Category: Detik.com Kesehatan

  • Waspadai Gejala Kanker Usus Besar yang Muncul di Malam Hari

    Waspadai Gejala Kanker Usus Besar yang Muncul di Malam Hari

    Jakarta

    Gejala kanker usus besar memang jarang dirasakan oleh pengidapnya, apalagi pada tahap awal.

    Jika muncul, gejala kanker usus besar sering kali disalahartikan sebagai kondisi medis yang lain, seperti masalah pencernaan.

    Spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi Dr dr Andhika Rachman SpPD-KHOM, menjelaskan salah satu gejala kanker usus besar yang perlu diperhatikan adalah nyeri perut. Kondisi ini, kata dr Andhika, biasanya memburuk pada malam hari.

    “Beberapa pasien melaporkan gejala nyeri perut atau ketidaknyamanan yang lebih parah di malam hari,” ucap Spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi Dr dr Andhika Rachman SpPD-KHOM, saat dihubungi detikcom, Kamis (7/11/2024).

    Menurutnya, kondisi nyeri perut yang terjadi di malam hari tersebut bisa terjadi akibat sejumlah faktor, seperti pergerakan usus yang terganggu atau sumbatan parsial.

    Walaupun tidak semua kasus menunjukkan gejala yang sama, pola munculnya gejala di malam hari bisa menjadi tanda yang perlu diperhatikan, terutama jika disertai dengan tanda-tanda lainnya. Di antaranya:

    darah dalam tinjapenurunan berat badanperubahan pola buang air besar

    “Jika gejala nyeri perut atau ketidaknyamanan yang dicurigai sebagai tanda kanker usus besar muncul pada malam hari, segera berkonsultasi dengan Dokter,” kata dr Andhika.

    (suc/suc)

  • Bukan Cuma Pelaku Judol yang Kena Gangguan Jiwa, Keluarga Bisa Kena Dampaknya

    Bukan Cuma Pelaku Judol yang Kena Gangguan Jiwa, Keluarga Bisa Kena Dampaknya

    Jakarta

    Tak sedikit pasien yang mengalami rawat jalan imbas kecanduan judi online. RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) bahkan mencatat hampir 100 orang yang menjalani rawat inap akibat kecanduan judi online.

    Kepala Divisi Psikiatri RSCM Dr dr Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ, mengatakan judi online bisa berdampak pada kesehatan lantaran memicu adiksi atau kecanduan. Salah satu dampak buruknya, bisa memicu depresi. Terlebih jika sudah bermasalah dengan keuangan.

    Meskipun begitu, bukan hanya pelaku saja yang mengalami depresi. Keluarga dari penjudi online juga bisa mengalami kesehatan mental, seperti depresi. Hal ini dikarenakan orang terdekat seperti keluarga biasanya membantu melunasi hutang akibat judi online.

    “Kadang yang terjadi gangguan depresinya pada keluarga duluan, tapi yang mengalami judi online justri tidak depresi. Dia merasa tidak bermasalah karena bisa mendapatkan uang dari keluarga,” dr Kristiana.

    “Misalnya judi online, ada hutang, ada pinjaman online, teror keluarga, keluarga sebisa mungkin melunasinya. Sehingga pelaku ini merasa nggak masalah karena nggak diteror. Yang diteror keluarga, itu yang membuat keluarga depresi,” imbuhnya lagi.

    dr Kristiana mengatakan tatalaksana mengobati kecanduan judi online bukan berhenti dilunasi oleh keluarga, tetapi harus menjalani pengobatan lebih lanjut. Ia menyebut, keluarga juga perlu menjalani pengobatan untuk mengatasi dampak kesehatan mental yang dialami.

    “Jadi harus dibawa berobat. Menghindari depresi bukan berhenti melunasi hutang. Melunasi hutang saja itu tidak menghentikan perilaku judi, sehingga gangguan depresi pada keluarga bisa berlanjut dan semakin berat. Depresi pada keluarga ini harus dihindari, diobati, diringankan dengan berbagi beban pada tenaga profesional,” imbuhnya lagi.

    “Karena dengan keluarga saja tidak bisa setop kecanduan judinya. Benar, depresi itu lebih sering terjadi pada keluarga,” katanya lagi.

    Menurutnya, saat keluarga depresi, mereka tak bisa berpikir rasional dalam menolong anggota keluarga yang kecanduan judi online.

    “Artinya ketika diteror dan dipaksa langsung lemah dan berasa nggak mikir jadi mengabulkan keinginan pelaku judi online,” sambungnya.

    (suc/suc)

  • Geger Penyakit Misterius di Sudan, Picu 73 Orang Meninggal

    Geger Penyakit Misterius di Sudan, Picu 73 Orang Meninggal

    Jakarta

    Sebanyak 73 orang meninggal karena penyakit misterius di kota al-Hilaliya di Sudan, yang dikepung oleh Pasukan Dukungan Cepat atau Rapid Support Forces (RSF) paramiliter.

    Ini adalah salah satu dari puluhan desa yang diserang di negara bagian El Gezira timur sejak pembelotan seorang komandan utama RSF ke tentara, yang memicu serangan balas dendam yang telah menyebabkan lebih dari 135.000 orang mengungsi.

    Perang antara kedua kekuatan tersebut telah menciptakan krisis kemanusiaan terbesar di dunia, menyebabkan lebih dari 11 juta orang mengungsi dan membuat lebih banyak orang kelaparan, serta menarik kekuatan asing dan memicu ketakutan akan keruntuhan negara.

    Meskipun angka kematian yang tinggi di wilayah lain Gezira terjadi akibat penembakan dan tembakan RSF, di al-Hilaliya orang-orang jatuh sakit karena diare, sehingga memenuhi rumah sakit setempat menurut serikat pekerja dan tiga orang dari daerah tersebut.

    Pemadaman jaringan yang dilakukan oleh RSF mempersulit penentuan penyebab pasti kematian puluhan orang tersebut.

    Seorang pria mengatakan tiga anggota keluarganya meninggal karena penyakit yang sama, namun dia baru mengetahuinya beberapa hari kemudian ketika yang lain melarikan diri ke daerah yang memiliki akses internet.

    “Mereka yang ingin pergi harus membayar sejumlah besar uang di pos pemeriksaan RSF,” kata pria lainnya, dikutip Reuters.

    (suc/suc)

  • Pengakuan Dokter Idap Kanker Usus Besar Stadium 4, Gejala Awalnya Mudah Lelah

    Pengakuan Dokter Idap Kanker Usus Besar Stadium 4, Gejala Awalnya Mudah Lelah

    Jakarta

    Seorang wanita di AS sekaligus dokter ginekolog, dr Lauren Juyia membagikan kisahnya yang berjuang melawan kanker usus besar stadium 4. Kondisi tersebut dialaminya saat usia 37 tahun.

    dr Juyia mengaku mengalami gejala berupa kelelahan pada Agustus 2022. Awalnya ia mengira gejala yang dialami hanya efek dari aktivitas yang padat dan perannya sebagai seorang ibu.

    Namun kelelahan yang dirasakan semakin memburuk. Ia juga mengalami gejala berupa rasa berat di area panggul. Lantaran merasa tak ada yang beres dengan kondisinya, ia memutuskan untuk memeriksakan diri lebih lanjut, seperti USG.

    Hasil pemeriksaan menunjukkan ada massa di panggul yang berukuran seperti kehamilan 16 minggu. Terlebih, massa tersebut terus membesar dari 8 cm menjadi 24 cm hanya dalam waktu dua minggu.

    “Dalam kebidanan, kami mengukur ukuran berdasarkan minggu kehamilan, dan saya berpikir, ‘Massa ini luar biasa besar,’” ungkapnya, dikutip dari Times Now News.

    dr Juyia awalnya menduga kanker yang dialaminya merupakan kanker ovarium lantaran tempat lokasinya. Namun berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata dr Juyia mengidap kanker usus besar stadium 4 yang telah menyebar ke sejumlah organ, termasuk ovarium, rahim, usus buntu, dan daerah perut lainnya.

    Spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi Dr dr Andhika Rachman SpPD-KHOM menjelaskan kelelahan yang dialami kemungkinan disebabkan oleh perdarahan kecil yang berkelanjutan dari tumor. Kondisi ini dapat menyebabkan anemia.

    “Anemia mengurangi jumlah oksigen ke jaringan tubuh, sehingga menyebabkan kelelahan kronis,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (7/11/2024).

    Selain kelelahan, beberapa gejala kanker usus besar lain yang perlu diwaspadai menurut dr Andhika, yaitu:

    perubahan pola buang air besardarah pada tinjanyeri perut atau kram perut yang menetappenurunan badan tanpa sebabperasaan buang air besar yang tidak tuntas.

    (suc/kna)

  • Video: Menkes Ungkap Potensi Investasi Industri Kesehatan di Indonesia

    Video: Menkes Ungkap Potensi Investasi Industri Kesehatan di Indonesia

    Video: Menkes Ungkap Potensi Investasi Industri Kesehatan di Indonesia

  • Lingkaran Setan Kecanduan Judol, Susah Stop Meski Sudah Sering Kalah

    Lingkaran Setan Kecanduan Judol, Susah Stop Meski Sudah Sering Kalah

    Jakarta

    Judi online menjadi sebuah fenomena besar yang meresahkan di tengah masyarakat. Tidak hanya berkaitan dengan kondisi sosial, masalah ini rupanya juga berkaitan erat dengan masalah adiksi seseorang.

    Kepala Divisi Psikiatri RSCM Dr dr Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ mengatakan dalam penelitian yang ia lakukan pada tahun 2021, sebanyak 2 persen dari populasi Indonesia mengalami kecanduan judi. Dari hasil penelitian itu, Kristiana juga mengungkapkan bahwa sebagian para pecandu judi online tidak menyadari mereka memiliki masalah adiksi judi.

    “Namun, dari 2 persen yang mengalami kecanduan judi ini, ternyata hanya 18,5 persen yang merasa tidak memiliki prilaku adiksi judi,” ucap dr Kristina dalam media briefing dikutip Jumat (8/11/2024).

    dr Kristina menjelaskan ada beberapa faktor yang membuat seorang pasien adiksi judi online susah tobat dan lepas dari kebiasaannya. Salah satunya adalah pikiran yang salah dan terlalu fokus pada kemenangan yang pernah diraih.

    Padahal, seringkali kerugian yang dialami oleh pasien adiksi judi online jauh lebih besar daripada kemenangan yang pernah didapat.

    “Banyak pikiran yang salah dan tidak masuk akal sehingga seseorang fokus pada kemenangannya, bukan karena kekalahan. Misal menang Rp 80 juta, tapi rugi total Rp 2 miliar. Menang Rp 50 juta tapi rugi Rp 3 miliar. Yang diingat selalu kemenangan,” katanya.

    Faktor lain yang mungkin membuat seseorang susah kapok main judi online adalah kultur keluarga yang selalu membantu membayarkan hutang. Kultur keluarga seperti ini tak jarang justru dimanfaatkan oleh pasien adiksi judi online, untuk terus bermain tanpa takut terkena hutang atau masalah.

    Pemain judi online nantinya ‘memotivasi’ diri akan berhenti bermain judi setelah menang dan mendapatkan uang yang diinginkan. Namun, pada kenyataannya ia tidak akan berhenti, baik setelah menang ataupun kalah.

    “Orang tua atau keluarga mengharapkan orang tersebut kapok untuk berjudi kembali dan stop. Tapi ternyata ketika dia sudah tidak memiliki hutang, maka muncul suatu pemikiran baru yaitu, ‘aku sudah tidak ada masalah, tidak ada hutang, sehingga kalau aku berjudi lagi juga tidak apa, dan aku yakin aku bisa berhenti dengan cepat’,” kata dr Kristiana.

    (avk/kna)

  • Indonesia Negara Tropis, Kok Bisa Banyak Anak Kekurangan Vitamin D?

    Indonesia Negara Tropis, Kok Bisa Banyak Anak Kekurangan Vitamin D?

    Jakarta

    Indonesia termasuk negara tropis dengan matahari bersinar sepanjang tahun. Kondisi tersebut seharusnya membuat masyarakat Indonesia tercukupi akan kebutuhan vitamin D.

    Namun studi malah menemukan warga Indonesia, termasuk anak-anak, cenderung mengalami defisiensi vitamin D. Berdasarkan data dari South East Asian Nutrition Surveys II (SEANUTS II), anak-anak di Indonesia belum memenuhi kebutuhan rata-rata kalsium dan vitamin D sehingga berpengaruh pada tumbuh kembang mereka.

    Guru besar Fakultas Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia Prof Dr dr Rini Sekartini SpA(K) mengatakan meski tinggal di negara tropis, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kekurangan vitamin D pada anak. Termasuk banyak orang tua yang takut kulit anak menggelap saat terkena sinar matahari.

    “Kalau main di luar juga orang tua cenderung menutup tubuh anak dengan penuh, jadi paparan sinar matahari yang masuk itu dikit sekali. Termasuk jg yg di daerah rural. Mereka kan sering main outdoor, tapi tetap juga defisiensi vitamin d,” kata dr Rini saat ditemui di Jakarta, Jumat (8/11/2024).

    Sengaja menghindari sinar matahari, bisa membuat tubuh anak menjadi kekurangan vitamin D. Dampaknya pun sangat banyak, mulai dari cepat lelah hingga autoimun atau kondisi ketika kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuh sendiri.

    Kata dr Rini, pemenuhan gizi termasuk memberikan sarapan dengan gizi seimbang sangat penting bagi anak-anak sekolah. Sarapan sehat tidak hanya berfungsi meningkatkan energi, tetapi sumber utama mereka agar tetap fit dalam beraktivitas.

    “Secara umum, anak-anak yang mengonsumsi susu pada saat sarapan memiliki asupan mikronutrien esensial lebih tinggi terutama kalsium dan vitamin D,” tandas dr Rini.

    (kna/kna)

  • Belajar dari Covid-19, Menkes Dorong Industri Kesehatan Dalam Negeri

    Belajar dari Covid-19, Menkes Dorong Industri Kesehatan Dalam Negeri

    Jakarta – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut Indonesia mengalami kesulitan alat kesehatan (alkes) dan obat saat Covid-19. Belajar dari situasi tersebut, Budi Gunadi ingin mendorong produksi alkes dan farmasi di dalam negeri.

    (/)

  • Kaki Bau gegara Pakai Sepatu Basah Kehujanan? Tenang! Begini Cara Mengatasinya

    Kaki Bau gegara Pakai Sepatu Basah Kehujanan? Tenang! Begini Cara Mengatasinya

    Jakarta

    Salah satu masalah pada kaki yang bisa muncul saat seseorang sering memaksa memakai sepatu yang basah adalah bau kaki. Kondisi ini tentu akan membuat seseorang menjadi kurang percaya diri, bahkan mengganggu kenyamanan orang lain di sekitarnya.

    Spesialis kulit dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK membenarkan jika penggunaan sepatu basah secara terus menerus dapat menyebabkan muncul bau kaki atau bromodosis.

    “Kondisi ini terjadi akibat kelembapan dalam sepatu yang mendukung pertumbuhan bakteri, terutama bakteri jenis Brevibacterium dan Staphylococcus epidermidis,” tutur dr Darma saat dihubungi detikcom (6/11/2024).

    “Bakteri ini menguraikan protein keratin di kulit, menghasilkan asam yang menimbulkan bau khas. Selain itu, jamur pada kulit kaki juga dapat berkontribusi pada masalah ini (bau kaki),” lanjut dia.

    dr Darma memberikan beberapa tips sederhana yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah bau kaki akibat sepatu basah tersebut.

    “Pertama, cuci kaki secara teratur menggunakan sabun antibakteri dan pastikan kaki benar-benar kering sebelum memakai sepatu, terutama di sela-sela jari,” katanya.

    “Penggunaan bedak kaki atau antiperspirant khusus juga dapat membantu mengurangi kelembapan pada kulit kaki, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur,” sambungnya.

    dr Darma menekankan pentingnya untuk memastikan sepatu yang akan digunakan sudah dalam kondisi kering sebelum dipakai kembali. Selain itu, dirinya juga merekomendasikan jenis sepatu yang bisa dipakai pada musim hujan.

    “Sepatu berbahan sintetis atau karet, seperti sepatu boot anti air, lebih efektif melindungi kaki dari kelembaban berlebih yang dapat memicu infeksi kulit. Material seperti ini mampu mencegah air meresap ke dalam sepatu, sehingga risiko kaki basah berkurang secara signifikan,” tutupnya.

    (dpy/suc)

  • Derita Balita di RS Nasser Khan Younis Gaza

    Derita Balita di RS Nasser Khan Younis Gaza

    Derita Balita di RS Nasser Khan Younis Gaza