Menteri PPPA soal Peristiwa Agustus: Anak Ditipu Ajakan Nonton Konser dan Bola
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengungkapkan temuan mengejutkan terkait keterlibatan anak dalam aksi demonstrasi yang berujung ricuh di sejumlah daerah pada Agustus lalu, yakni anak-anak diperdaya dengan ajakan nonton konser dan sepak bola.
“Ada beberapa anak-anak di Jawa Tengah, misalkan, mereka diajak, disediakan kendaraan untuk hadir di satu tempat yang informasinya adalah untuk hadir di acara konser musik dan ada pertandingan sepak bola. Ternyata anak-anak ini diturunkan di masa yang sedang melakukan demonstrasi,” kata Arifah di sela-sela Focus Group Discussion (FGD) Bareskrim Polri bertema “Sinergi Antar Lembaga untuk Terlindunginya Hak-hak Anak yang Berhadapan dengan Hukum”, Selasa (4/11/2025).
Arifah mengatakan, dari hasil kunjungannya ke sejumlah daerah seperti Cirebon dan Surabaya, banyak anak yang ikut dalam aksi demonstrasi karena rasa ingin tahu yang tinggi dan ajakan teman atau pengaruh media sosial.
“Karena anak umur sekolah rata-rata SMP, SMA, ini kan rasa ingin tahunya sangat tinggi karena dalam masa pencarian jati diri. Jadi mereka ingin tahu demonstrasi itu seperti apa. Ternyata ketika sampai di sana, ada hal-hal yang di luar dugaan,” ungkap dia.
Ia menuturkan, banyak orang tua merasa kaget dan terpukul ketika mengetahui anaknya berhadapan dengan hukum akibat ikut dalam aksi tersebut.
“Saya melihat wajah-wajah orang tua yang syok karena anaknya harus berhadapan dengan hukum. Begitu juga dengan si anak yang merasa tidak tahu bahwa apa yang dilakukan ini dampaknya sangat negatif,” katanya.
Meski begitu, ia memastikan bahwa pemerintah bersama Polri dan lembaga terkait tetap mengedepankan prinsip perlindungan anak dalam proses hukum.
“Anak-anak yang masih dalam proses hukum ada beberapa ini tetap mendapatkan hak untuk pendidikannya. Jadi mereka tetap bersekolah secara
online
,” tutur Arifah.
Kolaborasi lintas lembaga, lanjut dia, menjadi kunci agar penegakan hukum terhadap anak tidak mengabaikan hak-hak dasarnya.
Ia juga berharap forum FGD ini menghasilkan langkah konkret untuk mencegah keterlibatan anak dalam aksi-aksi serupa di masa mendatang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com Nasional
-
/data/photo/2025/11/03/69087739e9970.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ini Jawaban Purbaya soal IKN yang Dicap Media Asing Bakal Jadi Kota Hantu
Ini Jawaban Purbaya soal IKN yang Dicap Media Asing Bakal Jadi Kota Hantu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa angkat bicara soal pemberitaan media asal Inggris, The Guardian yang menyebut Ibu Kota Nusantara (IKN) akan menjadi kota hantu.
Purbaya mengatakan bahwa pemberitaan dari media asing kerap salah dan mengajak masyarakat untuk tidak mudah mempercayainya.
“Jadi jangan denger prediksi orang luar, sering salah kok,” ujar Purbaya di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (3/11/2025).
Ia juga meyakini, pembangunan IKN yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur itu masih terus berjalan.
Bahkan, pemerintah sudah menyetujui bahwa swasta boleh membangun perumahan di sana.
“Jadi sepertinya nggak berhenti, masih jalan terus. Tapi nggak seperti yang (diberitakan media asing), ikutin sama Pak Presiden aja seperti apa,” ujar Purbaya.
Humas Otorita IKN/Setyawan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Surat kabar Inggris, The Guardian secara khusus menyoroti perkembangan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Artikel yang dimuat pada Rabu (29/10/2025) itu dikemas dengan bentuk kritik yang berjudul, ”
Indonesia’s new capital, Nusantara, in danger of becoming a ‘ghost city
’” (Ibu kota baru Indonesia, Nusantara, terancam menjadi ‘kota hantu’).
Mereka menggambarkan ibu kota baru Indonesia itu berada di tengah-tengah hutan. “Ibu kota baru Indonesia, Nusantara, seolah muncul entah dari mana”, bunyi artikel itu.
Meski berada di tengah hutan Kalimantan Timur, bangunan gedung-gedung futuristik dan jalanan sudah berdiri kokoh.
Sayangnya, gedung-gedung dan jalan raya itu kosong. Hanya terlihat beberapa tukang kebun dan wisatawan yang penasaran. Bahkan, Presiden Prabowo Subianto hingga kini sama sekali belum pernah berkunjung ke IKN.
Proyek ambisius Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) itu membuat beberapa orang khawatir jika ke depannya menjadi proyek mangkrak.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/03/6908a8957e6eb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ditanya Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo, Ini Jawaban Ignasius Jonan
Ditanya Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo, Ini Jawaban Ignasius Jonan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Mantar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Senin (3/11/2025) sore.
Usai pertemuan, Jonan mengaku membahas seputar diplomasi luar negeri, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga program-program kerakyatan bersama Prabowo.
“Sharing tentang peran serta beliau yang sangat bagus dan aktif di diplomasi luar negeri. Juga di pengembangan BUMN dan partisipasi BUMN untuk bangsa dan negara yang lebih banyak. Juga program-program yang sifatnya itu kerakyatan. Jadi seperti ya keberpihakan kepada keadilan sosial kalau menurut saya ya,” ujar Jonan usai pertemuan dengan Prabowo, Senin (3/11/2025).
Wartawan kemudian bertanya kepada Jonan soal apakah ada tawaran masuk Kabinet Merah Putih dari Prabowo kepadanya.
Lantas, Jonan mengaku bahwa pertemuannya dengan Prabowo hanya sekedar diskusi, bukan membahas soal tawaran masuk kabinet.
“Oh nggak, nggak ada (tawaran). Kita diskusi aja. Saya diskusi sharing pandangan saya sebagai rakyat. Itu aja kok. Boleh dong,” ujar Jonan.
Kendati demikian, mantan Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) itu mengaku siap jika diberi amanah oleh Prabowo dalam mengemban posisi di pemerintahan.
Dirinya siap menerima tawaran apapun selama tugas tersebut bisa diembannya. Namun sebaliknya, Jonan juga bisa saja menolak jika tidak menyanggupi.
“Kalau sebagai warga negara, kalau diminta untuk bekerja untuk negara ya mestinya siap, kalau mampu. Kalau saya mampu sih, ya (siap). Itu aja sih. Ya tergantung yang ngasih tugas,” kata Jonan.
Ignasius Jonan diketahui pernah menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada 2009-2014.
Waktu itu, Jonan ditunjuk oleh Menteri BUMN Sofyan Djalil untuk mereformasi pelayanan transportasi kereta api di Indonesia.
Kebijakannya yang terkenal adalah penghapusan KRL kelas ekonomi tanpa pendingin ruangan (AC), dan penerapan sistem tapping ticket di stasiun.
Tak hanya kebijakan tentang sistem transportasi, Jonan pernah mencoba untuk bersikap adil dengan pegawai KAI dengan memberikan gaji yang sesuai antara pekerjaan satu dengan yang lainnya.
Setelah menjadi Direktur KAI, Jonan kemudian mengemban tugas sebagai Menteri Perhubungan (Menhub) pada 2016 di era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Setelah itu Jonan dicopot dari posisi Menhub dan diberi tanggung jawab untuk mengisi posisi Menteri ESDM.
Ketika menjadi Menteri ESDM, Jonan mempunyai beberapa program unggulan seperti program BBM satu harga, kebijakan B20, dan mengambil alih 51 persen saham PT Freeport.
Atas pencapaiannya, ia mendapatkan penghargaan berupa Lencana Bintang Jasa Chevalier de la Legion d’Honneur” dari Presiden Perancis, dilansir dari Kompas.com (24/11/2021).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/02/05/67a32266eefbe.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ancang-ancang KPK Panggil Pihak-pihak Terkait Kereta Cepat Whoosh
Ancang-ancang KPK Panggil Pihak-pihak Terkait Kereta Cepat Whoosh
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah mulai melakukan pemanggilan sejumlah pihak terkait penyelidikan dugaan korupsi dalam proyek Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) atau Whoosh.
Meski begitu, KPK tak bisa mengungkapkan siapa saja pihak yang sudah dimintai keterangan terkait kasus tersebut.
“Tim penyelidik melakukan permintaan keterangan dengan mengundang sejumlah pihak, tentunya pihak-pihak yang diduga mengetahui konstruksi perkara ini,” kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo, di Gedung Merah Putih, Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Budi mengatakan, setiap informasi yang disampaikan pihak-pihak ke KPK akan membantu mengungkap dugaan korupsi kereta cepat.
“Terkait dengan materi ataupun pihak-pihak yang diundang untuk dimintai keterangan, saat ini kami belum bisa, belum bisa menyampaikan detilnya secara lengkapnya seperti apa, karena ini memang masih di tahap penyelidikan,” ujar dia.
Selain itu, Budi meminta pihak-pihak yang dipanggil untuk dimintai keterangan agar bersikap kooperatif dengan memenuhi panggilan dan menyampaikan informasi yang dibutuhkan.
“Kami tentunya juga mengimbau kepada siapa saja pihak-pihak yang diundang dan dimintai keterangan terkait dengan perkara KCIC ini, agar kooperatif dan menyampaikan informasi, data, dan keterangan yang dibutuhkan,” kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo dalam keterangannya, Senin (3/11/2025).
Budi mengatakan, hingga saat ini, pihak yang dipanggil kooperatif dan membantu jalannya penyelidikan.
Tim penyelidik, kata dia, terus menelusuri pihak-pihak lain untuk mengumpulkan keterangan.
“Dan tentunya ini masih akan terus bergulir ya, karena tim masih akan terus menelusuri pihak-pihak lain untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam tahap penyelidikan,” ujar dia.
Anggota Komisi III DPR RI Abdullah mewanti-wanti KPK tidak pandang bulu dalam menindak pelaku dugaan korupsi dalam proyek kereta cepat Whoosh.
Dia mengatakan, siapa pun yang terlibat dalam praktik dugaan korupsi, baik dari kalangan pemerintah, BUMN, maupun pihak swasta, harus diproses sesuai aturan hukum.
“KPK tidak boleh pandang bulu. Jika dalam penyelidikan ditemukan tindak pidana korupsi, para pelakunya harus diseret ke jalur hukum tanpa pengecualian,” kata Abdullah, lewat keterangan tertulisnya, Kamis (30/10/2025).
Menurut Politikus PKB ini, KPK tak perlu ragu menindaklanjuti setiap temuan pelanggaran dalam proyek strategis nasional tersebut.
Sebab, keberadaan kereta cepat Whoosh saat ini tengah menjadi sorotan karena utang besar akibat pembangunannya hingga isu dugaan penggelembungan anggaran.
Oleh karena itu, kata dia, keseriusan dan keberanian KPK dalam menangani perkara ini penting dilakukan untuk menjawab keresahan publik.
“KPK tidak boleh takut dalam menangani kasus ini. Dugaan
mark up
anggaran dalam proyek kereta cepat harus diusut secara tuntas dan transparan,” kata Abdullah.
“Proyek sebesar Kereta Cepat Whoosh seharusnya menjadi kebanggaan nasional, bukan malah menjadi beban akibat penyimpangan anggaran. Karena itu, kita harus dukung penuh KPK agar bisa menuntaskan kasus ini,” imbuh dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/03/690851d84d6fa.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Manuver Mayor Riki Bawa Airbus A400M Hindari Awan Tebal dan Turbulensi
Manuver Mayor Riki Bawa Airbus A400M Hindari Awan Tebal dan Turbulensi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pesawat angkut berat Airbus A400M pertama milik Indonesia akhirnya tiba di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Senin (3/11/2025).
Satu dari dua unit A400M pesanan Republik Indonesia (RI) dengan nomor seri A-4001 itu mendarat setelah menempuh penerbangan selama tiga hari dari Sevilla, Spanyol.
Pendaratan mulus pada Rabu pukul 07.35 WIB itu, menandai peresmian penyerahan pesawat dari Airbus Defence and Space kepada TNI AU, yang kemudian dilanjutkan dengan penyerahan kunci secara simbolis oleh Presiden Prabowo Subianto kepada Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Di balik proses itu, tersimpan rasa khawatir yang mendalam bagi Mayor (Pnb) Riki Sihaloho, salah satu dari empat pilot Airbus A400M.
Pesawat berkelir abu-abu itu sempat tertunda sekitar 5 menit dari jadwal pendaratan pukul 07.30 WIB.
Padahal, di area apron, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI M Tonny Harjono bersama jajaran sudah menantikan kedatangan pesawat tersebut.
“Kami tadi, sebenarnya hampir telat 15 menit untuk kedatangan,” ungkap personel Skadron 31 tersebut, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (3/11/2025).
Hampir terlambatnya kedatangan pesawat, yang memiliki kapasitas angkut maksimum 37 ton, disebabkan oleh faktor cuaca.
Dari Airbus Defence and Space di Sevilla, pesawat lepas landas menuju Dubai, menempuh perjalanan udara sekitar sembilan jam melintasi langit Eropa dan Timur Tengah.
Malam itu, Riki dan tim beristirahat di Dubai sebelum kembali bersiap keesokan harinya.
Etape kedua membawa mereka menembus langit Asia menuju Bandara Kualanamu, Medan, sebagai titik persinggahan pertama di Tanah Air.
Dari sana, perjalanan dilanjutkan menuju Jakarta.
“Menjelang masuk wilayah Indonesia, kita tahu sendiri untuk akhir tahun, pasti akan
rain season
. Jadi, kita ya lumayan masuk
weather
,” kata dia.
Cuaca memang menjadi tantangan tersendiri di pengujung perjalanan.
Riki menceritakan, tim sempat tertahan beberapa menit karena harus menghindari awan tebal dan area turbulensi.
Riki dan tim segera menghubungi Air Traffic Control (ATC) untuk meminta izin berpindah jalur, demi memastikan pesawat bisa tiba tepat waktu.
Strategi mitigasi mereka dimulai dengan meminta persetujuan ATC agar pesawat dapat terbang langsung ke titik tertentu, memotong jarak rute normal yang telah direncanakan.
Tentunya, langkah ini harus memperhatikan kondisi cuaca sepanjang rute baru dan tidak mengganggu lalu lintas udara lainnya.
Dengan cara ini, jarak tempuh yang semula lebih panjang karena harus melewati beberapa titik bisa dipangkas, sehingga perkiraan waktu kedatangan bisa kembali sesuai jadwal awal, meski sebelumnya sempat menyimpang dari jalur normal untuk menghindari awan Cumulonimbus (CB).
Setiap wilayah dan ketinggian memiliki kondisi angin yang berbeda-beda.
Kebetulan saat itu, jalur penerbangan yang mereka lalui mendapat dorongan angin dari belakang (
tail wind
), sehingga kecepatan pesawat relatif meningkat.
Dorongan ini membuat waktu yang dibutuhkan untuk tiba di tujuan menjadi lebih singkat.
Riki pun menyadari bahwa alam seakan mendukung mereka, ditambah doa dari berbagai pihak.
“Ya balik lagi. Alam semesta mendukung karena doa-doa dari semuanya,” kata Riki, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/11/2025).
Manuver itu akhirnya bisa dimitigasi dengan baik.
Pukul 07.35 WIB, Airbus A400M akhirnya menyentuh landasan Halim Perdanakusuma, momen bersejarah yang menandai tibanya pesawat angkut berat berukuran jumbo pertama Indonesia.
Meski pesawat hanya telat lima menit dan disambut hangat oleh para personel TNI AU, Riki tak bisa menutupi sedikit rasa kecewa.
Baginya, lima menit itu terasa seperti jeda kecil yang membuat ia tak bisa menuntaskan tugasnya sebaik yang diharapkan.
Namun, di balik rasa kecewa itu, Riki tetap tenang.
Ia menyadari, alam punya caranya sendiri untuk berbicara.
Keselamatan awak pesawat selalu menjadi prioritas utama, mengingat setiap penerbangan membawa tanggung jawab yang jauh lebih besar daripada sekadar waktu dan jadwal.
“Intinya sudah berusaha sebaik-baiknya,” tegas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/03/6908c0198e8e9.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Armand Maulana hingga Ariel Noah Adukan Keresahan Musisi ke Golkar, Dorong Transparansi Royalti
Armand Maulana hingga Ariel Noah Adukan Keresahan Musisi ke Golkar, Dorong Transparansi Royalti
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah musisi yang tergabung dalam serikat musisi, Vibrasi Suara Indonesia (VISI) menyuarakan keluh kesahnya soal distribusi royalti ke Fraksi Partai Golkar di DPR RI.
Beberapa musisi dari VISI seperti Armand Maulana, Nazril Irham atau Ariel Noah, Vina Panduwinata, dan Sammy Simorangkir itu datang beraudiensi dengan Fraksi Golkar di Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (3/11/2025).
Mereka menyampaikan keresahan atas tata kelola royalti dan praktik perizinan yang dinilai membebani penyanyi, bahkan berpotensi mengkriminalisasi pelaku seni.
Ketua Fraksi Golkar M. Sarmuji menilai aspirasi yang disampaikan VISI sejalan dengan banyak pihak yang menyoroti persoalan transparansi Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN).
“Saya sudah menyimak dua presentasi (dari) AKSI dan VISI. Konstruksi berpikirnya sama, banyak kesamaan. Mudah-mudahan ini bisa jadi titik temu dari aspirasi VISI dengan AKSI. Kita menyerap aspirasi dari semua stakeholder,” ujar Sarmuji dalam keterangannya.
Sarmuji mengatakan, tidak transparannya tata kelola LMKN menjadi suatu persoalan sendiri.
Ia pun menilai perlu ada aturan yang lebih rasional dan berpihak pada semua pihak dalam ekosistem musik.
“Kalau ditetapkan aturan bahwa pembayaran royalti pertunjukan dilakukan seminggu setelah konser, bolehlah. Jadi tidak perlu menunggu berbulan-bulan seperti sekarang,” kata Sarmuji.
Menurut Sarmuji, langkah VISI yang memperhatikan seluruh pemangku kepentingan seperti pencipta lagu, penyanyi, hingga penyelenggara konser layak diformulasikan bersama Fraksi Golkar.
Di hadapan para musisi, ia juga berkomitmen partainya akan mengawal dan menindaklanjuti aspirasi VISI sebagai bagian dari upaya memperkuat ekosistem musik nasional yang sehat, adil, dan berkelanjutan.
Sekretaris Jenderal Partai Golkar ini menyebut tata kelola royalti tidak boleh berbelit-belit, apalagi merugikan pencipta lagu.
“Sistemnya jangan sampai mempersulit. Kalau sistemnya rumit, dunia usaha kesulitan membayar, dan akhirnya pencipta lagu tidak mendapatkan haknya,” ujarnya.
Bagi Sarmuji, sistem soal royalti ini memang perlu diperbaiki dan harus transparan, berkeadilan, serta memudahkan semua pihak, termasuk dunia usaha.
Sarmuji berharap jangan sampai ada pelaku usaha yang malah merasa terbebani.
“Tidak hanya bagi para pencipta lagu tetapi juga bagi dunia usaha. Memudahkan ini maksudnya, misalnya, dunia usaha, pertunjukan, kafe, restoran, hotel, dan lain-lain. Mudah meminta izin menggunakan lagu dari pencipta lagu,” imbuh dia.
Sementara itu, Ketua Umum VISI, Armand Maulana mengatakan, fokus utama seharusnya bukan pada perizinan, melainkan pada tata kelola dan distribusi royalti yang adil dan transparan.
Vokalis grup band Gigi itu menilai penekanan berlebihan pada aspek izin justru berpotensi menutupi masalah utama yaitu distribusi royalti yang tidak tepat sasaran.
“Perhatian publik dan penyelenggara akan tertuju pada aspek hukum, bukan pada bagaimana hak pencipta dan penyanyi bisa didistribusikan secara adil,” tambah Armand.
Bagi Armand, wacana pembentukan lembaga baru yang khusus untuk konser tidak akan menyelesaikan masalah.
“Yang penting bukan membuat lembaga baru, tapi memperbaiki tata kelola dan transparansi sistem yang sudah ada,” katanya.
Di sisi lain, VISI mendorong reformasi sistem dan percepatan digitalisasi pengelolaan royalti.
Dengan teknologi saat ini, menurutnya, sangat mungkin dibentuk sistem digital yang akurat dan transparan.
“Akar masalahnya bukan di izin, tapi di ketidaktepatan dan ketidaktransparanan distribusi royalti,” tegasnya.
Armand juga mengungkap akar permasalahan ini bermula dari tidak kompeten serta tidak transparannya kerja dari Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) dan LMKN di masa lalu.
Hal ini lantas mengakibatkan munculnya berbagai persoalan seperti kasus penyanyi, Agnez Mo yang diwajibkan membayar dan meminta izin setiap kali tampil di atas panggung.
Oleh karenanya, VISI mengajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk meninjau pasal-pasal dalam Undang-Undang Hak Cipta yang pelaksanaannya di lapangan tidak sesuai dengan praktik selama lebih dari satu dekade.
“
Performing rights
itu bersifat masif, berulang, dan terjadi dalam waktu bersamaan. Jadi meminta izin langsung ke pencipta lagu setiap kali tampil itu tidak realistis dan kontraproduktif,” tegas Armand.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/11/04/6909823f54131.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/04/69097e59a7d87.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/10/15/68efaa91c3e56.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2021/03/08/6045e9b63f931.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)