Category: Gelora.co Nasional

  • Itu dari Luar Galaksi, Usianya 7 Miliar Tahun

    Itu dari Luar Galaksi, Usianya 7 Miliar Tahun

    GELORA.CO –  Komet 3I/Atlas menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah sejumlah unggahan menyebut benda langit itu sebagai “kapal induk alien”.

    Spekulasi tersebut muncul karena komet ini sempat memancarkan sinyal tak biasa saat pertama kali terdeteksi di luar angkasa.

    Namun, klaim tersebut ditepis oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, menegaskan bahwa tidak ada dasar ilmiah untuk menyebut komet 3I/Atlas sebagai pesawat luar angkasa milik makhluk asing.

    “Astronom tidak akan berspekulasi di luar hasil observasi ilmiah. Tidak ada alasan untuk menduganya sebagai pesawat alien,” ujar Thomas saat dikonfirmasi Tribunnews, Sabtu (1/11/2025).

    Menurut Thomas, komet 3I/Atlas merupakan benda langit yang sangat tua dan berasal dari luar tata surya.

    Dalam klasifikasi astronomi, komet ini termasuk dalam kategori interstellar object atau benda antarbintang—yakni objek yang berasal dari luar sistem tata surya dan melintas tanpa kembali.

    “Usianya diperkirakan 7 miliar tahun, lebih tua dari tata surya kita yang usianya 4,5 miliar tahun,” jelas Thomas.

    Penamaan komet ini juga mengikuti standar astronomi internasional.

    Angka “3” menunjukkan urutan penemuan sebagai objek antarbintang ketiga yang terdeteksi, huruf “I” merujuk pada istilah interstellar, dan “Atlas” adalah nama teleskop yang pertama kali mengamati komet tersebut.

    Komet 3I/Atlas memiliki kecepatan luar biasa, yakni sekitar 215 ribu kilometer per jam.

    Ukurannya pun mencengangkan, yakni inti komet diperkirakan berdiameter 25 ribu kilometer atau dua kali diameter Bumi.

    Estimasi terbaru bahkan menyebutkan bahwa kepala komet yang tersusun dari gas karbon dioksida (CO₂) bisa mencapai 700 ribu kilometer, atau lima kali diameter planet Jupiter.

    Orbit komet ini juga tidak biasa. Jika kebanyakan komet memiliki lintasan elips dan kembali mengelilingi matahari secara periodik, 3I/Atlas justru memiliki orbit berbentuk hiperbola.

    Artinya, ia hanya akan melintas satu kali melewati tata surya dan tidak akan kembali.

    “Dia hanya melintas satu kali melewati tata surya dan tidak kembali mengorbit,” kata Thomas.

    Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena langka ini, komet 3I/Atlas diperkirakan bisa diamati dari wilayah Indonesia pada Desember 2025.

    Pada Oktober dan November, posisinya terlalu dekat dengan arah matahari sehingga sulit terlihat.

    “Desember baru bisa diamati lagi, lalu kemudian meredup dan tak terlihat lagi karena menjauh,” ujar Thomas.

    Fenomena ini menjadi pengingat pentingnya literasi sains di tengah derasnya arus informasi di media sosial.

    Klarifikasi dari lembaga riset seperti BRIN menjadi krusial untuk mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan publik.

  • Mahfud MD Didorong Pimpin Tim Independen Usut Dugaan Korupsi Whoosh

    Mahfud MD Didorong Pimpin Tim Independen Usut Dugaan Korupsi Whoosh

    GELORA.CO -Presiden Prabowo Subianto diminta untuk membentuk tim independen dengan menunjuk mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD untuk memimpin tim yang bertujuan mengusut dugaan kerugian keuangan negara yang ditimbulkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh era Joko Widodo alias Jokowi.

    Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi mengatakan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyelidiki proyek Whoosh sejak awal 2025. Namun sampai saat ini, KPK tidak mengumumkan apa saja yang sudah dilakukan dalam mengusut proyek tersebut.

    “KPK lamban dan melempem dalam mengusut kasus Whoosh tersebut, sedangkan publik mendesak agar KPK menetapkan Jokowi dan Luhut tersangka sebagai penanggung jawab utama proyek tersebut, karena bagi publik kasus ini mudah dibaca dan mudah ditelusuri,” kata Muslim kepada RMOL, Minggu, 2 November 2025.

    Namun, Muslim melihat bahwa, pimpinan KPK yang ditunjuk Jokowi tersandera akibat utang budi. Akibatnya, KPK seperti dirudung ketakutan kalau harus mengusut kasus Whoosh secara transparan, profesional dan penuh kejujuran.

    “Diperlukan tim independen untuk mengusut kasus tersebut. Karena dugaan mark up tiga kali lipat dari biaya yang dikeluarkan untuk proyek kereta cepat itu sangat terang benderang. Di bandingkan dengan Arab Saudi yang bangun proyek kereta cepatnya dengan jarak 1.500 Km, biayanya Rp112 triliun. Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan jarak 142 Km biayanya hampir mencapai Rp120 triliun,” jelas Muslim.

    Dengan perbandingan yang sederhana saja kata Muslim, publik mengetahui proyek Whoosh di mark up gila-gilaan. Bahkan menurut Prof Anthony Budiawan kata Muslim, kerugian Whoosh mencapai Rp73,5 triliun.

    “Dengan lambannya dan kagoknya KPK usut Whoosh secara cepat dan transparan, maka diperlukan tim independen untuk selamatkan keuangan negara segera dibentuk. Tim ini segera saja dipimpin oleh Mahfud MD sebagai mantan Hakim MK untuk ngebut mengusut tuntas kasus tersebut,” tutur Muslim.

    Untuk itu kata Muslim, Presiden Prabowo harus segera mengeluarkan Keppres untuk bagi Mahfud MD dkk untuk segera bekerja mengusut kasus tersebut.

    “Dan untuk sementara ide untuk Whoosh Jakarta-Surabaya nggak perlu dipikirkan dulu. Whoosh yang sekarang saja bermasalah dan larut-larut penyelesaiannya. Kok mau bikin lagi masalah baru untuk Whoosh Jakarta-Surabaya. Ditunggu gebrakan Prabowo dan Mahfud MD untuk selamatkan keuangan negara dan invasi terselubung rezim PKC-Xi Jinping,” pungkas Muslim.

  • Popularitas Melejit, Purbaya Diperhitungkan Masuk Bursa 2029

    Popularitas Melejit, Purbaya Diperhitungkan Masuk Bursa 2029

    GELORA.CO -Sepak terjang Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa terus mencuri perhatian publik. Dalam dua bulan terakhir menjabat, kinerjanya yang dinilai solid membuat namanya masuk dalam radar politik nasional dan bahkan mulai diperhitungkan sebagai calon potensial di Pilpres 2029.

    Pengamat politik Adi Prayitno menilai, fenomena ini bukan sekadar isapan jempol. Berdasarkan sejumlah survei terbaru, popularitas dan elektabilitas Purbaya menunjukkan kenaikan signifikan.

    “Melampaui nama-nama beken lain yang selama ini hilir mudik sebagai tokoh nasional yang memenuhi unsur yang dinilai cocok sebagai calon pemimpin di masa yang akan datang,” ujar Adi lewat kanal Youtube miliknya, dikutip Minggu, 2 November 2025.

    Menurut Adi, dalam survei yang menanyakan top of mind calon presiden dan wakil presiden—dengan pertanyaan spontan kepada responden siapa yang layak dijagokan jika pemilu digelar hari ini, nama Purbaya muncul cukup dominan.

    “Yang paling tinggi memang masih nama Prabowo Subianto, tentu ini tidak terlepas karena Prabowo adalah Presiden RI saat ini. Tapi di bawah nama Prabowo ada nama yang disebut yaitu Purbaya. Menggeser nama-nama seperti Anies Baswedan, Gibran Rakabuming Raka, Dedi Mulyadi, Mahfud MD, dan Ganjar Pranowo,” jelas Adi.

    Adi menambahkan, hasil itu menunjukkan bahwa Purbaya kini menjadi salah satu figur baru yang patut diperhitungkan di bursa calon pemimpin masa depan. 

    “Artinya, bicara tentang calon presiden 2029, salah satu bonus yang dimiliki oleh Purbaya berkat popularitasnya adalah masuk sebagai runner up,” sambungnya.

    Menariknya, lanjut Adi, ketika survei bergeser pada pertanyaan tentang calon wakil presiden, nama Purbaya justru menempati posisi teratas. 

    “Kalau ditanya top of mind siapa yang paling layak menjadi calon wakil presiden, yang paling tinggi adalah Pak Purbaya, lalu Dedi Mulyadi, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Gibran Rakabuming,” paparnya.

    Dari temuan survei-survei tersebut, Adi menyimpulkan bahwa lonjakan elektabilitas Purbaya tidak lepas dari sorotan publik atas kiprahnya sebagai Menteri Keuangan. 

    “Efek pembicaraan dan popularitas Purbaya dalam dua bulan terakhir cukup luar biasa. Wajar kalau kemudian publik spontan menyebut namanya ketika ditanya siapa yang layak maju di Pilpres 2029,” pungkas Adi.

  • 10 Tahun Pemerintahan Jokowi Hilangkan Tradisi Intelektual

    10 Tahun Pemerintahan Jokowi Hilangkan Tradisi Intelektual

    GELORA.CO -Budaya intelektual melekat di setiap pemimpin Indonesia dari era Bung Karno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun pada era Joko Widodo (Jokowi), tradisi ini hilang dan coba dihidupkan kembali di masa pemerintahan Prabowo Subianto.

    Demikian disampaikan Rocky Gerung dalam podcast bersama wartawan senior Hersubeno Arief dikutip dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Minggu, 2 November 2025. 

    “Masuk pada era Pak Jokowi berhenti itu (tradisi intelektual), kebiasaan untuk mempersoalkan sesuatu secara konseptual, tidak ada dalam tradisi Pak Jokowi. karena itu, Pak Jokowi mengandalkan buzzer, mengandalkan apa yang sekarang disebut sebagai termul (ternak Mulyono),” ucap Rocky.

    “Kita kehilangan kondisi akademis ketika 10 tahun Presiden Jokowi memerintah itu, jadi kehilangan kemampuan berargumentasi, itu intinya,” tambah dia.

    Menurut Rocky, saat ini pemerintahan Prabowo mengalami dampak 10 tahun era Jokowi yang menghilangkan tradisi intelektual.

    “Pak Prabowo pasti mulai merasakan impact dari 10 tahun tidak ada semacam argumentatif society atau community of thought mengakibatkan berantakan, apa yang pada akhirnya kita peroleh hari ini itu kerusakan ekonomi, kerusakan sosial, kerusakan persahabatan, kerusakan daya berpikir yang disebabkan 10 tahun Jokowi,” jelasnya. 

    Akademisi yang dikenal kritis ini menilai slogan ‘kerja-kerja’ ala Jokowi terlihat tidak punya konsep sehingga berantakan. 

    “Sangat mungkin Presiden Prabowo memahami bahwa negeri ini didesain dengan pikiran akhirnya berantakan karena selama 10 tahun di istana itu tulisannya bukan no smoking, tapi no thinking,” tandasnya. 

  • Sufmi Dasco: Gerindra Siap Tampung Gelombang Besar Kader dari Projo

    Sufmi Dasco: Gerindra Siap Tampung Gelombang Besar Kader dari Projo

  • Isi Pertamax karena Takut Pertalite Bermasalah, Motor Warga Tuban Justru Jadi Tak Bertenaga

    Isi Pertamax karena Takut Pertalite Bermasalah, Motor Warga Tuban Justru Jadi Tak Bertenaga

    GELORA.CO – Seorang warga Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur berinisial A (27) keluhkan motornya tak nyaman dikendarai setelah mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax.

    Ia mengaku mengisi Pertamax karena takut BBM jenis Pertalite bisa merusak kendaraanya.

    Diketahui, sejumlah daerah di Jawa Timur beberapa waktu lalu alami brebet massal setelah mengisi BBM jenis Pertalite.

    Brebet adalah kondisi pembakaran atau aliran bahan bakar yang bermasalah sehingga saat gas ditarik, laju kendaraan tersendat-sendat.

    Ada banyak penyebab kendaraan brebet, mulai dari busi yang kotor, filter udara kotor, injektor atau karburator kotor, masalah kelistrikan, hingga kualitas BBM yang jelek atau tidak sesuai.

    Salah satu wilayah di Jatim yang terdampak yakni Kabupaten Tuban.

    Kepada TribunJatim.com, A mengaku setelah mengisi Pertamax, ada yang berbeda dengan kendaraannya.

    “Aku habis mengisi Pertamax, rasanya berbeda,” ujarnya, Sabtu (1/11/2025).

    Setelah mengisi Pertamax di SPBU Sleko Tuban, motor yang awalnya normal tiba-tiba susah saat berakselerasi.

    “Tarikan gas motor jadi tidak bertenaga, kayak mau mati terus. Gak enak saat digas,” imbuhnya.

    Meski motornya bisa menyala, namun tarikannya terasa berat hingga terasa seperti hendak mati.

    Ia pun berharap, kasus BBM di daerahnya bisa segera ditangani.

    Hingga saat ini, pihak Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus belum memberikan keterangan.

    Namun, pihak pertamina telah membuka posko aduan di salah satu SPBU di Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban yang dibuka sejak pagi hingga sore hari.

    Posko tersebut dibukan untuk menampung keluhan masyarakat terkait BBM.

    Warga Tuban Rugi Rp1,2 juta

    Seorang warga Kecamatan Semanding, Tuban, H (51) mengeluh kualitas BBM Pertalite yang sebabkan mobilnya alami kerusakan pekan lalu.

    “Saya merasa ada yang beda sejak hari Selasa atau Rabu kemarin. BBMnya warnanya agak berubah dan baunya lebih menyengat dari biasanya,” ujarnya, Senin (27/10/2025) kepada TribunJatim.com.

    Awalnya, ia merasa perubahan tersebut tak akan berpengaruh ke mobilnya.

    Namun, tiba-tiba mobilnya brebet dan kehilangan tenaga saat hendak digunakan untuk bekerja.

    “Kamis (23/10) pagi mobil mulai mbrebet waktu mau kirim barang ke Rembang, Jawa Tengah,”

    “Akhirnya saya batalkan perjalanan dan langsung ke bengkel. Setelah dicek ternyata penyebabnya bahan bakar,” imbuhnya.

    Bukan hanya sekali, keesokan harinya kejadian serupa menimpanya kembali.

    Bahkan, kali ini mobilnya sampai mogok, dan penyebabnya sama, yakni BBM.

    “Sampai Jenu sudah mbrebet lagi, digas malah mati,” bebernya.

    Akibat dua kejadian tersebut, ia harus mengeluarkan Rp1,2 juta untuk perbaikan mobilnya.

  • Purbaya Buka Kotak Pandora Ekonomi saat Utang Era Jokowi Mulai Terkuak Ribuan Triliun!

    Purbaya Buka Kotak Pandora Ekonomi saat Utang Era Jokowi Mulai Terkuak Ribuan Triliun!

    GELORA.CO – Nama Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan yang baru dilantik menggantikan Sri Mulyani, kembali jadi sorotan publik.

    Bukan karena gaya bicaranya yang tenang dan diplomatis, tapi karena pernyataannya yang dinilai membuka “kotak Pandora” ekonomi Indonesia.

    Terutama soal utang negara yang membengkak sejak era pemerintahan sebelumnya.

    Dalam sebuah konferensi pers di Jakarta pekan ini.

    Purbaya mengungkap data mencolok utang pemerintah pusat mencapai Rp 9.138 triliun per akhir Juni 2025.

    Angka itu disebut sebagai “realita yang harus dihadapi bersama, bukan disembunyikan.”

    “Kami tidak ingin menutup-nutupi. Ini fakta keuangan negara yang harus dikelola dengan tanggung jawab,” ujar Purbaya di hadapan media.

    Pernyataan itu langsung mengguncang ruang publik.

    Banyak yang menilai, ucapan Purbaya seperti menyingkap sesuatu yang selama ini tak banyak dibicarakan secara terbuka.

    Ketua MPR, Bambang Soesatyo (Bamsoet), bahkan menyebut langkah Purbaya sebagai “awal dari terbukanya kotak Pandora ekonomi Indonesia”.

    “Menkeu Purbaya berani membuka fakta yang selama ini tertutup. Kita harus berani jujur, ini era baru dalam pengelolaan ekonomi,” kata Bamsoet seperti dikutip PojokSatu.id.

    Isu ini tak lepas dari kebijakan fiskal yang diwariskan dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

    Selama dua periode, pemerintah banyak mengambil pinjaman luar negeri dan menerbitkan surat utang negara untuk membiayai proyek infrastruktur besar seperti Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh).

    Tak hanya itu ada pembangunan ibu kota baru (IKN), hingga proyek jalan tol trans-Jawa dan Sumatera.

    Kini, di bawah kepemimpinan Purbaya, semua angka itu mulai ditampilkan apa adanya.

    Tak ada lagi narasi “aman terkendali” tanpa data terbuka.

    “Tugas saya bukan menyalahkan, tapi menata kembali. Kalau dulu fokusnya membangun, sekarang fokusnya menyehatkan,” kata Purbaya.

    Pernyataan itu dianggap jujur sekaligus berani.

    Sebab di tengah situasi ekonomi global yang belum stabil, transparansi semacam itu bisa berdampak dua sisi.

    Menumbuhkan kepercayaan publik, tapi juga menimbulkan kekhawatiran soal kemampuan bayar utang negara.

    Istilah “kotak Pandora” pertama kali muncul dari pernyataan politisi senior yang menilai langkah Purbaya seperti membuka tabir lama yang selama ini tersimpan rapi di laci kementerian.

    Bukan hanya soal utang, tapi juga soal mekanisme pembiayaan proyek besar yang dinilai tidak semuanya efisien.

    Beberapa proyek disebut memiliki cost overrun atau kelebihan biaya yang cukup besar, termasuk proyek kereta cepat.

    Ekonom independen Said Didu menilai, apa yang dilakukan Purbaya adalah langkah pembersihan besar-besaran.

    “Ini bukan soal mencari kesalahan, tapi mengembalikan kejujuran fiskal.

    Publik punya hak tahu berapa sebenarnya beban negara,” ujar Said Didu

    Menurutnya, istilah “kotak Pandora” bukan berarti aib, tapi simbol keberanian untuk membuka hal yang selama ini ditutup dengan retorika optimisme.

    Langkah Purbaya Panen Sambutan Beragam

    Di media sosial, tagar #PurbayaBukaData dan #UtangEraJokowi sempat jadi trending topic.

    Sebagian warganet menganggap Purbaya membawa “angin baru” dalam manajemen keuangan negara.

    Sementara sebagian lain menilai langkah ini bisa memicu gesekan politik.

    Terutama jika dianggap menyudutkan pemerintahan sebelumnya.

    Partai oposisi pun mulai mencium peluang politik.

    Beberapa anggota DPR meminta audit terbuka terhadap utang dan proyek besar di era Jokowi.

    Namun pihak koalisi merespons santai, menyebut langkah Purbaya sebagai bagian dari transparansi, bukan pembongkaran dosa masa lalu.

    “Ini bukan soal Jokowi atau Purbaya, tapi soal keberanian membuka data publik,” kata salah satu anggota DPR dari fraksi pendukung pemerintah.

    Dalam beberapa minggu terakhir, kementerian keuangan di bawah Purbaya mulai merilis data utang dan pengeluaran publik dengan format baru.

    Lebih terbuka dan bisa diakses masyarakat.

    Langkah ini dipuji banyak pihak, tapi juga membuat para pelaku pasar berhati-hati. Investor asing menunggu sinyal stabilitas dari pemerintah.

    Purbaya sadar risikonya. Namun ia menegaskan, keterbukaan adalah satu-satunya cara agar ekonomi Indonesia bisa pulih dengan dasar kepercayaan yang kuat.

    Langkah Purbaya membuka “kotak Pandora” ekonomi bukan sekadar gebrakan seorang menteri baru.

    Ia menandai babak baru: dari politik pencitraan ke era kejujuran fiskal.

    Tapi di negeri yang sering memuja stabilitas semu, kejujuran kadang lebih menakutkan daripada angka utang itu sendiri.

    Kini publik menunggu, seberapa dalam kotak Pandora itu akan dibuka dan apakah dari dalamnya akan keluar solusi, atau justru masalah baru yang selama ini ditahan di balik senyum manis laporan ekonomi.***

  • Projo itu Bukan Pro Jokowi, itu Sebutan dari Media aja

    Projo itu Bukan Pro Jokowi, itu Sebutan dari Media aja

    GELORA.CO –  Ketua Umum DPP Projo, Budi Arie Setiadi, menjelaskan soal makna dari nama Projo. Dia membantah bahwa nama Projo memiliki keterkaitan dengan nama Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). 

    Dia menjelaskan, kata Projo diambil dari bahasa Sansekerta dan Jawa Kawi, yang memiliki makna negara dan rakyat. 

    Hal tersebut disampaikan Budi Arie kepada awak media, di sela-sela kegiatan Kongres ke-III Projo yang berlangsung di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (1/11/2025). 

    “Projo itu artinya negeri dan rakyat. Jadi Projo itu sendiri artinya adalah negeri dalam bahasa Sanskerta, dan dalam bahasa Jawa Kawi itu artinya rakyat. Jadi kaum Projo adalah kaum yang mencintai negara dan rakyatnya,” ujar Budi Arie. 

    Meskipun memiliki logo wajah Jokowi, Budi Arie menegaskan bahwa Projo tidak pernah memperkenalkan diri dengan sebutan Pro Jokowi. Dia lantas menuding bahwa sebutan tersebut justru datang dari awak media. 

    “Projo. Memang enggak ada. Cuman teman-teman media kan ya Projo, Pro Jokowi, itu kan karena gampang dilafalkan aja,” ucapnya. 

    Bersamaan dengan itu, Projo juga akan melakukan perubahan logo dan mengganti gambar Jokowi agar organisasi relawan ini tidak terkesan individual. 

    “Logo Projo akan kita ubah, supaya tidak terkesan kultus individu. Iya, kemungkinan (tidak wajah Jokowi lagi),” ungkapnya.

  • Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun

    Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun

    GELORA.CO – Komet Antarbintang 3I/ATLAS, si pendatang dari luar Tata Surya, kini mengungkap rahasia perjalanannya selama miliaran tahun.

    Pengamatan terbaru menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) menunjukkan bahwa komet tersebut memiliki kerak tebal yang teradiasi kosmis, membuat komposisinya tidak lagi mencerminkan material dari sistem bintang asalnya.

    Penelitian ini mengisyaratkan bahwa 3I/ATLAS telah menyerap begitu banyak sinar kosmik galaksi selama perjalanan antarbintangnya melintasi Bima Sakti sehingga mengembangkan kerak teradiasi yang dalam.

    Kerak inilah yang menutupi materi aslinya.

    Karbon Dioksida Ekstrem Akibat Sinar Kosmik

    Menggunakan data JWST dan simulasi komputer, para peneliti menyimpulkan bahwa tingginya kadar karbon dioksida (CO2) pada komet tersebut berasal dari radiasi luar angkasa yang diserap selama perkiraan usia 7 miliar tahunnya.

    Dikutip Live Science, Sinar kosmik galaksi—sejenis radiasi luar angkasa yang terdiri dari partikel berenergi tinggi dari luar Tata Surya—menghantam karbon monoksida (CO) di ruang angkasa, mengubahnya menjadi karbon dioksida (CO2).

    Di dalam Tata Surya kita, heliosfer (gelembung radiasi yang dipancarkan Matahari) melindungi Bumi dan tetangganya dari sebagian besar radiasi kosmik ini.

    Namun, di ruang antarbintang, tempat 3I/ATLAS menghabiskan sebagian besar hidupnya, tidak ada perlindungan seperti itu.

    Romain Maggiolo, penulis utama studi tersebut dan ilmuwan riset di Royal Belgian Institute for Space Aeronomy, menjelaskan dampak jangka panjangnya.

    “Itu sangat lambat, tetapi selama miliaran tahun, itu adalah efek yang sangat kuat,” kata Maggiolo.

    Para penulis studi menyimpulkan bahwa selama miliaran tahun, sinar kosmik telah secara signifikan mengubah keadaan fisik es komet 3I/ATLAS, hingga kedalaman sekitar 15 hingga 20 meter.

    Pergeseran Paradigma Studi Objek Antarbintang

    Temuan ini, yang digambarkan para peneliti sebagai “paradigm shift” (pergeseran paradigma) dalam studi objek antarbintang, menyiratkan bahwa objek seperti 3I/ATLAS sebagian besar terdiri dari materi yang telah diproses oleh sinar kosmik galaksi, daripada materi murni yang merupakan representasi dari lingkungan tempat mereka terbentuk.

    Dengan kata lain, komet 3I/ATLAS kini adalah produk dari perjalanan antarbintangnya, bukan dari tempat asalnya—setidaknya di bagian luarnya.

    3I/ATLAS yang diperkirakan berusia sekitar 3 miliar tahun lebih tua dari Tata Surya kita yang berumur 4,6 miliar tahun, saat ini tengah terbang mengelilingi Matahari.

    Komet itu baru saja mencapai perihelion (titik terdekat dengan bintang kita) pada 29 Oktober lalu.

    Maggiolo mencatat bahwa gas yang dikeluarkan komet sebelum perihelion hanyalah dari cangkang luarnya yang teradiasi.

    Meskipun tidak mungkin, erosi Matahari mungkin cukup kuat untuk membuka materi murni yang terkunci di dalam inti komet.

    “Akan sangat menarik untuk membandingkan pengamatan sebelum perihelion, jadi pengamatan pertama yang kami miliki ketika ia tiba di tata surya, dengan pengamatan yang dilakukan setelah perihelion ketika terjadi beberapa erosi,” kata Maggiolo.

    “Mungkin dengan melihat perbedaan ini, kita bisa mendapatkan beberapa indikasi tentang komposisi awalnya.”

    Para peneliti menyimpulkan bahwa meskipun 3I/ATLAS telah menua dan berubah, komet ini tetap merupakan sumber informasi yang sangat menarik.

  • KPK jangan kasih publik tebak buah manggis

    KPK jangan kasih publik tebak buah manggis

    Oleh: Damai Hari Lubis

    Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merahasiakan beberapa pihak yang diperiksa dalam dugaan rasuah proyek kereta cepat atau Whoosh. Alasannya, “kasus ini masih pada tahap penyelidikan sehingga nama pihak yang diperiksa belum dapat diungkap oleh lembaga antirasuah.”

    Semestinya KPK sudah ‘ngelotok’ (piawai) terkait tehnis beracara bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak ada eksplisit yang melarang penyidik menyampaikan informasi pada tingkat penyelidikan (klarifikasi dan atau investigasi) terhadap nama bakal terperiksa.

    Dan pastinya Pihak penyidik KPK  tidak terkecuali mesti tunduk kepada asas keterbukaan yang terdapat diantara asas asas good governannce yang berlaku terhadap pejabat publik atau penyelenggara negara dan terlebih asas transparansi justru merupakan perintah sesuai KUHAP,  UU. Polri dan UU. Tentang KPK Jo. UU. Tentang TIPIKOR. Maka oleh sebab hukum, setidaknya KPK cukup memberikan inisial para oknum yang sedang dalam status lidik(penyelidikan), selain dan oleh sebab hukum penerapan ‘pola transparansi’ KPK terhadap adanya dugaan korupsi yang dilakukan oleh aparar penyelenggara negara, tidak bertentangan dengan UU. Tentang Perlindungan Data Pribadi maupun UU. Tentang Keterbukaan Informasi Publik,  tekecuali terhadap informasi yang “bersinggungan dengan rehasia dibidang petahanan negara.”

    Selain itu,  terhadap yang berhubungan dengan informasi kasus whoosh nyata sudah booming dan santer ditelinga publik, bahkan signal kuat adanya aroma korupsi pada PSN kereta api cepat (woosh) bertambah akibat pernyataan (implisit) yang publis datang dari Purbaya (Menkeu), termasuk komentar dari Mahfud MD figur Menkopolhukam bekas pembantu setia Jokowi, lalu deras beredar dibeberapa artikel.

    Sehingga ulah (Penyidik) KPK yang tidak bercerminkan rules, justru melahirkan banyak tanda tanya publik.  Kenapa KPK menyembunyikan nama atau sekedar inisial ?

    Andaipun sikap KPK ini didasari ‘prudential principle’. Tentu KPK  paham betul tentang orang yang dalam status ‘lidik dan dik’ sesuai asas presumption of innocence (KUHAP) adalah bukan orang yang sudah patut dinyatakan bersalah?  Bahkan andaipun kasus whoosh dimaksud sudah berjalan pada tahap persidangan, maka terhadap diri Terdakwa sekalipun belum dapat di judge bersalah.

    Sementara ulah KPK menurut publik diibaratkan meniru “tebak buah manggis” tentang orang dan jumlah orang yang masuk daftar panggilan namun dirahasiakan oleh KPK dengan menggunakan “metode ketertetutupan publik.”

    Maka publik banyak yang mendeskripsikan sosok sosok yang bakal dipanggil olrh KPK adalah Jokowi, Luhut, Sri Mulyani dan Erick Thohir, lalu dalam hubungannya dengan kelembagaan, publik memprediksi para oknum lainya yang bakal diinterogasi KPK adalah para petinggi di tubuh Polri, Kejaksaan, BPK, BPKP,  Ketua KPK dan Kemensetneg serta mengarah ke Senayan. (*)