sakit Indonesia Borong 5 Penghargaan Healthcare Asia Awards 2025 – Halaman all

    Tak Kalah dari Luar Negeri, Rumah Sakit Indonesia Borong 5 Penghargaan Healthcare Asia Awards 2025 – Halaman all

    Hasiolan EP/Tribunnews.com

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Layanan medis Rumah Sakit Indonesia terbukti tidak kalah dalam memberi layanan yang diberikan rumah sakit luar negeri seperti yang selama ini digembar-gemborkan.

    Hal ini dibuktikan oleh jaringan grup rumah sakit Siloam yang mendapat sederet prestasi mentereng di ajang internasional, Healthcare Asia Awards 2025.

    Tak tanggung-tanggung, Siloam Hospitals Group menyabet lima penghargaan bergengsi dalam ajang.

    Capaian itu menjadikan Siloam Hospital Group sebagai rumah sakit Indonesia dengan perolehan penghargaan terbanyak pada 2025.

    CEO Siloam Hospitals Group Caroline Riady mengatakan, pencapaian itu merupakan wujud nyata dari komitmen kami dalam menyatukan keunggulan teknologi, kolaborasi lintas disiplin, dan pendekatan yang berpusat pada pasien untuk terus meningkatkan mutu layanan.

    “Kami percaya bahwa integrasi digital, perbaikan keberlanjutan, serta fokus pada keselamatan dan kenyamanan pasien adalah kunci dalam membangun sistem layanan kesehatan yang unggul dan berkelanjutan,” ujarnya dilansir Kompas, Rabu (16/4/2025).

    Menurut dia, prestasi itu juga menjadi cerminan komitmen pihaknya dalam menghadirkan layanan kesehatan berkelas dunia melalui inovasi teknologi, keunggulan klinis, dan pendekatan yang berpusat pada pasien.  

    Selama ini, kelompok rumah sakit itu disebutkan telah memiliki terobosan dalam layanan kanker dan transplantasi ginjal, digitalisasi layanan rawat jalan, hingga pengembangan wisata medis dan inisiatif penanganan stroke akut di berbagai kota. 

    Raihan ini juga membuktikan bahwa rumah sakit Indonesia mampu bersaing dan memberikan layanan berkualitas tinggi tanpa harus berobat ke luar negeri.

    Caroline mengatakan, pihaknya akan terus mendorong inovasi strategis dan memperluas jangkauan layanan sebagai bagian dari komitmen terhadap keunggulan operasional dan pelayanan.  

    Dia menjelaskan, melalui kolaborasi dengan mitra global, investasi pada teknologi medis mutakhir dan pengembangan tenaga medis profesional, pihaknya memperkuat upaya untuk memimpin masa depan layanan kesehatan yang inovatif dan berkelanjutan di Asia.

    Adapun berikut kelima penghargaan yang diraih dan mencerminkan keberhasilan jaringan rumah sakit Indonesia dalam berbagai aspek layanan kesehatan. 

    1. Specialty Hospital of The Year – Indonesia

    Penghargaan ini diberikan kepada Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospitals atas kiprahnya dalam merevolusi layanan kanker di Indonesia melalui teknologi mutakhir dan pendekatan multidisiplin. 

    Dalam meraih penghargaan tersebut, MRCCC menetapkan standar baru dalam layanan onkologi dan menegaskan posisinya sebagai pelopor perawatan kanker komprehensif di Indonesia.  

    Hal tersebut dilakukan dengan menggabungkan teknologi canggih positron emission tomography (PET) dan single photon emission computed tomography (SPECT), scanner, brachytherapy, cyclotron, serta kemampuan transplantasi sumsum tulang dan prosedur kompleks lainnya, pendekatan tim multidisiplin yang kuat, serta inisiatif yang berpusat pada pasien.

    Komitmen terhadap mutu layanan tercermin melalui model tim multidisiplin (MDT) yang mengintegrasikan onkologi medis, bedah onkologi, onkologi radiasi, radiologi, patologi, kedokteran nuklir, serta berbagai spesialisasi terkait untuk memastikan pendekatan perawatan yang menyeluruh dan berpusat pada pasien.  

    2. Tertiary Hospital of the Year – Indonesia

    Penghargaan ini diberikan kepada Siloam Hospitals ASRI atas keberhasilannya menjadi pusat unggulan transplantasi ginjal di Indonesia.

    Siloam Hospitals ASRI merupakan bagian dari layanan utama di Comprehensive Urology and Nephrology Center. 

    Hingga Januari 2025, rumah sakit tersebut telah melakukan lebih dari 415 transplantasi ginjal, dengan tingkat kelangsungan hidup pasien mencapai 97 persen dalam satu tahun dan 91,7 persen dalam lima tahun, serta kelangsungan hidup ginjal sebesar 98,3 persen dan 93,8 persen—melebihi standar global.  

    Keberhasilan itu didukung tim berpengalaman yang terdiri dari 10 urolog dengan subspesialisasi di bidang seperti endourologi, uro-onkologi, urologi anak, andrologi, serta urologi fungsional dan neuro-urologi wanita.  

    Pendekatan tersebut memungkinkan pemberian layanan yang komprehensif, terintegrasi, dan sesuai dengan praktik terbaik global.

    3. Medical Tourism Hospital of the Year – Indonesia

    BIMC Nusa Dua meraih penghargaan ini karena menjadi salah satu destinasi unggulan wisata medis di Indonesia yang dikenal luas akan layanan bedah plastik berkualitas tinggi.

    Dalam kurun waktu tiga tahun, prosedur bedah plastik di rumah sakit itu mengalami pertumbuhan delapan kali lipat, dari 77 tindakan pada 2021 menjadi 627 pada 2024.  

    Sebagai rumah sakit pertama di Indonesia yang meraih akreditasi dari Australian Council on Healthcare Standards International (ACHSI) pada 2014, BIMC Nusa Dua menjunjung tinggi keselamatan, etika, dan kualitas perawatan. 

    Rumah sakit ini dilengkapi dengan sistem steril dan pengendalian infeksi mutakhir, pemantauan pascaoperasi 24 jam, serta ruang bedah modern dengan teknologi aliran udara laminar, rumah sakit ini memastikan pengalaman bedah yang aman dan nyaman.

    Untuk wisatawan medis, BIMC Nusa Dua juga menyediakan paket terpadu yang menggabungkan layanan bedah plastik dengan liburan tropis, lengkap dengan akomodasi, program pemulihan, dan layanan concierge untuk kenyamanan menyeluruh. 

    4. Service Delivery Innovation Initiative of the Year – Indonesia

    Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas transformasi layanan rawat jalan melalui Outpatient Digital Express Lane. Siloam menjalankan layanan tersebut sejak 2023 dan berhasil menghemat waktu tunggu pasien lebih dari 144.000 jam.  

    Sistem itu menawarkan digitalisasi menyeluruh dari awal kunjungan hingga pengiriman obat ke rumah dan telah digunakan oleh lebih dari 1,7 juta pasien. 

    Inisiatif tersebut juga berhasil mengurangi waktu proses registrasi rata-rata sebesar 5,1 menit per pasien. Hal itu menjadikan sistem ini sebagai salah satu inovasi digital paling berdampak dalam meningkatkan efisiensi dan kenyamanan pasien di seluruh jaringan rumah sakit Siloam.  

    5. Clinical Service Initiative of the Year – Indonesia Siloam Hospitals mendapatkan Clinical Service Initiative of the Year atas inisiatif pengembangan Stroke-Ready Hospitals sebagai bagian dari peran Siloam yang berada di garda terdepan dalam layanan stroke akut di Indonesia.  

    Dari total jaringan 41 rumah sakit Siloam di 30 kota, sebanyak 25 unit telah dilengkapi penuh sebagai rumah sakit siap tanggap stroke.  

    Sejak 2023, lebih dari 3.000 pasien stroke telah mendapatkan perawatan, dengan tingkat trombolisis meningkat lebih dari 10 persen. 

    Inisiatif itu diperkuat dengan pelatihan rutin, simulasi emergensi, dan kolaborasi global yang telah diakui World Stroke Organization, serta sistem perawatan terpadu yang mencakup ambulans, instalasi gawat darurat (IGD), perawatan intensif, rehabilitasi, dan dukungan pascarawat untuk memastikan pemulihan optimal bagi pasien. (oln/slm/kmps/*)

  • Mengenal Aneurisma Otak Penyakit Sunyi yang Mematikan, Dr. Joy: ‘Seperti Bom Waktu’ – Halaman all

    Mengenal Aneurisma Otak Penyakit Sunyi yang Mematikan, Dr. Joy: ‘Seperti Bom Waktu’ – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Aneurisma otak kerap dijuluki sebagai silent killer alias penyakit sunyi yang mematikan.

    Hal ini karena banyak penderitanya tidak menyadari keberadaan aneurisma hingga pembuluh darah pecah dan menyebabkan stroke pendarahan yang bisa berakibat fatal.

    Dr. dr. Mardjono Tjahjadi, Sp.BS(K), Subsp.N.Vas., PhD, FICS—dokter spesialis bedah saraf yang aktif mengedukasi masyarakat tentang penyakit ini—menekankan pentingnya deteksi dini untuk mencegah risiko besar yang mengintai.

    “Aneurisma otak itu seperti bom waktu. Kalau sudah pecah dan jadi stroke pendarahan, itu tidak baik. Lebih baik ditemukan sebelum pecah,” ujar dokter yang akrab disapa dr. Joy, usai menerima rekor MURI di Mandaya Royal Hospital Puri, Tangerang, Rabu (16/4/2025).

    Sebagai pelopor teknik Awake Brain Surgery di Indonesia—yakni operasi otak dengan pasien tetap sadar untuk memastikan fungsi otak tidak terganggu—dr. Joy menjelaskan bahwa terdapat sejumlah faktor risiko aneurisma otak.

    Ia menyebut diantaranya kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, konsumsi alkohol berlebihan, usia di atas 50 tahun berjenis kelamin perempuan,  riwayat keluarga dengan kondisi serupa.

    Karena itu, ia menekankan pentingnya melakukan skrining, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.

    “Untuk screening cukup dengan MRI atau MRA. Tapi kalau mau hasil yang paling akurat, karena gold standard-nya adalah DSA, ya harus pakai DSA,” jelasnya.

    Penanganan Aneurisma Tak Selalu Harus Operasi

    Dr. Joy mengungkapkan bahwa tidak semua aneurisma otak harus langsung ditangani dengan operasi.

    Penanganan tergantung pada ukuran dan lokasi aneurisma, serta kondisi pasien.

    “Kalau aneurismanya kecil, di bawah 4 milimeter, biasanya kita observasi, wait and see, kecuali jika letaknya berbahaya,” ujarnya.

    Namun, jika aneurisma berukuran besar atau berada di lokasi yang rawan pecah, maka intervensi medis diperlukan, baik melalui operasi microsurgery maupun prosedur minimal invasif seperti coiling dengan DSA.

    “Kalau sudah pecah, ya mau tidak mau harus segera ditangani, bisa dengan operasi clipping atau coiling menggunakan DSA,” tambahnya.

    Dokter dengan Rekor MURI

    Di luar prestasi medisnya, dr. Joy juga menorehkan pencapaian membanggakan dengan tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai dokter dengan gelar Ph.D tercepat.

    Ia menyelesaikan program doktoral di University of Helsinki, Finlandia, hanya dalam 18 bulan 12 hari—pencapaian luar biasa di dunia kedokteran.

    “Saya sendiri tidak tahu awalnya. Teman yang kasih tahu ke MURI.

    Dia bilang, ‘Dok, ini dokter Joy ini yang tercepat loh Ph.D-nya.’ Saya juga kaget, surprise,” kenangnya sambil tertawa.

    Namun bagi Joy, pencapaiannya bukan hanya soal titel atau penghargaan.

    “Saya selalu punya satu prinsip: saya akan kembali ke Indonesia dengan membawa sesuatu yang berharga,” tegasnya.
    Yang dimaksud bukan semata gelar, tapi juga ilmu, inspirasi, dan kontribusi nyata bagi tanah air.

    Pesan untuk Generasi Muda

    Ketika ditanya soal pesan untuk anak muda Indonesia, dr. Joy dengan semangat menjawab:

    “Semangat, semangat, semangat! Awalnya pasti terasa berat, kayaknya nggak mungkin. Tapi kalau terus persisten, pelan-pelan akan kelihatan hasilnya. Semuanya akan indah pada waktunya.”

    Soal resep suksesnya menyelesaikan Ph.D dengan cepat, ia menjawab singkat tapi kuat:

    “Kerja keras, kerja pintar,” katanya.

    Pujian pun datang dari para senior dan guru besar kedokteran.

    Prof. DR. dr. Satyanegara, Sp.BS(K) menyebut Joy sebagai fenomena, sementara Prof. dr. Ahmad Faried, PhD., Sp.BS(K)., FICS menyebutnya simbol persistensi.

    “Ia keluar dari zona nyaman. Belajar dari dunia, kembali untuk Indonesia,” ujar Prof. Faried.
    “Dan yang paling penting, tetap jadi Joy!”

    Belajar dari Maestro Bedah Syaraf Dunia

    Dokter yang menguasai teknik bedah canggih seperti Microsurgical Clipping & Coiling, Endoscopic Endonasal Transphenoidal Surgery (EETS), hingga Digital Subtraction Angiography (DSA) ini pernah belajar langsung dari Prof. Juha Hernesniemi, maestro bedah saraf dunia dengan lebih dari 16.000 operasi otak.

    “Finlandia adalah pusatnya ilmu aneurisma. Saya harus belajar dari yang terbaik agar bisa memberikan yang terbaik untuk pasien saya di Indonesia,” ungkapnya.

    Dr. Joy juga aktif dalam penelitian dan clinical fellowship di bidang bedah mikro serta pembuluh darah otak.

    Ia menulis buku Memahami Aneurisma Otak  yang kini menjadi referensi bagi mahasiswa kedokteran dan dokter muda.

    Setelah dari Finlandia, ia melanjutkan pendidikannya ke Seoul University Hospital, Korea Selatan, untuk mendalami teknologi kateterisasi otak (DSA)—teknologi krusial dalam deteksi stroke dan aneurisma.

    Kini, ia memimpin Pusat Saraf Komprehensif di RS Mandaya Puri memiliki pusat neurologi atau saraf komprehensif dan bisa menangani penyakit saraf langka dan dilengkapi dengan teknologi mutakhir seperti Digital PET CT, MR Ingenia Ambition 10 dan Linac Elekta Versa HD.

    “Kita bisa. Kita mampu menghadirkan pengobatan otak kelas dunia di negeri sendiri,” tegasnya.

    Mandaya Royal Hospital bahkan telah meluncurkan paket pemeriksaan otak MRI & MRA seharga Rp3,8 juta, termasuk konsultasi langsung dengan dr. Joy—membuktikan bahwa layanan neurovaskular bisa dijangkau masyarakat luas.

  • Sering Lapar, Haus, dan Pipis? Waspada Gejala Diabetes! – Halaman all

    Sering Lapar, Haus, dan Pipis? Waspada Gejala Diabetes! – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sering merasa lapar, haus dan pipis? Jangan sepelekan. Ini bisa jadi tanda kamu alami diabetes. 

    Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes dr. Adeputri Tanesha Idhayu Sp.P.D., Subsp,E.M.D. (K) 

    “Jadi kalau gula darah tinggi, menyebabkan darah lebih pekat. Itulah yang menyebabkan seorang diabetes sering berkemih. Kalau dia sering berkemih, dia akan kurang cairan juga. Dia akan dehidrasi dan haus,” ungkapnya pada talk show kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Rabu (16/5/2025). 

    Selain itu, kadar gula yang tinggi menyebabkan gula tidak masuk ke dalam sel atau jaringan tubuh. 

    Padahal tubuh butuh glukosa untuk kegiatannya sehari-hari.

    “Karena gula darah dia tidak masuk ke sel atau jaringan tubuh.  Sel dari jaringannya juga tetap lapar ya. Tetap ingin, supaya dia bisa bekerja, butuh kalori, butuh gula. Akhirnya merasa lapar, walau pun gula darah di dalam pembuluh darah tetap tinggi,” papar dr Adeputri. 

    Kondisi inilah yang menyebabkan orang tersebut sering merasa lapar walau sudah makan. Akibatnya, pasien diabetes selalu ingin makan atau ngemil. 

    Lebih lanjut dr Adeputri menjelaskan kapan perlu curiga jika sering pipis, mudah lapar dan haus sebagai tanda diabetes. 

    “Kalau sering lapar, salah satu parameternya adalah sudah makan tapi kok masih ingin makan, mengunyah,” imbuhnya. 

    “Atau baru 1-2 jam kita makan itu. Pengosongan lampung belum seluruhnya, belum sempurna gitu loh. Jadi seharusnya masih kenyang pasiennya. Tapi kok ini sudah mulai lapar,” sambungnya. 

    Pada bagian sering berkemih, normalnya seseorang buang air kecil itu sekitar 4-8 kali sehari. 

    Boleh pula dicurigai jika di malam hari tetap buang air kecil lebih dari satu kali. Padahal sebelum tidur tidak makan atau pun minum. 

    “Karena malam kan kita jarang juga konsumsi makanan, minuman. Ini kok di kamar mandi. Kemudian tadi kalau lapar, ini udah baru makan kok masih lapar lagi,” tutupnya.

     

  • Muncul Logo Sponsor Rokok di Piala Pertiwi U-14 dan U-16 Disorot, IYCTC: Seharusnya Dijauhkan – Halaman all

    Muncul Logo Sponsor Rokok di Piala Pertiwi U-14 dan U-16 Disorot, IYCTC: Seharusnya Dijauhkan – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Ketua Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), Manik Marganamahendra menyoroti adanya logo sponsor rokok dalam konferensi pers Piala Pertiwi PSSI U-14 & U-16 2025.

     

    Kegiatan olahraga yang memperingati Hari Kartini itu, menampilkan logo Djarum Foundation sebagai sponsor utama.

    “Remaja putri seharusnya bisa berprestasi tanpa harus terpapar bayang-bayang industri yang menjual penyakit. Logo itu mungkin tidak menampilkan batang rokok, tapi asosiasi publik terhadap brand itu sebagai produsen rokok sudah sangat kuat. Ini strategi halus yang menormalisasi kehadiran industri rokok di ruang-ruang anak dan olahraga,” ujar Manik dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (16/4/2025).

    Manik merujuk pada teori brand extension bahwa citra merek induk tetap melekat, bahkan saat tampil dalam konteks positif.

    Artinya, saat anak melihat logo industri, yang tertanam bukan sekedar semangat berolahraga, tapi juga kedekatan dengan brand rokok sebagai pendukung mereka, sebuah strategi pemasaran terselubung yang menormalisasi merokok sejak dini.

    “FIFA saja sudah lama menolak sponsor ataupun bentuk promosi tidak langsung dari industri rokok untuk menjaga integritas olahraga dan melindungi anak, tapi PSSI justru memberikan panggung bagi brand yang secara hukum dan moral seharusnya dijauhkan dari kegiatan anak dan remaja.” ungkap Manik. 

    Ia menegaskan, keterlibatan entitas yang berafiliasi dengan industri rokok dalam kegiatan anak melanggar Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2024. Dalam Pasal 453, 454 dan 455.

    Promosi produk tembakau, termasuk melalui pemberian hadiah, diskon, serta sponsorship yang memakai nama atau citra brand rokok, ‘dilarang keras’, apalagi jika menyasar kegiatan dengan publikasi media yang melibatkan anak dan remaja berusia di bawah 21 tahun.

    Program Manager IYCTC, Ni Made Shellasih, menyebut keterlibatan industri rokok di acara olahraga perempuan adalah bentuk eksploitasi modern.

    Ruang olahraga harus menjadi tempat yang sehat dan aman, bukan jadi lahan branding bagi industri yang memperdagangkan penyakit.

    IYCTC mendesak PSSI menghentikan kerja sama itu serta meminta Kementerian Kesehatan dan Kemenpora untuk segera mengevaluasi serta memberi sanksi atas pelanggaran regulasi yang terjadi.

    “Dukungan terhadap olahraga itu baik, selama tidak dibungkus siasat marketing. Penyelenggara kegiatan anak dan remaja wajib selektif dalam memilih sponsor demi menjaga kepatuhan hukum dan masa depan generasi muda,” harap dia.

     

  • Dokter Kandungan yang Lecehkan Pasien di Garut Alumni UNPAD, Kampus Buka Suara: Serahkan ke Polisi – Halaman all

    Dokter Kandungan yang Lecehkan Pasien di Garut Alumni UNPAD, Kampus Buka Suara: Serahkan ke Polisi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Universitas Padjadjaran (Unpad) kembali jadi sorotan pasca viralnya dokter kandungan di Garut yang diduga melecehkan pasien saat melakukan Ultrasonografi (USG).

    Pasalnya, dokter cabul tersebut merupakan lulusan kampus ternama di Jawa Barat ini.

    Kepala Kantor Komunikasi Publik Unpad Dandi Supriadi menuturkan, pihak Unpad membenarkan bahwa pelaku merupakan alumni program spesialis di Fakultas Kedokteran Unpad.

    “Hasil penelusuran identitasnya menunjukkan memang benar mengarah ke alumni program spesialis di Fakultas Kedokteran Unpad,” tutur Dandi dalam rilis yang diterima, Rabu (16/4/2025).

    Meski demikian, bila merujuk ke video yang beredar yang tidak secara jelas menunjukkan wajah terduga pelaku, Unpad tidak memastikan hal tersebut dan tetap menunggu hasil penyelidikan resmi dan pembuktian dari pihak kepolisian.

    “Universitas Padjadjaran menyatakan prihatin sedalam-dalamnya kepada pihak yang menjadi korban. Tidak terbatas pada kasus itu saja, pada prinsipnya Unpad menyayangkan dan tidak mentolerir semua tindakan yang terjadi di mana pun, yang telah nyata mencoreng kode etik dan sumpah jabatan profesi kedokteran, seperti yang diduga terjadi,” tegas dia.

    Unpad menyatakan, terduga pelaku apabila terbukti adalah orang yang bersangkutan, saat ini sudah lulus dan bekerja sebagai profesional. Dengan demikian kasus ini sudah di luar kewenangan Unpad atau kampus lainnya tempat yang bersangkutan menempuh pendidikan sebelumnya.

    Dengan kata lain, kasus yang terjadi sudah di luar ranah institusi pendidikan.

    Maka untuk masalah tindakan pembuktian, sanksi hukum, maupun sanksi profesi untuk kasus tersebut, Unpad menyerahkan kepada yang berwenang yaitu kepolisian, institusi rumah sakit, dan organisasi profesi setempat untuk melakukan pembinaan.

    Secara umum Unpad terus mengevaluasi kurikulum serta peraturan etika pendidikan di kampus agar tetap relevan dengan kondisi saat ini.

    “Kami meyakinkan agar masyarakat tetap percaya dengan proses pendidikan di Unpad. Selain itu,  Unpad memiliki Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) untuk kejadian yang terjadi di kampus.

    Karena itu, Unpad mengimbau masyarakat segera melaporkan segala pelanggaran yang terjadi di ranah institusi pendidikan, sehingga dapat kami tindak dengan cepat,” jelas dia yang mewakili pimpinan Universitas Padjadjaran.

     

  • Kerja Sama Antar Rumah Sakit Jadi Kunci Tangani Penyakit Jantung di Daerah – Halaman all

    Kerja Sama Antar Rumah Sakit Jadi Kunci Tangani Penyakit Jantung di Daerah – Halaman all

    TRIBUNNNEWS.COM, JAKARTA – Dulu, penyakit jantung seolah hanya bisa ditangani di ibu kota atau luar negeri namun kini paradigma itu pelan-pelan berubah.

    Rumah sakit daerah mulai mempunyai alat canggih, dokter spesialis berdedikasi, dan yang paling penting adalah kemauan belajar dan berbagi keahlian. 

    Tidak berlebihan jika sekarang diperlukan kerja sama atau kolaborasi lintas institusi kesehatan sehingga penanganan pasien bisa lebih maksimal.

    CEO Bethsaida Healthcare, Prof Hans Wijaya mengatakan, membangun layanan jantung tidak cukup dengan membeli alat mahal atau membangun gedung megah. 

    “Butuh ekosistem. Butuh mentor. Butuh kepercayaan antarrumah sakit,” kata Prof Hans Wijaya, CEO Bethsaida Healthcare di sela-sela peluncuran kerjasama dengan Jakarta Heart Center di Serang, Banten, Selasa (15/4/2025).

    Kerja sama ini terkait  penyempurnaan Heart & Vascular Center, sebuah pusat layanan jantung komprehensif.

    Penandatanganan kerja sama ini dilakukan Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV(K), MPH selaku President Commissioner Jakarta Heart Center dan Prof. dr. Hananiel P. Wijaya, MM, M.Sc, CIA selaku CEO Bethsaida Healthcare, serta disaksikan oleh jajaran manajemen dari kedua institusi.

    Dikatakan Hans, dengan demikian, kolaborasi menjadi jurus yang tepat karena  mengubah peta layanan kardiovaskular di Tanah Air.

    “Pasien tidak bisa menunggu kita siap. Justru kita yang harus mempercepat kesiapan lewat kolaborasi,” kata  Hans.

    Dikatakannya, kerjasama dengan Jakarta Heart Center penting mengingat JHC jadi rujukan nasional itu bukan hanya meminjamkan keahlian tapi juga membuka akses pada sistem, prosedur, hingga standar layanan yang selama ini menjadi acuan,” katanya.

    Dr. Fathema Djan Rachmat, President Commissioner Jakarta Heart Center mengatakan, jantung tidak boleh jadi eksklusif.

    “Kita harus buka jalan agar semua orang bisa mengakses layanan terbaik, tidak hanya mereka yang tinggal di kota besar,”  kata Fathema.

    Dikatakannya, saat ini ada perubahan paradigma besar dalam dunia kesehatan yakni era kolaborasi antar institusi kesehatan. 

    “Tidak lagi bekerja secara terpisah, tetapi saling menguatkan demi menciptakan sistem layanan yang lebih optimal, komprehensif, dan berdampak langsung pada keselamatan serta kenyamanan pasien,” katanya.

    Ditambahkannya, melalui kolaborasi ini, Bethsaida Healthcare dan Jakarta Heart Center dapat berbagi sumber daya, keahlian, dan teknologi.

    “Sehingga mampu menghadirkan yang lebih baik bagi masyarakat dengan tarif yang lebih terjangkau, tanpa harus mengorbankan kualitas perawatan,” katanya.

    dr. Tirtamulya Juandy, Direktur Bethsaida Hospital Serang mengatakan, dengan saling membuka pintu, saling mengisi kekosongan kompetensi dan fasilitas, kualitas layanan bisa disebar, bukan dipusatkan.

    “Lebih dari sekadar kolaborasi operasional, kerja sama ini adalah langkah sistemik.  tenaga medis lokal kini bisa mendapat pelatihan langsung dari para ahli Jakarta Heart Center,” katanya. 

    Mereka belajar bukan hanya cara memasang stent atau melakukan operasi bypass, tetapi juga bagaimana menangani pasien dengan empati dan presisi.

    Tidak hanya dokter, perawat, analis laboratorium, hingga tim administrasi pun mendapat pembekalan.

    “Tak kalah penting, kerja sama ini membuat layanan jantung menjadi lebih terjangkau,” katanya. 

    Biaya yang sebelumnya hanya bisa ditutup dengan menjual aset atau pinjam ke sana-sini, kini bisa diakses dengan lebih manusiawi.

    “Dengan teknologi dan tenaga medis tersedia di dalam negeri, kita bisa kurangi biaya tanpa kurangi kualitas,” ujar Hans.

    Langkah ini juga mendukung program pemerintah untuk mengembangkan medical tourism domestik, sekaligus mengurangi capital outflow dari sektor kesehatan yang mencapai triliunan rupiah per tahun akibat warga berobat ke luar negeri.

  • PDGI Tegaskan Tukang Gigi Tidak Bisa Praktik Medis Seperti Dokter Gigi – Halaman all

    PDGI Tegaskan Tukang Gigi Tidak Bisa Praktik Medis Seperti Dokter Gigi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) menegaskan, tukang gigi tidak boleh menyentuh praktik medis yang biasa yang dilakukan oleh dokter gigi.

    Hal ini merespons pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin, yang menyinggung tentang peningkatan kompetensi tukang gigi di tengah meningkatnya permasalahan gigi di masyarakat.

    Ketua PB PDGI drg. Usman Sumantri menuturkan, tukang gigi merupakan praktik tradisional yang berkembang di masyarakat.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2014, mereka hanya diperbolehkan membuat dan memasang gigi tiruan lepasan sederhana tanpa tindakan medis, dan dengan izin praktik tertentu.

    “Tukang gigi bukan bagian dari tenaga kesehatan resmi, tidak menempuh pendidikan kedokteran gigi, dan tidak dibekali pemahaman tentang anatomi, patologi, serta pengendalian infeksi. Kami menilai bahwa memperluas kewenangan tukang gigi hingga menyentuh ranah tindakan medis bukan solusi tepat, melainkan langkah mundur dalam sistem pelayanan kesehatan,” tutur dia saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/4/2025).

    Namun di satu sisi, kekurangan tenaga dokter gigi memang menjadi persoalan serius, terutama di daerah terpencil kepulauan dan perbatasan.

    Saat ini, Indonesia kekurangan lebih dari 10.000 dokter gigi. Dari 32 fakultas kedokteran gigi yang aktif, hanya sekitar 2.650 lulusan dihasilkan per tahun. Bahkan, enam fakultas kedokteran gigi baru belum meluluskan satu pun dokter.

    Namun, tantangan terbesarnya bukan hanya jumlah, melainkan distribusi.

    Rasio satu dokter gigi umum melayani lebih dari 5.000 penduduk, sementara dokter gigi spesialis bahkan melayani hingga 55.000 penduduk.

    Dokter Usman mengatakan, kesehatan gigi dan mulut adalah masalah sistemik.

    Kesehatan gigi bukan hanya urusan mulut. Bukti ilmiah semakin kuat menunjukkan keterkaitan erat antara penyakit gigi dan berbagai penyakit sistemik seperti diabetes, penyakit jantung, bahkan kehamilan berisiko.

    “Tingginya angka kejadian masalah gigi yang menempati urutan teratas dalam hasil skrining kesehatan nasional menjadi sinyal bahwa sistem pelayanan kesehatan belum sepenuhnya mengintegrasikan dimensi oral dalam pendekatan promotif dan preventif,” ungkap drg Usman.

    Data menunjukkan dari 57,6 persen penduduk Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut, tetapi hanya 10,2 persen yang mendapatkan perawatan dari tenaga medis gigi.

    Rekomendasi PB PDGI untuk Tangani Kasus Gigi yang Tinggi

    PB PDGI mengajak Kementerian Kesehatan mewujudkan Revolusi Kesehatan Gigi Nasional untuk bersama-sama mengakselerasi integrasi dimensi oral health dalam kebijakan kesehatan nasional.

    1. Peningkatan literasi kesehatan gigi dan mulut dengan pendekatan berbasis komunitas, bekerja sama dengan kader, perawat gigi, dan bidan.

     

    2. Penugasan strategis dokter gigi pasca-internship di daerah prioritas dengan insentif dan jaminan karier.

    3. Pemanfaatan teledentistry dan teknologi digital untuk menjangkau masyarakat terpencil secara efisien.

     

    4. Menambah kuota dan fasilitas pendidikan dokter gigi spesialis dan Meningkatkan kapasitas pendidikan kedokteran gigi dan mempercepat moratorium pembukaan FKG baru (sudah dilakukan moratorium oleh pemerintah)

     

    5. Pendidikan berkelanjutan dan redistribusi tenaga spesialis secara adil dan berbasis kebutuhan. Pelaksanaan SIP yang berbasis data kebutuhan tenaga kesehatan, seperti diatur dalam Pasal 263 UU No. 17/2023.

     

    6. Pelatihan dasar promotif-preventif bagi kader dan tenaga pendukung, dengan pengawasan dokter gigi untuk memperluas jangkauan tanpa mengorbankan mutu.

     

    7.  Program pendidikan berkelanjutan, menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi dokter gigi yang sudah ada dengan kewenangan tambahan hanya pada daerah-daerah yang belum ada dokter gigi spesialis

     

    “Dengan solusi yang berbasis regulasi, bukannya kompromi terhadap mutu, PB PDGI yakin pelayanan kesehatan gigi yang berkualitas dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tanpa harus mengorbankan keselamatan pasien. Tukang gigi adalah bagian dari sejarah sosial kita, namun bukan jawaban atas kebutuhan pelayanan kesehatan yang profesional. Jangan biarkan masyarakat menerima layanan setengah matang hanya karena alasan pragmatisme,” kata dia.

  • Gejala Autisme pada Anak Perempuan Sering Terlewatkan, Ini 5 Alasannya – Halaman all

    Gejala Autisme pada Anak Perempuan Sering Terlewatkan, Ini 5 Alasannya – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hanya karena anak perempuan bisa berbicara tidak berarti mereka tidak memiliki autism spectrum disorder (ASD).

    Anak perempuan dapat menutupi gejala ASD yang mereka alami.

    Hal ini diungkapkan oleh praktisi Doctor of Philosophy Dr. Lisa Liggins-Chambers Ph.D, dilansir dari website Psychology Today.

    Menurutnya, setidaknya ada lima Alasan mengapa gejala autisme pada anak perempuan sering terlewatkan

    1. Keterampilan Berbicara dan Berkomunikasi

    Anak perempuan dengan ASD mungkin menunjukkan gejala yang lebih samar dibandingkan anak laki-laki, sehingga kondisi mereka kurang kentara atau mudah diabaikan.

    Mereka cenderung memiliki kemampuan verbal yang lebih baik daripada anak laki-laki pada umumnya 

    anak bicara1 (net)

    Dan, dapat menggunakan bahasa untuk mengimbangi tantangan sosial. Sehingga memungkinkan mereka untuk terlibat dalam percakapan dan menavigasi situasi sosial dengan lebih efektif. 

    Hal ini dapat membuat autisme mereka tidak terlalu terlihat, karena keterampilan verbal mereka dapat menutupi gejala-gejala lainnya.

    “Sementara anak laki-laki dengan autisme sering kali memiliki minat yang lebih stereotip (misalnya, kereta api dan dinosaurus), anak perempuan mungkin memiliki minat yang lebih dapat diterima secara sosial atau sejalan dengan minat perempuan pada umumnya,” ungkap Dr Lisa dilansir, Selasa (15/5/2025). 

    Hal ini dapat membuat percakapan mereka tampak lebih umum dan kurang menunjukkan autisme.

     

    2. Perilaku Sosial

    “Dalam beberapa kasus, anak perempuan autis mungkin memahami ekspresi sosial yang lebih bernuansa, seperti aksen atau gaya berpakaian, yang menyamarkan gejala mereka,” kata Charles Rohr III, psikolog klinis berlisensi, dilansir dari website yang sama. 

    Mereka sering mengembangkan mekanisme koping, seperti meniru perilaku sosial yang mereka amati pada orang lain. 

    Ilustrasi anak bermain (Sumber: Freepik)

    Penyamaran ini dapat membuat gejala mereka kurang terlihat atau menyembunyikan kesulitan mendasar mereka dalam komunikasi dan interaksi sosial. Sehingga dapat menyebabkan kurangnya diagnosis atau kesalahan diagnosis.

    Anak perempuan sering kali lebih cenderung bersosialisasi daripada anak laki-laki.

    Mereka yang mengidap autisme mungkin mengamati dan meniru perilaku sosial teman sebayanya secara intens. 

    Peniruan ini dapat membuat mereka tampak lebih cakap bersosialisasi daripada yang sebenarnya, menutupi kesulitan mendasar mereka dalam berinteraksi sosial.

     

    3. Kesalahan diagnosis

    Anak perempuan dengan ASD sering didiagnosis dengan kondisi kesehatan mental lainnya.

    Seperti, kecemasan , bipolar , dan gangguan pemusatan perhatian /hiperaktivitas [ ADHD ]). 

    Beberapa dokter mungkin tidak sepenuhnya menyadari berbagai manifestasi autisme pada anak perempuan atau mungkin tidak menerima pelatihan yang memadai tentang cara mengenalinya.

    Secara historis, autisme telah dipelajari dan didiagnosis terutama pada anak laki-laki, yang menyebabkan bias dalam kriteria diagnostik. 

    Banyak alat diagnostik awalnya dikembangkan berdasarkan pengamatan ciri-ciri autisme pada anak laki-laki, yang mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan presentasi autisme pada anak perempuan.

     

    4. Harapan Masyarakat terhadap Perilaku

    “Ada ekspektasi budaya dan masyarakat yang luas mengenai bagaimana anak perempuan dan laki-laki ‘seharusnya’ berperilaku. 

    Anak perempuan sering diharapkan lebih cakap secara sosial dan ekspresif secara emosional, yang dapat menyembunyikan ciri-ciri autis mereka atau menyebabkan mereka dikaitkan dengan penyebab lain.

    Lebih jauh, dalam budaya patriarki di mana kepatuhan diharapkan dari anak-anak, khususnya anak perempuan.

    Anak perempuan sering diharapkan lebih ekspresif secara emosional daripada anak laki-laki, dan mereka yang mengidap autisme mungkin belajar meniru respons emosional yang tepat. 

    Hal ini dapat menyulitkan orang lain untuk mengenali tantangan mereka dalam memahami dan mengekspresikan emosi.

    Anak perempuan sering kali disosialisasikan agar lebih patuh dan mematuhi norma sosial. 

    Tekanan untuk menyesuaikan diri ini dapat menyebabkan anak perempuan penyandang autisme berusaha lebih keras untuk menyesuaikan diri, meskipun itu berarti menekan atau menyembunyikan ciri-ciri autisme mereka.

     

    5. Meminimalkan Kekhawatiran Orang Tua

    Kebanyakan orang tua tidak akan membahas kemungkinan gejala ASD dengan profesional yang bertanggung jawab atas perawatan putri mereka kecuali mereka benar-benar yakin bahwa putri mereka mungkin memiliki ASD.

     

  • Gejala Autisme pada Anak Perempuan Sering Terlewatkan, Ini 5 Alasannya – Halaman all

    Bisakah Anak yang Didiagnosis Autis Disembuhkan? Begini Kata Dokter – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Autis atau autisme merupakan kelainan atau gangguan pada fungsi otak dan saraf.

    Sehingga, dapat memengaruhi seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. 

    Lalu, apakah anak dengan autis bisa disembuhkan?

    Pertanyaan ini mungkin yang paling banyak ditanyakan oleh orang tua ketika anaknya terdiagnosis autisme. 

    Menurut dokter spesialis anak dr. Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K),M.Med , ketika anak didiagnosis autis, anak tidak diberikan obat. Kecuali, anak kerap melakukan perilaku berbahaya. 

    “Misalnya, pukul-pukul kepalanya sendiri atau membahayakan, mengganggu lingkungannya. Mau ngajak main, dia enggak tahu caranya, temannya didorong,”ungkapnya pada media briefing virtual yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Selasa (15/5/2025).

    Namun, obat yang diberikan, kata dr Amanda tidak bertujuan untuk menyembuhkan. 

    Obat dari dokter ini hanya untuk mengurangi perilaku di atas. 

    “Tapi obatnya juga bukan menyembuhkan, ya. Hanya mengurangi perilaku mal adaptif. Atau misalnya kalau ada kelainan penyerta, misalnya epilepsi, mungkin memerlukan obat,” imbuhnya. 
     
    Lantas, jika tidak ada obat, apa yang harus dilakukan orang tua?

    Orang tua bisa memberikan beberapa terapi. Biasanya jika anak masih kecil, bisa dimulai dengan terapi sensorik integrasi. 

    Tujuan dari terapi ini adalah bagaimana anak bisa memproses semua yang tertangkap oleh panca indra dari lingkungan. 

    “Nah, sensorik integrasi ini membantu anak untuk dapat melakukan itu. Biasanya kalau sensorik integrasi sudah lebih baik, maka perhatian dan interaksinya juga akan membaik,” imbuhnya. 

    Kemudian anak dengan perilaku yang kurang baik seperti maladaptif, agresif, atau tidak pandai mengadakan kontak mata, bisa diterapi dengan terapi perilaku atau terapi behavior. 

    Sedangkan jika anak mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari, terutama yang menyangkut motorik halus, maka bisa dilakukan terapi okupasi.

    “Sama juga kalau ada gangguan kesulitan dalam motorik kasar, olahraga, misalnya mungkin perlu fisioterapi,” lanjutnya.

    Saat ini sudah banyak pelatihan untuk orang tua yang bertujuan mengajarkan bagaimana menstimulasi dan mengajarkan anak berkomunikasi di rumah. 

    “Jadi tujuannya bukan untuk menyembuhkannya karena perlu dicamkan bahwa autism ini bukan penyakit. Jadi kita nggak bicara kapan anak saya sembuh atau gimana anak saya supaya bisa sembuh,” lanjutnya. 

    Karena anak yang autis sebenarnya hanya memiliki cara yang berbeda untuk berkomunikasi dan memproses informasi dari lingkungan.

    “Jadi kita cuma membantu mereka untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Goal akhirnya adalah membantu dia untuk mengembangkan strategi supaya dia bisa berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya. (*)

  • Jangan Diabaikan, Ini Tanda-tanda yang Perlu Dicurigai Anak Mengalami Autis – Halaman all

    Jangan Diabaikan, Ini Tanda-tanda yang Perlu Dicurigai Anak Mengalami Autis – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tanda umum autis sering kali terlewatkan. Ketika tanda autis semakin meningkat, barulah orang tua melakukan konsultasi ke dokter.

    Dokter spesialis anak dr. Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K),M.Med ungkap ada beberapa tanda yang jangan diabaikan dan dapat dicurigai sebagai autis

    Pertama adalah defisit resiprokalitas sosial-emosional. Contohnya, mengalami kesulitan dalam melakukan percakapan dua arah. 

    Anak menunjukkan kurangnya keinginan untuk berbagi minat atau emosi. 

    Selain itu anak kesulitan untuk memulai atau merespons interaksi sosial.

    Kedua, anak autis umumnya menunjukkan tanda defisit komunikasi non-verbal yang digunakan untuk interaksi sosial.

    “Apa itu komunikasi non-verbal, yaitu komunikasi tanpa kata-kata. Bisa berupa mata kontak mata yang tidak lazim atau kontak mata yang terbatas. Susah banget untuk nyari kontak matanya. Terus kalau sudah ketemu kontak matanya misalnya dia cuma mau melihat kita sedetik,”ungkapnya pada media briefing virtual, Selasa(15/5/2025).

    Biasanya anak tidak bisa mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara. 

    Atau, saat berbicara, isi pembicaraan dengan bahasa tubuh atau ekspresi wajah tidak sesuai. 

    Misalnya anak menceritakan sesuatu yang sedih. Tapi anak bercerita sambil tertawa.  

    Bisa juga anak menceritakan sesuatu yang bahagia, tapi ekspresi wajah terlihat datar. 

    “Kalau anak remaja memang bisa gitu. Tapi kalau ini pada anak kecil harus hati-hati, mungkin ini adalah defisit komunikasi non-verbal,” imbuhnya. 

    Ketiga, defisit dalam membangun, mempertahankan dan memahami konsep hubungan.

    Sebagai contoh, anak kesulitan untuk menyesuaikan perilaku dengan konteks sosial.

    “Misalnya usia sekolah, tapi dia kesulitan, atau tidak berminat untuk berinteraksi dengan teman sebaya,” lanjutnya. 

    Kemudian ada pola perilaku minat, aktivitas yang terbatas atau repetitif.

    Sebagai contoh, ada anak yang suka menepuk semua benda seperti kursi, meja, dan barang lainnya. 

    Ada juga suka sekali membongkar mainan, dirapikan, kemudian dibongkar lagi tanpa tujuan yang jelas. 

    “Yang populer adalah saya puter-puter roda. Mobil-mobilan diputar, sampai sepeda roda tiga yang gede pun dibalik rodanya diputer-puter. Tapi nggak pernah dinaikin. Kan tidak bertujuan tapi diulang-ulang,” jelasnya. 

    Ada juga tanda lain seperti anak selalu ingin melewati jalan yang sama ketika pergi ke suatu tempat. 

    Jika tidak dituruti, anak bisa mengamuk atau tantrum.

    Keempat,  anak terlalu sensitif terhadap input sensorik tertentu.

    “Misalnya apa? kalau ada suara tertentu, belum jelas suara apa, seperti suara ketok-ketokan, terus enggak tahan. Anak tutup kuping, ngumpet, kabur atau justru dia mencari input sensorik tertentu. Contohnya muter-muter tanpa tujuan,” tutupnya.