Category: Detik.com Kesehatan

  • Berani Ngaku Jenius? Coba Pecahkan 8 Soal Matematika Ini dalam Waktu 10 Detik!

    Berani Ngaku Jenius? Coba Pecahkan 8 Soal Matematika Ini dalam Waktu 10 Detik!

    Jakarta

    Mengerjakan soal matematika dapat melatih cara berpikir. Melalui soal yang unik, menantang, dan kadang menjebak, kemampuan serta kreativitas diuji untuk menemukan jawaban yang benar.

    Berikut beberapa soal matematika asah otak yang bisa membuatmu berpikir lebih keras. Tantangannya mungkin terlihat sederhana, tapi jawabannya belum tentu!

    Soal Matematika Asah Otak

    Perhatikan dengan teliti soal-soal berikut. Beberapa membutuhkan pola yang perlu dipecahkan.

    1. Lihat beberapa contoh penjumlahan ini dan ketahui polanya.

    4+3=1271
    8+2=16106
    12+4=48168
    19+3=572216
    9+5=45144
    7+6=?

    2. Berapa jawaban dari soal matematika berikut?

    5+5+5+5+10×20+5+5=?

    3. Jago perhitungan bilangan deret? Coba jawab soal ini

    7, 5, 8, 4, 9, 3, …?

    4. Ada perkalian dan penjumlahan. Mana dulu yang dikerjakan?

    10+10×0+10=?

    5. Isi tanda persamaan di bawah ini dengan tepat

    53 …117=-64
    71 …158=0,45

    6. Perhatikan soal berikut

    1+4=5
    2+5=12
    3+6=21
    8+11=…

    7. Lihat gambar berikut dan tentukan nilai matahari dan bulan.

    asah otak Foto: detikHealth

    8. Soal bonus. Sebutkan angka terbesar yang bisa dibentuk hanya dengan memindahkan satu batang korek api saja.

    asah otak health Foto: detikHealthJawaban Matematika Asah Otak

    Inilah jawaban dari soal matematika asah otak.

    1. 7+6=42131

    Polanya adalah sebagai berikut

    7×6=42
    7+6=13
    7-6= 1

    2. Jawabannya adalah . Cara menghitungnya sebagai berikut:

    5+5+5+5+10×20+5+5
    20+200+10
    =230

    3. 7, 5, 8, 4, 9, 3, 10.

    4. Jawabannya adalah 20

    10+10×0+10=?
    =10+(0)+10
    =10+10
    =20

    5. (-) dan (:)

    6. Jawabannya adalah 40

    Hasil dari setiap penjumlahan ditambahkan dengan hasil sebelumnya.

    Jika 3+6= (9+2)=21
    maka 8+11= (19+21)=40

    7. Matahari dikali bulan hasilnya 200. Nilai matahari adalah 20 dan nilai 1 bulan 10.

    8. Jawabannya 909. Cukup pindahkan satu batang.

    asah otak health Foto: detikHealth

    (elk/suc)

  • Dokter Gedung Putih Rilis Hasil Pemeriksaan Kesehatan Trump, Begini Temuannya

    Dokter Gedung Putih Rilis Hasil Pemeriksaan Kesehatan Trump, Begini Temuannya

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump dinyatakan berada dalam kondisi kesehatan menyeluruh yang sangat baik setelah menjalani pemeriksaan fisik eksekutif yang komprehensif, menurut dokter Gedung Putih.

    Dalam memo yang dirilis pada Senin, Kapten Sean Barbabella menjelaskan hasil pemindaian lanjutan pada jantung dan perut presiden berusia 79 tahun itu menunjukkan kondisi yang sepenuhnya normal.

    Dikutip BBC, Barbabella menuliskan bahwa Trump menjalani MRI saat pemeriksaan fisik pada Oktober lantaran pria pada kelompok usia tersebut dinilai mendapat manfaat dari evaluasi menyeluruh terkait kesehatan kardiovaskular dan abdomen.

    Rilis ini disampaikan di tengah dorongan sejumlah politikus Partai Demokrat, termasuk Gubernur Minnesota Tim Walz, yang meminta hasil pemeriksaan tersebut dipublikasikan karena adanya kekhawatiran mengenai usia Trump dalam masa jabatan keduanya.

    Dalam memonya, Barbabella menegaskan tidak ditemukan tanda penyempitan arteri yang dapat menghambat aliran darah maupun kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar Trump. Ia juga menyebut sistem kardiovaskular sang presiden secara keseluruhan “menunjukkan kesehatan yang sangat baik”.

    Ia menambahkan bahwa sistem kardiovaskular Trump secara keseluruhan “menunjukkan kesehatan yang sangat baik”.

    Selain itu, Barbabella, dokter darurat Angkatan Laut AS yang pernah bertugas di Irak dan Afghanistan, menyatakan hasil pemindaian abdomen Trump berada dalam batas normal dan tidak mengindikasikan masalah akut maupun kronis.

    MRI tersebut, lanjutnya, merupakan bagian dari pemeriksaan standar dalam “executive physical” untuk seseorang di usia Trump.

    (suc/kna)

  • Kerja Seharian di Ruang Ber-AC Bisa Bikin Imun Turun, Ini Cara Cegahnya

    Kerja Seharian di Ruang Ber-AC Bisa Bikin Imun Turun, Ini Cara Cegahnya

    Jakarta

    Bekerja di ruang ber-AC setiap hari ternyata memiliki dampak negatif terhadap kesehatan. Bahkan kebiasaan bekerja di ruang ber-AC seharian bisa menurunkan imunitas.

    “Banyak dari kita merasa nyaman bekerja seharian di ruangan ber-AC. Tapi, udara dingin dan kering dari AC bisa mempercepat penguapan cairan dalam tubuh tanpa kita sadari,” kata Dokter Gizi, dr Metta kepada detikcom, beberapa waktu lalu.

    Dia menjelaskan penguapan itu membuat tubuh kehilangan cairan. Hal ini tentu bisa mempengaruhi kesehatan tubuh seseorang.

    “Akibatnya, tubuh kehilangan cairan sekaligus mineral penting yang berperan besar menjaga daya tahan dan kesehatan tubuh. Jika dibiarkan, ini bisa membuat imun tubuh menurun dan kita lebih rentan sakit,” jelasnya.

    Menurutnya, ketika hal itu terjadi, tubuh tidak hanya kehilangan cairan saja. Namun juga kehilangan elektrolit penting lainnya yang baik untuk tubuh.

    “Ketika tubuh kehilangan cairan, kita nggak cuma kehilangan air. Tapi juga elektrolit penting seperti natrium, kalium, dan magnesium. Ketiganya punya fungsi vital dalam menjaga metabolisme dan sistem imun tetap optimal,” ungkapnya.

    Menurutnya, ketiga mineral itu lah yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan seseorang.

    “Kekurangan ketiga mineral ini bisa menurunkan daya tahan tubuh, membuat kita gampang lelah, sakit kepala, bahkan lebih rentan terserang infeksi,” jelasnya.

    Meskipun begitu, dr.Metta mengatakan ada sejumlah cara untuk mencegah tubuh kekurangan cairan saat bekerja di ruang ber-AC. Dia menyarankan agar hal itu tidak terjadi, setiap pekerja tidak boleh lupa atau abai dalam mengonsumsi air mineral.

    Pastikan air yang dikonsumsi secara teratur agar cairan bisa tetap terjaga. Selain air mineral, pastinya rajin mengonsumsi buah dan sayur yang baik untuk tubuh.

    “Pilih air mineral alami yang mengandung elektrolit, bukan hanya air putih biasa, untuk bantu mengganti mineral yang hilang. Konsumsi buah dan sayuran. Minum secara teratur,” jelasnya.

    “Ingat, dengan memenuhi cairan tubuh dan mineral yang baik bukan cuma soal kuantitas air, tapi juga kualitasnya. Pilih air mineral yang mendukung keseimbangan tubuh, apalagi jika aktivitas harian banyak dilakukan di ruangan dingin dan kering seperti kantor ber-AC,” tutupnya.

    (anl/ega)

  • Gen Z Kerja Nonstop? Begini Pentingnya Mineral Biar Nggak Gampang Tumbang

    Gen Z Kerja Nonstop? Begini Pentingnya Mineral Biar Nggak Gampang Tumbang

    Jakarta

    Setelah kembali ke ritme kerja normal, banyak Gen Z kini menjalani pola aktivitas yang jauh lebih padat dari sebelumnya. Siang bekerja 9 to 5, malamnya masih menyempatkan side hustle sebagai tambahan pemasukan atau menyalurkan kreativitas.

    Aktivitas ganda ini memang bikin produktif dan seru dijalani, tapi tubuh juga butuh dukungan ekstra untuk tetap optimal. Namun, di tengah kesibukan tersebut, tak sedikit yang terlalu menyimak menyelesaikan target hingga lupa menjaga kondisi tubuh.

    Lebih lanjut, pola makan sering berantakan, istirahat jadi sekadarnya, dan kebutuhan cairan serta mineral alami tubuh pun kerap terabaikan. Jika berlangsung terus menerus, kebiasaan ini bisa membuat tubuh mudah drop meski semangat kerja masih tinggi.

    Karena itu, penting bagi pekerja aktif terutama Gen Z yang mobilitasnya tinggi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Bukan hanya dari makanan bergizi, tetapi juga dari vitamin dan mineral yang membantu tubuh tetap kuat menjalani aktivitas panjang dari pagi hingga malam.

    Dokter Gizi, dr. Metta mengatakan kondisi tubuh yang bekerja tanpa henti membutuhkan lebih dari sekadar kopi dan semangat. Apalagi bagi Gen Z yang aktivitasnya padat, penting untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral harian. Ia juga menambahkan, mineral harian tak boleh luput dari perhatian.

    “Nah vitamin yang dibutuhkan itu seperti Vitamin C & D serta Vitamin B kompleks, terutama B12 & B6,” ujar dr. Metta kepada detikcom, Kamis (6/11/2025).

    “Mineral seperti zinc, magnesium, dan selenium penting dipenuhi. Nggak harus selalu lewat suplemen, karena mineral juga bisa didapat dari makanan sehat dan air mineral,” imbuhnya.

    Menurutnya, air mineral dengan kandungan magnesium, kalsium, hingga zinc dapat membantu menjaga daya tahan tubuh, terutama bagi mereka yang menjalani kerja dua shift atau masih harus mengurus side hustle setelah jam kantor.

    “Jangan lupa recharge! Karena yang perlu kuat bukan cuma mental, tapi juga imun,” pungkas dr. Metta.

    Memenuhi kebutuhan cairan dan mineral alami tubuh menjadi langkah penting agar tubuh tetap siap menjalani aktivitas panjang mulai dari jam kantor hingga side hustle malam hari. Bukan hanya soal seberapa sering minum, tetapi juga kualitas air mineral yang kamu konsumsi.

    Air mineral yang mengandung mineral alami seperti magnesium, kalsium, dan zinc dapat membantu menjaga fungsi tubuh tetap optimal sepanjang hari. Kandungan mineral alami juga memberikan rasa air yang lebih segar, ringan, dan tidak bikin eneg, sehingga lebih mudah dikonsumsi meski aktivitas lagi padat-padatnya.

    Dengan begitu, kebutuhan cairan harian tetap terpenuhi dan tubuh mendapat dukungan yang diperlukan untuk menjalani ritme kerja yang intens. Membiasakan diri memilih air mineral berkualitas seperti Le Minerale menjadi langkah sederhana namun penting untuk mendukung daya tahan tubuh.

    Kebiasaan kecil ini bisa membantu Gen Z tetap kuat menghadapi aktivitas 9 to 5 sekaligus side hustle, tanpa cepat merasa kewalahan di tengah padatnya agenda.

    (anl/ega)

  • Jalan Cepat Vs Lambat, Mana yang Paling Efektif untuk Bakar Lemak di Badan?

    Jalan Cepat Vs Lambat, Mana yang Paling Efektif untuk Bakar Lemak di Badan?

    Jakarta

    Jalan kaki adalah olahraga paling sederhana dan mudah dilakukan. Tetapi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kecepatan langkah kaki.

    Ternyata, langkah cepat atau lambat ternyata dapat memberikan efek berbeda terhadap pembakaran lemak, metabolisme, hingga penurunan berat badan.

    Sebuah studi yang dipublikasikan di Nutrients tahun 2022, menemukan bahwa variasi kecemasan berjalan memengaruhi total lemak tubuh dan penggunaan energi pada wanita pascamenopause. Temuan serupa juga ditunjukkan penelitian lain, yang mengungkap perubahan kecepatan berjalan, bahkan yang halus sekalipun, dapat berdampak signifikan pada metabolisme lemak.

    Lantas, mana yang lebih efektif membakar lemak, jalan cepat atau lambat?

    Berjalan Kaki Memangkas Lemak dari Banyak Sisi

    Berjalan kaki bekerja lewat berbagai mekanisme fisiologis. Aktivitas ini meningkatkan oksidasi lemak dengan mengaktifkan metabolisme aerobik, terutama saat dilakukan pada intensitas rendah hingga sedang dalam durasi yang cukup.

    Jalan kaki juga diketahui menurunkan lemak visceral, lemak berbahaya yang mengelilingi organ dalam dan berhubungan erat dengan risiko penyakit jantung serta diabetes. Peneliti menunjukkan rutinitas yang konsisten dapat mengecilkan lingkar pinggang, mengurangi lemak perut, bahkan tanpa latihan intensitas tinggi.

    Cara Mudah Bedakan Jalan Lambat dan Cepat

    Dikutip dari Times of India, panduan simpel untuk mengukur intensitas adalah tes bicara:

    Jalan lambat, berarti bisa ngobrol tanpa terengah-engah.Jalan sedang, masih bisa berbicara tetapi mulai terputus-putus.Jalan cepat, butuh usaha lebih untuk bicara, napas lebih berat, dan detak jantung meningkat.

    Perbedaan Efek Jalan Lambat dan Cepat

    Ternyata kedua teknik berjalan memiliki manfaat yang unik, yakni:

    1. Pengeluaran energi vs pemanfaatan lemak

    Studi tahun 2022 menunjukkan jalan lambat dan stabil cenderung menghasilkan penurunan lemak tubuh total, lebih besar pada tahap awal. Sementara jalan cepat, meningkatkan pembakaran kalori dan memberikan manfaat lebih besar pada kesehatan jantung dalam jangka panjang.

    Penelitian lain menunjukkan keduanya sama-sama menurunkan lemak visceral, hanya kecepatan mempengaruhi seberapa cepat efeknya terlihat.

    2. Oksidasi lemak dan intensitas

    Intensitas olahraga menentukan sumber energi tubuh. Jalan lambat atau normal (intensitas rendah-sedang), membuat tubuh banyak menggunakan lemak sebagai bahan bakar.

    Sementara jalan cepat atau intensitas tinggi, pembakaran kalori per menit meningkat, kombinasi lemak, dan karbohidrat lebih dominan digunakan. Dengan kata lain, berjalan lambat memungkinkan pembakaran lemak lebih stabil, sedangkan jalan cepat memberikan ‘ledakan’ kalori lebih besar.

    Cara Memaksimalkan Pembakaran Lemak dari Jalan Kaki

    Kombinasi dua teknik ini justru memberikan hasil paling optimal. Beberapa strategi yang bisa dicoba:

    Interval walking: bergantian antara 2-3 menit jalan lambat dan 1 menit jalan cepat.Perpanjang durasi: 30-45 menit jalan lambat sudah cukup untuk meningkatkan oksidasi lemak.Tambahkan 1-2 sesi jalan cepat per minggu: untuk meningkatkan kebugaran jantung dan membakar kalori ekstra.Pertahankan konsisten: manfaat terbesar datang dari rutinitas yang dilakukan rutin.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Gampang Mood Swing saat Bekerja? Mungkin Ini Penyebabnya

    Gampang Mood Swing saat Bekerja? Mungkin Ini Penyebabnya

    Jakarta

    Sebagai pekerja, tekanan kerja memang tidak bisa dihindari. Belum lagi dengan kegiatan komuter dari kota-kota satelit seperti Jabodetabek. Kondisi ini memicu stres dan mood swing saat di kantor.

    Mood swing adalah perubahan suasana hati yang cepat dan signifikan. Fenomena mood swing adalah konsep umum yang digunakan untuk menggambarkan emosi yang berfluktuasi dengan cepat dan intens.

    Saat mood swing, seseorang dapat dengan cepat beralih dari perasaan bahagia dan optimis menjadi sedih, mudah tersinggung, atau marah. Biasanya orang banyak menggambarkan keadaan mood swing dengan kata ‘roller coaster’.

    Kondisi ini merupakan sinyal tubuh seseorang yang sedang kekurangan vitamin dan mineral penting. Dikatakan Dokter Spesialis Gizi Klinik dr Metta Satyani, SpGK, banyak yang tidak sadar jika mood seseorang dipengaruhi oleh asupan vitamin dan mineral, khususnya vitamin D, vitamin B Kompleks (B6, B12, Folat), dan magnesium.

    “Yang pertama, Vitamin D. Vitamin D berperan dalam produksi serotonin hormon ‘bahagia’ di otak,” ujar dr Metta, dikutip dari Instagram detikcom, Kamis (6/11/2025).

    “Vitamin B kompleks, terutama B6, B12, dan folat, penting untuk menjaga fungsi otak, energi, dan kestabilan mood. Magnesium juga nggak kalah penting. Mineral ini membantu menenangkan sistem saraf, mengurangi stres, dan menjaga kestabilan emosi,” sambungnya.

    Salah satu cara mudah menjaga keseimbangan mineral tubuh adalah dengan rutin minum air mineral yang mengandung mineral alami. Bukan sekadar pelepas dahaga, tapi sebagai sumber magnesium, kalsium, kalium yang bisa bantu jaga fungsi saraf dan mood tetap stabil.

    Tubuh butuh lebih dari sekadar air, melainkan butuh asupan mineral juga. Jadi, jangan sampai salah pilih air mineral.

    Kamu bisa memilih air mineral yang ada kandungan mineral alami seperti Le Minerale. Kandungan mineral alami seperti kalsium, kalium, magnesium, klorida, dan bikarbonat bisa bantu penuhi kebutuhan cairan dan mineral tubuh kamu.

    (anl/ega)

  • Fix! WHO Rilis Panduan Penggunaan Obat GLP-1 untuk Orang Obesitas

    Fix! WHO Rilis Panduan Penggunaan Obat GLP-1 untuk Orang Obesitas

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis panduan pertamanya tentang penggunaan terapi Glucagon-Like Peptide-1 (GLP-1) untuk mengobati obesitas sebagai penyakit kronis yang kambuh.

    Langkah ini diambil untuk mengatasi tantangan kesehatan global yang berkembang, dengan obesitas memengaruhi lebih dari 1 miliar orang di dunia.

    Pada September 2025, WHO telah menambahkan terapi GLP-1 ke dalam Daftar Obat Esensial (Essential Medicines List) untuk mengelola diabetes tipe 2 pada kelompok berisiko tinggi.

    Dengan panduan baru ini, WHO mengeluarkan rekomendasi bersyarat untuk menggunakan terapi GLP-1 termasuk liraglutide, semaglutide, dan tirzepatide guna mendukung orang yang hidup dengan obesitas.

    “Panduan baru kami mengakui bahwa obesitas adalah penyakit kronis yang dapat diobati dengan perawatan komprehensif dan seumur hidup,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dikutip dari laman resmi WHO, Selasa (2/12/2025).

    Rekomendasi WHO terkait obat GLP-1

    Panduan baru WHO ini berisi dua rekomendasi bersyarat utama:

    Terapi GLP-1 dapat digunakan oleh orang dewasa, kecuali wanita hamil, untuk pengobatan obesitas jangka panjang. Meskipun efektivitas obat ini jelas, rekomendasinya bersifat bersyarat karena keterbatasan data tentang efikasi dan keamanan jangka panjang, biaya saat ini, kesiapan sistem kesehatan yang tidak memadai, dan potensi implikasi kesetaraan akses.

    Intervensi perilaku intensif, termasuk diet sehat dan aktivitas fisik terstruktur, dapat ditawarkan kepada orang dewasa dengan obesitas yang diresepkan terapi GLP-1, karena bukti menunjukkan hal ini dapat meningkatkan hasil pengobatan.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Distribusi Dokter Tak Merata, Guru Besar FKUI Ramai-ramai Tuding Menkes

    Distribusi Dokter Tak Merata, Guru Besar FKUI Ramai-ramai Tuding Menkes

    Jakarta

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam menegaskan hubungan antara fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan wajib harmonis. Jika renggang, dampaknya bisa langsung terasa, mulai dari berkurangnya jumlah dokter spesialis yang dihasilkan hingga masalah distribusi dokter di berbagai daerah.

    “Hubungan baik itu harus ada antara FK dan RS. Jadi kalau hubungan antara dekan dan direktur RS tidak baik, ini salah siapa? Salah menterinya. Dulu nggak ada masalah, kenapa ganti menteri jadi bermasalah?” beber Prof Ari dalam konferensi pers Selasa (5/11/2025) yang dihadiri lebih dari 20 guru besar sejumlah FK di Indonesia.

    Ia menyebut persoalan ini harus segera dibereskan karena Indonesia tengah menghadapi krisis dokter spesialis.

    Prof Ari kemudian menyinggung kasus seorang ibu di Papua yang meninggal saat akan melahirkan, sebuah tragedi yang menurutnya menggambarkan nyata persoalan distribusi dokter spesialis di lapangan.

    “Empat rumah sakit, semuanya kekurangan. Ada satu RS yang tersedia dokter obgyn dan anastesi. Tapi tidak bisa kelas 3, syaratnya harus masuk VIP,” sorot Prof Ari.

    Ia mencontohkan situasi di Jakarta sebagai perbandingan.

    “Di sini saja dokter obgyn bisa puluhan. Di RSCM ada berapa? Tapi begitu bicara distribusi, masalahnya kelihatan. Masih ada provinsi yang bahkan tidak punya layanan endoskopi,” sebutnya.

    Menurutnya, akar masalah bukan sekadar teknis. Ada aspek kebijakan yang dinilai tak beres.

    “Kalau ditanya siapa yang salah, Kemenkes mau nggak disalahin?” katanya setengah berkelakar.

    Meski begitu, Prof Ari menegaskan hubungan FKUI dengan RSCM saat ini masih baik.

    “Insyaallah baik-baik saja. Saya masih diundang teman-teman RSCM. Kalau bicara pendidikan staf pengajar, teman-teman itu berhubungan dengan Ketua Departemen. Kadep itu dari rumah sakit. Jadi kuncinya ada di departemen FKUI.”

    Tapi baik saja, menurutnya tidak cukup. Ia mengingatkan sinergi harus terus dijaga agar proses pendidikan dokter spesialis berjalan lancar.

    “Apakah peserta didik bisa ditempatkan dengan baik? Selama ini komunikasinya masih berjalan,” katanya.

    Meski relatif baik, ia juga mengakui adanya gesekan di level pimpinan. “Hubungannya dingin-dingin empuk antara dekan dengan direkturnya. Ini harus segera dicari solusinya. Kalau tidak, kasus-kasus seperti ibu yang meninggal itu akan terulang lagi,” ujarnya.

    Dampak dari hubungan tak harmonis dinilai Prof Ari bisa ikut berimbas pads jumlah peserta didik berkurang, jumlah lulusan menurun, dan ujungnya masyarakat tidak mendapatkan pelayanan dokter spesialis yang layak.

    “FK memproduksi dokter spesialis, RS adalah tempat pendidikannya. Kalau hubungannya tidak harmonis, ya jumlah dokter spesialis berkurang. Masyarakat yang dirugikan,” kata Prof Ari.

    Ia menekankan perlunya duduk bersama antara fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan untuk memastikan RS dapat berjalan optimal sebagai lahan pendidikan. Tanpa itu, penguatan SDM medis hanya akan jadi wacana.

    Prof Ari menutup dengan refleksi pengalamannya dua dekade lalu.

    “Dua puluh tahun lalu saya ke Singapore General Hospital hanya untuk melihat fasilitas endoskopi. Indonesia seharusnya sudah jauh lebih maju sekarang, tapi kita masih berkutat pada masalah relasi lembaga yang seharusnya bisa diselesaikan,” tutupnya.

    Ketimpangan distribusi dokter spesialis bukan sekadar isu administratif, angka-angkanya memprihatinkan. Prof Yudhi Maulana Hidayat, Ketua Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dalam kesempatan yang sama mengungkap bahwa 80,7 persen dokter spesialis terkonsentrasi di kota-kota besar.

    “Untuk bidang obgyn, datanya jelas. Jakarta, Bogor, Bekasi penuh. Kenapa? Mereka takut kehilangan emas monas, takut kalah sama Bandung,” kata Prof Yudhi.

    Yang ia maksud dengan ’emas monas’ adalah peluang ekonomi, fasilitas lengkap, dan kenyamanan bekerja yang membuat dokter enggan keluar dari pusat kota.

    Ambon bahkan tidak punya satu pun dokter obgyn. “Satu pun nggak ada,” tegasnya.

    Lalu siapa yang bertanggung jawab atas distribusi ini?

    “Jadi itu tugasnya bos dari pak Dekan, Menteri Kesehatan. Artinya kita sepakat distribusi dokter spesialis ini buruk. Daerah terpencil, terluar, masih kosong,” kata Prof Yudhi.

    Ia menegaskan sektor pendidikan kedokteran dan sektor layanan kesehatan tidak bisa saling lempar tanggung jawab. Ketika hubungan fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan terganggu, efeknya nyata, kuota peserta didik tersendat, lulusan berkurang, dan daerah-daerah yang sudah kekurangan makin terpuruk.

    Menurut Prof Yudhi, solusi tidak bisa hanya bersandar pada skema yang ada. Salah satu yang ia dorong adalah peningkatan kuota jalur university-based hingga 30 persen.

    “Jangan dipaksakan hospital-based di rumah sakit yang belum siap. Di rumah sakit yang sudah menjalankan pendidikan university-based, kalau dipaksakan juga hospital-based, nanti terjadi tumpang tindih. Ada dualisme pendidikan dalam satu RS pendidikan,” ujarnya.

    Dualisme ini bukan sekadar persoalan administratif. Prof Yudhi meyakini hal ini bisa menabrak standar kompetensi, memecah alur pelatihan, membingungkan peserta didik, dan akhirnya menurunkan kualitas lulusan. Padahal, Indonesia sedang sangat membutuhkan dokter spesialis baru, bukan justru kehilangan kemampuan untuk mencetaknya.

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: AIPKI Menampik Ada ‘Permainan’ di Uji Kompetensi Dokter”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/up)

  • Sepekan di Lokasi Bencana Sumatera, Tim SAR Mulai Alami Kelelahan Ekstrem

    Sepekan di Lokasi Bencana Sumatera, Tim SAR Mulai Alami Kelelahan Ekstrem

    Jakarta

    Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mengungkapkan adanya kelelahan ekstrem dialami oleh petugas SAR gabungan. Ini setelah mereka bekerja selama tujuh hari non-stop dalam operasi tanggap darurat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

    Kepala Basarnas, Mohammad Syafii dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Senin (1/12) mengatakan bahwa tim SAR bekerja 24 jam non-stop dalam situasi medan berat, komunikasi terputus, dan cuaca ekstrem, sehingga membutuhkan stamina ekstra.

    Kondisi tersebut terjadi setelah tim SAR yang ditempatkan di titik-titik terisolasi harus berjalan kaki berjam-jam menyusuri medan licin dan terjal tanpa kontak radio memadai, sehingga tekanan fisik dan mental cukup tinggi.

    “Operasi ini akan terus kami laksanakan. Apabila masih ada kami bisa menemukan korban-korban. Karena selama ini yang bisa menghentikan operasi, apabila korban sudah tidak efektif lagi untuk dicari,” kata Syafii di Gedung MPR/DPR, Jakarta Pusat, Senin (1/12/2025).

    Beberapa personel, kata dia, sudah bertugas lebih dari 72 jam tanpa jeda ketika banjir bandang dan longsor terjadi secara bersamaan, terutama di Agam dan Tapanuli Selatan.

    Basarnas kemudian menambah pasukan cadangan dari menggunakan KN Ganesha dari Jakarta dan Kantor SAR Pekanbaru untuk menggantikan personel yang sudah kelelahan di Aceh dan Sumatera Barat.

    Sementara di Sumatera Utara, beban kerja meningkat karena banyaknya desa terisolasi yang hanya dapat dijangkau dengan helikopter, sehingga tim harus melakukan evakuasi udara berkali-kali dalam sehari.

    “Dukungan berbagai pihak terus mengalir agar operasi kemanusiaan ini dapat berjalan optimal hingga seluruh korban ditemukan,” kata Syafii.

    Apa itu Kelelahan Ekstrem?

    Kelelahan parah atau fatigue merupakan rasa lelah yang mendalam dan terus-menerus yang tidak membaik setelah istirahat, sehingga sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

    Dikutip dari Better Health Australia, kelelahan parah dapat bersifat fisik, mental, dan emosional dan mungkin termasuk:

    Mengantuk atau kekurangan energiSakit kepalaPusingOtot sakit atau nyeriOtot melemahRefleks dan respons melambatGangguan dalam pengambilan keputusanSuasana hati tidak menentuGangguan koordinasi tangan dan mataKehilangan nafsu makanPenurunan fungsi kekebalan tubuhPenglihatan kaburKonsentrasi burukHalusinasiMotivasi rendah

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas

    Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas

    Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas