Category: Detik.com Kesehatan

  • Bahas Inovasi Terbaru, Pakar Stroke dan Neurologi Kumpul di Sini

    Bahas Inovasi Terbaru, Pakar Stroke dan Neurologi Kumpul di Sini

    Jakarta

    Mayapada Hospital Jakarta Selatan mengadakan acara simposium ‘Recent Update of Neuroscience & Minimally Invasive Neurosurgery’ selama 2 hari, mulai Sabtu (3/5/2025). Acara ini diselenggarakan sebagai wujud komitmen Mayapada Hospital untuk menghadirkan layanan kesehatan terbaik dan memberikan edukasi publik seputar penyakit neurologis.

    Acara yang dilaksanakan di Auditorium Ang Boen Ing, Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS) di Lebakbulus, Jakarta Selatan ini menghadirkan dokter spesialis saraf dan bedah saraf sebagai pembicara. Simposium tersebut dihadiri oleh dokter umum-dokter umum dari Jabodetabek.

    Hospital Director Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Fiktorius Kuludong, MM menuturkan acara ini menjadi yang ketiga kalinya diadakan. Diharapkan simposium ini menjadi langkah yang baik untuk meningkatkan kualitas pengobatan di dalam negeri.

    “Mayapada Hospital menyelenggarakan seminar berskala internasional yang ketiga. Pertama kami bekerjasama dengan dokter multidisiplin onkologi, bekerja sama dengan Apollo Hospital India. Kemudian, seminar kedua kami berkolaborasi dengan tim Tahir uro-nephrology Center, dan kini kita berkolaborasi dengan spesialis saraf dan bedah saraf,” kata dr Fiktorius ketika ditemui awak media di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Sabtu (3/5/2025).

    “Kami berprinsip pada pelayanan pasien. Pasien di Indonesia tidak perlu berobat keluar negeri lagi. Cukup di rumah sakit kita Mayapada Hospital Jakarta Selatan semua pelayanan medis lengkap,” sambungnya.

    dr Fiktorius menuturkan pelayanan kesehatan di Mayapada Hospital Jakarta Selatan ditunjang oleh banyaknya dokter spesialis mumpuni dan peralatan yang canggih. Semuanya dilakukan untuk memberikan layanan terbaik pada pasien.

    Mayapada Hospital Jakarta Selatan dilengkapi oleh alat Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG), CT Scan, hingga MRI yang seluruhnya digunakan dalam penanganan masalah kesehatan saraf. Rumah sakit ini juga dilengkapi dengan laboratorium tersentral dan sistem farmasi untuk respons obat-obatan lebih cepat.

    “Kami juga memiliki stroke emergency dengan response time maksimal 90 menit. Kemudian kami memiliki kolaboratif antara tim dari nurse, dokter umum, dokter spesialis saraf, dan bedah saraf sebagai, tergabung dalam Code Stroke. Tentu ada penunjang lain seperti rehab medik, kemudian tim farmasi, radiologi, dan tim rehabilitasi medik itu sendiri,” tandasnya.

    (avk/naf)

  • Cara Simpel Biar Nggak Cepat Kena Stroke di Usia Muda

    Cara Simpel Biar Nggak Cepat Kena Stroke di Usia Muda

    Jakarta

    Stroke adalah kondisi medis darurat yang terjadi ketika suplai darah ke otak terganggu atau putus. Orang yang mengalami stroke memerlukan pertolongan dengan cepat untuk mencegah penurunan kualitas hidup pasca serangan.

    Tidak hanya pada orang tua, penyakit ini juga dapat dialami oleh anak muda. Spesialis bedah saraf Mayapada Hospital dr Roslan Yusni Hasan, SpBS menjelaskan gaya hidup sehat secara keseluruhan merupakan salah satu kunci pencegahan stroke.

    Orang yang memiliki masalah diabetes atau hipertensi juga harus bisa mengelola faktor risiko tersebut, agar tidak mengakibatkan stroke.

    “Prevensinya hidup sehat, makan secukupnya, olahraga seperlunya, istirahat seperlunya, hiburan, itu prevensi stroke pada masa muda. Kalau ada hipertensi ya dikontrol hipertensinya, kalau ada diabet itu juga diregulasi,” ujar dr Roslan di acara Symposium ‘Recent Update of Neuroscience & Minimally Invasive Neurosurgery’ di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Sabtu (3/5/2025).

    “Untuk olahraga yang baik itu olahraga rekreasi, bukan olahraga prestasi (pertandingan),” sambungnya.

    dr Roslan juga menyoroti pentingnya menjaga tingkat stres di kalangan anak muda. Menurutnya, anak muda harus bisa menemukan hal-hal yang menghibur atau menenangkan jiwa.

    Jangan sampai tingkat stres yang tinggi justru berpengaruh pada kesehatan fisik, salah satunya stroke.

    “Kemudian hiburan untuk menurunkan tingkat stres karena tingkat stres sendiri merupakan variabel terjadinya stroke,” tandasnya.

    Perwakilan Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni) dr Henry Riyanto SpN menambahkan, setiap generasi memiliki karakteristiknya masing-masing. Pada anak muda, kebiasaan mengonsumsi junk food bisa menjadi salah satu faktor risiko stroke.

    Selain itu, ia juga menyoroti kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan menggunakan rokok elektronik sebagai faktor risiko stroke pada anak muda.

    “Junk food mungkin menggunakan pengawet tertentu, kadar gula tinggi, garamnya tinggi, ini bisa dinilai menjadi faktor risiko kelainan katastropik,” kata dr Henry dalam acara yang sama.

    “Jadi memang diperlukan olahraga, makan dalam porsi yang baik, lalu mungkin suplementasi antioksidan itu juga diperlukan (untuk mencegah stroke),” tandasnya.

    (avk/naf)

  • Mata Kedutan Bukan Pertanda Dapat Duit, Ini yang Terjadi Menurut Medis

    Mata Kedutan Bukan Pertanda Dapat Duit, Ini yang Terjadi Menurut Medis

    Jakarta

    Kedutan adalah kontraksi otot pada kelopak mata yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terkontrol. Kondisi ini seringkali dikaitkan dengan anggapan pertanda bakal mendapatkan uang. Sebenarnya apa sih pemicu kondisi ini?

    Perwakilan Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni) dr Henry Riyanto SpN menegaskan bahwa anggapan mata kedutan sebagai tanda mendapatkan uang adalah mitos. Ia menuturkan kondisi ini bisa dijelaskan secara medis.

    dr Henry menjelaskan kedutan biasanya disebabkan oleh stres hingga kekurangan kadar garam darah.

    “Kedutan menunjukkan biasanya ada stres atau kekurangan garam darah ya. Kita akan evaluasi apakah dia ada kurang darah natrium, kurang kalium, atau kurang magnesium,” ucap dr Henry ketika ditemui di acara Symposium ‘Recent Update of Neuroscience & Minimally Invasive Neurosurgery’ di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Sabtu (3/5/2025).

    Peregangan tidak hanya dibutuhkan badan saja, tapi juga otot wajah. Peregangan pada otot wajah bisa menjadi salah satu cara mencegah mata kedutan.

    Jika frekuensi kedutan dirasa sudah berlebihan, pemeriksaan ke dokter bisa dilakukan. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada penyakit berbahaya yang melatarbelakangi kejadian mata kedutan.

    “Kalau di medis kita pasti akan evaluasi terkait gangguannya ini gangguan di otot, atau antara otot saraf atau sarafnya yang bermasalah. Cuma biasanya yang kita evaluasi saraf dan otot sarafnya. Kita akan lihat dulu darahnya dulu baru itunya,” tandasnya.

    (avk/naf)

  • Soal Stroke di Usia Muda, Dokter Saraf Minta Tak Anggap Sepele Kebiasaan Ini

    Soal Stroke di Usia Muda, Dokter Saraf Minta Tak Anggap Sepele Kebiasaan Ini

    Jakarta

    Penyakit stroke seringkali dikaitkan sebagai ‘penyakit orang tua’. Meskipun jarang, penyakit stroke nyatanya sangat mungkin terjadi pada anak muda.

    Spesialis bedah saraf Mayapada Hospital dr Roslan Yusni Hasan, SpBS menjelaskan insiden stroke pada dewasa muda (18-49 tahun) sekitar 17/100.000 kasus. Sementara penyakit stroke pada anak berusia lebih dari 28 bulan sekitar 13/100.000 kasus.

    Menurut dr Roslan, penyakit stroke pada anak muda disebabkan kelainan atau masalah kesehatan yang sudah ada. Contohnya pada kasus stroke hemoragik (pecah pembuluh darah otak), kondisi ini biasanya diawali kelainan seperti arteriovenosa (AVM), aneurisma (penonjolan pembuluh darah), hingga kavernoma (kelainan pembuluh darah).

    “Ada juga yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat-obatan, hal ini yang merupakan faktor atau variabel munculnya stroke pada dewasa muda,” katanya dalam acara Symposium ‘Recent Update of Neuroscience & Minimally Invasive Neurosurgery’ di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Sabtu (3/5/2025).

    Sedangkan pada kasus stroke iskemik (penyumbatan) anak muda, ini dapat dipicu kondisi kelainan jantung, gangguan pembuluh darah, hingga kondisi hiperkoagulabilitas (darah mudah menggumpal). Stroke iskemik pada anak muda juga berkaitan erat dengan gaya hidup kurang sehat.

    “Merokok, penggunaan obat-obatan terus ada juga hipertensi, kemudian aktivitas yang rendah, dan jarang olahraga. Jadi, kalau jarang olahraga itu kan kelihatan kan badannya gendut gitu ya, macam-macam ya. Itu tidak sehat ya, jangan dianggap body shaming,” tandasnya .

    (avk/naf)

  • Awas Risiko Heatstroke! BMKG Beri Tips Hadapi Cuaca Panas Ekstrem

    Awas Risiko Heatstroke! BMKG Beri Tips Hadapi Cuaca Panas Ekstrem

    Jakarta

    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut cuaca panas ekstrem yang belakangan kembali dikeluhkan masyarakat berkaitan dengan masuknya Indonesia ke musim kemarau. Puncaknya diprediksi terjadi pada Juni, Juli, hingga Agustus 2025.

    Suhu panas ekstrem disebut lebih banyak terjadi pada wilayah sekitar Jawa, Nusa Tenggara, Sumatera, dengan suhu maksimum di atas 37 derajat Celcius.

    Masyarakat yang berada di wilayah selatan ekuator, khususnya Pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan sebagian wilayah Sumatera, diimbau Guswanto perlu meningkatkan kewaspadaan. Wilayah-wilayah ini disebut memiliki karakteristik permukaan lebih cepat menyerap panas dan relatif lebih kering.

    “Kondisi panas ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga pertengahan Mei 2025, dan masyarakat juga perlu mewaspadai potensi suhu panas yang dapat kembali meningkat pada periode September hingga Oktober,” tutur Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, kepada detikcom, ditulis Sabtu (3/5/2025).

    “Ketika posisi semu matahari kembali bergerak dari utara menuju selatan dan kembali melintasi wilayah ekuator. Wilayah selatan ekuator seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara berpotensi kembali mengalami kondisi serupa,” tandas dia.

    Guswanto berpesan sedikitnya ada empat hal yang perlu diperhatikan demi menghindari risiko heatstroke atau sengatan panas.

    1. Pastikan Tetap Terhidrasi

    Masyarakat dianjurkan untuk minum air putih cukup secara berkala, meskipun tidak merasa haus, guna mencegah dehidrasi.

    2. Batasi Aktivitas

    Membatasi aktivitas luar ruangan utamanya pada rentang waktu 11:00 hingga 15:00 WIB. Bila tetap perlu ke luar rumah, disarankan menggunakan topi, payung, maupun pakaian ringan.

    “Menghindari paparan sinar matahari langsung pada siang hari dapat mengurangi risiko heatstroke,” beber Guswanto.

    3. Pendingin Udara

    Bila memungkinkan, sebaiknya menggunakan kipas atau pendingin udara di dalam ruangan untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. Memilih tempat-tempat publik yang memiliki AC, untuk bisa membantu meredakan suhu ekstrem.

    4. Kelompok Rentan

    Kelompok anak-anak, lansia, dan mereka dengan kondisi kesehatan kronis rentan pada serangan panas. Artinya, perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga terhindar dari kemungkinan heatstroke maupun komplikasi kesehatan lainnya.

    5. Pantau Cuaca

    Memantau laporan dan prediksi cuaca harian sebelum bepergian ke luar rumah juga tak kalah penting. Akses informasi bisa didapat melalui kanal media sosial @infoBMKG maupun website resmi mereka https://www.bmkg.go.id, juga call center BMKG (196).

    (naf/kna)

  • Tameng Buat Para Bikers Lawan Polutan di Jalanan

    Tameng Buat Para Bikers Lawan Polutan di Jalanan

    Dokter bilang, para pekerja yang menggunakan kendaraan roda dua, baik itu pengemudi ataupun penumpang, rentan terhadap polutan yang ada di jalanan. Karena itu perlu melindungi diri agar tubuh tetap bisa fit. Hal sederhana yang bisa dilakukan dengan menggunakan tameng ini nih detikers. Simak di video KuTips ya!

  • Bukan Lagi Silent Pandemic, Pakar Sebut Resistensi Antibiotik Sudah ‘Grand Pandemic’

    Bukan Lagi Silent Pandemic, Pakar Sebut Resistensi Antibiotik Sudah ‘Grand Pandemic’

    Jakarta

    Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut resisten antibiotik sudah tidak lagi ‘silent pandemic’ atau pandemi yang tersembunyi. Tren yang terus mengkhawatirkan membuat resistensi antimikroba (AMR) kini masuk ka fase ‘Grand Pandemic’.

    “Sudah jadi besar, tidak senyap lagi,” tegas Prof Tjandra, kepada detikcom Sabtu (3/5/2025).

    Ada beberapa alasan di balik kasus AMR kini sudah masuk Grand Pandemic. Pertama, kematian akibat AMR kini sudah mencapai lima juta orang setiap tahun. Angka tersebut menurut Prof Tjandra sudah melampaui catatan kematian akibat HIV-AIDS hingga malaria.

    “Angka lima juta itu juga membuat AMR menjadi penyebab kematian ketiga di dunia,” tandasnya.

    Kedua, AMR kini tidak hanya berdampak pada satu atau dua patogen penyebab penyakit, tetapi mulai ‘merambah’ sejumlah penyakit infeksi.

    “AMR ternyata punya dampak luas pada aspek sosial dan ekonomi pula. Karena berbagai hal itu, maka Bank Dunia pada 2024 yang lalu meluncurkan berbagai program dan kegiatan, yang semuanya terangkum dalam dokumen “Stopping the Grand Pandemic: A Framework for Action Addressing Antimicrobial Resistance through World Bank Operations,” katanya.

    Prof Tjandra menilai Indonesia perlu memiliki upaya dan skema yang kurang lebih sejalan dengan kegiatan Bank Dunia untuk menanggulangi AMR. Hal ini menjadi salah satu strategi penting untuk juga mencapai kesehatan generasi di era Indonesia Emas.

    (naf/kna)

  • 4 Jenis Ikan yang Bikin Ginjal Lebih Sehat, Apa Saja?

    4 Jenis Ikan yang Bikin Ginjal Lebih Sehat, Apa Saja?

    Jakarta

    Penyakit ginjal kronis (PGK) menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Data dari Global Burden of Disease Study 2020 menunjukkan lebih dari 850 juta orang di seluruh dunia hidup dengan gangguan ginjal. Salah satu faktor penting dalam mencegah dan mengelola PGK adalah pola makan, termasuk jenis protein yang dikonsumsi.

    Ikan merupakan sumber protein hewani yang umumnya lebih ramah bagi ginjal dibanding daging merah. Selain itu, kandungan asam lemak omega-3 dalam ikan berperan dalam mengurangi peradangan dan menjaga tekanan darah tetap stabil, dua faktor penting dalam mendukung fungsi ginjal.

    Berikut empat jenis ikan yang didukung oleh penelitian medis sebagai pilihan sehat untuk kesehatan ginjal:

    1. Salmon

    Salmon mengandung kadar tinggi asam lemak omega-3 EPA dan DHA yang telah terbukti memiliki efek anti-inflamasi. Sebuah penelitian dalam Journal of the American Society of Nephrology (JASN) menemukan omega-3 dari ikan seperti salmon membantu memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR), yang merupakan indikator utama fungsi ginjal.

    “Asupan omega-3 dari makanan laut berhubungan dengan penurunan risiko penyakit ginjal kronis secara signifikan,” tulis tim peneliti dalam BMJ (2023).

    Selain itu, salmon juga kaya akan vitamin D dan selenium, yang keduanya penting dalam menjaga sistem imun dan metabolisme tulang yang sering terganggu pada pasien PGK.

    2. Tuna

    Tuna, terutama dalam bentuk segar menjadi pilihan menyehatkan bagi ginjal. Menurut studi American Journal of Clinical Nutrition, konsumsi protein dari sumber laut seperti tuna memberikan manfaat protektif terhadap penurunan fungsi ginjal, terutama pada pasien dengan hipertensi atau diabetes, dua penyebab utama PGK.

    Namun, pengidap gangguan ginjal tetap perlu berhati-hati dengan konsumsi tuna kalengan karena kandungan natriumnya bisa tinggi. Pilih tuna dengan label rendah sodium atau tanpa tambahan garam.

    3. Mackerel

    Mackerel adalah ikan laut berlemak yang juga tinggi omega-3, vitamin B12, dan selenium. Dalam jurnal Nephrology Dialysis Transplantation (2022), disebutkan asupan rutin mackerel dikaitkan dengan perbaikan tekanan darah dan profil lipid pasien ginjal kronis stadium awal.

    Yang menarik, ikan ini juga mengandung koenzim Q10 dan vitamin A dalam jumlah moderat yang membantu menjaga kesehatan jantung.

    4. Sarden

    Meskipun berukuran kecil, sarden memiliki manfaat besar. Kandungan omega-3 dan vitamin D-nya sangat tinggi, tulang sarden mengandung kalsium yang bermanfaat bagi pasien dengan gangguan metabolisme tulang akibat PGK.

    Studi dalam Clinical Journal of the American Society of Nephrology mencatat konsumsi sarden 2-3 kali seminggu dapat meningkatkan kadar vitamin D pada pasien PGK tanpa menyebabkan kelebihan protein.

    Namun, perlu diingat, pilih sarden yang tidak diasinkan dan tanpa tambahan saus tomat tinggi gula/natrium.

    Asam lemak omega-3 membantu mengurangi stres oksidatif dan inflamasi dalam tubuh. Ini sangat penting bagi pasien ginjal karena ginjal yang rusak tidak mampu menangani stres metabolik seperti organ normal. Penelitian di BMJ (2023) menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi omega-3 dari ikan secara rutin memiliki risiko PGK yang 13 persen lebih rendah dibanding yang tidak.

    Cara Aman Konsumsi Ikan bagi Pasien Ginjal

    Pilih ikan yang dikukus, direbus, atau dipanggang tanpa garam tambahan.Hindari ikan yang diasinkan, diasap, atau digoreng berulang.Konsumsi 2-3 porsi ikan per minggu dalam ukuran sedang (sekitar 85-100 gram per porsi).Jika dalam tahap lanjut PGK, konsultasikan dengan ahli gizi mengenai jumlah protein harian yang tepat.

    Memasukkan ikan sehat seperti salmon, tuna, mackerel, sarden, dan herring ke dalam pola makan seimbang dapat membantu memperkuat fungsi ginjal dan mengurangi risiko komplikasi. Dengan memilih jenis ikan yang tepat dan cara pengolahan yang sehat, bisa menjaga ginjal tetap optimal tanpa mengorbankan rasa makanan.

    (naf/kna)

  • RI Dibayangi ‘Silent Pandemic’, 80 Persen Warga Konsumsi Antibiotik Tanpa Resep

    RI Dibayangi ‘Silent Pandemic’, 80 Persen Warga Konsumsi Antibiotik Tanpa Resep

    Jakarta

    Hampir 80 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar mewanti-wanti risiko di balik tren tersebut, yakni pandemi tersembunyi atau silent pandemic.

    Data tersebut didapatkan dari pemantauan tiga tahun terakhir sejak 2021 sampai 2024. “Dari 2021, 2022, 2023, 2024 hampir 80 persen penduduk kita tidak menggunakan resep dokter untuk menggunakan antibiotik,” beber Prof Taruna di Puskesmas Cakung, Jakarta Timur, pada Jumat (2/5/2025).

    “Itu kesalahan prosedur dan menimbulkan resistensi antimikroba yang luar biasa. Dan dampaknya kita tidak mau, kita mau cegah terjadinya silent pandemic,” tambah Taruna.

    Prof Taruna menjelaskan dampak besar dari resisten antibiotik adalah pasien tidak sembuh saat diberi obat. Bahkan, bakteri E Coli di Indonesia sudah tidak mampu dibunuh oleh 45 persen antibiotik yang tersedia.

    “Kita sudah ada 45 persen antibiotik kita resisten terhadap Escherichia coli. Dan kita tahu itu salah satu bakteri yang lazim di negara kita. Nah bisa dibayangin kalau ini berdampak ke orang yang menderita,” tutur dia.

    “Seperti ini dikasih antibiotik tidak sembuh-sembuh. Jadi dia bisa meninggal hanya karena sebetulnya penyakit biasa. Jadi kita mau cegah resistensi antibiotik ini supaya tidak terjadi silent pandemic,” pungkasnya.

    Diberitakan sebelumnya, ahli bedah dan pakar kesehatan ternama, Lord Ara Darzi baru-baru ini sempat mengungkapkan ancaman kesehatan global yang lebih menakutkan dari COVID-19, yaitu silent pandemic resistensi antibiotik. Menurutnya, apa yang dia peringatkan mungkin menjadi ancaman kesehatan global berikutnya.

    Darzi menyebut silent pandemic resistensi antibiotik telah membunuh lebih dari satu juta orang di Inggris setiap tahun, lantaran menyebabkan superbug tak dapat diobati.

    “Pada 2028 akan ada banyak orang yang meninggal karena infeksi yang kebal terhadap antibiotik seperti yang meninggal karena infeksi pada 1928 sebelum penemuan penisilin. Bakteri telah ada selama tiga miliar tahun, jauh sebelum manusia ada,” ucapnya, dikutip dari Mirror.

    (naf/kna)

  • Ciri-ciri Sakit Kepala karena Tumor Otak, Ternyata Begini Bedanya

    Ciri-ciri Sakit Kepala karena Tumor Otak, Ternyata Begini Bedanya

    Jakarta

    Tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel di dalam atau di dekat otak. Tumor otak bisa terjadi di jaringan otak, maupun dekat jaringan otak. Lokasi di dekatnya meliputi saraf, kelenjar pituitari, kelenjar pineal, dan selaput yang menutupi permukaan otak.

    Ukuran tumor otak berkisar dari sangat kecil hingga sangat besar. Beberapa tumor otak ditemukan saat masih sangat kecil karena menimbulkan gejala yang langsung disadari. Sementara kasus otak lainnya bisa jadi tumbuh sangat besar sebelum ditemukan.

    Jika tumor otak bermula di bagian otak yang kurang aktif, mungkin tidak langsung menimbulkan gejala.

    Salah satu gejala tumor otak yang muncul adalah sakit kepala. Ciri-cirinya bisa seperti berikut:

    Sakit kepala atau tekanan di kepala yang lebih parah di pagi hari.Sakit kepala yang terjadi lebih sering dan terasa lebih parah.Sakit kepala terkadang digambarkan sebagai sakit kepala tegang atau migrain.

    Sakit kepala akibat tumor otak

    Sakit kepala memang menjadi gejala tumor otak paling umum. Terjadi pada sekitar setengah dari orang-orang dengan tumor otak. Hal ini dipicu pembengkakan pada otak yang meningkatkan tekanan di kepala dan menyebabkan sakit kepala.

    Rasa sakit kepala yang disebabkan oleh tumor otak sering kali lebih parah saat bangun di pagi hari. Namun, hal itu dapat terjadi kapan saja. Beberapa orang mengalami sakit kepala yang membuat mereka bangun dari tidur.

    Bahkan, sakit kepala akibat tumor otak cenderung menyebabkan rasa sakit lebih parah saat batuk atau mengejan. Orang-orang dengan tumor otak paling sering melaporkan sakit kepala tersebut terasa seperti sakit kepala tegang.

    Beberapa orang lainnya mengatakan sakit kepala terasa seperti migrain.

    Tumor otak di bagian belakang kepala dapat menyebabkan sakit kepala disertai nyeri leher. Jika tumor otak terjadi di bagian depan kepala, sakit kepala mungkin terasa seperti nyeri mata atau nyeri sinus.

    Siapa yang Paling Berisiko?

    Pada kebanyakan orang dengan tumor otak primer, penyebabnya tidak jelas. Namun, dokter telah mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko.

    Faktor risiko meliputi:

    Tumor otak dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Beberapa tumor otak sebagian besar menyerang orang dewasa, sementera beberapa kasus lain paling sering terjadi pada anak-anak.

    Tingkat radiasi yang rendah mencakup energi yang berasal dari ponsel dan gelombang radio. Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa penggunaan ponsel menyebabkan tumor otak. Namun, lebih banyak penelitian sedang dilakukan untuk memastikannya.

    Beberapa perubahan DNA yang meningkatkan risiko tumor otak terjadi dalam keluarga. Contohnya termasuk perubahan DNA yang menyebabkan neurofibromatosis 1 dan 2, sklerosis tuberosa, sindrom Lynch, sindrom Li-Fraumeni, penyakit Von Hippel-Lindau, poliposis adenomatosa familial, sindrom Cowden, dan sindrom Gorlin.

    (naf/naf)