Menjaga Demokrasi Tetap Hangat
Pengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung
DEMOKRASI
sebenarnya rumah besar yang dibangun dari rasa saling percaya, dialog, dan kesetaraan warganya. Rumah besar ini memiliki atap yang bernama konstitusi sebagai pelindungnya. Sementara itu, kebebasan merupakan penghangat ruangannya.
Kehangatan demokrasi akan membuat warga merasa aman berbicara dan nyaman berbeda pendapat. Mereka akan percaya bahwa perbedaan pandangan bukan alasan untuk saling menyerang dan meniadakan.
Namun, sejarah politik di banyak negara saat ini menunjukkan bahwa kehangatan ini sering diganggu oleh “orang iseng” yang ingin merebut “selimut” demokrasi. Selimut yang mestinya milik semua warga berubah milik segelintir pihak.
Mereka yang iseng itu kerap menyusup dalam bentuk populis oportunis, kelompok buzzer yang pandai memanipulasi emosi publik, atau bentuk lainnya.
Modus mereka adalah mempersonalisasi demokrasi dan mengganti ruang bersama menjadi ruang milik pribadi. Mereka mengendalikan “termometer” politik agar kehangatan hanya dirasakan oleh kelompoknya.
Perilaku iseng seperti ini berbahaya. Kehangatan demokrasi yang seharusnya menyatukan banyak orang bisa berubah menjadi suhu sempit yang menguntungkan satu kubu dan membuat dingin warga lain. Akibatnya, warga mulai merasa tidak lagi memiliki rumah bersama.
Ketika perilaku iseng yang menjadi gangguan ini terjadi, demokrasi bisa retak dari dalam. Institusi melemah, hukum ditarik ke arah kepentingan sempit, dan kebebasan berubah menjadi selektif, hak istimewa yang terbatas.
Agar demokrasi tetap hangat dan bukan milik eksklusif orang tertentu, paling tidak ada empat langkah yang harus kita sadari.
Pertama, pengelolaan kekuasaan harus selalu mengacu pada prinsip
checks and balances
yang sebenarnya, bukan basa-basi. Lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif jangan berkomplot, tapi harus saling menjaga.
Jika tidak demikian, maka selimut akan demokrasi mudah dihela oleh tangan-tangan jahil yang ingin membungkus dirinya sendiri.
Kedua, pemanfaatan ruang digital yang sehat sebagai sumber panas yang menjaga suhu demokrasi tetap stabil kehangatannya.
Biarkan masyarakat berpartisipasi secara bebas, namun “diliterasi” secara terencana dan terpola. Untuk yang kedua ini perlu tenaga besar untuk mengupayakannya.
Ketiga, partai politik harus memperkuat literasi masyarakat. Niatkan dan usahakan secara sistematis agar warga paham haknya, memahami proses politik, agar tidak mudah dikelabui oleh retorika kosong.
Literasi inilah akan melindungi demokrasi dari “embusan angin dingin” manipulasi informasi.
Keempat, demokrasi tidak cukup hanya diatur oleh hukum. Ia membutuhkan
political virtue
, yaitu etika politik yang dijunjung tinggi.
Para aktor politik harus menyadari bahwa perebutan kekuasaan adalah bagian dari permainan demokrasi, tetapi memonopoli “kehangatan” adalah pengkhianatan terhadap semangatnya.
Kehangatan demokrasi bukan api yang membakar lawan, melainkan api unggun yang mengundang semua duduk melingkar.
Agar api itu tetap menyala, kita harus waspada terhadap orang iseng yang ingin menarik selimut untuk dirinya sendiri.
Sebab, jika selimut itu hilang dari tangan rakyat, api demokrasi akan menyusut. Dan lambat laun “rumah besar kita” akan menjadi dingin, kosong, bahkan asing bagi penghuninya.
Demokrasi itu ibarat api unggun di tengah malam, dibuat untuk memberi cahaya, mengusir dingin, dan menyatukan orang-orang dalam lingkaran kehangatan.
Namun, api unggun demokrasi memiliki sifat ganda. Ia bisa menghangatkan, tetapi juga bisa membakar jika terlalu panas (
overheat
).
Kehangatan yang berlebihan terjadi ketika rasa nyaman berubah menjadi mabuk kuasa. Ketika konsensus berubah menjadi kolusi. Dan, ketika aturan main yang jelas diabaikan oleh mereka yang seharusnya menjadi penjaga “api unggun”.
Overheat
ini sering dimulai dari rasa percaya diri yang berlebihan pada stabilitas sistem. Para politisi, hakim, hingga media, sebagai operator demokrasi, merasa bahwa rumah demokrasi ini sudah terlalu kokoh untuk runtuh.
Mereka mulai longgar mematuhi prosedur (SOP) yang semestinya menjaga api tetap terkendali.
Rapat publik yang seharusnya terbuka berubah menjadi pertemuan eksklusif. Mekanisme
check and balances
dilonggarkan demi “efisiensi”. Kebebasan berpendapat dibungkus dengan retorika, lalu dibatasi pelan-pelan atas nama ketertiban.
Kehangatan demokrasi berubah menjadi panas tak terkendali ketika sistem mulai memanjakan segelintir aktor. Partai politik yang terlalu nyaman di kursi kekuasaan menjadi malas berkompetisi secara sehat.
Media yang terlalu akrab dengan penguasa kehilangan keberaniannya untuk mengkritik.
Mencegah demokrasi dari
overheat
berarti mengembalikan kepatuhan pada SOP demokrasi. Supremasi hukum yang tegas, transparansi pengambilan keputusan, dan partisipasi publik yang aktif.
Ketika menjadi terlalu “hangat” tanpa kendali dan protokol SOP yang tegas, demokrasi dapat berubah menjadi bentuk dominasi terselubung. Demokrasi bukan lagi sistem yang inklusif, tetapi alat untuk mengutak-atik kekuasaan.
Sangat penting untuk disadari oleh para operator demokrasi bahwa kita bukan pemilik api, melainkan sama-sama sebagai penjaganya.
Ketika kita sadar bahwa menjaga kehangatan demokrasi adalah tugas bersama, bukan kesempatan untuk menguasainya, maka lingkaran warga akan tetap rapat.
Masyarakat akan saling memandang dalam cahaya. Merasa akan merasa bahwa rumah besar ini aman dari kobaran liar yang merusak segalanya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Category: Kompas.com Nasional
-
/data/photo/2025/08/10/6898ce814eb9c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Peluncuran Hasil Penulisan Ulang Sejarah Mundur Oktober atau November 2025 Nasional 11 Agustus 2025
Peluncuran Hasil Penulisan Ulang Sejarah Mundur Oktober atau November 2025
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan peluncuran hasil penulisan ulang sejarah Indonesia yang sedianya direncanakan pada 17 Agustus 2025 diundur ke Oktober atau 10 November 2025 bertepatan dengan Hari Pahlawan.
“Rencana kita pada tahun ini, mudah-mudahan kita harapkan pada bulan Oktober atau November, Hari Pahlawan itu. Tapi memang dalam rangka rangkaian 80 tahun Indonesia merdeka,” ujar Fadli di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (10/8/2025) malam.
Fadli menjelaskan, ada banyak kegiatan yang dilakukan Kemenbud dalam rangka HUT ke-80 RI.
Dia menekankan tidak pernah menargetkan penulisan sejarah ulang rampung pada 17 Agustus.
“Kalau mengenai penulisan sejarah kan waktu itu target yang saya canangkan pribadi kepada para penulis dan memang rencana kita, bukan tanggal 17. Kita masih sudah ada uji publik lalu sekarang ini sedang kita lakukan
reading
, mungkin ada dua sampai tiga kali lagi seminar untuk menjadikan buku ini semakin sempurna,” jelasnya.
“Mungkin tidak ada yang sempurna, tetapi menampung informasi-informasi dari masyarakat selama uji publik, selama diskusi publik dan juga dari berbagai elemen masyarakat,” sambung Fadli.
Sementara itu, Fadli menyebut uji publik sudah mulai dilakukan, mulai dari Universitas Indonesia, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Makassar, dan Universitas Lambung Mangkurat.
Lalu, uji publik juga bakal dilakukan pada para peminat sejarah.
Dia mengeklaim, ada perubahan-perubahan penulisan sejarah ulang setelah mendapat masukan dari uji publik.
“Karena kita ini melibatkan 112 sejarawan dari seluruh perguruan tinggi dari 34 perguruan tinggi dan mereka ini sejarawan yang memang ahli di bidang masing-masing,” katanya.
“Ada masukan-masukan. Ya cukup banyak masukan yang menarik dan saya kira ini yang kita harapkan memang,” imbuh Fadli.
Pada akhir Juni 2025, penulisan ulang sejarah Indonesia ditargetkan selesai pada 17 Agustus 2025 mendatang, bertepatan dengan 80 tahun negara Indonesia merdeka.
“Sekarang baru dalam proses, yang menuliskan ini para sejarawan. Tahun ini (rencananya diluncurkan), (saat) 80 tahun Indonesia merdeka,” kata Menteri Kebudayaan Fadli Zon sebagaimana dilansir ANTARA, 6 Mei 2025 lalu.
Sebagaimana diketahui, peringatan 80 tahun Indonesia merdeka berarti terjadi pada 17 Agustus 2025 nanti.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/10/68988da03ddfd.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Presiden Peru ke Indonesia, Balas Kunjungan Prabowo pada November 2024 Nasional 10 Agustus 2025
Presiden Peru ke Indonesia, Balas Kunjungan Prabowo pada November 2024
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Presiden Republik Peru, Dina Ercilia Boluarte Zegarra, telah tiba di Indonesia pada Minggu (10/8/2025) sore untuk melakukan kunjungan kenegaraan.
Berdasarkan keterangan Setkretariat Presiden, kunjungan ini merupakan kunjungan balasan dari lawatan Prabowo Subianto ke Peru pada November 2024 lalu, yang menandai semakin eratnya hubungan diplomatik kedua negara.
Presiden Dina Boluarte tiba di Terminal VIP Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekitar pukul 16.00 WIB dan disambut dengan penuh kehormatan.
Dentuman meriam turut mengiringi momen ketibaan sang kepala negara.
Kehangatan penyambutan semakin terasa ketika Kang Nong Banten menyerahkan rangkaian bunga sebagai tanda selamat datang.
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso, Menteri Luar Negeri Peru Elmer Schialer Salcedo, Gubernur Banten Andra Soni, Duta Besar Indonesia untuk Peru Ricky Suhendar, serta Duta Besar Peru untuk Indonesia Luis Raúl Tsuboyama Galván pun menyambut kedatangan Dina.
Begitu memasuki ruang terminal, Presiden Dina Boluarte terlebih dahulu memberikan penghormatan kepada bendera Peru dan bendera Indonesia.
Ia kemudian berjalan melewati jajaran pasukan kehormatan yang berdiri tegak di sepanjang jalur penyambutan.
Di ujung barisan, sebuah suguhan budaya khas Banten turut menyambut kedatangan Presiden Dina Boluarte, yaitu Tari Walijamaliha yang menambah nuansa hangat sekaligus memperkenalkan kekayaan seni tradisional daerah.
Usai rangkaian penyambutan, Presiden Dina Boluarte langsung menuju hotel tempatnya bermalam selama berada di Jakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/08/10/68987382b9a9e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pertamina Ajak Masyarakat Sulap Barang Lawas Jadi Trendy Nasional 10 Agustus 2025
Pertamina Ajak Masyarakat Sulap Barang Lawas Jadi Trendy
Penulis
KOMPAS.com
– Menjelang gelaran Pertamina Eco RunFest pada November 2025, PT Pertamina (Persero) menggelar Road to Eco RunFest (PERF) untuk mengenalkan gaya hidup sehat dan berkelanjutan kepada masyarakat.
Berlangsung di kawasan Car Free Day (CFD) Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (10/8/2025), acara tersebut diisi dengan kegiatan lari serta berbagai lokakarya kreasi produk ramah lingkungan.
Corporate Secretary Pertamina Arya Dwi Paramita mengatakan, kegiatan itu merupakan bagian dari kampanye gaya hidup berkelanjutan yang menjadi ciri khas Pertamina Eco RunFest.
“Pertamina ingin mengajak masyarakat mulai mengurangi penggunaan barang sekali pakai dan memanfaatkan kembali bahan yang sudah ada. Harapannya, peserta bisa mengadopsi kebiasaan
upcycle
dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Arya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu.
Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah lokakarya “Re-create DIY Tote Bag & Keychain” yang menggunakan bahan-bahan bekas atau tak terpakai. Misalnya, celana lama diubah menjadi tas cantik, lalu dihias dengan emblem agar terlihat baru dan trendi.
Lokakarya tersebut dipandu langsung oleh komunitas peduli lingkungan Greeners.
Chief Executive Oficer Greeners.co Syaiful Rochman menjelaskan bahwa kegiatan tersebut tidak hanya mengajarkan keterampilan membuat produk, tetapi juga memberikan edukasi tentang dampak positif
upcycling
bagi lingkungan.
“Kalau
recycle
menghancurkan barang untuk jadi material baru,
upcycle
justru meningkatkan nilai barang tersebut. Dari sampah yang tidak ada harganya, kita kreasikan ulang menjadi produk yang punya nilai,” jelas Syaiful.
Peserta lokakarya tidak hanya belajar teknik membuat tas dan gantungan kunci, tetapi juga memahami perjalanan limbah, dari barang yang dibuang, diolah kembali, hingga menjadi produk bernilai guna dan estetis.
“Celana jin bekas bisa diubah menjadi
tote bag
, atau plastik HDPE yang dihancurkan dan dipanaskan dengan setrika bisa menjadi gantungan kunci,” tambahnya.
Salah satu peserta, Intan (27), mengaku awalnya mengikuti kegiatan tersebut karena penasaran.
“Saya pikir bikin
tote bag
itu rumit, ternyata seru banget. Apalagi, tahu bahan-bahannya ada di sekitar kita, jadi semakin semangat membuatnya. Rasanya seperti menyelamatkan barang yang tadinya mau dibuang,” tuturnya.
PERF menjadi rangkaian awal menuju acara puncak Pertamina Eco RunFest 2025 yang akan digelar pada Minggu (23/11/2025). Kegiatan ini diikuti oleh berbagai komunitas olahraga, sekaligus memperkenalkan rute lari yang akan digunakan pada acara utama nanti.
Informasi lengkap mengenai Pertamina Eco RunFest 2025 dapat diakses melalui situs resmi
www.pertaminaecorunfest.com
atau akun media sosial
@pertamina.ecorunfest
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2024/10/29/67205db916be9.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/10/6898594a0b767.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2024/10/29/67202992a2c2c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/10/6898169990234.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/08/10/6898132b61255.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/05/16/682693d74c0aa.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)