Category: Gelora.co Nasional

  • Kita Pastikan Tak Ada yang Ditahan!

    Kita Pastikan Tak Ada yang Ditahan!

    GELORA.CO  – Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, membela Roy Suryo Cs yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tudingan ijazah palsu Jokowi. Ia menyerukan agar Roy dkk tak ditahan oleh polisi saat jalani pemeriksaan perdana sebagai tersangka pada esok Kamis (13/11/2025).

    “Jadi save for the tersangka, ya. Jadi save bagi tersangka itu, siapa bilang enak ditahan? Mas Roy lebih baik dia di luar, lebih produktif ketimbang di tahanan. Karena itu harus kita pastikan, tanggal 13 November nanti, tidak ada yang ditahan!” ujar Refly di acara deklarasi dukungan di Gedung Juang, Jakarta Pusat, Selasa (11/11/2025).

    Lebih lanjut, Refly mengatakan, kasus tudingan ijazah palsu Jokowi tak layak untuk diteruskan. Apalagi, kata dia, dengan menetapkan tersangka kepada Roy dkk tak seharusnya dilakukan.

    “Saya mengatakan, mau asli, mau (ijazah) palsu, tidak layak diproses, ground-nya adalah konstitusi. Saya bicara tentang hak menyatakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan. Saya menyatakan hak untuk mendapatkan informasi dan menggali informasi,” ungkapnya.

    “Jadi, kalau kita balikkan kepada teori seperti itu, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Bukan dilaksanakan menurut Undang-Undang ITE,” tambahnya.

    Refly menegaskan, tak boleh ada kriminalisasi terhadap penelitian sebuah dokumen akademik Jokowi. Untuk itu, ia menilai, Roy Suryo cs perlu dipastikan tak ditahan saat jalani pemeriksaan perdana sebagai tersangka.

    “Selamatkan para tersangka, jangan ditahan, jangan ditangkap. Mudah-mudahan di-SP3-kan,” ujar Refli

  • Pahlawan Nasional Hanya Ditentukan Hasil Survei

    Pahlawan Nasional Hanya Ditentukan Hasil Survei

    GELORA.CO -Penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI Soeharto terus menimbulkan polemik di publik.

    Pengamat politik Rocky Gerung berpendapat bahwa saat ini masyarakat mengalami disinformasi sejarah yang kemudian dimanfaatkan oleh algoritma lembaga survei.

    “Kita mengerti bahwa memang ada situasi di mana publik itu terombang ambing dengan informasi historis, lalu dimanfaatkan kebimbangan publik itu, ketidakpahaman publik itu lalu dibenamkan di statistik dan hasilnya adalah 80 persen atau mungkin dibikin 100 persen saja supaya margin of error-nya itu sempurna bahwa pahlawan nasional hanya ditentukan oleh hasil survei,” kata Rocky dikutip redaksi dari kanal YouTube pribadinya, Selasa malam, 11 November 2025.

    Pasalnya, sebelum penetapan gelar pahlawan pada 10 November 2025, survei yang dirilis KedaiKopi menyebut sebanyak 80,7 persen masyarakat Indonesia setuju Soeharto sebagai pahlawan nasional.

    Lanjut Rocky, hal itu menjadi problem dalam dinamika politik yang berimbas pada pemahaman sejarah.

    “Nah, di situ problemnya bahwa politik akhirnya hanya ditentukan oleh hasil survei, bahwa ada semacam upaya untuk bukan sekadar memalsukan sejarah, tapi membuat sejarah itu berubah menjadi permainan survei, sejarah menjadi permainan statistik,” jelasnya.

    Ia menyayangkan para tokoh beraliran kiri yang kini duduk di kabinet justru diam dengan fenomena tersebut.

    “Apalagi kalau kita mau ucapkan secara jujur, itu fraksi kiri di kabinet tidak bersuara. Menteri-menteri yang berasal dari kalangan kiri itu mengiyakan hasil survei,” tandasnya. 

  • Kemenag Ultimatum Gus Elham Hentikan Aksi Cium Anak Perempuan

    Kemenag Ultimatum Gus Elham Hentikan Aksi Cium Anak Perempuan

    GELORA.CO -Kementerian Agama (Kemenag) menilai aksi seorang tokoh agama asal Kediri, Jawa Timur, Gus Elham Yahya yang belakangan viral di media sosial karena kerap mencium anak kecil perempuan sebagai tindakan yang tidak pantas dilakukan.

    Wakil Menteri Agama (Wamenag) Muhammad Syafii atau Romo Syafii menegaskan, pihaknya sepakat dengan pandangan publik yang menilai perilaku tersebut tidak sepatutnya terjadi di ruang publik, terlebih dilakukan oleh figur agama.

    “Saya kira saya sepakat dengan pendapat publik itu, dan ini harus dihentikan,” tegas Romo Syafii, kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa, 11 November 2025. 

    Romo menjelaskan, Kemenag memiliki kebijakan melalui surat keputusan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) terkait madrasah dan pesantren ramah anak. 

    Regulasi ini bertujuan memastikan peserta didik di lingkungan pendidikan agama memperoleh hak-haknya dan terbebas dari segala bentuk kekerasan maupun tindakan yang tidak pantas.

    “Kita tadi sepakat agar ke depan pengawasannya lebih ditingkatkan agar peristiwa itu bisa hindari,” tegasnya lagi.

    Terkait kemungkinan pemanggilan terhadap yang bersangkutan, Romo Syafii menyebut hal tersebut masuk dalam bagian pengawasan internal Kemenag.

    “Termasuk itu (pengawasan) supaya itu tidak terulang. Bahkan terhadap yang bersangkutan memang harus ada upaya mengembalikan kepada posisinya jika tidak mengulangi perbuatan-perbuatan itu,” tandasnya. 

  • Negeri ini Dikendalikan Kaum Oportunis

    Negeri ini Dikendalikan Kaum Oportunis

    GELORA.CO – Pengamat politik Rocky Gerung menyebut dalam mempelajari sejarah juga perlu mengingat para pengkhianat atau orang-orang oportunis.

    “Kita mesti ucapkan sejarah secara terang-terangan bahwa This is the country many opportunity but managed by opportunist, negeri ini punya banyak kesempatan tapi dikendalikan oleh kaum oportunis, kira-kira itu,” kata Rocky dikutip dalam kanal YouTube pribadinya, Rabu, 12 November 2025.

    Mulanya, Rocky membeberkan perjalanan sejarah di Indonesia yang selalu ada dua fraksi. Pertama, fraksi yang berpikir untuk menghasilkan kemajemukan dan keadilan sosial. Kedua, fraksi yang hanya sekadar menunggu hasil survei dan memiliki ide kosong.

    “Atau fraksi yang ada di kekuasaan, saya sebut itu fraksi kiri yang pada awalnya penuh dengan kekuatan ideologis akhirnya dilumpuhkan secara metodologis oleh hasil lembaga survei” ungkapnya.       

    Oleh karena itu, akademisi yang dikenal kritis ini mengingatkan bahwa substansi Hari Pahlawan bukan mengenang kepahlawanan tapi pengkhianatan. 

    “Di belakang isu-isu kepahlawanan, di belakang teman-teman kepahlawanan, para pengkhianat itu tetap ada di sekeliling kita, bahkan sangat dekat dengan kita,” tandasnya.

  • Rocky Gerung Akui Soeharto Bapak Infrastruktur, Bukan Jokowi

    Rocky Gerung Akui Soeharto Bapak Infrastruktur, Bukan Jokowi

    GELORA.CO – Kiprah Presiden ke-2 RI Soeharto dalam membangun infrastruktur di Indonesia diakui pengamat politik Rocky Gerung. 

    “Tentu ada catatan jujur dari sejarah buat Presiden Soeharto sungguh melampaui semua predikat yang pernah diberikan pada semua mantan presiden dalam soal pembangunan. Apalagi kalau cuma soal infrastruktur, bukan Jokowi yang jadi bapak infrastruktur, tapi Soeharto,” kata Rocky dikutip dalam kanal YouTube pribadinya, Rabu, 12 November 2025.

    Hal ini sebagai respons Rocky secara objektif terlepas bahwa rezim Soeharto juga memiliki banyak catatan hitam. 

    “Soeharto yang membawa negeri ini ke dalam ide-ide modern sejak Orde Baru didirikan tahun 67-68. Dan hasilnya adalah Indonesia tumbuh 78 persen dan itu yang menyebabkan ekstraktif industri berhasil dialihkan menjadi sekolah inpres, menjadi jalan, menjadi irigasi, semua hal yang memungkinkan Indonesia pada waktu itu dihitung sebagai negara yang sukses,” jelasnya.

    Namun, akademisi yang dikenal kritis ini menyebut ide pembangunan Soeharto yang bertumpu pada Teori Rostow akhirnya membuat mahasiswa banyak melakukan protes. Seperti misalnya yang terjadi pada Peristiwa Malari tahun 1974 dan munculnya Gerakan Mahasiswa 1977/78.   

    “Kita tahu juga pada waktu itu mahasiswa berupaya untuk menandingi sukses itu dengan catatan-catatan ideologis bahwa kapitalisme tumbuh di bawah kendali otoriteranisme militeristik dan kita tahu trilogi pembangunan pada waktu itu adalah stabilitas politik, pembangunan ekonomi dan pemerataan,” pungkasnya.

  • Negosiasi Pajero Saat Polisi Selamatkan Bilqis dari Suku Anak Dalam

    Negosiasi Pajero Saat Polisi Selamatkan Bilqis dari Suku Anak Dalam

    GELORA.CO – Tak mudah menyelamatkan Bilqis (4 tahun), bocah perempuan asal Kota Makassar, di pedalaman Jambi, tepatnya dalam lingkungan Suku Anak Dalam.

    Ini adalah cerita yang diungkap Dirreskrimum Polda Jambi, Kombes Pol Jimmy Christian Samma.

    Kondisinya saat itu, Suku Anak Dalam menyatakan telah mengadopsi Bilqis, dengan terlebih dahulu membelinya dari pasangan suami-istri Adit-Meriana, dengan harga Rp 80 juta.

    “Mereka mau uangnya harus diganti. Nah, kan, bingung,” kata Jimmy saat dihubungi kumparan, Selasa (11/11).

    Keputusan harus diambil dengan cepat. Pertama-tama, menghubungkan Meriana dengan tumenggung atau kepala adat di Suku Anak Dalam, mengonfirmasi bahwa benar ada transaksi tersebut. “Sampai di-video call,” ujar Jimmy.

    “Anggota (polisi) bingung, karena enggak bisa lama ini. Kalau lama, bisa kacau,” kata Jimmy.

    Lantas apa solusinya?

    “Kebetulan Meriana ini punya mobil Pajero. Urusannya Meri, kan sudah tersangka. Meri yang atur bagaimana caranya. Meri bilang, ‘Bawa saja mobilnya’ lalu mobilnya ditukar dengan anak,” kata Jimmy.

    Jimmy menegaskan bahwa narasi yang beredar bahwa polisi membayar Rp 85 juta untuk Suku Anak Dalam, adalah narasi yang salah.

    “Dia (Meri) punya mobil Pajero, digadaikkan itu. Dua hari itu negosiasinya dari Kamis malam sampai Sabtu malam. Jam 10 malam baru keluar dari lokasi, langsung menuju bandara,” ujar Jimmy.

    Polisi pun berhasil menyelamatkan Bilqis pada Sabtu, 8 November 2025.

    Saat ini, polisi menetapkan 4 orang sebagai tersangka kasus penculikan Bilqis. Keempat orang itu yakni Sri Yuliana, Nadia Hutri, Adit, dan Meriana.

    Keempatnya kini dibui di Polrestabes Makassar sebagai pelanggar Pasal 83 jo Pasal 76S UU Perlindungan Anak, dan/atau Pasal 2 ayat (1) dan (2) jo Pasal 17 UU TPPO.

    Mereka terancam hukuman 15 tahun penjara. (*)

  • Tinjau Pelabuhan, Purbaya Temukan Barang Impor Harga Puluhan Juta Dicantumkan Rp100 Ribu

    Tinjau Pelabuhan, Purbaya Temukan Barang Impor Harga Puluhan Juta Dicantumkan Rp100 Ribu

    GELORA.CO –  Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menemukan dugaan ketidakwajaran harga barang impor saat meninjau pemeriksaan fisik kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.

    Dalam pengecekan di lapangan, Purbaya menyebut ada barang yang tertera hanya senilai Rp100 ribu atau sekitar 7 Dolar AS dalam data dokumen impor, namun di marketplace diketahui dijual hingga puluhan juta rupiah.

    “Saat pemeriksaan ada hal yang menarik yaitu harganya kemurahan juga. Akan kita check lagi karena barang sebagus itu mosok harganya hanya 7 Dollar AS. Sementara di marketplace harganya bisa sampai dengan Rp40-45 juta, tapi kami akan cek kembali,” ujar Purbaya saat meninjau fasilitas Bea Cukai, Selasa 11 November 2025.

    Ia menegaskan pemeriksaan lanjutan bakal dilakukan untuk memastikan akurasi penetapan nilai pabean dan potensi adanya praktik penghindaran bea masuk.

    Selain meninjau longroom, Purbaya juga mengecek fasilitas laboratorium Bea dan Cukai yang selama ini bertugas menguji kandungan barang untuk penetapan pungutan negara.

    “Untuk kondisi laboratorium kondisinya bagus, saya sudah katakan kepada mereka jika ada yang kurang perawatan agar dikasih tahu sehingga kita bisa lengkapi,” sambungnya.

    Purbaya turut memastikan penggunaan teknologi pemindai kontainer yang baru beroperasi sejak dua pekan terakhir dapat meningkatkan efektivitas pemeriksaan.

    “Tadi saya juga sudah liat controller scanner yang baru 2 minggu dipasang kondisinya lumayan bagus walaupun belum sempurna saya pikir dapat memperbaiki dan mempercepat kemampuan pengecekan barang para pegawai bea cukai disana,” katanya.

    Menurutnya, pemantauan berbasis teknologi informasi akan terus diperkuat, termasuk dalam penyatuan sistem pengawasan dengan pusat.

    “Yang pentingkan IT based saya akan tarik ke Jakarta sehingga orang Jakarta dapat melihat langsung apa yang terjadi di lapangan,” tegasnya.

  • Bukan Klenik, I Know Futurology

    Bukan Klenik, I Know Futurology

    GELORA.CO – Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan orasi ilmiah dalam puncak acara Dies Natalies Ke-65 dan Lustrum XIII ITS di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/11).

    SBY sempat bicara soal dirinya yang meramal bagaimana kondisi ekonomi Indonesia ke depannya. Hal itu ia sampaikan 15 tahun lalu di ITS atau pada 2010. Menurutnya, apa yang ia ucapkan saat itu menjadi kenyataan.

    “Contoh, saya mengatakan Indonesia 2025 which is now akan menjadi strong emergent market, strong economic. It is happening now. Kita member of G20. 20 ekonomi besar dunia. We are the biggest economy, the biggest country in ASEAN itu menjadi kenyataan,” kata SBY.

    “Dan saya katakan di kampus Sukolilo, Surabaya, ini look, 15 tahun lagi berarti berarti 2025 ekonomi Indonesia, standing Indonesia itu sama dengan BRICS,” tambah SBY.

    Ia menyampaikan, Presiden Prabowo Subianto telah membawa Indonesia masuk ke dalam BRICS sebagaimana yang ia perkiraan akan terjadi pada tahun 2025 ini.

    BRICS (Brasil, Rusia, India, China, South Africa) adalah kelompok negara berkembang yang memiliki peran besar dalam perekonomian global.

    SBY pun berseloroh dirinya bisa meramal masa depan, namun dengan pemikiran yang rasional.

    “Jadi kalau ada guru besar, dosen yang ingin menanyakan nasib dan masa depan bisa ke saya. Bukan klenik tapi pemikiran yang scientific, rasional. I know futurology. I know membaca trend. I know bagaimana visi yang bisa terjadi. Sehingga alhamdulillah sekali lagi itu menjadi kenyataan. Barangkali itu juga tuah dari kampus ITS yang kita cintai ini,” ucapnya.

  • Ternyata Ada Risiko Polisi Dibunuh Saat Masuk Pedalaman Jambi Selamatkan Bilqis

    Ternyata Ada Risiko Polisi Dibunuh Saat Masuk Pedalaman Jambi Selamatkan Bilqis

    GELORA.CO – Polisi yang masuk ke pedalaman Jambi untuk menyelamatkan Bilqis (4 tahun) ternyata memiliki risiko dibunuh. Kendati begitu, polisi tetap masuk demi Bilqis.

    “Betul sekali (ada risiko dibunuh), makanya yang satu anggota polisi ini yang kenal sama Tumenggung (ketua adat),” kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi, Kombes Pol Jimmy Christian Samma, saat dihubungi kumparan, Selasa (11/11).

    “Kalau yang lain enggak berani masuk sedalam itu, paling sampai di jalan terakhir di bawah,” lanjut Jimmy.

    Jimmy menyebut tidak ada kepastian atau jaminan bahwa polisi di pedalaman tidak akan dibunuh. “Memang pernah kejadian di sana, dulu beberapa tahun yang lalu, pernah dipukuli, susahlah,” katanya.

    Besar risiko, besar juga kesuksesan yang diraih. Polisi berhasil menyelamatkan Bilqis setelah negosiasi selama dua hari. “Pagi, siang, malam, terus negosiasi,” ujar Jimmy.

    Saat ini, polisi menetapkan 4 orang sebagai tersangka kasus penculikan Bilqis. Keempat orang itu yakni Sri Yuliana, Nadia Hutri, Adit, dan Meriana.

    Keempatnya kini dibui di Polrestabes Makassar sebagai pelanggar Pasal 83 jo Pasal 76S UU Perlindungan Anak, dan/atau Pasal 2 ayat (1) dan (2) jo Pasal 17 UU TPPO.

    Mereka terancam hukuman 15 tahun penjara.

  • Anggota Brimob di Sumut Dilaporkan Aniaya Mantan Pacar gegara Cemburu

    Anggota Brimob di Sumut Dilaporkan Aniaya Mantan Pacar gegara Cemburu

    GELORA.CO – Seorang oknum Anggota Brimob di Kota Binjai, Bripda J, dilaporkan oleh mantan pacarnya, perempuan berusia 26 tahun, atas dugaan penganiayaan.

    Laporan tersebut diterima dengan nomor STTLP/B/ 3596 / X/2025/SPKT/POLRESTABES MEDAN/POLDA SUMATERA UTARA, Sabtu, 18 Oktober 2025. Bripda J juga telah diadukan ke Propam.

    Dugaan penganiayaan itu terjadi di rumah korban di Jalan Turi Ujung, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Sabtu (18/10) pukul 01.00 WIB (dini hari).

    Bripda J diduga memukul lengan kiri dan kanan, menendang paha kiri, mencekik leher, mencubit, lalu meremas lengan kiri dan kanan.

    “Itu mantan saya. Saya dipukul karena dilatarbelakangi rasa cemburunya,” kata korban saat dihubungi kumparan, Selasa (11/11).

    “Saya dituduh selingkuh dengan lelaki lain tapi tuduhan ini meleset karena orang yang dia tuduh ini ada hubungan saudara dengan saya, dan itu orang yang J kenal juga, J tahu juga saya dengan abang ini tidak hanya sekadar kenal tapi ada hubungan kerabat dan rekan bisnis,” lanjut Peggy Vania Tampubolon.

    Korban yang tidak terima dengan tuduhan itu hendak meluruskan persoalan, dan mendatangi J yang sedang berada di sebuah kafe di Jalan Dr. Mansyur, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

    “Saya berinisiatif untuk datang agar bisa diomongin baik-baik. Saya menghampiri dia di lokasi tongkrongannya. Di parkiran, saya bilang ‘Aku mau bicara sebentar’. Dia menolak dan ingin langsung pergi,” kata korban.

    “Dia marah-marah ke saya dengan nada tinggi dan saya coba bujuk untuk tenang. Bukannya tenang dia malah mukul lengan kanan dan kiri saya serta menendang paha kiri saya,” lanjutnya.

    Kericuhan itu, menurut korban, mengundang tukang parkir dan pengunjung kafe untuk mendatangi. Jpun meminta pindah lokasi.

    Korban masuk ke dalam mobilnya, posisinya di kursi sopir. Teman perempuan J masuk ke mobil, posisinya di belakang kursi sopir. Lalu J masuk ke mobil, duduk di kursi samping sopir.

    “Dia minta saya untuk mengarah ke rumah saya. Saya merasa tertekan, sambil nangis saya mengendarai mobil ke arah rumah saya. Di perjalanan, J menjambak rambut saya juga dari arah belakang,” ujar korban.

    Ia melanjutkan, “Sampai di rumah saya, saya pikir mau diomongin baik-baik namun J malah marah-marah dengan nada tinggi sehingga membangunkan warga dan beberapa warga datang dan bilang ke kami kalau ada masalah, omongin di dalam rumah saja.”

    “J langsung masuk ke dalam rumah. Saya coba untuk tenangkan dia namun tangan saya malah diremasnya dan saya didorong ke lantai sampai terjatuh,” katanya.

    “Dia lari keluar mau kabur setelah memukuli saya, saya coba tahan tapi dia beralasan mau pergi dinas. Dia berusaha kabur dan dibantu oleh kedua teman ceweknya itu jadi J kabur ke mobil yang dikendarai lettingnya. Saya coba kejar dengan mobil saya namun saya kehilangan jejak,” ujar dia.

    Korban pun meminta pertolongan ke abangnya, dan dibawa ke RS Bhayangkara.

    Dalam pelaporan, korban menyatakan mengalami luka memar dan bengkak, bahkan leher terasa sakit dan perih.

    Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Ferry Walintukan, mengatakan polisi telah menangani kasus tersebut.

    “Itu yang menangani Polrestabes (Medan),” kata Ferry saat dihubungi kumparan, Selasa (11/11).