Category: Fajar.co.id Nasional

  • Salsa Erwina Tanggapi Penjarahan di Rumah Ahmad Sahroni, Sebut Dampak Kesenjangan Sosial: Segera Sahkan RUU Perampasan Aset

    Salsa Erwina Tanggapi Penjarahan di Rumah Ahmad Sahroni, Sebut Dampak Kesenjangan Sosial: Segera Sahkan RUU Perampasan Aset

    FAJAR.CO.ID — Diaspora Indonesia, Salsa Erwina Hutagalung turut menanggapi aksi penjarahan yang terjadi di rumah politikus Partai Nasdem, Ahmad Sahroni, dan anggota DPR lainnya.

    Salsa Erwina Hutagalung yang merupakan pemengaruh atau influencer yang menetap di Aarhus, Denmark, menilai penjarahan yang terjadi, bukti adanya rasa ketidakadilan akibat kesenjangan sosial yang terlalu besar antara anggota DPR dan rakyat yang diwakilinya.

    Melalui akun pribadinya @salsaer di platform media sosial Instagram, Salsa Erwina Hutagalung membagian pandangannya mengenai peristiwa penjarahan yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia.

    “Saya tidak membenarkan adanya penjarahan maupun perampasan dan lain sebagainya. Tetapi saya memahami kenapa masyarakat sampai semarah itu terhadap pihak-pihak atau politikus yang sudah menyakiti hati rakyat,” tutur Erwina melalui video yang diunggah di akun media sosial pribadinya dan dikutip fajar.co.id pada Minggu (31/8/2025).

    Sosok Salsa Erwina mencuri perhatian warganet di media sosial setelah dengan lantang menantang anggota DPR RI, Ahmad Sahroni, untuk debat secara terbuka.

    Salsa menyampaikan tantangan debat terbuka menyikapi pernyataan Ahmad Sahroni yang dinilai merendahkan rakyat. Ahmad Sahroni yang seharusnya menjadi wakil rakyat dan pelayan publik, menyebut orang yang menuntut DPR dibubarkan adalah “orang tolol sedunia”.

    Setelah massa melakukan penjarahan di kediaman Ahmad Sahroni yang berada di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, influencer Indonesia yang juga terkenal melalui podcast “Jadi Dewasa 101” itu memberikan pandangannya.

  • Dinonaktifkan Partai, Hendri Satrio Pertanyakan Nasionalisme Sahroni Cs, Harusnya Mundur Secara Sukarela

    Dinonaktifkan Partai, Hendri Satrio Pertanyakan Nasionalisme Sahroni Cs, Harusnya Mundur Secara Sukarela

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Partai NasDem dan Partai Amanat Nasional (PAN) resmi menonaktifkan Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio, dan Uya Kuya sebagai anggota DPR RI per 1 September 2025.

    Keputusan ini diambil menyusul pernyataan dan gestur kontroversial keempat politisi tersebut yang memicu aksi protes masyarakat dalam beberapa hari terakhir.

    Sebelumnya, analis komunikasi politik Hendri Satrio atau Hensa menilai seharusnya Sahroni, Nafa, Eko, dan Uya mempertimbangkan untuk mundur dari jabatan mereka. Menurutnya, langkah itu tidak hanya akan meredam gejolak publik, tetapi juga menjadi ujian bagi rasa nasionalisme mereka.

    “Kini nasionalisme mereka diuji. Mereka harusnya mendengarkan rakyat dengan mundur dari kursi mereka, atau selamanya akan terus terjadi situasi seperti saat ini, aksi di mana-mana,” kata Hensa kepada wartawan, Sabtu (30/8/2025).

    Pendapat serupa disampaikan peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof R. Siti Zuhro. Ia menilai keempat politisi tersebut sebaiknya mundur secara sukarela tanpa harus menunggu diberhentikan partai.

    “Iya benar (soal mundur itu), termasuk saya mengusulkan di Indonesia ini memang belum ada tradisi atau budaya malu dan mundur. Kalau sudah tidak becus, tidak mumpuni untuk mengembangkan amanah tadi, seyogyanya yang bersangkutan itu pamit, mundur dan berhenti. Itu jauh lebih elegan daripada diberhentikan,” ujar Siti Zuhro saat dihubungi, Minggu (31/8/2025).

    Meski demikian, ia menegaskan partai politik memiliki kewenangan penuh untuk menonaktifkan kadernya dari jabatan di parlemen. Namun, keputusan itu tetap harus mempertimbangkan dampak publik.

  • Herwin Sudikta: Reshuffle Kabinet, Copot Kapolri, Makzulkan Fufufafa

    Herwin Sudikta: Reshuffle Kabinet, Copot Kapolri, Makzulkan Fufufafa

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat Medsos, Herwin Sudikta, merespons unjuk rasa besar-besaran di berbagai kota besar Indonesia beberapa hari terakhir.

    Unjuk rasa ini bukan sekadar menyampaikan aspirasi, namun pengunjuk rasa yang bertahan hingga malam hari melakukan pembakaran gedung hingga penjarahan di rumah pejabat.

    Informasi yang dihimpun, rumah Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, hingga Sri Mulyani menjadi sasaran massa pengunjuk rasa.

    “Segera cabut semua keputusan kenaikan gaji dan tunjangan anggota ⁦DPR RI⁩,” ujar Herwin kepada fajar.co.id, Minggu (31/8/2025).

    Bukan hanya itu, kata Herwin, Presiden Prabowo Subianto mesti berani melakukan evaluasi di lingkungan kabinetnya.

    “Reshuffle kabinet, bersihkan kabinet dari pengaruh Solo. Copot Kapolri, makzulkan Fufufafa,” sebutnya.

    Dikatakan Herwin, aksi unjuk rasa 2025 ini meskipun terbilang besar-besaran, namun berbeda dengan aksi pada 1998 lalu.

    “1998 rakyat melihat sosok (meski belum sempurna) yang bisa diproyeksikan sebagai simbol perubahan. Harapan itu yang jadi bahan bakar demonstrasi,” Herwin menuturkan.

    “Di 2025, gelombang protes besar memang ada, tapi yang hilang adalah trust reservoir, tidak ada figur yang mampu menampung aspirasi,” tambahnya.

    Kata Herwin, tidak ada wajah yang dipercaya bisa menyalurkan energi massa menuju perubahan politik yang nyata saat ini di pemerintahan Prabowo-Gibran.

    “Ini membuat demo terasa seperti ledakan spontan tanpa arah jelas. Rakyat sudah terlalu skeptis pada elit. Seolah semua pilihan sama busuknya,” tandasnya.

  • Profil Ahmad Sahroni! Dari Anak Sopir Truk hingga jadi Legislator, Miliki Kekayaan Rp328,9 Miliar

    Profil Ahmad Sahroni! Dari Anak Sopir Truk hingga jadi Legislator, Miliki Kekayaan Rp328,9 Miliar

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ahmad Sahroni, politikus Partai Nasdem tengah menjadi sorotan publik usai pernyataannya yang kontroversial terkait desakan pembubaran DPR. Di balik polemik tersebut, rekam jejak hidup dan jumlah kekayaannya ikut menarik perhatian.

    Saat kunjungan kerja di Polda Sumatera Utara, Jumat (22/8/2025), Sahroni melontarkan pernyataan keras. “Mental manusia yang begitu adalah mental manusia tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma mental bilang bubarin DPR, itu adalah orang tolol sedunia,” ucapnya.

    Politisi kelahiran Jakarta, 8 Agustus 1977, itu juga menyarankan agar para anggota dewan bekerja dari rumah (WFH) lantaran adanya demonstrasi di depan Gedung DPR. “Karena, kan, kami enggak mau gini, ada hal-hal mungkin orang sudah masuk, susah keluar kayak kemarin. Pulang ribet, ke mana-mana susah. Makanya diimbau untuk WFH,” ujar dia.

    Kontroversi pernyataannya membuat Fraksi Partai Nasdem merotasi jabatannya dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI menjadi anggota Komisi I DPR RI.

    Latar Belakang Ahmad Sahroni

    Ahmad Sahroni, yang akrab disapa Roni, berasal dari keluarga sederhana di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Orang tuanya berdagang nasi Padang di Pelabuhan Tanjung Priok. Sejak kecil, ia sudah bekerja serabutan, mulai dari tukang semir sepatu hingga ojek payung.

    Meski sempat tidak langsung melanjutkan kuliah setelah lulus SMA Negeri Baru Cilincing (sekarang SMA Negeri 114 Jakarta), Roni akhirnya menyelesaikan pendidikan tinggi. Ia meraih gelar S-1 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pelita Bangsa pada 2009, lalu gelar S-2 di Stikom InterStudi, dan menuntaskan pendidikan doktor Ilmu Hukum di Universitas Borobudur pada 2024.

  • Rumah Ahmad Sahroni hingga Sri Mulyani Dijarah Massa, Ferdinand Hutahaean: Presiden Harus Turun Temui Pendemo

    Rumah Ahmad Sahroni hingga Sri Mulyani Dijarah Massa, Ferdinand Hutahaean: Presiden Harus Turun Temui Pendemo

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Massa pengunjuk rasa betul-betul muak dengan kebijakan pemerintah. Setelah menghancurkan rumah Ahmad Sahroni, Uya Kuya, hingga Eko Patrio, kini rumah Menteri Keuangan, Sri Mulyani, juga menjadi sasaran.

    Tidak menutup kemungkinan, rumah-rumahan pejabat yang sering mengeluarkan statement kontraversial juga bakal menjadi sasaran amukan massa.

    Menanggapi hal tersebut, Politikus PDIP, Ferdinand Hutahaean, mengatakan bahwa pengerusakan dan penjarahan itu terjadi karena pemerintah tidak mau mendengar aspirasi rakyat.

    “Suara masyarakat sampai saat ini tidak ada ada yang mendengar. Pemerintah tidak membuka telinga untuk suara rakyat, legislatif tidak membuka telinga untuk suara rakyat,” ujar Ferdinand kepada fajar.co.id, Minggu (31/8/2025).

    “Dan, lembaga yudikatif penegak hukum tidak membuka hati, telinga, untuk keluhan masyarakat,” tambahnya.

    Ia menegaskan, oleh sebab itu gelombang kemarahan masyarakat terus berlangsung hingga hari ini.

    “Bagaimana menyelesaikannya? Pemerintah harus bersikap tegas. Presiden harus mengambil langkah serius dalam hal ini,” sebutnya.

    Kata Ferdinand, tidak boleh lagi berspekulasi dan main-main sebab tidak banyak waktu bagi Prabowo untuk segera menentukan sikap.

    “Saran saya kepada Presiden Prabowo, segera tarik polisi dari lapangan. Gantikan untuk sementara dengan kekuatan militer untuk keamanan lingkungan dan wilayah,” Ferdinand menuturkan.

    Selain itu, kata Ferdinand, anggota DPR yang telah memicu sentimen kemarahan masyarakat mestinya segera mengundurkan diri.

  • Rumah Sri Mulyani Tak Luput dari Penjarahan, Massa Datang 2 Gelombang

    Rumah Sri Mulyani Tak Luput dari Penjarahan, Massa Datang 2 Gelombang

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Rumah pribadi Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, juga tak luput dari aksi penjarahan, Minggu (31/8) dini hari.

    Rumah bendahara negara itu diketahui berada di Jalan Mandar, Bintaro Sektor 3A, Tangerang Selatan,

    Mulai dari staf keamanan hingga warga sekitar, memberikan kesaksian mengenai peristiwa mencekam tersebut.

    Menurut keterangan staf pengamanan rumah, Joko Sutrisno, aksi massa terjadi dalam dua gelombang.

    Gelombang pertama berlangsung sekitar pukul 01.00 WIB, disusul gelombang kedua sekitar pukul 03.00 WIB dengan jumlah pelaku yang lebih banyak.

    “Gelombang kedua justru yang paling mengerikan,” ujar Joko.

    Seorang tetangga yang enggan disebutkan namanya menyebutkan, massa berjumlah ratusan orang, bahkan mendekati seribuan, dengan sebagian besar masih berusia muda.

    “Saya hanya bisa mengintip dari balik tirai, karena jumlah mereka begitu banyak,” ujarnya.

    Dari keterangan saksi, Sri Mulyani tidak berada di rumah saat peristiwa berlangsung. (bs-sam/fajar)

  • Uya Kuya Mengaku Sedih tetapi Ikhlas, Barang Berharga hingga Kucing Kesayangan Istri Ikut Dijarah

    Uya Kuya Mengaku Sedih tetapi Ikhlas, Barang Berharga hingga Kucing Kesayangan Istri Ikut Dijarah

    FAJAR.CO.ID — Anggota DPR Surya Utama alias Uya Kuya tak bisa berbuat apa-apa ketika mengetahui rumahnya di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur menjadi target penjarahan massa, Sabtu malam, 30 Agustus 2025. Uya Kuya mengaku sedih dan hanya bisa ikhlas menerima kenyataan seluruh barang berharga di dalam rumah itu dijarah oleh massa yang menyerbu rumahnya.

    Selebritis yang baru saja terjun ke dunia politik itu mengaku hanya bisa bersedih dan menyesalkan terjadinya penjarahan di rumahnya. Bahkan, kucing kesayangan istrinya, Astrid, ikut dijarah bersama kandangnya.

    Massa menyerbu rumah Surya Utama alias Uya Kuya yang berada di kawasan Pondok Bambu dan menjadi target penjarahan massa pada Sabtu malam, 30 Agustus 2025. Setelah menerobos rumah selebritis yang terjun ke politik itu, massa menjarah berbagai jenis barang pribadi.

    Rumah berkelir putih di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur, seketika ramai oleh puluhan orang yang tak segan menjebol pagar sebelum masuk dan mengacak-acak isi rumah.

    Massa tak hanya ingin bertemu Uya Kuya dan menuntut permintaan maaf, tetapi melakukan perusakan secara spontan. Perusakan yang dilakukan mulai dari memecahkan kaca hingga menjarah barang-barang berharga di rumah berkonstruksi dua lantai tersebut.

    Rumah Uya Kuya dalam kondisi kosong tanpa keberadaan sang pemili ketika peristiwa perusakan dan penjarahan terjadi. Saat kejadian, Uya Kuya beserta keluarga tidak berada di rumah sehingga tidak ada perlawanan atau upaya pencegahan dari pihak keluarga.

    Selain itu, absennya pengawasan dari aparat keamanan membuat massa leluasa melakukan aksi penjarahan hingga seluruh harta benda. Bahkan hewan peliharaan, seperti kucing kesayangan Astrid, istrinya, turut diambil massa bersama kandangnya.

  • Bikin Rakyat Sakit Hati dengan Aksi Joget, Anggota DPR Uya Kuya Minta Maaf

    Bikin Rakyat Sakit Hati dengan Aksi Joget, Anggota DPR Uya Kuya Minta Maaf

    FAJAR.CO.ID — Anggota DPR RI yang sempat dikecam karena merespons kritikan rakyat dengan aksi joget-joget, satu persatu mengumumkan permintaan maaf. Setelah anggota DPR RI dari Fraksi PAN, Eko Patrio, rekan sesama partainya, Uya Kuya, juga membuat permohonan maaf.

    Seperti Eko Patrio, Uya Kuya juga membuat permohonan maaf lewat video. Aksi joget-joget Uya Kuya selama ini menjadi sorotan dan kritikan karena dianggap telah melukai dan menghina rakyat.

    “Saya Uya Kuya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, tulus dari hati saya yang paling dalam untuk seluruh masyarakat Indonesia atas apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini,” kata Uya Kuya dalam video diunggah di akun media sosial.

    Aksi joget sejumlah anggota DPR, termasuk Eko Patrio dan Uya Kuya ternyata membuat tersinggung banyak orang, mengingat kondisi ekonomi masyarakat sedang sulit. Di sisi lain, mereka justru mendapat kemewahan dengan sejumlah tunjangan dan fasilitas negara dengan menjadi anggota DPR.

    Banyak orang menganggap, anggota DPR tidak lagi menyuarakan kegelisahan rakyat karena mereka hanya mementingkan kepentingan diri sendiri.Aksi demonstrasi pun digelar untuk menolak kenaikan gaji dan tunjangan DPR sampai mengakibatkan Affan Kuniawan meninggal dunia dilindas mobil taktis Brimob Polri.

    “Kami memahami apa yang terjadi ini mengakibatkan luka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Terutama korban yang harus gugur akibat bentrokan yang terjadi,” katanya.

    Uya Kuya mengklaim dirinya tidak sekalipun pernah berniat membuat suasana menjadi gaduh. “Dari hati saya, saya akan lebih berhati-hati lagi dalam bersikap, bertindak, bersungguh-sungguh mewakili rakyat Indonesia sebagai anggota DPR RI,” imbuhnya.

  • Tanggapi Demo Besar-besaran, Rismon Ingatkan Pernyataan Kubu Jokowi ‘Kalau Ijazah Ditunjukkan Bisa Chaos’

    Tanggapi Demo Besar-besaran, Rismon Ingatkan Pernyataan Kubu Jokowi ‘Kalau Ijazah Ditunjukkan Bisa Chaos’

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Dalam tiga hari terakhir, sejumlah wilayah di Indonesia diwarnai demonstrasi besar-besaran.

    Bahkan, sejumlah demo berujung peristiwa yang duka karena menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

    Selain kasus tewasnya Affan Kurniawan seorang driver ojol di Jakarta, di Makassar, 3 orang dilaporkan tewas terkait pembakaran gedung DPRD Kota Makassar.

    Sementara itu, pakar digital forensik, Rismon Hasihola Sianipar, turut merespons ramainya demonstrasi besar-besaran di berbagai wilayah.

    Dia bahkan mengingatkan kembali pernyataan dari kubu Jokowi, dalam hal ini Pengacara Yakup Hasibuan.

    “Kubu Jokowi Sebut Bisa ‘Chaos’, jika Ijazah Asli Ditunjukkan ke Publik,” tulis Rismon sembari membagikan gambar pemberitaan terkait pernyataan kuasa hukum Jokowi tersebut.

    Rismon kemudian meminta masyarakat agar berhati-hati dengan kode keras tersebut.

    “Hati-hati pada kode keras ‘CHAOS’ yang diungkapkan Yakup Hasibuan!” saran Rismon, dikutip dari akun @SianiparRismon di X, Sabtu malam (30/8/2025).

    Untuk diketahui, Yakup menyampaikan pernyataan chaos dalam konferensi pers di Senayan, Jakarta, Minggu (15/6/2025).

    “Bayangkan semua yang dituduh, dipaksa untuk menunjukkan ijazahnya. Ini bisa terjadi kepada siapa pun, kepada kepala daerah mana pun, kepada anggota DPR mana pun, kepada masyarakat sipil mana pun. Bayangkan kalau itu terjadi, kan negara ini chaos,” ujarnya saat itu.

    Pernyataan itu kemudian ditanggapi oleh Pakar telematika Roy Suryo pun menilai bahwa menunjukkan ijazah tak akan menciptakan kekacuan.

  • Dompet Dhuafa Kerahkan Tim Respon Medis di Sejumlah Daerah dalam Aksi Massa

    Dompet Dhuafa Kerahkan Tim Respon Medis di Sejumlah Daerah dalam Aksi Massa

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Ribuan massa memadati kawasan Polda Metro Jaya, Jakarta, dalam aksi demonstrasi pada Sabtu malam ini (30/8/2025). Di tengah ketegangan antara aparat dan massa, Dompet Dhuafa hadir memberikan respons kemanusiaan bagi peserta aksi yang membutuhkan bantuan medis maupun logistik.

    Melalui unit Disaster Management Center (DMC), Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), dan Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM), Dompet Dhuafa menurunkan dua armada ambulans dan 15 personel lapangan untuk memastikan layanan darurat bisa cepat diberikan.

    “Hingga kemarin (Jumat, 29/08)Tim kami bersiaga penuh dengan dukungan 2 (dua) ambulance untuk layanan, tenaga medis, serta relawan kemanusiaan. Fokus kami adalah memberikan pertolongan pertama dan upaya evakuasi kepada orang-orang yang terdampak paparan gas air mata maupun luka saat aksi massa, baik dari sisi masyarakat sipil maupun aparat keamanan,” ujar Eka Suwandi, Koordinator Lapangan Respons Kemanusiaan DMC Dompet Dhuafa.

    Mayoritas penanganan medis yang dilakukan adalah mengatasi sesak napas, iritasi mata, hingga luka ringan akibat benturan. Selain itu, tim Dompet Dhuafa juga menyalurkan logistik berupa makanan dan minuman bagi massa aksi yang masih bertahan di sekitar lokasi.

    Pantauan di lapangan hingga Sabtu malam ini (30/08) menunjukkan, asap dari objek terbakar sempat menyesaki udara sekitar Polda Metro Jaya dan DPR/MPR. Beberapa kali massa terpukul mundur akibat dorongan aparat keamanan. Meski begitu, yel-yel perjuangan terus berkumandang sebagai pemantik semangat solidaritas.