Polri Sampaikan Duka atas Tenggelamnya KM Tunu Pratama Jaya di Selat Bali
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol
Trunoyudo Wisnu Andiko
, menyampaikan duka cita atas insiden tenggelamnya Kapal Motor (KM) Tunu Pratama Jaya di perairan
Selat Bali
.
“Polri berkomitmen untuk hadir dalam setiap peristiwa yang menyangkut keselamatan masyarakat. Kami terus bersinergi dengan Basarnas, TNI AL, dan instansi terkait dalam upaya pencarian dan penyelamatan korban kapal
KM Tunu Pratama Jaya
di Selat Bali. Doa dan empati kami menyertai seluruh keluarga korban,” ujar Trunoyudo dalam keterangan tertulis, Kamis (3/7/2025).
KM Tunu Pratama Jaya dilaporkan tenggelam pada Rabu (2/7/2025), sekitar pukul 23.15 WIB, saat dalam pelayaran dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Kapal tersebut membawa 53 penumpang, 12 anak buah kapal (ABK), dan 22 unit kendaraan berbagai jenis.
Peristiwa berawal saat KM Tunu Pratama Jaya melakukan bongkar muat di Pelabuhan LCM Ketapang pada pukul 22.28 WIB, lalu bertolak menuju Gilimanuk pada pukul 22.56 WIB.
Sekitar 20 menit kemudian, kapal dilaporkan hilang kontak dengan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) dan kemudian dikonfirmasi tenggelam.
Cuaca buruk diduga menjadi salah satu penyebab insiden ini.
Saat kejadian, arus laut tercatat mencapai 2 meter per detik, gelombang setinggi 2,5 meter, dan kecepatan angin mencapai 9 knot.
Hingga Kamis pagi, sebanyak 23 orang dilaporkan berhasil ditemukan dalam keadaan selamat.
Sementara itu, 4 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Upaya pencarian terhadap korban lainnya masih terus dilakukan.
“Pencarian masih terus dilakukan, dan update akan disampaikan secara berkala kepada publik,” tutur Trunoyudo.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto juga turun langsung ke lokasi kejadian di Selat Bali untuk memantau proses evakuasi dan memastikan pencarian berjalan maksimal.
Direktorat Polairud Polda Jawa Timur juga telah mengerahkan empat unit kapal untuk membantu proses pencarian dan penyelamatan.
Tim gabungan dari Basarnas, TNI AL, Polri, dan unsur terkait lainnya masih menyisir area lokasi tenggelamnya kapal.
Pihak kepolisian mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com Nasional
-
/data/photo/2025/07/03/686606cdcdc9d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jaksa: Hasto Pakai Nomor Luar Negeri untuk Hindari Pantauan KPK
Jaksa: Hasto Pakai Nomor Luar Negeri untuk Hindari Pantauan KPK
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK
) Takdir Suhan menyebutkan, Sekretaris Jenderal PDI-P
Hasto Kristiyanto
menggunakan nomor luar negeri untuk menyamarkan jejak komunikasi terkait
kasus Harun Masiku
.
Kesimpulan itu disampaikan Takdir saat membacakan surat tuntutan perkara dugaan suap dan perintangan penyidikan
Harun Masiku
di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat.
“Terdakwa dengan sengaja menggunakan nomor luar negeri sebagai tindakan antisipasi terhadap perkara atas nama Harun Masiku yang masih berproses,” kata jaksa Takdir, Kamis (3/7/2025).
“Untuk menyamarkan jejak komunikasi dan menghindari pantauan penyidik KPK yang menangani perkara Harun Masiku,” lanjut jaksa Takdir.
Menurut jaksa, kesimpulan tersebut sesuai dengan barang bukti yang diajukan jaksa di muka persidangan berupa bukti komunikasi antara Hasto dengan staf pribadinya, Kusnadi, menggunakan nomor luar negeri dan nama anonim.
Kusnadi, misalnya, menggunakan nomor 447455782005 dengan nama Gara Bhaskara.
Sementara, Hasto menggunakan nomor 447401374259 dengan nama Sri Rejeki Hastomo dan Sri Rejeki 3.0 untuk nomor 4474747947808.
Jaksa Takdir menyebut, dalam melakukan tindak pidananya, Hasto diduga melibatkan orang-orang di sekitarnya.
Mereka adalah Kusnadi yang sehari-hari melekat dengan Hasto dan petugas sekuriti Kantor DPP PDI-P, Nurhasan.
“Hal ini sengaja dilakukan terdakwa dengan maksud untuk memutus rantai komunikasi antara terdakwa dengan Harun Masiku yang seolah-olah tidak ada komunikasi langsung antara terdakwa sebagai pemberi perintah dengan Harun Masiku,” tutur jaksa Takdir.
Dalam perkara ini, Hasto didakwa ikut menyuap eks anggota KPU Wahyu Setiawan agar Harun Masiku dapat menjadi anggota DPR lewat mekanisme pergantian antarwaktu.
Hasto juga didakwa merintangi penyidikan terhadap Harun Masiku yang berstatus buron sejak tahun 2020.
Sementara itu, Hasto mengaku percaya diri menghadapi sidang tuntutan hari ini karena ia yakin tidak bersalah dalam kasus Harun Masiku.
Menurut Hasto, fakta-fakta yang terungkap selama persidangan justru menunjukkan banyak kejanggalan dalam proses hukum yang ia alami, termasuk upaya membuka kembali perkara yang sebelumnya telah memiliki putusan hukum tetap.
“Karena itulah hari ini saya juga dengan penuh keyakinan untuk mengikuti persidangan dengan agenda mendengarkan tuntutan dari jaksa penuntut umum,” kata dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/03/6865c78071134.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Direktur RS Indonesia di Gaza Tewas akibat Serangan Israel, Komisi I DPR: Brutal, Hentikan Genosida
Direktur RS Indonesia di Gaza Tewas akibat Serangan Israel, Komisi I DPR: Brutal, Hentikan Genosida
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Wakil Ketua Komisi I DPR Fraksi PKS, Sukamta, mengutuk kebrutalan Israel yang kembali melancarkan serangan ke Gaza, Palestina, sehingga menyebabkan Direktur
RS Indonesia di Gaza
,
Marwan al-Sultan
, dan keluarganya ikut tewas.
Sukamta menjelaskan, selama ini, Marwan berulang kali meminta masyarakat internasional untuk mendorong keselamatan tim medis, termasuk ketika tentara Israel mengepung atau menyerang rumah sakit tersebut.
Untuk itu, Sukamta mendesak Israel segera menghentikan aksi genosida mereka.
“Israel terus menerus menunjukkan kejahatannya yang luar biasa. Mereka tidak tunduk pada hukum, juga tidak memiliki komitmen pada kemanusiaan. Ini jelas terlihat dari serangan-serangan brutal tentara Israel selama ini terhadap obyek yang tidak boleh dijadikan target serangan, seperti warga sipil, fasilitas sipil, rumah sakit, dan tenaga medis,” ujar Sukamta kepada Kompas.com, Kamis (3/7/2025).
“Saya mengutuk kebrutalan Israel ini dan menyerukan semua pihak berupaya menghentikan genosida yang dilakukan Israel,” sambungnya.
Menurut Sukamta,
serangan Israel
terhadap RS Indonesia hingga menewaskan direkturnya jelas-jelas melanggar sejumlah aturan dan hukum internasional.
Di antaranya Konvensi Den Haag tahun 1907 tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat Pasal 18 yang melarang serangan terhadap rumah sakit, tempat medis, dan tenaga medis yang mengumpulkan, merawat, dan mengevakuasi orang yang terluka dan sakit dalam konflik bersenjata.
Selain itu, kata dia, Israel juga melanggar Konvensi Jenewa keempat tahun 1949 dan Protokol Tambahan I tahun 1977 yang secara eksplisit menekankan perlindungan bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dari serangan.
Pasal 18 Konvensi Jenewa keempat menyatakan fasilitas kesehatan harus dihormati dan dilindungi di semua waktu dan tidak boleh menjadi sasaran serangan.
“Sedangkan Protokol Tambahan I menyatakan serangan terhadap fasilitas kesehatan yang tidak digunakan untuk aktivitas militer merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional yang cukup serius,” papar Sukamta.
Sukamta pun mendukung pemerintah Indonesia agar bersikap lebih proaktif untuk mendesak PBB dan seluruh negara di dunia menghentikan genosida yang terjadi di Gaza.
“Dan mendesak segera dibuka akses bantuan kemanusiaan seluas-luasnya. Kami berharap kunjungan Pak Prabowo ke Arab Saudi dan kemudian menghadiri pertemuan BRICS di Brasil juga membawa misi utama untuk penghentian genosida di Palestina. Termasuk segera menunjuk Dubes RI untuk PBB di New York dan Jenewa, karena upaya diplomasi yang proaktif sangat membutuhkan peran Dubes sebagai ujung tombaknya,” imbuh Sukamta.
Sebelumnya, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, dr. Marwan al-Sultan, dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam kediamannya di Gaza, bersama istri, anak, dan saudarinya.
Kabar duka ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas pada Rabu (2/7/2025).
Sultan dikenal sebagai salah satu dokter paling senior dan dihormati di wilayah tersebut, dengan keahlian di bidang kardiologi.
Ia juga merupakan satu dari sedikit tenaga medis spesialis yang masih tersisa di Gaza sejak konflik berkecamuk.
“Kematian dr. Marwan al-Sultan merupakan kehilangan besar dan bencana bagi dunia kesehatan Gaza. Ia adalah simbol dedikasi dan keteguhan dalam situasi paling sulit yang dialami rakyat Palestina,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza dalam pernyataannya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/02/6864c35f58525.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Silat Lidah Fadli Zon Bantah Pemerkosaan Massal 1998, Sampai Bikin Anggota DPR Nangis
Silat Lidah Fadli Zon Bantah Pemerkosaan Massal 1998, Sampai Bikin Anggota DPR Nangis
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Menteri Kebudayaan
Fadli Zon
menjelaskan pandangannya mengenai
pemerkosaan massal 1998
yang menjadi sorotan beberapa waktu belakangan ini.
Di hadapan anggota DPR, dia menegaskan tidak menyangkal pemerkosaannya. Namun dia meragukan tragedi itu berlangsung massal.
Dia mempertanyakan penggunaan diksi “massal” yang menurutnya mengandung makna terstruktur dan sistematis.
“Massal itu sangat identik dengan terstruktur dan sistematis. Di Nanjing, korbannya diperkirakan 100.000 sampai 200.000, di Bosnia itu antara 30.000 sampai 50.000. Nah, di kita, saya tidak menegasikan bahwa itu terjadi, dan saya mengutuk dengan keras,” ujar Fadli dalam rapat kerja bersama Komisi X di Gedung DPR RI, Rabu (3/7/2025).
Fadli mengaku telah mengikuti perdebatan mengenai isu ini selama lebih dari 20 tahun, termasuk berdiskusi secara terbuka di berbagai forum.
Dia pun menyatakan siap berdialog sebagai sejarawan, bukan semata sebagai menteri.
“Saya siap sebagai seorang sejarawan dan peneliti untuk mendiskusikan ini. Tidak ada denial sama sekali,” ujarnya.
Meski begitu, politikus Gerindra itu mengaku tetap memiliki sejumlah keraguan terhadap pendokumentasian peristiwa pemerkosaan massal 1998.
Dia pun menyinggung laporan awal Majalah Tempo dan pernyataan aktivis hak asasi manusia Sidney Jones, yang disebutnya kesulitan menemukan korban secara langsung dalam investigasi.
“Ini Majalah Tempo yang baru terbit pada waktu itu tahun ’98, dibaca di sini dan bisa dikutip bagaimana mereka juga melakukan (investigasi),” ucap Fadli sambil mengangkat Majalah Tempo.
“Kalau tidak salah seorang wartawannya mengatakan investigasi tiga bulan soal perkosaan massal itu, ada kesulitan. Sidney Jones mengatakan tidak ketemu satu orang pun korban,” sambungnya.
Suasana rapat kerja Komisi X DPR RI bersama Fadli Zon berubah menjadi emosional ketika orang kepercayaan Presiden Prabowo Subianto itu bersikeras tidak ada pemerkosaan massal.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI-P My Esti Wijayati dan Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI-P Mercy Chriesty Barends, menangis saat mendengar Fadli tetap mempertanyakan penggunaan diksi “massal” dalam kasus pemerkosaan 1998.
Air mata My Esti tumpah saat menginterupsi penjelasan Fadli yang meragukan data dan informasi soal pemerkosaan massal 1998, hingga membandingkannya dengan kasus kekerasan seksual massal di Nanjing dan Bosnia.
“(Mendengar) Pak Fadli Zon ini bicara kenapa semakin sakit ya soal pemerkosaan. Mungkin sebaiknya tidak perlu di forum ini, Pak, karena saya pas kejadian itu juga ada di Jakarta, sehingga saya tidak bisa pulang beberapa hari,” kata My Esti, dengan suara bergetar.
Menurut My Esti, penjelasan Fadli yang teoretis dan tak menunjukkan kepekaan justru menambah luka bagi mereka yang menyaksikan dan mengalami langsung situasi mencekam pada masa itu.
“Ini semakin menunjukkan Pak Fadli Zon tidak punya kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi korban pemerkosaan. Sehingga menurut saya, penjelasan Bapak yang sangat teori seperti ini, dengan mengatakan Bapak juga aktivis pada saat itu, itu justru akan semakin membuat luka dalam,” ujar dia.
Fadli pun menyela pernyataan Esti dan menegaskan bahwa dirinya tidak menyangkal peristiwa tersebut.
“Terjadi, Bu. Saya mengakui,” ucap Fadli.
Namun, respons itu tidak cukup meredam emosi My Esti, yang kembali menegaskan bahwa penjelasan Fadli justru mengesankan keraguan penderitaan para korban.
“Itu yang kemudian Bapak seolah-olah mengatakan…,” ucap My Esti, sebelum kembali terdiam karena emosi.
Setelahnya, Mercy pun ikut bersuara sambil menangis.
Dia menyampaikan betapa menyakitkannya menyaksikan negara seolah kesulitan mengakui sejarah kelam, padahal data dan testimoni korban sudah dikumpulkan sejak awal Reformasi.
“Pak, saya ingin kita mengingat sejarah kasus Tribunal Court Jugun Ianfu. Begitu banyak perempuan Indonesia yang diperkosa dan menjadi rampasan perang pada saat Jepang. Pada saat dibawa ke Tribunal Court ada kasus, tapi tidak semua, apa yang terjadi? Pada saat itu pemerintah Jepang menerima semua,” tutur Mercy.
Rapat kerja Komisi X DPR RI bersama Fadli Zon di Gedung DPR RI juga diwarnai aksi protes dari Koalisi Masyarakat Sipil.
Sejumlah anggota koalisi yang hadir di balkon ruang rapat mendadak membentangkan spanduk dan poster sebagai bentuk penolakan terhadap proyek penulisan ulang sejarah nasional.
Aksi dimulai saat Fadli Zon hendak menyampaikan tanggapan terhadap pertanyaan sejumlah anggota dewan dalam rapat.
Tiba-tiba, koalisi masyarakat sipil membentangkan spanduk bertuliskan tuntutan mereka di pagar balkon ruang rapat.
“Hentikan pemutihan sejarah!” teriak salah satu perwakilan koalisi, yang langsung disambut teriakan serupa dari rekan-rekannya.
“Dengarkan suara korban!” seru lainnya.
Koalisi juga menyerukan agar pemerintah dan DPR RI menghentikan rencana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI Soeharto.
“Tolak gelar pahlawan Soeharto!” teriak mereka.
Mendengar seruan tersebut, pimpinan dan anggota Komisi X beserta Fadli Zon dan jajarannya langsung menoleh ke arah balkon tempat aksi berlangsung.
Fadli Zon menanggapi santai aksi Koalisi Masyarakat Sipil yang menolak dan meminta dihentikannya penulisan ulang sejarah oleh pemerintah.
“Ya, biasalah, kita dulu juga begitu,” ujar Fadli Zon.
“Biasa sajalah, aspirasi ya,” sambung dia.
Meski begitu, Fadli mengingatkan semua pihak untuk tidak langsung menghakimi proyek penulisan ulang sejarah yang sedang dilakukan.
Fadli Zon menyatakan akan tetap melanjutkan penulisan sejarah ulang meski terjadi penolakan atas rencana ini.
Ia meminta masyarakat tidak cepat-cepat menghakimi penulisan sejarah yang belum selesai.
Terlebih, sejarah ulang ini ditulis oleh para sejarawan profesional dari berbagai wilayah.
“Enggak (akan ditunda). Jangan menghakimi apa yang belum ada. Jangan-jangan nanti Anda lebih suka dengan sejarah ini,” kata Fadli Zon.
Fadli juga mengaku heran mengapa masyarakat menuntut agar sejarah ulang tidak ditulis.
Ia mengutip kata-kata Presiden ke-1 RI Soekarno, yang meminta Indonesia jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.
“Kok kita sekarang malah menuntut tidak boleh menulis sejarah, itu bagaimana ceritanya? Gitu ya, jadi kita tentu harus menulis sejarah kita,” beber dia.
Lebih lanjut, Fadli menyebut penulisan sejarah diperlukan untuk pembaruan mengisi kekosongan selama 26 tahun.
Kini, sejarah seolah berhenti di presiden-presiden terdahulu, seperti Presiden ke-1 Soekarno, Presiden ke-2 Soeharto, dan Presiden ke-3 B.J. Habibie.
Penulisan sejarah ulang ini juga akan melengkapi temuan-temuan arkeologis dan temuan sejarah lainnya, dengan tone positif sesuai dengan perspektif Indonesia.
“Jadi enggak ada yang aneh-aneh, yang menurut saya, nanti kalau ada di situlah ruang para sejarawan, para intelektual untuk menulis, mengkaji. Dan perspektifnya bisa berbeda-beda, antara sejarawan mungkin dari perguruan tinggi A dengan perguruan tinggi B, bisa beda. Yang kita tulis ini adalah secara umum untuk mengisi kekosongan 26 tahun kita tidak menulis sejarah,” jelasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/02/683d7e44cf027.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mendiktisaintek: Tukin Dosen ASN Ditargetkan Cair Paling Lambat Juli
Mendiktisaintek: Tukin Dosen ASN Ditargetkan Cair Paling Lambat Juli
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com
– Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (
Mendiktisaintek
)
Brian Yuliarto
mengatakan, tunjangan kinerja (tukin) untuk dosen berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) ditargerkan cair paling lambat pada bulan Juli ini.
Hal itu disampaikan Brian dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI di Jakarta, Rabu (2/7/2025).
“Kami targetkan paling lambat bulan Juli itu sudah bisa dibayarkan untuk tukin dari Januari sampai Juni,” kata Brian, dikutip dari
Antaranews
.
Dia pun menyebut, aturan detail terkait tukin sudah dibuat, serta disosialisasikan kepada seluruh pihak terkait.
Selain itu, Brian mengatakan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan para dosen maupun pimpinan Perguruan Tinggi Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker).
“Datanya hari ini seluruhnya sudah masuk,” ujarnya.
Kemudian, Brian menjelaskan bahwa ada dua jenis tukin yang akan diperoleh sebagaimana perintah Presiden Prabowo Subianto.
Kedua jenis tukin tersebut adalah tukin dasar, serta tukin prestasi yang diberikan berdasarkan kinerja.
“Jadi teman-teman dosen, (perbandingannya) 60 persen dasar, 40 persen prestasi. Itu data sudah masuk, sekarang sedang diverifikasi oleh kampus masing-masing,” kata Mendiktisaintek.
Lebih lanjut, Brian mengungkapkan, tukin bulan Juli hingga Desember, bakal ditransfer langsung setiap bulannya.
Oleh karena itu, dia berharap semoga pemberian tukin tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan dosen di Indonesia, sehingga nantinya dapat berimplikasi terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
Sebelumnya, pemberian tukin tersebut telah diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2025 tentang tunjangan kinerja (tukin) dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditandatangani oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dalam Perpres tersebut ada 17 kelas jabatan, dengan besaran paling rendah Rp 2,5 juta untuk tukin kelas jabatan 1.
Berikut besaran tukin dosen berdasarkan Perpres 19 Tahun 2025:
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2023/05/27/6472255a96de9.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
PPIH Minta Bantuan Arab Saudi Cari 3 Jemaah Haji Demensia yang Hilang di Mekkah
PPIH Minta Bantuan Arab Saudi Cari 3 Jemaah Haji Demensia yang Hilang di Mekkah
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kepala Bidang Pelindungan Jemaah
Kolonel Harun Al Rasyid
menyampaikan, pihaknya telah meminta bantuan otoritas Arab Saudi untuk mencari tiga jemaah haji yang hilang di Mekkah.
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah berkoordinasi dengan KKHI Mekkah, pihak KJRI, dan beberapa kantor polisi di wilayah Mekkah.
“Kami menyampaikan hal ini sekaligus minta bantuan kepada Wakil Menteri Haji dan Umrah saat kunjungan ke kantor misi haji Indonesia di Daker Mekkah,” ujar Harun, dalam keterangannya, Rabu (2/7/2025).
Upaya lain yang dilakukan, lanjut Harun, PPIH bersurat ke masing-masing syarikah penyedia layanan jemaah.
“Tujuannya untuk meminta mereka ikut serta proaktif dalam membantu pencarian,” imbuh dia.
Harun mengatakan, tim PPIH setiap hari melakukan penyisiran di berbagai tempat, termasuk wilayah Masjidil Haram dan di sekitaran hotel.
“Kami juga melakukan kunjungan ke Imigrasi Syumaisy guna mengecek keberadaan tiga jemaah tersebut,” ucap dia.
Harun menuturkan, PPIH telah membentuk dua tim untuk melakukan proses pencarian ketiga jemaah yang memiliki riwayat demensia itu.
“Ketiga jemaah ini memiliki riwayat demensia. Hingga saat ini kita terus melakukan pencarian terhadap ketiga jemaah,” ujar dia.
Selama proses pencarian, PPIH telah memeriksa Jabal Khandamah, Jabal Tsur, Kamar Mayat RS An-Noor Makkah, sejumlah tempat di sekeliling hotel tempat tinggal jemaah, kawasan Arafah dan Muzdalifah, perbatasan Makkah dan al-Lith, serta pengecekan CCTV.
“Mohon doa semoga ketiganya bisa segera kita temukan,” kata Harun.
Sebagai informasi, ketiga jemaah haji yang hilang, yakni Nurimah (80 tahun) dari Kelompok Terbang 19 Embarkasi Palembang, Sukardi (67) dari Kelompok Terbang 79 Embarkasi Surabaya, dan Hasbullah (75) dari Kloter 7 Embarkasi Banjarmasin.
Nurimah dilaporkan pergi dari hotel 614 dan tak kembali lagi sejak 28 Mei 2025 atau dua hari setelah tiba di Mekkah.
Sementara Sukardi dilaporkan pergi dari hotel 813 dan tak kembali lagi sejak 29 Mei 2025 atau dua hari setelah tiba di Mekkah.
Sedangkan Hasbullah dilaporkan meninggalkan hotel 709 pada 17 Juni 2025 dini hari.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/07/03/6865928b2e373.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/07/01/6863cd2337aac.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2019/05/01/2749950131.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/05/15/68258b497b490.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2024/10/01/66fbc23f738ab.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)