Category: Fajar.co.id Nasional

  • Unggah Video Saat Riza Chalid Tersangka Papa Minta Saham Gagal Dihadirkan di Sidang MKD, Said Didu Ngaku Punya Rekaman di CD

    Unggah Video Saat Riza Chalid Tersangka Papa Minta Saham Gagal Dihadirkan di Sidang MKD, Said Didu Ngaku Punya Rekaman di CD

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Eks Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu mengunggah sebuah video yang menunjukkan tersangka kasus Papa Minta Saham gagal dihadirkan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Dan

    Tersangka dimaksud adalah Riza Chalid alias MRC. Pria yang dikenal sebagai Bos Minyak dan baru saja ditetapkan tersangka korupsi Pertamina oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).

    “Jejak digital. Sidang Mahkamah Kehormatan Dewa n (MKD) awal Des 2015,” kata Didu dikutip dari unggahannya di X, Sabtu (12/7/2025).

    “Tersangka papa minta saham MRC yang jadi tersangka korupsi Pertamina hari ini tidak bisa dihadirkan oleh DPR saat itu (saking kuatnya),” tambah Didu.

    Didu mengungkapkan, di video yang ia unggah, terlihat sejumlah anggota dewan yang mendukung MRC. Bahkan sejumlah di antaranya masih menjabat saat ini.

    “Di video ini terlihat wajah-wajah anggota DPR pendungkung koruptor. Saat ini mereka masih jadi anggota DPR,” ucapnya.

    Meski begitu, ia mengungkapkan ada anggota MKD yang mendukung kasus itu dibuka. Seperti Akbar Faizal yang kala itu merupakan anggota DPR Fraksi NasDem.

    “Ada beberapa anggota MKD yang mendukung kasus ini dibuka ke publik seperti pak @akbarfaizal68 dari Nasdem tapi besoknya yang bersangkutan langsung diganti oleh Ketum Nasdem, pak SP,” imbuhnya.

    Hingga saat ini, Didu mengaku menyimpan rekaman asli momen tersebut.

    “Saya di belakang Pak Menteri ESDM @sudirmansaid untuk siap antisipasi kondisi terjelek yang mungkin terjadi – termasuk menyimpan rekaman asli di berbagai tempat – bahkan ada saya simpan (maaf) di CD,” terangnya.

  • Said Didu: Kehancuran BUMN oleh Jokowi Dilanjut Prabowo?

    Said Didu: Kehancuran BUMN oleh Jokowi Dilanjut Prabowo?

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Eks Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu mengkritik pengangkatan Komisaris Pertamina Hulu Energi (PHE). Perusahaan BUMN grup Pertamina.

    Ia berspekulasi, apakah kehancuran BUMN di jaman Presiden ke-7 Jokowi. Dilanjutkan di era Presiden Prabowo Subianto.

    “Kehancuran BUMN oleh Jokowi dilanjutkan oleh Prabowo?” kata Didu dikutip dari unggahannya di X, Sabtu (12/7/2025).

    Sebagai bekas petinggi BUMN, Didu mengatakan PHE disebut sebagai anak perusahaan surga. Karena keuntungan dari bisnisnya.

    “Anak perusahaan Pertamina PHE sering kami istilahkan sebagai anak perusahaan ‘surga’ bagi komisaris karena tanpa kerja apapun akan untung – tinggal keruk,” ujar Didu,

    “Sebagian besar keuntungan Pertamina berasal dari PHE,” tambah Didu.

    Namun kini, PHE diduduki tokoh yang tidak sesuai kapasitasnya. Misalnya Qodari dan Denny JA yang merupakan konsultan politik.

    “Tapi lucu, PHE adalah perusahaan murni masalah teknik tapi diisi komisaris dari tukang survey,” pungkasnya.

    Denny JA, Qodari, dan Stella Christie diketahui diangkat jadi komisaris setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

    Denny JA jadi komisaris utama dan komisaris independen. Kemudian Stella Christie dan Qodari masing-masing komisaris.

    Denny JA dikenal sebagai pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 2003. Melalui lembaga konsultan politiknya, memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) lima kali berturut-turut, mulai 2004, 2009, 2014, 2019, dan 2024.

    Lalu Stella saat ini menjabat Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek). Ia dikenal sebagai akademisi sebelumnya.

  • Koperasi Merah Putih Banjir Kritik, Akademisi: Jangan Sampai Hanya Jadi Instrumen Politis atau Proyek Sentralistik

    Koperasi Merah Putih Banjir Kritik, Akademisi: Jangan Sampai Hanya Jadi Instrumen Politis atau Proyek Sentralistik

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — 12 Juli merupakan peringatan Hari Koperasi Nasional. Sekitar 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih telah terbentuk dan siap diresmikan, sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025. Ini merupakan langkah nyata pemerintah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Pembentukan Kopdes Merah Putih mencakup berbagai sektor, seperti pertanian, perikanan, dan bidang lainnya, dengan tujuan utama untuk menggerakkan ekonomi desa serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Saat menyampaikan arahan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (21/03/2025), Presiden Prabowo menegaskan peran strategis Kopdes Merah Putih dalam mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Melalui program ini, Presiden berkomitmen untuk memberdayakan desa sebagai fondasi kemandirian ekonomi nasional.

    Wakil Rektor Bidang Pengelolaan Sumber Daya Universitas Paramadina, Dr. Handi Risza Idris, memberikan pandangan kritis terhadap target ambisius pemerintah membentuk 80.000 Koperasi Merah Putih (KMP).

    Menurutnya, koperasi memang merupakan amanat konstitusi sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 UUD 1945, namun harus tetap menjunjung asas kemandirian dan kekeluargaan.

    “Jangan sampai koperasi hanya menjadi instrumen politis atau proyek sentralistik pemerintah pusat, seperti yang pernah terjadi pada KUD masa lalu. Terlebih, sumber pendanaan KMP berasal dari dana desa dan APBDes. Jika tidak dikelola dengan prinsip good governance, program ini berpotensi menjadi beban baru, bukan solusi,” tegas Handi pada diskusi publik bertajuk “Koperasi Merah Putih: Menghadapi Realita, Meretas Solusi” diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting pada Jumat (11/7/2025),

  • Kasus Korupsi Minyak Mentah Seret 18 Tersangka, Riza Chalid Berstatus DPO, Yusuf Dumdum: Hukum Mati

    Kasus Korupsi Minyak Mentah Seret 18 Tersangka, Riza Chalid Berstatus DPO, Yusuf Dumdum: Hukum Mati

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat Media Sosial Yusuf Dumdum mengkritik kasus korupsi minyak mentah PT Pertamina yang telah menyeret 18 orang tersangka.

    Mereka adalah pejabat BUMN diantaranya RS, SDS, YF, AP, MK, EC, AN, HB, TN, DS, AS, HW. Adapun j pihak swasta/Broker yakni MKAR, DW, GRJ, MH, IP, MRC.

    Yusuf Dumdum berharap agar para tersangka tersebut dapat dihukum mati.

    “Hukum mati koruptor! Pertamina jadi sarang penyamun dan para bandit siluman,” kata Yusuf Dumdum dalam akun X pribadinya, dikutip Sabtu, (12/7/2025).

    “Masa jualan BBM sudah mahal tapi sering rugi. Sementara yang buka stand pom Pertamini aja selalu untung. Padahal, stok BBM nya dari Pertamina juga. Hukum mati aja semua. Bangsat,” tandasnya.

    Berikut daftar lengkap 18 tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah di PT Pertamina (periode 2018–2023), dengan total dugaan kerugian negara mencapai Rp 285 triliun:

    Riva Siahaan (RS) – Dirut PT Pertamina Patra Niaga

    Sani Dinar Saifuddin (SDS) – Dir. Feedstock & Product Optimization, Kilang Pertamina Internasional

    Yoki Firnandi (YF) – Dirut PT Pertamina International Shipping

    Agus Purwono (AP) – VP Feedstock Management, Kilang Pertamina Internasional

    Maya Kusmaya (MK) – Dir. Pemasaran Pusat & Niaga, Pertamina Patra Niaga

    Edward Corne (EC) – VP Trading Operations, Pertamina Patra Niaga

    Muhammad Kerry Andrianto Riza (MKAR) – Beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa

    Dimas Werhaspati (DW) – Komisaris PT Navigator Khatulistiwa & PT Jenggala Maritim

    Gading Ramadhan Joedo (GRJ) – Komisaris PT Jenggala Maritim & Dirut PT Orbit Terminal Merak

  • Kritik Pengangkatan Komisaris PT Pertamina Hulu Energi, Said Didu Sentil Cendekiawan Penjilat

    Kritik Pengangkatan Komisaris PT Pertamina Hulu Energi, Said Didu Sentil Cendekiawan Penjilat

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu mengkritik PT Pertamina Hulu Energi yang telah mengangkat komisaris baru.

    Menurutnya, kerusakan BUMN akan berlanjut setelah melihat komisariat yang telah diangkat tersebut.

    “Kerusakan BUMN berlanjut. Jadi penampungan relawan, caleg gagal, buzzer, dan cendekiawan penjilat,” kata Said Didu dikutip akun X pribadinya, Jumat, (11/7/2025).

    Diketahui, pengangkatan komisaris baru diumumkan secara resmi pada 10 Juli 2025, menggantikan struktur sebelumnya.

    Struktur lama seperti Rinaldi Firmansyah sebagai Komisaris Utama sudah tidak berlaku lagi berdasarkan laman resmi PHE terbaru.

    Berikut susunan Dewan Komisaris PT PHE terbaru setelah RUPS per 8–10 Juli 2025:

    Komisaris Utama & Komisaris Independen: Denny Januar Ali (alias “Denny JA”)

    Denny JA adalah seorang intelektual publik, konsultan politik, dan penulis terkemuka di Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI).

    Denny memiliki latar belakang pendidikan politik dan komunikasi dari luar negeri dan aktif dalam dunia opini publik, demokrasi, dan literasi digital.

    Komisaris Independen: Iggi Haruman Achsien

    Seorang profesional senior di bidang keuangan dan manajemen risiko, Iggi dikenal berpengalaman sebagai komisaris di beberapa BUMN dan swasta. Ia juga aktif dalam pengembangan tata kelola perusahaan dan audit internal.

    Komisaris:

    Stella Christie (Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi)

    Stella adalah Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI. Ia merupakan akademisi dan peneliti di bidang ilmu kognitif dan pendidikan, lulusan University of Edinburgh dan pernah mengajar di luar negeri.

  • Fakta-fakta Terbaru Kasus Kematian Diplomat Kemlu Arya Daru, Dari Smart Door Lock hingga Rekaman CCTV

    Fakta-fakta Terbaru Kasus Kematian Diplomat Kemlu Arya Daru, Dari Smart Door Lock hingga Rekaman CCTV

    2. Sidik Jari di Lakban

    Polisi menemukan hanya sidik jari Arya Daru Pangayunan pada lakban yang melilit kepalanya. Kompol Rezha Rahandhi mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil Labfor untuk pemeriksaan lakban dan sidik jari yang tertempel.

    3. Rekaman CCTV

    Video rekaman CCTV di lokasi kejadian memperlihatkan pergerakan Arya Daru sempat keluar dari kamar pada malam hari sebelum ditemukan tewas keesokan harinya.

    Pada video itu terlihat Arya Daru keluar dari kamarnya sekitar pukul 23.24 WIB. Dia keluar kamar membawa kantong kresek berwarna hitam dan berjalan ke arah pintu keluar kos.

    Beberapa saat kemudian, Arya Daru kembali masuk, namun tak lagi membawa kantong kresek tersebut. Setelahnya, kembali masuk ke dalam kamar kosnya.

    4. Arya Mengidap Gerd

    Wakasatreskrim Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Sigit Karyono menjelaskan, kepolisiaan telah memeriksa lima saksi dalam kasus kematian Arya Daru.

    Salah satunya adalah istri Arya bernama Meta Ayu Puspitantri untuk meminta keterangan terkait rekam jejak korban. Dari pemeriksaan tersebut, polisi menemukan fakta bahwa Arya memiliki sejumlah penyakit di antaranya Gerd dan penyakit kolesterol.

    Hasil olah TKP juga menemukan obat lambung dan sakit kepala.

    “Hasil pemeriksaan dengan meminta keterangan istri, memang korban punya riwayat sakit lah ya, punya gerd, sakit kolesterol aja sebenarnya. Tapi nanti akan kita padukan dengan hasil autopsi, apakah obat ini diminum atau bagaimana,” urai Sigit.

    Ditreskrimun Polda Metro Jaya kini menyelidiki kasus kematian diplomat muda Kemlu Arya Daru Pangayunan.

  • Firasat Meta Ayu Puspitantri soal Arya Daru, Diplomat Kemlu yang Meninggal dengan Kepala Dililit Lakban, Cerita Hidup Terekam di Youtube

    Firasat Meta Ayu Puspitantri soal Arya Daru, Diplomat Kemlu yang Meninggal dengan Kepala Dililit Lakban, Cerita Hidup Terekam di Youtube

    Rezha mengatakan aktivitas korban tersebut sempat terekam kamera CCTV yang sudah diamankan.

    “Hanya korban keluar masuk tempat kos, pesan Gojek maupun buang makan setelah dia selesai makan di jam 23.30 WIB,” jelasnya.

    Jual Mobil 

    Sebelum ditemukan tewas, Arya juga diketahui menjual mobil. Birvan yang merupakan tetangga indekos Arya Daru mengaku, mendapatkan kabar dijualnya mobil tersebut lantaran Arya Daru ingin pindah ke China.

    “Dia barusan jual mobil. Dijual mobilnya, aku dapat info dari Pak Sis yang jaga kos. (Aku tanya) loh kenapa? Mau pindah ke China. Keluar negeri. Keluar negeri, mau pindah ke luar negeri,” kata Birvan kepada awak media saat ditemui di Indekos Gondia, Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).

    Birvan mengaku, sosok Arya semasa hidupnya memang kerap kali membersihkan atau sekadar mengelap mobilnya di lahan parkir kos, sementara Birvan kerap membersihkan motor.
    Namun dalam momen tersebut, Birvan dengan Arya jarang sekali berbicara panjang.

    “Nggak ada dia (kegiatan terlihat), cuman pulang kerja, pergi kerja. Nanti keluar pergi, nanti pergi cari makanan atau ngelap mobil. Seringnya ketemu gitu sih. Nggak, jarang ngobrol,” beber Birvan.

    Lebih lanjut, dia memastikan kalau mobil Arya Daru terjual diperkirakan terjadi sejak beberapa hari ini.

    Lantaran kata Birvan, terakhir kali terlihat mobil yang terparkir bukanlah mobil Arya, melainkan diduga mobil milik istri Arya Daru yang sedang berkunjung ke indekos.

    “Nah, pernah juga waktu itu ada mobil dia, kayaknya mobil istrinya kan. Dia mau ngantar istrinya pulang gitu,” kata Birvan.

  • Semasa Hidup Sering Bantu Anak Telantar, Anak Diplomat Muda Mainkan Lagu Perpisahan di Depan Jenazah Ayahnya

    Semasa Hidup Sering Bantu Anak Telantar, Anak Diplomat Muda Mainkan Lagu Perpisahan di Depan Jenazah Ayahnya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Kematian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kementerian Luar Negeri menjadi sorotan setelah jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan.

    Tubuh Arya terbungkus selimut dan kepalanya terikat lakban, tergeletak di atas kasur kamar 105 Guest House Gondia, Jalan Gondangdia Kecil No 22, Menteng, Jakarta Pusat.

    Hingga kini polisi masih mendalami penyebab kematian Arya, apakah merupakan korban pembunuhan atau ternyata bunuh diri.

    Jenazah Arya tiba di rumah duka sekitar pukul 15.42 WIB, Rabu (9/7/2025).

    Isak tangis dan Suasana haru dan duka mendalam pun menyelimuti kediaman di Jalan Munggur Nomor 6, Jomblang, Janti, Banguntapan, Bantul,

    Melansir dari Radar Jogja (JawaPos Group), kedatangan jenazah Arya disambut isak tangis. Begitu tiba, jenazah langsung dibawa masuk untuk disalatkan. Karena banyaknya pelayat yang datang, prosesi salat jenazah dilakukan dalam beberapa kloter.

    Keluarga, kerabat, rekan kerja, hingga warga sekitar memadati lokasi untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang diplomat muda yang dikenal berdedikasi dan berhati lembut.

    Deretan karangan bunga turut membanjiri sepanjang jalan menuju rumah duka. Belasan papan belasungkawa itu datang dari berbagai kalangan, tanda bahwa kepergian Arya meninggalkan luka mendalam di banyak hati.

    Direktur Perlindungan WNI Kemenlu RI Judha Nugraha yang hadir langsung ke rumah duka, memberikan pidato penuh emosional mengenang sosok Arya.

    “Mas Daru bergabung di Kementerian Luar Negeri sejak 2014. Kami menyaksikan sendiri bagaimana ia membantu anak-anak terlantar, mengevakuasi WNI, dan selalu peduli pada sesama,” ujar Judha dengan suara bergetar menahan tangis Rabu (9/7).

  • Di Tengah Polemik Dugaan Ijazah Palsu, Tere Liye Beber Sejumlah Kebohongan Jokowi Selama Menjabat

    Di Tengah Polemik Dugaan Ijazah Palsu, Tere Liye Beber Sejumlah Kebohongan Jokowi Selama Menjabat

    “Apakah itu betulan ‘bohong’? Jika kalian tanya ke ahli, pengamat, atau tanyakan ke AI, maka jawabannya, ‘tidak’. Karena itulah pekerjaan politisi. Membual. Jualan halu. Seolah punya ideologi, prinsip, tapi sejatinya tidak. Kosong saja. Dan fansnya, bukan main, menelan habis2an setiap ocehannya,” sindir Tere Liya.

    Itulah politisi. Nah, apes bagi Indonesia, dalam kasus politisi2 ini, dia tidak hanya sedang ‘membual’. Sy tidak lelah mengingatkan sejak tahun 2012 soal ini. Apesnya, kalian percaya politisi2 ini bisa bekerja, padahal pencitraan. Itulah masalahnya.

    “Seriusan my friend, datanglah ke Beijing, Shanghai. Tahun 1997, China di bawah kita GDP per kapitanya. Hari ini, bahkan dengan penduduk lebih banyak, susah diurus, China melesat berkali lipat. Karena sejelek-jeleknya politisi di sana, lumayan bisa kerja,” tambahnya.

    Hari ini, Indonesia itu surganya KKN model baru. Saat jabatan dibagi-bagikan ke orang-orang yang tidak bisa bekerja. “Bahkan sarjana agama pun, bisa dikasih jabatan tambang. Ambyarnya kebangetaaan,” tutup Tere Liye.

    Sebelumnya diberitakan, Kasus terkait ijazah mantan Presiden Jokowi kembali memasuki babak baru. Polda Metro Jaya resmi meningkatkan status kasus dugaan pencemaran nama baik atau fitnah ke tahap penyidikan.

    Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, mengungkapkan, penyidik telah melakukan gelar perkara pada Kamis (10/7/2025) pukul 18.45 WIB.

    Gelar perkara ini membahas enam laporan polisi (LP) terkait kasus tersebut.

    “Ada satu LP terkait dugaan pencemaran nama baik atau fitnah sebagaimana diatur dalam Pasal 310, 311 KUHP dan UU ITE. Laporan itu dibuat oleh saudara IR HJW,” ujar Kombes Ade Ary kepada wartawan, Jumat (11/7/2025).

  • Riza Chalid Tersangka, Yusuf Dumdum: Hukum Mati Koruptor

    Riza Chalid Tersangka, Yusuf Dumdum: Hukum Mati Koruptor

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Penetapan pengusaha raksasa minyak, Mohammad Riza Chalid sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) menuai banyak perhatian masyarakat. Tidak sedikit yang mengapresiasi langkah tersebut.

    Sebagaimana diketahui, Riza Chalid ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang Pertamina-KKKS periode 2018-2023.

    Tidak hanya dia, Kejagung juga menetapkan delapan tersangka lainnya. Kasus dugaan korupsi ini ditengarai merugikan negara hingga Rp200 triliun.

    Kejaksaan Agung (Kejagung) mengumumkan ‘raja minyak’ itu sebagai tersangka pada Kamis (10/7/2025).

    Riza Chalid ditetapkan status hukumnya bersama-sama dengan delapan tersangka tambahan terkait kasus korupsi yang merugikan negara setotal Rp 200-an triliun sepanjang 2018-2023 itu.

    Direktur Penyidikan (Dirdik) Jampidsus Kejagung, RI Abdul Qohar mengatakan pihaknya telah mengumpulkan barang bukti yang cukup untuk menetapkan saudagar minyak Riza Chalid sebagai tersangka.

    Pegiat Media Sosial, Yusuf Dumdum ikut bersuara atas penetapan raja minyak tersebut sebagai tersangka. Dia lantas meminta aparat penegak hukum di negeri ini untuk menghukum para tersangka dengan hukuman berat. “Hukum mati koruptor,” serunya di media sosial X, Jumat (11/7).

    Dia bahkan menyebut, Pertamina yang kerap mengalami kerugian hanya jadi sarang penyamun, dan para bandit siluman.

    Yusuf Dumdum bahkan mengungkap keheranannya terhadap perusahaan yang mengelola minyak di negeri ini. Pasalnya, yang kerap disampaikan kepada masyarakat hanyalah kerugiannya.