Category: Tribunnews.com Kesehatan

  • Laki-Laki Lebih Berisiko Mengalami Penyakit Hemofilia, Ini Penjelasannya  – Halaman all

    Laki-Laki Lebih Berisiko Mengalami Penyakit Hemofilia, Ini Penjelasannya  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Laki-laki rentan mengalami penyakit hemofilia. 

    Hemofilia adalah penyakit kelainan darah yang sebetulnya cukup jarang terjadi. 

    Kondisi ini disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan darah. Sehingga, penderita hemofilia lebih mudah mengalami perdarahan.

    Lantas kenapa laki-laki lebih rentan mengalami penyakit hemofilia? 

    Dokter Spesialis Anak Subspesialisasi Hematologi Onkologi, Dr dr Novie Amelia Chozie, Sp.A(K) pun beri penjelasan. 

    Menurut dr Novie, hal ini terjadi karena hemofilia merupakan penyakit yang melekat pada kromosom X dan diturunkan secara genetik.

    Kromosom pria terdiri dari satu kromosom X dan satu kromosom Y. 

    Jadi, jika kromosom X yang diturunkan dari ibu mengalami kelainan, anak laki-laki akan menderita hemofilia.

    “Pada laki-laki hanya punya satu kromosom X. Begitu ada kerusakan di gen memproduksi faktor 8 dan 9 akan langsung mengalami gejala,” ungkapnya pada talkshow kesehatan, Rabu (23/4/2024). 

    Berbeda dengan laki-laki, perempuan memiliki dua kromosom X.

    “Jika salah satu rusak (kromosom X) bisa dibantu dengan (kromosom X) yang normal. Sehingga pada perempuan tidak mengalami gejala. Kalau ada, gejala ringan saja,” imbuhnya. 

    Penyakit ini umumnya bisa diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya. 

    Penyakit Hemofilia bisa diturunkan dari seorang ibu pembawa sifat kepada anak laki-lakinya.

    “Tapi ada juga pasien bercerita sebenarnya di keluarga gak ada dok yang sakit hemofilia. Jadi kita menduga sekitar 30 persen tidak ada riwayat keluarga,”sambung dr Novie. 

    Oleh karena itu, bila ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit hemofilia, pasangan ini dianjurkan melakukan pemeriksaan skrining hemofilia. 

    Lebih lanjut, seseorang yang diduga mengalami hemofilia bila muncul gejala seperti sering mengalami lebam di kulit.

    Lutut bengkak, merah, dan nyeri saat mulai belajar merangkak. Kemudian, perdarahan yang tidak berhenti setelah disunat atau cabut gigi.

    Dan terakhir, memiliki kakak atau adik laki-laki yang mengalami hemofilia.

  • Tanggapi Kasus Kekerasan Seksual oleh Tenaga Kesehatan Menkes : Yang baik Tertutupi Ulah Oknum – Halaman all

    Tanggapi Kasus Kekerasan Seksual oleh Tenaga Kesehatan Menkes : Yang baik Tertutupi Ulah Oknum – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tegaskan kasus dugaan pelecehan seksual oleh oknum dokter tidak boleh mengaburkan dedikasi dan integritas dokter lain yang selama ini bekerja dengan profesionalisme tinggi.

    “Kita memiliki hampir 300 ribu dokter di Indonesia. Jangan sampai tindakan segelintir oknum merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi dokter secara keseluruhan,” ujar Menkes Budi dalam keterangan persnya, Selasa (22/4/2025). 

    Ia menekankan pentingnya sikap adil dan proporsional dalam menyikapi kasus tersebut.

    “Dokter-dokter baik jumlahnya jauh lebih banyak. Jangan sampai yang baik-baik ini tertutup oleh ulah oknum yang ngaco,” tegasnya.

    Menkes juga mengakui bahwa sistem pengawasan dan penegakan etik dalam dunia medis selama ini masih memiliki kelemahan, terutama dalam aspek transparansi dan ketegasan sanksi.

    “Ketika sistem tidak transparan dan tidak tegas, oknum merasa bebas berbuat tanpa pengawasan. Akibatnya terungkap, dan kepercayaan masyarakat pun terganggu,” imbuhnya.

    Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat sistem pengawasan profesi medis melalui implementasi Undang-Undang Kesehatan yang baru. 

    UU ini memberikan kewenangan yang lebih kuat bagi pemerintah untuk mengidentifikasi dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku pelanggaran etik, tanpa pengecualian.

    Salah satu langkah konkret adalah pencatatan rekam jejak pelaku dan pendistribusian data tersebut ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan daerah. 

    Dengan demikian, tindakan pencegahan dapat dilakukan secara sistematis dan lebih cepat.

    “Langkah ini penting agar kita bisa melindungi mayoritas dokter yang selama ini bekerja dengan benar, profesional, dan penuh tanggung jawab,” jelas Budi

     

  • Ini Makanan yang Sebaiknya Dihindari Pasien Gangguan Pencernaan Irritable Bowel Sydrome – Halaman all

    Ini Makanan yang Sebaiknya Dihindari Pasien Gangguan Pencernaan Irritable Bowel Sydrome – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi Dr. dr. I Ketut Mariadi menuturkan, penderita irritable bowel sydrome (IBS) perlu memperhatikan makanan yang mereka konsumsi.

    Diketahui, IBS adalah gangguan fungsional pada sistem pencernaan yang memengaruhi usus besar.

    Kondisi ini menyebabkan perubahan pola buang air besar yang tidak teratur, disertai kram perut, kembung, diare, atau konstipasi.

    “Karena itu sebaiknya menghindari makanan tertentu agar gejalanya tidak semakin memburuk,” ujar dia dikutip di Jakarta, Rabu (23/4/2025).

    Beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita IBS antara lain:

    ·     Makanan tinggi FODMAP (Fermentable Oligosaccharides, Disaccharides, Monosaccharides, and Polyols) seperti bawang putih, bawang bombay, apel, semangka, dan kembang kol.

    ·     Makanan berlemak tinggi: seperti gorengan, makanan cepat saji, dan produk olahan yang mengandung banyak minyak.

    ILUSTRASI SUSU – Hasil pengolahan AI pada Senin (17/3/2025) menunjukkan gambar segelas susu. Susu mengandung banyak manfaat bagi kesehatan. (Generated by AI)

    ·     Produk susu bagi yang memiliki intoleransi laktosa: termasuk susu sapi, keju, dan yogurt tertentu.

    ·     Minuman berkafein dan beralkohol yang dapat merangsang kontraksi usus secara berlebihan.

    ·     Pemanis buatan: seperti sorbitol dan manitol yang sering ditemukan dalam permen bebas gula dan minuman bersoda.
     
    Dokter Ketut mengatakan, IBS dapat menjadi kondisi yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan bisa kronis.

    “Karena itu diagnosis yang benar dan edukasi pasien sangat penting,” urai dia.
     
    Adapun pendekatan pengobatan berfokus pada manajemen gejala dan perubahan gaya hidup.

    Selain faktor makanan, stres dan kecemasan  juga bisa memicu kontraksi usus yang berlebihan atau memperlambat gerakan usus.

    Olahraga seperti yoga dan berjalan kaki juga dapat membantu meningkatkan pergerakan usus dan mengurangi stres.

    “Penting bagi pasien untuk memahami bahwa IBS dapat dikontrol dengan pengelolaan yang tepat. Kombinasi antara perubahan gaya hidup, diet, serta pengobatan yang sesuai bisa membantu pasien hidup lebih nyaman,” kata Dr. dr. I Ketut Mariadi.
     

    Gejala dan Diagnosa IBS

    Selain nyeri perut, IBS juga ditandai dengan perubahan pola BAB, seperti diare, konstipasi, atau bahkan kombinasi keduanya secara bergantian.

    Konsistensi feses juga dapat berubah menjadi lebih keras atau lebih lembek dari biasanya.

    Ilustrasi (Istimewa)

    Ia menjelaskan, tidak ada tes laboratorium yang secara langsung dapat mendeteksi IBS, tetapi melalui tes darah, tes tinja, kolonoskopi.

    “Kami memiliki layanan kesehatan komprehensif bagi pasien IBS dengan konsep one stop service, yang mencakup konsultasi dengan dokter spesialis gastroenterologi, pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi, program manajemen stres, hingga panduan nutrisi dari ahli gizi,” tutur dokter di RS Siloam Denpasar Bali ini.
     
    Dengan pemahaman yang lebih baik tentang IBS serta langkah-langkah manajemen IBS yang tepat, penderita IBS dapat menjalani hidup dengan lebih nyaman dan produktif. 

  • Sekjen FFI: Pola Makan Sehat Sejak Dini Adalah Kunci Masa Depan Pangan Indonesia – Halaman all

    Sekjen FFI: Pola Makan Sehat Sejak Dini Adalah Kunci Masa Depan Pangan Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Future Farmers of Indonesia (FFI), Angeli Laura, menegaskan bahwa pola makan sehat sejak dini memiliki peran krusial dalam menentukan masa depan sektor pangan Indonesia. 

    Menurutnya, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya sekadar inisiatif penyediaan makanan di sekolah, tetapi merupakan investasi besar bagi keberlanjutan bangsa.

    “Makan Bergizi Gratis bukan sekadar program makan gratis, tetapi inisiatif besar berdampak pada kualitas pendidikan, ketahanan pangan, hingga kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat,” kata dia dalam keterangannya pada Rabu (23/4/2025).

    Dia menjelaskan, anak-anak Indonesia sebagai masa depan sektor pangan harus membiasakan pola makan sehat sejak dini.

    “Investasi bagi keberlanjutan bangsa, dan ini adalah bentuk nyata dari konsep farm to school,” ujarnya.

    FFI melihat bahwa dengan menghubungkan produksi pangan lokal dengan konsumsi sehat di sekolah, program MBG tidak hanya memperkuat ketahanan pangan nasional, tetapi juga membangun generasi yang lebih sehat dan berdaya saing.

    “Program MBG sebagai program strategis pemerintah yang tidak hanya berdampak pada kesehatan dan pendidikan anak, namun juga berkontribusi pada ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

    Sebagai bentuk dukungan terhadap MBG yang dijalankan oleh pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN), FFI turut meluncurkan lomba bertajuk “Dokumentasi Menu Harian Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Sekolah”.

    Lomba ini diadakan sebagai wadah apresiasi bagi para penerima manfaat, sekaligus upaya edukatif dan promotif untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemenuhan gizi di kalangan pelajar.

    Peserta lomba yang terdiri dari siswa/i dan guru dari sekolah penerima manfaat Program MBG diminta untuk mengunggah dokumentasi berupa foto dan video menu harian di sekolah mereka. 

    Lomba digelar dalam dua periode, dengan total hadiah sebesar Rp8 juta untuk setiap periode, termasuk hadiah utama Rp4 juta dan voucher belanja Rp500 ribu untuk kategori favorit.

    FFI berharap lomba ini menjadi media kontrol sosial yang mendorong keterlibatan masyarakat dalam memantau pelaksanaan program secara transparan, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk terlibat aktif dalam pembangunan ketahanan pangan berkelanjutan.

    ILUSTRASI MAKANAN BERGIZI – Foto ini diambil dari Freepik pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan makanan bergizi seimbang. (Freepik)

    Makan Bergizi Gratis Dievaluasi

    Pemerintah bakal melakukan evaluasi terkait pemberian Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi anak-anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

    Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati mengatakan evaluasi akan dilakukan menyusul sejumlah masukan setelah pelaksanaan MBG pada Senin (6/1/2025).

    “Kemarin kita lihat memang ada beberapa masukan yang nantinya akan menjadi rujukan bagi Badan Gizi Nasional untuk melakukan perbaikan-perbaikan,” kata Adita, Selasa (7/1/2025).

    Adita tidak menjelaskan masukan apa saja yang dilakukan terkait pemberian MBG, namun dia menyebut hal tersebut meliputi pemilihan menu, pemilihan bahan makanan, dan jam pengantaran.

    Evaluasi ini akan terus berjalan seiring pemberian MBG yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi anak-anak sekolah, Balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

    “Setiap hari dilakukan evaluasi, dan Badan Gizi Nasional langsung berkoordinasi dengan titik-titik SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau dapur) yang ada di seluruh Indonesia,” ujarnya.

    Perihal menu yang diberikan, Adita menuturkan pemberian MBG akan tetap memperhatikan kecukupan asupan gizi dengan melibatkan ahli gizi di masing-masing SPPG.

    Dia mencontohkan pemberian menu bagi murid PAUD Al Murzaqiyah dengan siswa SDN 01 dan SDN 02 Susukan, meskipun menu diberikan sama tapi porsinya berbeda sesuai kecukupan gizi.

    “Paling penting seimbang kandungan gizinya terpenuhi sesuai dengan referensi Kemenkes dan Badan Gizi Nasional. Tentu akan dievaluasi, sekali lagi rujukannya kecukupan gizi,” tuturnya.

     

  • Dokter PPDS Unsri Diduga Alami Kekerasan, Ini Langkah Kemenkes – Halaman all

    Dokter PPDS Unsri Diduga Alami Kekerasan, Ini Langkah Kemenkes – Halaman all

    Ini langkah Kemenkes RI soal kasus dugaan kekerasan yang dialami dokter Pendidikan Program Dokter Spesialis Universitas Sriwijaya (PPDS) Palembang.

    Tayang: Rabu, 23 April 2025 06:34 WIB

    Tangkap layar kanal YouTube Tribun Sumsel

    Video viral yang memperlihatkan detik-detik dokter koas dipukuli di Palembang. Korban kini sudah melapor ke polisi. 

    Laporan wartawan Trinunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) buka suara terkait, adanya kasus dugaan kekerasan yang dialami seorang dokter Pendidikan Program Dokter Spesialis Universitas Sriwijaya (PPDS) Palembang.

    Dikutip dari Tribun Sumsel, korban disebut ditendang alat vitalnya hingga mengalami pendarahan.

    “Iya, kasus tersebut sudah kami terima laporannya,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, kepada wartawan Senin (21/4/2025).

    Namun pihaknya masih mendalami dan memastikan laporan tersebut.

    “Untuk kronologinya masih kami dalami. Karena info ini beredar dan viral, kami pastikan dulu,” lanjut dia.

    Masih dikutip dari Tribun Sumsel, terduga pelaku adalah konsulen di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Mohammad Hoesin, Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel).

    Namun, terkait identitas dari korban maupun terduga pelaku, belum diketahui.

    Kasus tersebut viral dan terungkap dari postingan akun Instagram @ppdsgramm.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’61’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Ini Bedanya Pegal dan Nyeri Biasa dengan Gejala Kanker Tulang – Halaman all

    Ini Bedanya Pegal dan Nyeri Biasa dengan Gejala Kanker Tulang – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kanker tulang mungkin tidak sepopuler jenis kanker lain seperti yang mengenai payudara atau paru.

    Angka kejadiannya pun terhitung kecil. Di luar negeri, kasus kanker tulang hanya sekitar 1,6-1,5 persen dari 1 juta orang. 

    Hanya saja, kanker tulang harus diwaspadai karena bersifat ganas dan umumnya menyerang pada usia muda. 

    Menurut Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi dr. Achmad Basuki, Sp.OT, gejala khas dari kanker tulang ini awalnya adalah rasa pegal dan nyeri pada tulang. 

    Lantas, bagaimana cara memastikan rasa pegal dan nyeri ini karena kanker tulang atau tidak? 

    Menurut dr Achmad ada yang menjadi pembeda rasa sakit karena tulang atau tidak. 

    Biasanya rasa sakit karena kanker tulang bertahap dan terus meningkat. 

    Bahkan, rasa sakit ini tidak kunjung menghilang walau telah diberikan obat anti nyeri seperti parasetamol. 

    “Biasanya sakitnya itu prosesnya itu bertahap, semakin sakit. Mungkin waktu dikasih paracetamol, oh bisa hilang, tapi lama-lama sakitnya tidak mempan dengan itu,” ungkapnya pada talkshow kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Selasa (22/4/2025). 

    Selain itu, rasa sakit itu umumnya aktif terasa di malam hari. 

    Rasa sakit yang dirasakan di malam hari cukup hebat bahkan sampai tidak tertahankan. 

    Pada tahap lebih lanjut, ada pembengkakan dan terjadi penurunan berat badan yang lumayan drastis.

    Jika sudah merasakan gejala-gejala di atas, pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan X-ray atau Rontge ke pelayanan kesehatan.

    Lewat pemeriksaan ini, kita bisa membedakan apakah pembengkakan dikarenakan benturan bisa atau kanker. 

    “Jadi, kalau ada sakit yang semakin hebat, sakitnya diikuti dengan bengkak, segera aja datang ke pelayanan kesehatan. Supaya di (ditangani) lebih cepat,” pungkasnya. 

     

  • Ini Bedanya Pegal dan Nyeri Biasa dengan Gejala Kanker Tulang – Halaman all

    Kanker Tulang Bersifat Ganas dan Umumnya Menyerang Usia Muda – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kanker tulang memang tergolong jarang di Indonesia.

    Angka kejadiannya pun terhitung kecil. Di luar negeri, kasus kanker tulang hanya sekitar 1,6-1,5 persen dari 1 juta orang. 

    Hanya saja, kanker tulang harus diwaspadai karena bersifat ganas dan umumnya menyerang pada usia muda. 

    Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi dr. Achmad Basuki, Sp.OT. 

    “Masalahnya kanker ini ganas dan menyerang pada umur-umur dekade 2 (20 tahun-an),” ungkapnya pada talk show kesehatan, Selasa (22/4/2025). 

    Sifat dari kanker tulang ini cepat sekali menyebar. 

    Dan, jika tidak ditangani dengan baik dan segera, harapan hidup pasien bisa cukup kecil. 

    Ia mengungkapkan pasien kerap datang dengan kondisi yang terhitung telat.

    Bahkan, saat merasakan gejala, seperti nyeri pada tulang, pasien lebih memilih membawa ke tukang urut. 

    “Kadang-kadang pasien sering datang, dia selalu dilakukan urut atau apa gitu, yang ini kadang-kadang yang sering terjadi gitu,” imbuhnya. 

    Kanker tulang sendiri terdiri dari dua jenis yaitu primer dan sekunder. 

    Kanker tulang primer adalah kanker yang bermula di tulang itu sendiri. 

    Sedangkan kanker tulang sekunder (metastasis) adalah kanker yang dimulai di bagian tubuh lain dan kemudian menyebar ke tulang. 

    Misalnya, kanker bermula dari paru-paru, atau payudara. Kemudian sel kanker itu menyebar sampai tulang. Lama kelamaan menyebabkan kanker tulang. 

    Lebih lanjut, dr Achmad ungkap keluhan pertama yang dirasakan pada kanker tulang adalah rasa pegal.

    “Mungkin sakitnya awalnya hanya seperti pegal. Terus lama-lama bertambah, dan biasanya tidak ada hubungan dengan aktivitas,” jelas dr Achmad. 

    Seiring berjalan waktu, pegal yang dirasakan pun berubah menjadi rasa sakit. 

    Setelah malam, dia pun mulai merasakan sakit yang bertambah hebat, diikuti tanda lain yaitu pembengkakan. 

    “Hal-hal seperti itu yang harus segera (diperiksakan). Paling tidak datang ke tempat layanan pertama untuk diperiksa,” pungkasnya.

     

  • Cara Lawan Rasa Takut dan Cemas saat Hamil dan Menjadi Ibu – Halaman all

    Cara Lawan Rasa Takut dan Cemas saat Hamil dan Menjadi Ibu – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Saat ini, ada banyak perempuan Indonesia berusia 15–49 tahun yang sudah menikah, namun memilih menunda atau menghindari kehamilan.

    Fenomena ini dipengaruhi banyak faktor seperti kesiapan mental, khawatir soal ekonomi, tekanan sosial, serta pertimbangan karier dan kehidupan pribadi.

    Tidak bisa dipungkiri, menjadi seorang ibu merupakan perjalanan indah nan kompleks.

    Ada masa seorang perempuan mengalami  ketakutan atau keraguan saat menghadapi kehamilan dan peran sebagai ibu.

    Psikolog keluarga Samanta Elsener menjelaskan, kerap kali perempuan dihadapkan pada tantangan yang jarang dibicarakan seperti rasa takut dan tekanan sosial.

    “Padahal perasaan itu hal yang wajar dan manusiawi ketika proses kehamilan. Kehamilan harus dijalani dengan kesadaran penuh, bukan dalam kesendirian. Karena itu, penting bagi lingkungan sekitar untuk hadir dengan empati dan dukungan,” tutur dia dalam kegiatan Siapa Takut Jadi Ibu di Jakarta, Senin (21/4/2025).

    Selain dukungan emosional, seorang ibu hamil harus memenuhi nutrisi selama periode emas 1.000 hari pertama kehidupan.

    Peran nutrisi sangat membantu perempuan merasa lebih siap menjadi ibu.

    Lewat nutrisi maka calon generasi yang dilahirkan menjadi lebih sehat dan berkualitas.

    “Data kami menunjukkan banyak ibu hamil yang masih mengalami defisit asupan nutrisi penting, khususnya protein, kalsium, DHA, zat besi, dan asam folat. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan komplikasi seperti anemia pada ibu, keterlambatan perkembangan janin, hingga berat badan lahir rendah,” ungkap dokter spesialis obgyn dr. Ardiansjah Dara
    Sjahruddin, SpOG.

    Ia mengatakan, sebelum kehamilan pasangan suami dan istri perlu datang ke dokter obgyn sebagai upaya mempersiapkan kehamilan.

    Dokter akan memberi beragam saran terkait nutrisi dan perjalanan kehamilan.

    Salah satunya pemenuhan nutrisi melalui susu khusus hamil pada fase dari persiapan, masa kehamilan dan menyusui.

    “Makanya penting melakukan konsultasi, apabila sebelum hamil nutrisi sudah bagus tercukupi maka pas hamil tidak terlalu mengejar pertumbuhan janin,” kata dr Dara.

    Brand Group Manager Prenagen Junita menambahkan, calon ayah dan bunda harus bisa memahami bahwa kehamilan bukan sekadar proses biologis.

    Banyak perempuan yang masih dituntut harus instan beradaptasi menjadi ibu.

    “Kami mengajak perempuan untuk melihat
    kehamilan dan peran ibu dengan perspektif baru, bersama-sama mengubah stigma yang masih banyak melekat dan mendukung perempuan untuk dapat menjalani proses kehamilan dengan percaya diri,” ungkap dia.

  • Awas! Anak Sering Memiringkan Kepala dan Tidak Fokus Belajar, Ini Tanda Gangguan Mata Myopia – Halaman all

    Awas! Anak Sering Memiringkan Kepala dan Tidak Fokus Belajar, Ini Tanda Gangguan Mata Myopia – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anak Anda tak fokus belajar dan kerapkali memiringkan kepala? Orangtua bisa mencurigai si kecil mengalami gangguan mata myopia.

     

    Myopia atau mata minus atau rabun jauh merupakan kondisi dimana penderita sulit melihat objek yang jauh.

    Dokter Subspesialis Pediatric Ophthalmology and Strabismus, Dr. Hasiana Lumban Gaol, SpM, mengatakan, ada beberapa gejala non-verbal yang bisa ditunjukkan anak dalam aktivitas sehari-hari mereka.

    Misalkan, anak jika melihat sering memicingkan atau mengecil-ngecilkan mata, anak harus melihat dalam jarak yang dekat.

    Anak sering mengucek mata, memiringkan kepala dan juga tidak fokus dalam belajar.

    Mata terasa tegang, mata terasa lelah serta sakit kepala.

    “Itu adalah tanda orang tahu harus melakukan pemeriksaan mata,” tutur dia dalam kegiatan memperkenalkan Children’s Eye & Strabismus Center (CESC) di RS Mata JEC Kedoya, Selasa (15/4/2025).

    Ia menuturkan, umumnya, gangguan penglihatan pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko seperti kelahiran prematur, riwayat keluarga, riwayat kehamilan, trauma, dan nutrisi.

    Akan tetapi, dengan kemajuan zaman dan perubahan gaya hidup, anak-anak juga rentan terhadap faktor risiko lain yang dapat mengancam kesehatan mata, seperti penggunaan gawai berlebih, kurang paparan alami dan minimnya aktivitas di luar ruangan.

    PEMERIKSAAN MATA PADA ANAK – Dokter Subspesialis Pediatric Ophthalmology and Strabismus, Dr. Hasiana Lumban Gaol, SpM, mengatakan, ada beberapa gejala non-verbal yang bisa ditunjukkan anak dalam aktivitas sehari-hari mereka. Hal disampaikan dia di RS JEC Kedoya Jakarta, Selasa (15/4/2025). (Tribunnews/Rina Ayu)

    “Pemeriksaan dini rutin, termasuk evaluasi berkala per 6-12 bulan sekali pada anak usia sekolah, perlu dilaksanakan secara disiplin guna mengenali gangguan penglihatan sejak awal dan memberikan tata laksana yang sesuai,” kata dr Hasiana.

    Jika tidak segera ditangani sedari dini ujar dia, akan menyebabkan beberapa komplikasi penyakit mata lainnya seperti mata malas, katarak, glaukoma dan lepasnya retina.

    Penanganan gangguan penglihatan secara multidisiplin, antara lain: Terapi ambliopia, perawatan strabismus/mata juling, tindakan operatif, terapi visual dan rehabilitasi visual.

    Penanganan gangguan mata pada anak tentu tak bisa lepas dari keterlibatan orang-orang terdekat pasien.  

    Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics Dr. Gusti G Suardana, SpM(K) menyampaikan, perawatan kesehatan mata sejak dini merupakan investasi untuk masa depan anak. Gangguan penglihatan yang tidak terdeteksi dan tertangani dengan tepat pada masa balita dapat berdampak jangka panjang.

    “Tidak hanya pada perkembangan penglihatan, tetapi juga pada kemampuan belajar, sosialisasi, dan kualitas hidup anak hingga dewasa,” kata dia.

    Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mendapati 0,6 persen anak Indonesia berusia di atas 1 tahun ternyata mengidap disabilitas penglihatan. Dari persentase tersebut, 11,7 persen bahkan perlu menggunakan alat bantu lihat.

    Pihaknya meyakini bahwa perawatan mata anak membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, terintegrasi, dan ramah anak. 

    Proses pemeriksaan, diagnosis hingga terapi pada anak tidak bisa disamakan dengan pasien dewasa.

    Seperti teknologi diagnostik meliputi RetCam Screening – untuk deteksi dini Retinopati Prematuritas (ROP) pada bayi prematur; Autorefraktometer Pediatrik –  untuk pemeriksaan gangguan refraksi tanpa memerlukan respons verbal anak; dan Synoptophore Test – untuk mengukur sudut strabismus (mata juling) guna penanganan yang lebih akurat.

  • Apakah Artificial Intelligence Bisa Deteksi Gangguan Otot Dasar Panggul? Begini Penjelasan Ahli – Halaman all

    Apakah Artificial Intelligence Bisa Deteksi Gangguan Otot Dasar Panggul? Begini Penjelasan Ahli – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini tak hanya digunakan dalam teknologi digital, tapi juga mulai merambah dunia medis. 

    Salah satunya adalah alat bernama PI-ONE inovasi terbaru untuk mendeteksi dini gangguan otot dasar panggul pada wanita yang belakangan ini menjadi sorotan.

    Menurut Prof. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K), Ketua Himpunan Uroginekologi Indonesia (HUGI) sekaligus penggagas hadirnya teknologi inovatif ini di Indonesia, menyampaikan antusiasmenya.

    Dengan menggunakan pendekatan algoritma cerdas yang mampu mendeteksi adanya ketegangan atau kelemahan pada otot panggul bahkan sejak usia kehamilan 6 minggu.

    “Kalau bisa dideteksi lebih awal, kita bisa cegah dampak jangka panjang seperti rahim turun, susah menahan kencing, bahkan gangguan seksual,” kata Prof. Budi di Rumah Sakit YPK Mandiri, Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025).

    Teknologi ini diklaim menjadi yang pertama di Indonesia dan telah melalui riset bertahun-tahun oleh tim ahli dari berbagai disiplin ilmu. 

    Dengan begitu, pemeriksaan kesehatan ibu hamil bisa dilakukan secara lebih presisi dan personal, serta memberi rekomendasi penanganan yang lebih tepat.

    Hal ini juga memungkinkan dokter untuk memberi intervensi lebih cepat dan tepat, tanpa perlu menunggu gejala memburuk.

    Kendati demikian, tetap setiap individu harus sadar mengenai pentingnya kesehatan dasar panggul bagi wanita.

    Sebagaimana diketahui, berdasarkan data, bahwa satu dari tiga wanita berusia di atas 40 tahun mengalami gangguan dasar panggul.

    Namun stigma dan keterbatasan teknologi seringkali menyebabkan diagnosis yang terlambat dan terapi yang kurang optimal.