Category: Kompas.com Nasional

  • Sambut Lebaran, KAI Sediakan 4,5 Juta Tiket dengan 9.572 Perjalanan Selama 22 Hari

    Sambut Lebaran, KAI Sediakan 4,5 Juta Tiket dengan 9.572 Perjalanan Selama 22 Hari

    Sambut Lebaran, KAI Sediakan 4,5 Juta Tiket dengan 9.572 Perjalanan Selama 22 Hari
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com –
     PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau
    KAI
    terus berkomitmen menghadirkan layanan transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat.
    Untuk mendukung kelancaran Angkutan Lebaran 1446 Hijriah (H)/2025, KAI menyediakan 4.591.510 tempat duduk selama periode 21 Maret 2025 hingga 11 April 2025.  
    Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan, penyediaan tempat duduk itu merupakan bagian dari upaya mendukung mobilitas masyarakat selama Lebaran dengan tetap mengedepankan prinsip keselamatan, ketepatan waktu, dan kenyamanan. 
    Dari kapasitas 4.591.510 kursi, sebanyak 2.752.310 tempat duduk atau 59,94 persen merupakan kereta api (KA) kelas ekonomi dengan tarif yang lebih terjangkau.
    Kemudian, dari total kapasitas tempat duduk kelas ekonomi yang tersedia, sebanyak 1.633.720 tempat duduk dialokasikan untuk
    KA ekonomi
    komersial.
    “Kemudian, 1.118.590 lainnya merupakan KA ekonomi bersubsidi atau yang mendapatkan
    public service obligation
    (PSO) dari pemerintah,” ujarnya dalam siaran pers, Minggu (9/3/2025).
    Didiek mengatakan, penyediaan layanan KA kelas ekonomi merupakan bagian dari komitmen KAI dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
    “Kami memahami bahwa masyarakat membutuhkan moda transportasi yang tidak hanya nyaman dan aman, tetapi juga ekonomis,” imbuh Didiek. 
    Oleh karena itu, kata dia, KAI menyediakan lebih dari separuh kapasitas KA untuk kelas ekonomi dengan tarif yang lebih terjangkau. 
    Dengan kebijakan tarif yang terjangkau, KAI tidak hanya mendukung kelancaran arus mudik dan balik Lebaran, tetapi juga berkontribusi dalam memperkuat konektivitas antardaerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah.
    Selain KA kelas ekonomi, sebanyak 1.839.200 tempat duduk lainnya disediakan untuk layanan KA kelas eksekutif, bisnis, KA lokal komersial, KA Feeder, serta KA Perintis yang turut menjadi pilihan utama masyarakat dalam bermobilitas.
    Didiek melanjutkan, selama masa angkutan Lebaran, KAI mengoperasikan 9.572 perjalanan KA selama 22 hari. 
    Sebanyak 8.492 perjalanan merupakan KA reguler, sedangkan 1.080 perjalanan merupakan KA tambahan.
    Dia berharap, dengan kapasitas yang lebih besar, KAI dapat memberikan lebih banyak pilihan perjalanan bagi masyarakat yang ingin mudik. 
    “Kehadiran KA juga membantu mengurangi kemacetan di jalan raya akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi sehingga perjalanan menjadi lebih lancar,” jelasnya.
    Selain menyediakan KA kelas ekonomi dengan tarif terjangkau, KAI juga menghadirkan promo diskon tiket untuk mendukung angkutan
    Lebaran 2025
    .
    Didiek mengatakan, KAI menghadirkan promo spesial dengan diskon hingga 25 persen bagi pelanggan yang melakukan perjalanan pada periode 7-17 Maret 2025. 
    “Promo ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin mudik lebih awal dengan tarif yang lebih terjangkau,” katanya. 
    Informasi detail terkait promo diskon selama angkutan Lebaran 2025 bisa didapat mengakses aplikasi Access by KAI.
    Untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, KAI juga menghadirkan berbagai program spesial selama Lebaran, seperti dekorasi tematik di stasiun dan dalam kereta, pembagian takjil gratis, serta suvenir menarik.
    Hingga 8 Maret 2025 pukul 07.00 WIB, KAI mencatat bahwa tiket KA Jarak Jauh yang telah terjual mencapai 1.716.005 tiket atau 49,83 persen dari total kapasitas. 
    Sementara itu, tiket KA Lokal yang terjual mencapai 28.089 tiket atau sekitar 2,45 persen.
    Didiek mengatakan, tingkat penjualan KA Lokal masih relatif rendah karena sebagian besar layanan baru dapat dipesan pada H-30. 
    “Bahkan, ada beberapa layanan yang baru dapat dipesan H-7 sebelum keberangkatan,” jelasnya.
    Didiek pun berterima kasih atas kepercayaan pelanggan yang telah memesan tiket dan memilih kereta api sebagai moda transportasi mudik Lebaran 2025. 
    “Dengan semangat pelayanan dan keselamatan, KAI siap mengantar masyarakat kembali ke kampung halaman dengan nyaman dan penuh kebahagiaan,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tim Hukum Sekjen PDI-P Hasto Bersiap Hadapi Sidang Perdana Pekan Depan

    Tim Hukum Sekjen PDI-P Hasto Bersiap Hadapi Sidang Perdana Pekan Depan

    Tim Hukum Sekjen PDI-P Hasto Bersiap Hadapi Sidang Perdana Pekan Depan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Tim Hukum Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P
    Hasto Kristiyanto
    tetap mempersiapkan diri untuk melawan
    KPK
    dalam sidang perdana kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan
    (obstruction of justice).
    Hal itu disampaikan Kuasa Hukum Hasto, Maqdir Ismail, saat dimintai tanggapan soal jadwal sidang perdana kliennya yang berlangsung Jumat (13/4/2025).
    “Yang pasti kami akan segera lakukan
    cross check
    bukti KPK dalam berkas perkara. Kami akan segera cek kebenaran fakta dalam surat dakwaan,” ujar Maqdir kepada Kompas.com, Minggu (9/3/2024).
    Namun, Maqdir menduga terjadwalnya sidang perdana Hasto di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat ini adalah hasil dari upaya KPK menggugurkan praperadilan yang diajukan pihaknya.
    Sebab, kata Maqdir, pelimpahan berkas ke pengadilan ini dilakukan ketika sidang praperadilan yang diajukan pihaknya ditunda karena ketidakhadiran KPK.
    “Pelimpahan berkas ke PN Tipikor Jakarta Pusat adalah upaya nyata melecehkan proses praperadilan. Ini upaya untuk menggugurkan praperadilan,” kata Maqdir.
    “Hal ini sudah dapat diduga dari permintaan penundaan dua minggu untuk sidang praperadilan. Begitu juga ketika penyidik mengabaikan permintaan kami untuk memeriksa ahli,” sambungnya.
    Diberitakan sebelumnya, sidang perdana kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan Harun Masiku yang melibatkan Hasto Kristiyanto digelar pada Jumat (14/3/2025).
    Dikutip dari laman Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sidang tersebut terdaftar dengan nomor perkara 36/Pid Sus.TPK/2025/PN Jkt.Pst.
    Sidang rencananya dimulai pada pukul 09.00 WIB di ruang Prof. Dr. H. Muhammad Hatta Ali Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (PN Tipikor) Jakpus.
    Setidaknya terdapat 12 jaksa penuntut umum yang menangani kasus tersebut.
    Mereka adalah Surya Dharma Tanjung, Rio Frandy, Wawan Yunarwanto, Nur Haris Arhadi, Yoga Pratama, dan Arif Rahman.
    Lalu Sandy Septi, Muhammad Albar Hanafi, Dwi Novantoro, Mohammad Fauji Rahmat, Rio Vernika Putra, dan Greafik L.
    Sebagai informasi, Hasto merupakan tersangka kasus suap proses pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR RI untuk eks kader PDI-P Harun Masiku dan perintangan penyidikan.
     
    Hasto ditahan di rutan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak 20 Februari 2025.
    Sekjen PDI-P itu sempat mengajukan gugatan praperadilan atas statusnya sebagai tersangka.
    Namun, gugatan tersebut ditolak.
    Tak sampai situ, Hasto kembali melayangkan gugatan praperadilan kedua.
    Hingga kini, gugatan masih berproses di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sudah Disurvei Seskab Teddy, Sentra Kemensos di Bekasi Bakal Jadi Sekolah Rakyat

    Sudah Disurvei Seskab Teddy, Sentra Kemensos di Bekasi Bakal Jadi Sekolah Rakyat

    Sudah Disurvei Seskab Teddy, Sentra Kemensos di Bekasi Bakal Jadi Sekolah Rakyat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Kementerian Sosial (Kemensos) Bekasi disiapkan untuk menjadi Sekolah Rakyat mulai tahun ini.
    Kesiapan untuk mendirikan Sekolah Rakyat di sana telah ditinjau oleh Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, dan Wakil Menteri Sosial Agus Jabo, pada Sabtu (8/3/2025).
    “Nah, ini salah satu tempat yang akan dijadikan Sekolah Rakyat itu. Bagian dari Sentra Pangudi Luhur, asetnya Kementerian Sosial,” kata Gus Ipul dalam keterangannya, dikutip pada Minggu (9/3/2025).
    Gus Ipul menyampaikan bahwa sentra dan balai-balai yang berada di bawah naungan Kemensos memang disiapkan untuk menjadi lokasi pendirian Sekolah Rakyat.
    Usai meninjau,
    Seskab Teddy
    berpendapat bahwa sarana prasarana yang ada di STPL sudah layak untuk memulai penyelenggaraan Sekolah Rakyat.
    Hanya diperlukan sedikit penambahan agar sekolah yang berkonsep asrama itu nantinya bisa berjalan dengan maksimal.
    “Alhamdulillah menurut beliau (Seskab Teddy), ini sudah sangat layak. Tinggal ada penambahan-penambahan. Jadi dianggap bagus sekali,” kata Gus Ipul.
    Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi merupakan satu dari 31 sentra yang berada di bawah naungan Kemensos.
    Ketiga balai yang berdiri di atas lahan seluas 16 hektar tersebut kemudian digabungkan menjadi Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi pada 3 Maret 2022.
    Sentra ini dilengkapi dengan asrama, toilet dan kamar mandi, tempat ibadah, lapangan olahraga, klinik kesehatan, ruang kelas, serta ruang pelatihan yang tersedia di STPL.
    STPL juga sudah dilengkapi fasilitas untuk penyandang disabilitas, misalnya
    guiding block
    bagi penyandang disabilitas netra.
    Kelengkapan prasarana itu, menurut Kemensos, untuk menunjang kebutuhan asrama Sekolah Rakyat.
    Sebelumnya, Gus Ipul meyakini bahwa Sekolah Rakyat dapat memutus mata rantai kemiskinan yang terjadi selama ini.
    Menurut Gus Ipul, orang tua yang hidup dalam kemiskinan memiliki anak yang berpendidikan rendah.
    “Salah satu cara untuk menutup transmisi kemiskinan ini adalah melalui Sekolah Rakyat. Orang tua yang hidup dalam kemiskinan dan memiliki pendidikan rendah cenderung memiliki anak yang berpendidikan rendah juga, dan itu sebab transmisi kemiskinan yang terjadi selama ini,” kata Gus Ipul dalam keterangannya, pada Sabtu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Saat Senjata Buatan Pindad Diselundupkan untuk KKB Papua

    Saat Senjata Buatan Pindad Diselundupkan untuk KKB Papua

    Saat Senjata Buatan Pindad Diselundupkan untuk KKB Papua
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Aparat kepolisian menggagalkan upaya penyelundupan senjata api yang diduga akan dikirimkan kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
    Senjata yang disita dalam operasi ini diketahui merupakan produksi PT Pindad.
    Operasi ini dilakukan oleh Satgas
    Operasi Damai Cartenz-2025
    bersama Polda Papua pada Rabu (6/3/2025) di Kilometer 76, Kabupaten Keerom, Papua.
    Dalam operasi itu, polisi menangkap tiga orang yang diduga terlibat dalam jaringan penyelundupan senjata.
    Salah satunya merupakan eks anggota TNI, bernama Yuni Enumbi.
    Kapolda Papua Irjen Pol. Petrus Patrige Rudolf Renwarin mengatakan, pihaknya menemukan sejumlah barang bukti dalam operasi tersebut, termasuk beberapa senjata api dan amunisi dalam jumlah besar.
    Barang-barang itu antara lain 2 pucuk senjata api laras panjang (belum terangkai), 4 pucuk pistol G2 Pindad, 632 butir amunisi kaliber 5,56 mm, dan 250 butir amunisi 9 mm.
    Lalu, 1 pucuk senapan angin (belum terangkai), beserta 1 paket laser senter + mounting, 1 teleskop + peredam, 1 popor kayu warna coklat, dan 1 laras serta tabung senapan angin.
    Ada juga 1 unit air compressor bertuliskan United Waran Biru (tempat penyimpanan senjata), 1 unit handphone Vivo Y19S, 1 buah pompa, 1 tas angin, 1 kunci T, dan 1 paket gurinda portabel.
    Kemudian, beberapa tas, termasuk tas senapan angin dan tas selempang berisi identitas diri, serta kartu ATM, dan uang tunai Rp 369,6 juta.
    Berdasarkan keterangan tersangka, senjata dibeli dengan harga Rp 1,3 miliar dari luar Papua dan akan diserahkan kepada KKB di Puncak Jaya.
    Satgas Operasi Damai Cartenz-2025 bersama Polda Papua masih menyelidiki asal muasal senjata api dan amunisi buatan Pindad yang diduga akan disalurkan kepada KKB di Puncak Jaya.
    “Masih dikembangkan penyelidikannya,” kata Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz-2025, Kombes Pol Yusuf Sutejo kepada Kompas.com, Sabtu (8/3/2025).
    Sementara itu, Kapolda Papua menyebutkan bahwa pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan asal senjata tersebut dengan memeriksanya di laboratorium forensik (Labfor).
    “Untuk mengecek kepastiannya, tentu kita akan ke laboratorium forensik untuk mengecek kepastiannya dan akan disesuaikan dengan hasil Labfor,” kata Petrus.
    Kasus dugaan penyelundupan senjata api Pindad ke Papua bukanlah yang pertama kali terjadi.
    Sebelumnya, pada 2023, senjata yang diduga buatan Pindad pernah digunakan KKB saat menyandera pilot Susi Air, Philip Mark Merhtens.
    Senjata yang dimaksud adalah senjata laras SS1-V1 dan SS2-V1.
    Pada 2021, kasus serupa terungkap usai aparat dan KKB terlibat kontak senjata.
    Pasca-kontak tembak, Satgas melaksanakan pengecekan barang bukti dan diperoleh satu pucuk senjata laras panjang organik SS2 V4 Trijikon, 5 magasin, sejumlah munisi 5,56 mm, dan beberapa barang bukti lainnya.
    Diketahui, SS2 V4 Trijikon merupakan produksi PT Pindad.
    Hingga berita ini ditulis, Kompas.com telah berupaya menghubungi
    PT Pindad
    untuk meminta klarifikasi terkait senjata produksinya yang ditemukan dalam kasus penyelundupan ini.
    Namun, hingga kini pihak Pindad belum memberikan tanggapan.
    Kasus ini pun menambah daftar panjang penyelundupan senjata ke Papua yang terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Refleksi Moral Kritis atas Kisruh Disertasi Bahlil Lahadalia

    Refleksi Moral Kritis atas Kisruh Disertasi Bahlil Lahadalia

    Refleksi Moral Kritis atas Kisruh Disertasi Bahlil Lahadalia
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    SEBAGAI
    mantan mahasiswa strata tiga, terkadang saya geli sendiri melihat apa yang sedang terjadi dengan perguruan tinggi kita, terutama terkait kontroversi yang sedang terjadi antara
    Universitas Indonesia
    (UI) dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
    Di satu sisi, muncul pertanyaan, bagaimana mungkin perguruan tinggi sekelas Universitas Indonesia bisa masuk ke dalam pusaran masalah yang cukup memalukan seperti itu?
    Dan mengapa berani-beraninya tokoh sekelas Bahlil berlaku demikian setelah menjadi mahasiswa strata tiga Universitas Indonesia, seolah-olah beliau menjadi satu-satunya orang di Indonesia yang mampu bertindak di luar etika akademis superketat yang selama ini diterapkan di UI?
    Sehingga yang terlihat akhirnya seolah-olah UI adalah mahasiswa dari Bahlil Lahadalia, bukan sebaliknya.
    Pertanyaan semacam itu lahir karena status dan
    prestise The Yellow Jacket
    yang selama ini memang sangat dihormati.
    Tak diragukan lagi, Universitas Indonesia adalah salah satu perguruan tinggi yang selama ini menjadi etalase pendidikan tinggi Indonesia sekaligus menjadi kebanggaan tidak saja oleh alumninya, tapi juga masyarakat Indonesia.
    Tentu kasus ini bukan yang pertama, karena beberapa waktu sebelumnya juga pernah terjadi kontroversi di mana rangkap jabatan yang diemban Rektor UI menyuluk kemarahan publik.
    Namun, harus diakui bahwa kasus kali ini cukup menyakitkan bagi kita semua sebagai orang Indonesia.
    Selain proses ilmiah (
    scientific process
    ) untuk disertasi di UI yang selama ini sangat “dikagumi” sekaligus “ditakuti”, kasus kali ini juga terasa seolah-olah telah mencoreng harkat dan martabat perguruan tinggi di seluruh Indonesia, mengingat UI adalah kiblat dari hampir semua universitas negeri yang ada di bumi ibu pertiwi.
    Pada ranah inilah kasus ini menjadi kasus yang sangat menyakitkan bagi kita semua.
    Mengomentari masalah Bahlil dan UI ini, pada awalnya, saya sempat berpikir dan berkeinginan untuk mengusulkan agar program studi kajian strategis di mana Bahlil sedang berupaya untuk mendapatkan gelar doktoralnya agar dibekukan saja terlebih dahulu oleh pihak rektorat, tanpa harus membatalkan gelar yang sudah didapat alumni-alumni program studi ini.
    Namun, tampaknya langkah tersebut agak kurang tepat, boleh jadi juga kurang bijak, karena akan berpengaruh terhadap “existing students” di program studi tersebut yang telah berjuang secara jujur dan ekstra keras untuk menyelesaikan perkuliahan di satu sisi dan tak “tahu menahu” dengan urusan Bahlil ini di sisi lain.
    Namun demikian, evaluasi kritis, keras, dan tegas atas program studi tersebut harus dilakukan.
    Karena kasus ini diduga tidak saja melibatkan oknum-oknum di UI yang bisa jadi telah menawarkan peluang “khusus” kepada Bahlil, tentu diduga bersama dengan Bahlil sendiri, yang telah menyetujui “paket deal” yang ditawarkan, tapi juga sebenarnya secara tak langsung juga melibatkan program studi yang telah membiarkan proses “unconditional” untuk Bahlil dalam maraih gelar doktoral di sana.
    Sehingga, bagaimanapun, evaluasi secara sistematis harus dilakukan alias tidak sekadar forum rapat majelis guru besar beserta dengan penyampaian sikapnya.
    Pertama, untuk memastikan apakah hanya Bahlil dan “promotornya” yang melakukan kecurangan tersebut, atau justru sudah menjadi praktik yang lazim di program studi kajian strategis UI?
    Tanpa evaluasi menyeluruh dan transparansi atas hasil evaluasi tersebut kepada publik, tentu tak ada yang benar-benar mengetahui seperti apa praktik pendidikan dalam upaya mengejar gelar doktoral di program studi kajian strategis tersebut berlangsung dan tak ada jaminan ke depan hal serupa tidak akan terjadi lagi.
    Ada sangat banyak manusia di Indonesia, mulai dari yang kaya sampai berkuasa, sangat ingin menyandang gelar dari universitas sekaliber Universitas Indonesia.
    Kedua, jika memang kasus ini kasuistis, asumsikan saja demikian, di mana cuma terjadi pada kali ini, maka sanksi harus diberikan secara tegas dan keras kepada para pihak yang terlibat di dalamnya.
    Sanksi tidak saja kepada promotor dan guru-guru besar yang terlibat, tapi juga kepada mahasiswa yang sedang tersangkut kasus ini dan para “middle man” di lingkungan kampus UI yang boleh jadi ada juga yang telah menyukseskan kesepakatan paket
    deal
    antara kedua belah pihak.
    Dan ketiga, sanksi kepada promotor pun co-promotor semestinya tidak sekadar sanksi “basa-basi” dengan memberhentikan mereka sebagai “promotor” dan “co-promotor”.
    Sanksi semacam itu sangat tidak etis secara akademik, apalagi bagi UI yang memiliki standar dan etika akademik berkelas “tauladan” selama ini di Indonesia.
    Jabatan publik lain yang diemban oleh promotor dan co-promotor di lingkungan kampus UI sejatinya harus dilepaskan di satu sisi dan
    track record
    -nya di dunia akademik perlu dievaluasi, karena berpotensi mengandung “cacat” yang sama di waktu-waktu terdahulu.
    Bahkan jika perlu, promotor dan co-promotor dilepaskan dulu dari kewajiban mengajar, agar hal yang sama dengan motif dan modus operandi yang lebih “canggih” tidak terjadi lagi di program studi terkait.
    Keempat, hal serupa semestinya diberlakukan juga kepada mahasiswanya. Pertama, sanksi berupa keharusan untuk mengulang kembali perkuliahan dari awal tidaklah cukup, dan sangat tidak sesuai dengan reputasi dan kredibilitas UI yang telah terlanjur tercoreng.
    Kedua, bahkan jika program studi kajian strategis ingin tetap diakui bonafiditas dan kredibilitasnya, mahasiswa tersebut sejatinya tidak boleh lagi melakukan perkuliahan di program studi tersebut karena telah dengan sengaja melakukan kecurangan yang berujung mencoreng nama baik dan reputasi program studi dan UI sebagai lembaga pendidikan tinggi terpandang.
    Saya cukup yakin, jika UI bersedia melakukan ini, maka UI tidak saja akan dianggap telah berhasil membuktikan standar tinggi dalam etika akademis-scientifiknya, tapi juga telah membuktikan bahwa UI tidak takut alias bernyali menegakkan hal yang “benar” kepada seorang mahasiswa berlatar penguasa, yakni ketua partai politik besar sekaligus menteri di dalam pemerintahan yang sedang berkuasa.
    Dengan kata lain, UI akan membuktikan lebih dari yang dibutuhkan karena keberaniannya untuk menunjukkan kebijakan dan sikap tegas kepada Bahlil sebagai mahasiswa.
    Namun, jika sampai UI dan program studi terkait tidak bersedia melakukan itu, justru reputasi UI dan program studi terkait akan semakin dipertanyakan publik, karena akan dianggap ada “potensi”
    deal-deal
    terselubung di antara UI dan majelis guru besarnya dengan Bahlil yang notabene adalah bagian dari penguasa saat ini.
    Bukan saja reputasi dan kredibilitas program studi doktoral kajian strategis yang akan semakin tersudutkan, bahkan akan semakin terpuruk, tapi juga UI dan dunia pendidikan tinggi kita secara keseluruhan, mengingat betapa krusial dan strategisnya posisi UI selama ini di negeri ini.
    Pun bagi mahasiswanya, tepatnya bagi Bahlil sendiri, dalam hemat saya, sebaiknya disudahi saja ambisi untuk tetap mendapatkan gelar doktoral dari program studi yang sama di UI.
    Memulai kembali dari awal di program studi lain, atau bahkan di perguruan tinggi lain, bisa menjadi pilihan yang lebih masuk akal dan realistis, dengan proses yang benar dan baik tentunya sedari awal.
    Bahkan jika saya berandai-andai bahwa saya adalah seorang Bahlil, yang sedang menjabat sebagai menteri sekaligus sebagai ketua umum partai politik besar nan teknokratis, selain minta maaf kepada publik dan kepada UI sebagai tanda pengakuan bersalah, saya tentu akan mundur secara teratur setelah itu dari UI.
    Toh sudah punya jabatan mentereng, banyak harta, pengaruh politik yang tak diragukan lagi, terjaminnya masa depan dan seterusnya, di mana semua capaian tersebut belum tentu bisa dicapai oleh lulusan doktoral dari jurusan yang sama.
    Artinya, saya akan tetap merasa hebat, meskipun sudah bukan lagi menjadi bagian dari program studi terkait.
    Dengan kata lain, di sini saya ingin mengatakan bahwa sebenarnya Bahlil tidak terlalu membutuhkan legitimasi berupa gelar doktoral itu, karena sudah mencapai banyak hal yang belum tentu diraih oleh alumni-alumni program studi tersebut.
    Jika Bahlil mau, bahkan bisa menjejerkan para guru besar di UI untuk menjadi staf ahli dan staf khususnya di Kementerian ESDM, tanpa harus menyandang gelar doktor sekalipun.
    Tapi entahlah. Tentu itu semua adalah perspektif yang saya asumsikan saat berada di posisi Bahlil saat ini. Jelas pandangan tersebut berbeda dengan sikap Bahlil saat ini terkait dengan kasus yang sedang melandanya sebagai mahasiswa doktoral UI.
    Dan sikap Bahlil beserta dengan sikap sivitas akademika UI yang telah mengevaluasi kasus ini akhirnya telah kita saksikan.
    Kebijakan dan sikap kedua belah pihak semakin meyakinkan kita sebagai masyarakat Indonesia yang pernah sangat bangga dengan UI, mulai belajar mengendorkan ekspektasi dan melandaikan “sikap respect” terhadap UI, dengan sangat berat hati tentunya.
    Pendeknya, sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengatakan bahwa kasus “disertasi” Bahlil yang telah menimbulkan respons pesimistis publik kepada UI tidak saja membuat kita sadar bahwa dunia pendidikan tinggi kita bukan hanya masih menyimpan begitu banyak masalah teknis, tapi juga “menyembunyikan” banyak masalah moral yang membuat kita semakin sadar bahwa kita belum terlalu bisa berharap banyak kepada perguruan tinggi untuk menyelesaikan berbagai persoalan moral di negeri ini.
    Padahal moral adalah masalah fundamental yang harus di-
    address
    oleh perguruan tinggi pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
    “To educate a man in mind and not in morals is to educate a menace to society,” kata Theodore Roosevelt.
    Pendidikan yang tidak didasarkan kepada moralitas biasanya memang akan melahirkan lulusan-lulusan yang akan menjadi perusak masyarakat, mulai dari koruptor, manipulator, penginjak-injak hak asasi rakyat, pembohong berkedok politik, kontraktor berkelakuan “tuan tanah”, nasionalis bermotif penjajah, profesor penjual ijazah, dan banyak lagi penista moralitas lainnya.
    Karena itulah mengapa Theodore atau Teddy Roosevelt meletakkan moralitas pada posisi yang sangat fundamental di dalam pendidikan.
    Lantas, begaimana jika institusi pendidikan seperti perguruan tinggi justru sudah tidak lagi menjadikan moralitas sebagai fundamental dari tujuan pendidikan yang ingin mereka capai?
    Bagaimana jika perguruan tinggi sudah terbiasa memandang pendidikan sebagai sesuatu proses transaksional atau jual beli, di mana mahasiswa yang memiliki sumber daya lebih bisa membeli apapun dan siapapun di dalam perguruan tinggi untuk mendapatkan gelar dari perguruan tinggi tersebut? Jawabanya adalah bahwa itulah Indonesia hari ini. Cukup miris, bukan!
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mensos Sebut Lokasi Sekolah Rakyat di Bekasi Sudah Siap

    Mensos Sebut Lokasi Sekolah Rakyat di Bekasi Sudah Siap

    Mensos Sebut Lokasi Sekolah Rakyat di Bekasi Sudah Siap
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com – 
    Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyatakan, Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) di
    Bekasi
    , Jawa Barat, sudah siap untuk menjadi lokasi dimulainya
    Sekolah Rakyat
    .
    Hal ini disamapaikan Saifullah seusai meninjau lokasi tersebut bersama Sekretaris Kabinet
    Teddy Indra Wijaya
    , Wakil Menteri Sosial Agus Jabo, serta perwakilan kementerian/lembaga lainnya, Sabtu (8/3/2025).
    “Secara umum tempat ini siap dijadikan salah satu lokasi
    sekolah rakyat
    . Tadi Pak Teddy juga menyatakan, alhamdulillah ini (STPL) cukup bagus untuk memulai sekolah rakyat,” kata Saifullah, Sabtu, dikutip dari siaran pers.
    Dalam kunjungan ini, Saifullah dan Teddy berkeliling lokasi seluas 16 hektare itu untuk melihat kondisi asrama, ruang makan, lapangan olahraga, tempat ibadah, dan fasilitas-fasilitas lainnya.
    Gus Ipul
    , sapaan akrabnya, menyebutkan bahwa kunjungan Teddy ke STPL ini merupakan tindak lanjut setelah Gus Ipul melaporkan tahapan rencana pendirian Sekolah Rakyat ke Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.
    Ia pun bersyukur Seskab Teddy berpendapat STPL sudah layak dan tinggal menambahkan sedikit sarana-prasarana lain agar benar-benar bisa segera diresmikan sebagai Sekolah Rakyat.
    “Alhamdulillah menurut beliau (Seskab Teddy), ini sudah sangat layak. Tinggal ada penambahan-penambahan. Jadi dianggap bagus sekali,” kata Gus Ipul.
    Sekolah Rakyat yang akan didirikan di STPL Bekasi ini merupakan satu dari 100 Sekolah Rakyat yang tahun ini disiapkan.
    Setidaknya sudah ada 40 lokasi yang sudah siap, di antaranya 38 unit akan didirikan di sentra dan balai milik Kementerian Sosial RI, dan satu tempat di Universitas Negeri Surabaya.
    Sekolah Rakyat akan diperuntukkan terutama bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
    Sekolah ini akan menggunakan konsep
    boarding school
    atau asrama sehingga anak-anak tersebut akan diberikan pendidikan dan pembentukan karakter.
    Anak-anak tersebut bisa mengeyam pendidikan di Sekolah Rakyat mulai dari jenjang SD, SMP, dan SMA secara cuma-cuma.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Momen Prabowo “Nyemplung” Terjang Banjir di Babelan Bekasi

    Momen Prabowo “Nyemplung” Terjang Banjir di Babelan Bekasi

    Momen Prabowo “Nyemplung” Terjang Banjir di Babelan Bekasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Presiden
    Prabowo Subianto
    ikut banjir-banjiran saat meninjau bencana banjir di
    Kampung Tambun Inpres
    , Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, pada Sabtu (8/3/2025).
    Dikutip dari siaran pers Tim Media Prabowo, Kepala Negara tiba di lokasi pukul 17:57 WIB menjelang jam buka puasa.
    Berdasarkan video yang dibagikan, Prabowo terlihat “nyemplung” alias menyusuri air yang merendam rumah-rumah warga.
    Prabowo didampingi Sekretaris Kabinet Letkol Teddy Indra Wijaya, mengenakan baju safari warna krem, celana biru dongker, dan sepatu bot warna hitam.
    Banjir di lokasi tersebut terlihat menggenang hingga betis Prabowo.
    Ketibaan Prabowo disambut antusias masyarakat setempat.
    “Sini, sini salim sama Pak Prabowo. Pak salim Pak!” seru warga di sana seraya diikuti oleh anak-anak.
    Prabowo lalu menyusuri area yang terendam banjir itu dan mendatangi rumah-rumah warga, di antaranya adalah warga yang memilih untuk tidak mengungsi.
    “80 tingginya 80 kemarin (sentimeter),” kata seorang warga laki-laki kepada Prabowo.
    “Sampai di situ? (ke dalam rumah)” tanya Prabowo.
    “Iya, tidur pada di atas. Habis mau ngungsi ke mana, ya sudah (kami) di sini saja,” ujar warga tersebut.
    “Masuk semua? (airnya),” tanya Prabowo lagi.
    “Masuk. Di dalam saya ganjal-ganjal, ini baru dibuka,” kata warga.
    Di sela berbincang dengan para warga, Prabowo juga sempat menelepon sejumlah pejabat terkait untuk segera merenovasi fasilitas yang belum operasional dan memperbaiki SD Negeri 04 Babelan yang juga terdampak banjir.
    Prabowo pun sempat mampir di rumah salah satu warga untuk berbuka puasa dan berbincang.
    Salah seorang warga di wilayah itu, Nurhayati, mengatakan bahwa banjir sudah melanda kawasan itu dua kali selama dua minggu terakhir.
    Berbeda dengan beberapa warga yang memilih tidak mengungsi, ia memutuskan untuk mengungsi.
     
    “Waktu banjir pertama itu sedengkul, terus yang terakhir yang besar itu sepinggang,” ujar Nurhayati.
    Nurhayati mengungkapkan rasa bahagianya karena Prabowo mengunjungi kediamannya di tengah bencana ini.
    “Aduh, bahagia Ibu. Sangat terharu Bapak Presiden mau berkunjung ke rumah Ibu. Harapan Ibu ya minta yang terbaiknya saja, apa kata Bapak Presiden,” ucapnya.
    Prabowo lantas meninggalkan lokasi pukul 18:28 WIB.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Prabowo Buka Puasa di Rumah Warga Saat Cek Banjir di Bekasi

    Prabowo Buka Puasa di Rumah Warga Saat Cek Banjir di Bekasi

    Prabowo Buka Puasa di Rumah Warga Saat Cek Banjir di Bekasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Presiden
    Prabowo Subianto
    berbuka buasa di rumah seorang warga saat meninjau banjir di Desa Bunibakti, Babelan, Bekasi, Sabtu (8/3/2025) petang.

    Pada kesempatan ini, Kepala Negara sekaligus mampir ke kediaman Pak Handan sekeluarga untuk berbincang sekaligus buka puasa bersama
    ,” tulis Sekretaris Kabinet
    Teddy Indra Wijaya
    dalam akun
    Instagram
    @sekretariat.kabinet, Sabtu malam.
    Berdasarkan foto yang diunggah, Prabowo dan Teddy tampak duduk bersama warga di bagian depan rumah yang masih tergenang air sebetis.
    Prabowo yang mengenakan baju safati coklat dan sepatu bot itu berbincang dengan warga ditemani dua botol air mineral.

    Presiden Prabowo juga langsung menelepon beberapa pejabat terkait untuk segera merenovasi fasilitas yang belum operasional dan serta memperbaiki SD Negeri 04 Babelan yang juga terdampak banjir,
    ” ujar Teddy.
    Sementara itu, Teddy terlihat menulis sejumlah catatan di bukunya selama Prabowo berbincang dengan warga maupun bertelepon.
    Dalam kunjungan ini, Prabowo dan Teddy turut menyusuri rumah-rumah warga yang masih tergenang banjir sekaligus memberikan bantuan makanan bagi masyarakat untuk berbuka puasa.
    Teddy menyebutkan, Prabowo mendadak mengunjungi lokasi tersebut untuk melihat suasana terakhir dalam penanganan dampak banjir yang telah terjadi beberapa hari terakhir.

    Menjelang waktu berbuka puasa, Presiden Prabowo Subianto secara mendadak mengunjungi lokasi terdampak banjir di Desa Bunibakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi untuk melihat suasana terakhir dalam penanganan dampak banjir kemarin
    ,” tulis Teddy.
    Dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, kunjungan Prabowo diharapkan memberikan semangat bagi warga yang sedang menghadapi musibah.
    Pemerintah pun berkomitmen untuk terus memantau kondisi warga terdampak banjir serta memastikan distribusi bantuan berjalan lancar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bareng Seskab Teddy, Prabowo Tinjau Banjir di Babelan Bekasi

    Bareng Seskab Teddy, Prabowo Tinjau Banjir di Babelan Bekasi

    Bareng Seskab Teddy, Prabowo Tinjau Banjir di Babelan Bekasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden
    Prabowo Subianto
     bersama Sekretaris Kabinet
    Teddy Indra Wijaya
    meninjau korban terdampak banjir di Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (8/3/2025).
    Dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Kepala Negara tiba di lokasi sekitar pukul 17.57 WIB dan langsung meninjau kondisi warga yang masih bertahan di rumah mereka.
    Berdasarkan foto yang dirilis, Prabowo dan Teddy menyusuri rumah-rumah warga yang masih terendam air.
    Mengenakan sepatu bot warna hitam, Kepala Negara juga menyempatkan diri berbincang dengan warga yang terdampak banjir.
    Ia menanyakan kondisi mereka serta kebutuhan mendesak yang diperlukan.
    Selain meninjau langsung kondisi pemukiman, Prabowo juga menyerahkan bantuan makanan bagi warga untuk berbuka puasa.
    Bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir, terutama di tengah bulan Ramadhan.
    Dalam kunjungannya ini, Prabowo juga berbuka puasa bersama warga di salah satu rumah yang ia kunjungi.
    Dengan suasana sederhana, Presiden Prabowo bersama warga menikmati hidangan berbuka puasa.
    Kehadiran Presiden Prabowo yang didampingi oleh Letkol Teddy Indra Wijaya di lokasi bencana memberikan semangat bagi warga yang sedang menghadapi musibah.
    Pemerintah pun berkomitmen untuk terus memantau kondisi warga terdampak banjir serta memastikan distribusi bantuan berjalan lancar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Soal Isu Plagiarisme Disertasi Menteri Bahlil, Ini Jawaban 2 Guru Besar

    Soal Isu Plagiarisme Disertasi Menteri Bahlil, Ini Jawaban 2 Guru Besar

    Soal Isu Plagiarisme Disertasi Menteri Bahlil, Ini Jawaban 2 Guru Besar
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Isu
    plagiarisme
    dalam disertasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjadi sorotan publik setelah beredar klaim bahwa tingkat kesamaan atau
    similarity
    dalam dokumennya mencapai 95 persen.
    Narasi itu pun menyeret nama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat disertasi tersebut diuji. Namun, sejumlah
    guru besar
    memberikan klarifikasi terkait isu ini dan menjelaskan duduk perkaranya.
    Guru Besar
    UIN Jakarta Profesor Maila Dinia Husni Rahiem, dalam laman resmi UIN Jakarta pada 19 Oktober 2024, menjelaskan bahwa permasalahan tersebut bermula dari seorang mahasiswa doktoral sekaligus dosen di UIN Jakarta yang memeriksa keaslian disertasi
    Menteri Bahlil
    melalui akun Turnitin kampus.
    Hasil awal menunjukkan nilai
    similarity
    sebesar 13 persen. Nilai ini masih berada di bawah ambang batas yang diterima untuk sebuah disertasi, yakni antara 15 sampai 30 perse,  tergantung kebijakan masing-masing perguruan tinggi.
    Namun, permasalahan muncul ketika dokumen tersebut tidak segera dihapus dari sistem dan tersimpan dalam
    repository
    Turnitin kampus.
    Akibatnya, saat pemeriksaan ulang dilakukan, sistem mendeteksi kesamaan 100 persen karena
    file
    tersebut telah terekam sebagai dokumen resmi dalam
    database
    Turnitin. Hal ini kemudian menimbulkan kesan keliru bahwa Menteri Bahlil telah menjiplak karya orang lain.
    Turnitin adalah layanan berbasis
    website
    untuk mendeteksi kesamaan teks dalam karya tulis yang biasa digunakan peneliti di dalam dan luar negeri. 
    “Situasi ini memunculkan kesan yang salah bahwa Menteri Bahlil menjiplak karya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini terjadi karena disertasi tersebut pernah diunggah ke
    repository
    Turnitin dan dianggap sebagai dokumen terdaftar,” jelas Maila dalam keterangan persnya, Sabtu (8/3/2025).
    Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), Profesor Dedeh Fardiah, turut menegaskan bahwa dugaan plagiarisme berdasarkan tingginya angka
    similarity
    dalam Turnitin perlu dianalisis lebih dalam.
    Menurutnya, tingginya angka Turnitin tidak serta-merta menunjukkan adanya plagiat terhadap naskah orang lain.
    “Contohnya, ketika mengirimkan naskah ke sebuah jurnal, tetapi ternyata tidak diterbitkan. Karena itu, naskah dikirim ke jurnal lain. Namun, naskah tersebut sudah tercatat dalam
    database
    jurnal pertama. Saat diperiksa melalui Turnitin, jika kita tidak menarik kembali naskah dari jurnal awal, maka ada kemungkinan skor Turnitin menjadi tinggi,” ujar Dedeh dalam keterangannya, Jumat (7/3/2025).
    “Naskah yang kita kirimkan ke jurnal tersebut ternyata sudah terekam dalam sistem mereka, meskipun akhirnya tidak diterbitkan,” tambahnya.
    Lebih lanjut, Dedeh menjelaskan bahwa kasus serupa dapat terjadi pada mahasiswa yang telah menyelesaikan disertasinya dan mengirimnya ke jurnal ilmiah tanpa melakukan parafrase terlebih dahulu.
    Jika kemudian naskah tersebut diuji ulang di Turnitin, sistem akan mendeteksi kesamaan yang tinggi karena dokumen tersebut telah dipublikasikan sebagai disertasi.
    “Itu yang disebut
    auto-plagiarism
    atau
    self-plagiarism
    . Angka
    similarity
    pasti tinggi karena sudah terdaftar dalam sistem,” imbuh Dedeh.
    Menyambung penjelasan Profesor Dedeh, Profesor Maila juga menyoroti cara kerja Turnitin yang mendeteksi kesamaan teks berdasarkan dokumen yang telah tersimpan di sistem.
    Jika sebuah dokumen yang sama diuji ulang, hasilnya bisa mencapai 100 persen kesamaan karena dianggap sebagai dokumen yang sudah terdaftar.
    Untuk menghindari kesalahan seperti ini, Maila menyarankan agar pengecekan dilakukan dengan pengaturan “
    no repository
    ,” sehingga file tidak tersimpan permanen dan tidak memengaruhi hasil pemeriksaan di masa mendatang.
    “Setelah dilakukan uji resmi, nilai
    similarity
    disertasi Menteri Bahlil adalah 13 persen. Nilai ini berada di bawah ambang batas yang diterima untuk disertasi. Dengan demikian, tidak ada indikasi plagiarisme dalam disertasi tersebut,” tegasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.