Category: Liputan6.com Ekonomi

  • PBB Respons Surat Celios soal Dugaan Pemolesan Data Ekonomi RI – Page 3

    PBB Respons Surat Celios soal Dugaan Pemolesan Data Ekonomi RI – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah merespons surat permohonan investigasi terkait data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).

    Surat tersebut diajukan Celios pada Jumat, 8 Agustus 2025, menyusul dugaan adanya inkonsistensi dalam data resmi pemerintah.

    Direktur Kebijakan Fiskal Celios, Media Wahyudi Askar, mengatakan bahwa pihaknya mempertanyakan keakuratan angka pertumbuhan ekonomi yang menjadi dasar penyusunan Nota Keuangan.

    “Saya menunggu nih sebetulnya. Karena nota keuangan kan berdasarkan pertumbuhan ekonomi, indikator-indikator makro. Yang itu juga saya kritisi kemarin ya bahwa pertumbuhan ekonomi kita agak questionable angkanya karena ada kecenderungan inkonsistensi,” kata Media saat ditemui di Kantor Celios, Jakarta Pusat, Selasa (12/8/2025).

    Media menjelaskan, pihaknya sebagai lembaga non-pemerintah tidak memiliki akses terhadap data mentah BPS, namun analisis dari data publik menunjukkan indikasi adanya pemolesan angka.

    “Beberapa teman-teman itu penyebabnya ada potensi window dressing gitu lah ya, dipoles begitu. saya nggak tahu ya karena kita lembaga non-pemerintah. Jadi, kita nggak mungkin pegang raw datanya gitu. Tapi dari data-data yang kita analisis itu banyak inkonsistensi,” ungkapnya.

  • Tak Bisa Disepelekan, Ini Peran Penting Investasi Asing – Page 3

    Tak Bisa Disepelekan, Ini Peran Penting Investasi Asing – Page 3

    Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year). 

    Angka ini sedikit meleset dari ekspektasi beberapa ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5 persen. Kendati demikian, sejumlah ekonom menilai bahwa capaian ini masih wajar dalam konteks perkembangan ekonomi nasional terkini.

    Menurut pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, angka 5,12 persen tersebut masih bisa diterima secara logis.

    “Data pertumbuhan ekonomi kuartal II dari BPS, dalam hemat saya, masih cukup reliable dan bisa dipercaya. Raihan 5,12 persen di kuartal II tahun ini sangat bisa dipahami,” kata Ronny dalam keterangan tertulisnya dikutip Liputan6.com, Minggu (10/8/2025).

    Ia menilai berbagai komponen pembentuk pertumbuhan seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor masih menunjukkan performa yang cukup stabil dan mendukung capaian tersebut.

    Ronny menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan tipis didorong oleh momen tahun ajaran baru. Fenomena ini biasanya mendorong pengeluaran tambahan di sektor pendidikan dan kebutuhan anak sekolah, yang pada akhirnya menyumbang pada pertumbuhan konsumsi nasional.

    “Kenaikan tipis konsumsi rumah tangga ditopang oleh momen tahun ajaran baru, yang mengharusnya banyak keluarga di Indonesia untuk berbelanja kebutuhan tahun ajaran baru,” ujarnya.

     

     

     

  • TelkoMedika Sabet Penghargaan Public Relations Popular Companies Awards 2025 di Sektor Healthcare – Page 3

    TelkoMedika Sabet Penghargaan Public Relations Popular Companies Awards 2025 di Sektor Healthcare – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – TelkoMedika, anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan pada ajang 6th Indonesia Public Relations Summit 2025 untuk kategori Healthcare. Penghargaan bergengsi dari media digital berbasis ekonomi The Iconomics tersebut diterima langsung oleh Direktur Utama TelkoMedika, Dicky Anfiadi, di Auditorium Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Jumat (8/8).

    Mengusung tema “Collaboration for Reputation”, ajang 6th Indonesia Public Relations Summit 2025 menekankan peran vital Public Relations (PR) dalam membangun citra dan reputasi perusahaan melalui strategi komunikasi yang kolaboratif, adaptif, dan efektif. Tahun ini menjadi istimewa bagi TelkoMedika karena untuk pertama kalinya berhasil membawa pulang penghargaan di ajang tersebut.

    Penghargaan bagi TelkoMedika ini diperoleh berdasarkan hasil riset daring yang dilakukan oleh TheIconomics melalui pendekatan media monitoring dan sentiment analysis, yang mengevaluasi reputasi perusahaan dari tiga parameter utama, yaitu Business & Commercial Reputation, People & Leadership Reputation, serta Social & Citizenship Reputation, dengan hasil penilaian menunjukkan bahwa TelkoMedika dinilai berhasil menjaga dan membangun reputasi eksternal secara positif sepanjang tahun 2025.

     

    Perbesar

    (Foto:Dok.Telkom)… Selengkapnya

    Dalam sambutannya, Direktur Utama TelkoMedika Dicky Anfiadi menyampaikan ucapan terima kasih kepada The Iconomics yang telah memberikan penghargaan kepada TelkoMedika.

    “Sebagai bagian dari TelkomGroup, TelkoMedika senantiasa berkomitmen untuk melakukan strategi komunikasi yang kuat dalam membangun corporate image dengan membawa semangat inovasi, sinergi, dan pelayanan terbaik bagi seluruh pelanggan serta cerminan dari upaya TelkoMedika membangun reputasi yang kuat melalui komunikasi publik yang aktif, transparan, dan bermakna,” ucap Dicky Anfiadi.

    Lebih lanjut, Dicky Anfiadi menjelaskan bahwa TelkoMedika telah mengimplementasikan tiga aspek utama dalam penilaian penghargaan ini sebagai pijakan dalam membangun reputasi yang berkelanjutan. Ketiga aspek tersebut meliputi, Pertama, Business & Commercial Reputation, di mana TelkoMedika secara konsisten membangun reputasi dalam kolaborasi dengan seluruh mitra, baik dari TelkomGroup maupun pelanggan eksternal B2B yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Kedua People & Leadership Reputation, dalam aspek kepemimpinan dan pengembangan sumber daya manusia, TelkoMedika menanamkan nilai-nilai budaya (core values) perusahaan yang berlandaskan AKHLAK dan implementasi BISA (Bravery, Integrity, Service Excellence, Agility) sebagai Digital Ways of Working.

     

    Perbesar

    (Foto:Dok.Telkom)… Selengkapnya

    Spirit ini diharapkan menjadi pemantik semangat insan TelkomGroup dalam mendorong perbaikan kinerja bisnis dan memperkuat kredibilitas di mata stakeholder serta REVAMP di Telko Medika. Budaya ini membentuk SDM yang berorientasi kepada profesionalisme kerja dalam memberikan service excellence demi menghadirkan pengalaman layanan terbaik bagi pelanggan.

    Ketiga, Social & Citizenship Reputation, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, TelkoMedika senantiasa berkomitmen untuk memberikan edukasi serta informasi kesehatan yang relevan dan mudah diakses oleh masyarakat luas. Selain itu, implementasi program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan(TJSL) terus dijalankan untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui pendekatan kesehatan holistik bersama TelkoMedika.

    Capaian ini memperkuat posisi TelkoMedika sebagai salah satu perusahaan terdepan di sektor layanan kesehatan di bawah AdMedika dan Yakes Telkom, yang senantiasa berinovasi, meningkatkan kualitas pelayanan, serta aktif dalam menjalin komunikasi yang berdampak positif dengan publik dan pemangku kepentingan.

    Sebagai bagian dari TelkomGroup, TelkoMedika terus mendukung transformasi digital dan pelayanan prima dalam menciptakan nilai tambah dalam memberikan service excellence.

    “Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, TelkoMedika akan terus memperkuat reputasi perusahaan sebagai penyedia layanan kesehatan pilihan yang terpercaya, profesional, dan peduli terhadap kesehatan masyarakat Indonesia,” tutup Dicky Anfiadi.

     

    #ElevatingYourFuture

     

    (*)

  • Ada Kesepakatan IP CEPA, Perdagangan Indonesia-Peru Bakal Sentuh Rp 15,6 Triliun – Page 3

    Ada Kesepakatan IP CEPA, Perdagangan Indonesia-Peru Bakal Sentuh Rp 15,6 Triliun – Page 3

    Data Kemendag mencatat, nilai perdagangan Indonesia Peru pada Januari-Juni 2025 mencapai USD 264,8 juta. Angka ini naik 34,3 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD 197,1 juta. 

    Adapun sepanjang 2024, perdagangan Indonesia-Peru tercatat sebesar USD 480,7 juta. Nilai perdagangan Indonesia dengan Peru menunjukan tren poaitif dengan kenaikan 15 persen dalam 5 tahun terakhir atau 2020-2024.

    “(Target) USD 5 miliar ini berdua ya, bukan cuma Indonesia saja. Artinya mungkin Indonesia USD 3 miliar, Peru USD 2 miliar, atau Indonesia USD 3,5 miliar, Peru USD 1,5 miliar, kan (totalnya) USD 5 miliar. Kita ingin meningkatkan tadi itu,” tuturnya.

    Komoditas Andalan

    Djatmiko mencatat beberapa komoditas andalan ekspor RI ke Peru pada 2024. Diantaranya, mobil dan kendaraan bermotor dengan nilai USD 120,8 juta. Alas kaki/sol karet/plastik/kulit, bagian atas tekstil USD 21,8 juta.

    Lalu, minyak sawit dan pecahannya senilai USD 21,4 juta. Lemari es/freezer dan pompa panas non-AC senilai USD 16,5 juta. Serta, alas kaki/sol karet/kulit, bagian atas kulit senilai USD 14,9 juta.

    Impor dari Peru

    Sementara itu, beberapa komoditas yang didatangkan dari Peru yakni biji kakao dengan nilai USD 87,6 juta pada 2024.Lalu, ada batu bara dan briket/bahan bakar padat sejenis senilai USD 15,6 juta. Pupuk mineral atau kimia, fosfat senilai UAD 14,1 juta. Anggur, segar atau kering senilai USD 11,5 juta. Serta seng yang tidak ditempa senilai USD 5 juta.

  • Kemenkeu Pede Bisa Tingkatkan Tax Ratio Indonesia ke 15% – Page 3

    Kemenkeu Pede Bisa Tingkatkan Tax Ratio Indonesia ke 15% – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Pajak, Yon Arsal, menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki ruang cukup besar untuk meningkatkan tax ratio atau rasio perpajakan hingga mencapai level berkelanjutan yang direkomendasikan lembaga internasional.

    Menurut kajian Dana Moneter Internasional (IMF), tipping point untuk tax ratio berada di kisaran 15% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan perhitungan resmi, tax ratio Indonesia tahun lalu berada di angka 10,2%.

    “Kalau kajiannya IMF bilang, ada tipping point, sekitar 15 persen itu sebagai sebuah sustainable level of text ratio. Jadi kita masih punya gap. Tapi jangan bandingin 10 persen dengan 15 persen,” kata Yon dalam diskusi Celios, di kantor Celios, Jakarta Pusat, Selasa (12/8/2025).

    Namun, Yon menyebut angka ini belum mencerminkan kapasitas penerimaan negara yang sebenarnya. Jika memasukkan komponen seperti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA, pajak daerah, dan iuran jaminan sosial, maka tax ratio Indonesia sesungguhnya berada di kisaran 12–13,5%.

    “Sebenarnya, tax ratio kita itu kalau mau komparasi, itu ya masih relatifly sekitar 13-13,5 persen. Rata-rata setiap tahun, antaranya 12-13 persen,” ujarnya.

    Dengan demikian, gap menuju target 15% hanya sekitar 2–3 poin persentase, jauh lebih kecil dari yang sering diasumsikan publik. Menurutnya, jangan bandingkan angka 10% dengan target 15%, karena itu membuat Indonesia seakan terlihat tertinggal jauh, yang benar adalah membandingkan angka 12–13% dengan 15%.

    Ia menegaskan, gap yang relatif kecil ini menunjukkan bahwa target peningkatan tax ratio bukanlah hal yang mustahil, asal ada langkah konkret dan konsisten.

     

  • Tak Punya Saluran Irigasi, Bendungan Sermo Dongkrak 273% Pola Tanam Padi – Page 3

    Tak Punya Saluran Irigasi, Bendungan Sermo Dongkrak 273% Pola Tanam Padi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memanfaatkan Bendungan Sermo di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mencapai program swasembada pangan. Proses perawatan terus dilakukan untuk bendungan yang dibangun pada 1994-1996 tersebut. 

    Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan, Bendungan Sermo merupakan salah satu bukti nyata bagaimana infrastruktur yang terawat dengan baik mampu menjadi tulang punggung ketahanan pangan, sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. 

    “Bendungan ini sebenarnya salah satu bendungan yang tidak memiliki saluran irigasi. Jadi irigasinya memanfaatkan sungai-sungai yang ada dan kita kendalikan dengan bendungan. Ini juga bagus bagaimana kita mengoptimalkan sumber daya air yang ada, yakni sungai untuk irigasi,” jelas dia, Selasa (12/8/2025).

    Pemanfaatan Bendungan Sermo telah memberikan manfaat untuk meningkatkan pola tanam petani dari sebelumnya 215 persen menjadi 273 persen. Sehingga produksi padi di wilayah layanan mencapai 49.087 ton gabah kering panen (GKP) atau setara 41.723 ton gabah kering giling (GKG) setiap tahunnya, dengan produktivitas rata-rata 6,04 ton per hektare. 

    Bendungan ini memiliki luas daerah pengaliran sungai (DPS) 21,3 km² dengan luas genangan 1,57 km², dan volume efektif 20,905 juta m³, dengan layanan irigasi seluas 3.150 hektare yang tersebar di Kecamatan Kalibawang, Kokap, dan Nanggulan.

    Air dari Bendungan Sermo dialirkan melalui Bendung Pengasih menuju Sungai Pengasih Timur (821 ha), Pengasih Barat (1.206 ha), dan Bendung Peklik Jamal (1.067 ha). Saluran primer sepanjang 26,34 km dan saluran sekunder sepanjang 118,81 km memastikan distribusi air berjalan lancar hingga ke lahan pertanian.

  • Pengusaha Curhat soal Pembatasan Operasional Truk Sumbu 3, Keluhkan Masalah Ini – Page 3

    Pengusaha Curhat soal Pembatasan Operasional Truk Sumbu 3, Keluhkan Masalah Ini – Page 3

    Dalam hal ini, dia mengatakan para pelaku usaha termasuk Aptrindo pun meminta agar Kemenhub memikirkan kompensasi atas kebijakan pembatasan truk logistik sumbu 3 yang sudah menjadi budaya di Kemenhub.

    “Ini tidak pernah dipikirkan Kemenhub selama ini,” tandasnya.

    Dia menuturkan dengan adanya pembatasan operasional truk logistik sumbu 3 ini, industri terutama industri pengolahan akan kekurangan bahan baku dan akan berhenti berproduksi, sehingga buruh-buruh di pabrik juga tidak akan bekerja. Disampaikan, 60% bahan baku industri itu masih impor dan 80% kawasan industrinya ada di Jawa Barat. Bisa dipastikan, mereka yang paling sengsara.

    “Inilah akibatnya yang akan kita rasakan dengan kebijakan pembatasan truk sumbu 3 itu,” ungkapnya. Menurutnya, Kemenhub tidak bisa dengan dalih ingin mengamankan jalur tol bagi mobil pribadi, tapi pengusaha yang dikorbankan.

    “Kami paham orang ingin berlibur, tapi pahami juga lah kami. Apalagi, jalur barang itu selalu menjadi sasaran apabila ada libur. Sedikit-sedikit pembatasan operasional. Kalau dikalkulasi dalam setahun itu, mungkin kita hanya kerja itu 10 bulan saja efektif,” tandasnya. Karenanya, dia meminta agar Kemenhub jangan gegabah mengeluarkan kebijakan pembatasan operasional truk logistik sumbu 3 itu.

     

     

  • Ada IP-CEPA, Perdagangan Indonesia-Peru Dibidik Rp 81 Triliun – Page 3

    Ada IP-CEPA, Perdagangan Indonesia-Peru Dibidik Rp 81 Triliun – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan nilai ekspor Indonesia ke Peru bisa tembus USD 5 miliar atau setara Rp 81 triliun (asumsi kurs Rp 16.200) dalam beberapa tahun kedepan. Menyusul adanya komitmen dalam kerangka Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA).

    Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono mengamini target itu jadi angka yang ambisius. Mengingat lagi jumlah perdagangan Indonesia-Peru di 2024 saja masih di bawah USD 500 juta.

    “So far kita kan baru USD 500 juta atau setengah miliar, jadi itu yang USD 5 miliar itu angka-angka yang sangat-sangat ambisius. Enggak apa-apa kita taruh di situ, misalnya 5-10 tahun, it’s okay. Kan CEPA ini akan berlangsung atau berjalan, ya harapannya selamanya ya,” ungkap Djatmiko dalam Media Briefing di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (12/8/2025).

    Data Kemendag mencatat, nilai perdagangan Indonesia Peru pada Januari-Juni 2025 mencapai USD 264,8 juta. Angka ini naik 34,3 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD 197,1 juta.

    Adapun sepanjang 2024, perdagangan Indonesia-Peru tercatat sebesar USD 480,7 juta. Nilai perdagangan Indonesia dengan Peru menunjukan tren poaitif dengan kenaikan 15 persen dalam 5 tahun terakhir atau 2020-2024.

    “(Target) USD 5 miliar ini berdua ya, bukan cuma Indonesia saja. Artinya mungkin Indonesia USD 3 miliar, Peru USD 2 miliar, atau Indonesia USD 3,5 miliar, Peru USD 1,5 miliar, kan (totalnya) USD 5 miliar. Kita ingin meningkatkan tadi itu,” tuturnya.

     

  • Rasio Pajak Indonesia Tak Kalah Dibanding Negara Lain, Ini Buktinya – Page 3

    Rasio Pajak Indonesia Tak Kalah Dibanding Negara Lain, Ini Buktinya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Pajak, Yon Arsal, menjelaskan bahwa posisi tax ratio Indonesia sebenarnya tidak terlalu tertinggal dibanding negara tetangga jika dihitung secara komprehensif.

    Menurutnya, perhitungan yang hanya mengandalkan penerimaan pajak pusat membuat angka Indonesia terlihat kecil, yakni sekitar 10,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

    “Jadi, tax ratio katanya kita itu kadang-kadang menjadi mengecil, bukan karena dia kecil, tapi karena ada beberapa jenis pajak yang kemudian dialokasikan ke daerah, menjadi bagiannya daerah,” kata Yon dalam diskusi bersama Celios, di Kantor Celios, Jakarta Pusat, Selasa (12/8/2025).

    Namun, bila memasukkan komponen lain seperti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA, pajak daerah, dan iuran jaminan sosial, tax ratio Indonesia bisa mencapai 12–13,5%.

    “Sebenarnya, tax ratio kita itu kalau mau komparasi, itu ya masih relatifly sekitar 13-13,5 persen. Rata-rata setiap tahun, antaranya 12-13 persen,” ujarnya.

    Jangan Bandingkan Tax Ratio RI dengan Negara Lain

    Yon menekankan bahwa publik sering salah persepsi ketika membandingkan tax ratio Indonesia dengan negara lain. Ia menegaskan, jangan membandingkan angka 10% dengan negara lain yang perhitungannya memasukkan semua jenis pungutan.

    Ia menambahkan, definisi dan metode perhitungan yang berbeda di tiap negara membuat angka tax ratio tidak bisa dilihat secara mentah tanpa memahami komponennya.

    “Kalau kita lihat dengan negara-negara tetangga, yang kita nggak terlalu ketinggalan juga sih, dibandingkan dengan negara beberapa yang di sebelah-sebelah kita. Malaysia juga sekitar angka 12-13 persen,” jelasnya.

     

     

  • Kemenkeu Bongkar Rasio Pajak Indonesia, Sebenarnya Capai Segini – Page 3

    Kemenkeu Bongkar Rasio Pajak Indonesia, Sebenarnya Capai Segini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Pajak, Yon Arsal, mengungkapkan bahwa tax ratio Indonesia yang selama ini dilaporkan sekitar 10,2% sebenarnya belum mencerminkan keseluruhan kapasitas penerimaan negara.

    Ia menilai, definisi yang digunakan pemerintah cenderung sempit, hanya menghitung penerimaan pajak dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ditambah penerimaan yang bukan cukai dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), dibagi dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

    Menurut Yon, perhitungan ini berbeda dengan standar OECD yang memasukkan seluruh beban pajak masyarakat ke dalam tax ratio, termasuk pungutan yang tidak memiliki pengembalian langsung.

    “Kalau dalam OECD report, seperti PNBP SDA itu juga termasuk dalam kategori perpajakan sebenarnya. Kalau kita namainya misalnya PNBP padahal dia ada pajak karakteristiknya,” kata Yonn dalam diskusi bersama Celios, di kantor Celios, Jakarta Pusat, Selasa (12/8/2025).

    Dengan kata lain, banyak komponen penerimaan negara di Indonesia yang sebenarnya memiliki sifat pajak, namun belum dihitung dalam tax ratio resmi.

    Contohnya adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam (SDA) dan pajak daerah, yang secara karakteristik di luar negeri dianggap sebagai bagian dari pajak. Di Indonesia, PNBP justru ditempatkan di luar kategori pajak sehingga tidak ikut meningkatkan rasio pajak.

    “Sebenarnya, tax ratio kita itu kalau mau komparasi, itu ya masih relatifly sekitar 13-13,5 persen. Rata-rata setiap tahun, antaranya 12-13 persen,” ujarnya.