Category: Detik.com Kesehatan

  • Viral Atlet Binaraga di Malang Makan Ayam Tiren, Dokter Wanti-wanti Risikonya

    Viral Atlet Binaraga di Malang Makan Ayam Tiren, Dokter Wanti-wanti Risikonya

    Jakarta

    Baru-baru ini viral atlet binaraga Kabupaten Malang mengonsumsi ayam mati kemarin (tiren) karena persoalan anggaran.

    Nasib miris dialami sejumlah atlet binaraga ini terungkap dari rekaman video di media sosial. Sejumlah atlet tampak membersihkan beberapa ekor ayam dengan memasukkan ke dalam kaleng besar di kamar mandi.

    Ayam-ayam itu diolah sendiri untuk kebutuhan gizi, terutama protein para atlet yang tengah melakukan persiapan menghadapi Pekan Olahraga Propinsi (Porprov) Jawa Timur.

    Ketua Persatuan Binaraga dan Fitnes Indonesia (PBFI) Malang, Indra Khusnul membenarkan bahwa video para atlet binaraga mengolah ayam tiren yang viral adalah atletnya.

    Indra mengatakan para atlet terpaksa melakukannya karena pendanaan untuk Porprov 2025 yang diajukan ke Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Malang tak kunjung cair. Sehingga para atlet harus mengolah ayam tiren untuk memenuhi kebutuhan protein.

    Spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengatakan, tindakan mengonsumsi makanan yang sudah rusak, termasuk ayam tiren sangat berisiko. Hal ini dikarenakan makanan tersebut berpotensi sudah tercemar mikroorganisme, seperti bakteri, parasit, ataupun jamur.

    Menurut Prof Ari, konsumsi makanan yang tercemar ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius, terutama infeksi pada saluran pencernaan atau infeksi usus.

    “Infeksi usus itu bisa macam-macam, bisa dalam bentuk gejala muntah dan mencret BAB,” ungkapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (6/5/2025).

    “Bisa juga infeksi usus dalam bentuk demam tifus, demam tifus itu juga bisa,” kata dokter yang menjabat sebagai dekan FKUI tersebut.

    Risiko ini semakin besar jika makanan yang dikonsumsi ternyata mengandung bahan formalin atau pengawet, yang kadang masih digunakan untuk mempertahankan kesegaran produk makanan.

    “Sungguh menyedihkan kalau para atlet yang berjuang untuk suatu daerah tapi ‘dalam rangka meningkatkan performance-nya’, dalam hal ini otot, mereka malah konsumsi protein ayam tiren, sumber yang sangat berbahaya,” papar Prof Ari.

    Senada, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, mengatakan mengonsumsi makan ayam tiren berisiko mengandung penyakit. Menurutnya, ayam tiren, atau ayam yang mati bukan karena disembelih secara layak, sering kali menjadi ancaman tersembunyi dalam rantai konsumsi masyarakat.

    Berbeda dengan ayam potong yang dipilih dari ayam sehat dan disembelih sesuai prosedur, ayam tiren kerap tidak jelas penyebab kematiannya. Bisa saja ayam tersebut mati karena sakit, stres, atau bahkan akibat penyakit menular yang berbahaya.

    “Sebaiknya ayam tiren dilarang dikonsumsi,” ucapnya dalam kesempatan berbeda, Rabu (7/5).

    (suc/up)

  • 8 Keluhan dan Perubahan di Kaki yang Bisa Jadi Gejala Tekanan Darah Tinggi

    8 Keluhan dan Perubahan di Kaki yang Bisa Jadi Gejala Tekanan Darah Tinggi

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi umumnya tidak memiliki gejala dan dapat berbahaya bila tidak kunjung diobati. Hipertensi yang tak terkontrol memicu seseorang terkena stroke, serangan jantung, dan masalah lain.

    Hampir setengah dari orang dewasa dengan kondisi tekanan darah tinggi atau hipertensi. Artinya, pemeriksaan rutin menjadi sangat penting, termasuk menjaga pola makan, olahraga, dan dibantu pengobatan.

    Tekanan darah tinggi terjadi ketika kekuatan darah yang mengalir masuk dan melalui pembuluh darah terlalu besar. Tekanan darah normal adalah 120/80 atau lebih rendah. Jika mencapai 130/80 atau lebih tinggi, itu dianggap tekanan darah tinggi.

    Bila tekanan darah sudah mencapai 180/110 atau lebih tinggi, penting untuk segera mencari pertolongan medis.

    Menurut American Heart Association (AHA), tanda dan gejala sering disalahartikan dengan keluhan lain, yang memicu keterlambatan diagnosis dan pengobatan. Salah satunya tanda tekanan darah tinggi di kaki.

    Tekanan darah tinggi dapat merusak arteri dan pembuluh darah di bagian bawah tubuh. Sering kali hal ini dapat menyebabkan sirkulasi yang buruk di tungkai. Kondisi yang terkait dengan itu, disebut penyakit arteri perifer (PAD).

    Menurut Mayo Clinic, PAD adalah kondisi umum saat arteri menyempit mengurangi aliran darah ke lengan atau tungkai. Hal ini terjadi karena tungkai dan lengan tidak menerima aliran darah memadai untuk memenuhi permintaan. Akibatnya, seseorang merasakan nyeri pada tungkai saat berjalan.

    Salah satu gejala pada bagian tubuh bawah adalah kondisi kaki dingin. Hal ini dapat muncul bersamaan dengan keluhan tangan dingin.

    “Jari kaki merah atau biru, kesemutan di kaki, dan rambut rontok yang tidak terduga di kaki semuanya dapat menunjukkan masalah sirkulasi,” jelas pakar di AS, dikutip dari British Heart Foundation.

    Gejala umum masalah sirkulasi yang bisa menunjukkan kondisi hipertensi pada kaki lainnya, meliputi:

    Kram pada kaki dan tungkai, terutama saat berolahragaLuka pada kaki atau tungkaiLuka pada tungkai dan tungkai membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuhPerubahan warna pada kakiPerubahan suhu pada kaki (sangat dingin saat disentuh)Kerontokan rambut pada kaki dan tungkaiSensasi terbakar pada kaki (akibat denyut nadi yang melemah)Mati rasa dan kesemutan pada kaki

    Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki

    Keluhan-keluhan di atas tidak selalu menandakan hipertensi, tetapi perlu diwaspadai lebih lanjut bila diikuti dengan gejala berikut:

    Penglihatan kaburMimisanSesak napasNyeri dadaPusingSakit kepala

    Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) mencatat semakin banyak garam yang dikonsumsi, semakin tinggi tekanan darah seseorang.

    Mereka merekomendasikan untuk mengonsumsi kurang dari 6g garam sehari, yaitu sekitar satu sendok teh. Diet rendah lemak yang mengandung banyak serat, seperti nasi gandum utuh, roti dan pasta, serta banyak buah dan sayuran juga dapat membantu menurunkan tekanan darah.

    (naf/kna)

  • Waspada! Benjolan di Leher Bisa Jadi Kanker Limfoma, Begini Cara Ceknya

    Waspada! Benjolan di Leher Bisa Jadi Kanker Limfoma, Begini Cara Ceknya

    Jakarta

    Benjolan yang muncul di beberapa area seperti leher, ketiak, dada, dan panggul rupanya bisa menjadi salah satu tanda limfoma, yakni jenis kanker yang terjadi karena sel darah putih, yaitu limfosit yang mengalami pertumbuhan tidak terkendali dan menumpuk di dalam sistem limfatik atau kelenjar getah bening. Sehingga, tak jarang limfoma disebut juga sebagai kanker kelenjar getah bening.

    Berbeda dengan jenis kanker darah lain seperti leukimia yang sudah dikenal luas, menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kanker dan Kelainan Darah di Mayapada Hospital Kuningan, Prof.Dr.Dr.dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, M.PdKed, FACP, FINASIM, FISQua, menjelaskan limfoma masih kurang diketahui oleh masyarakat umum, sehingga penting untuk mengenali gejala limfoma sejak dini agar dapat ditangani dengan pengobatan yang efektif.

    Selain munculnya benjolan, limfoma juga ditandai dengan demam dan keringat berlebih di malam hari, penurunan berat badan hingga 10 persen dari total berat badan selama 6 bulan tanpa diet atau olahraga, perut membengkak dan cepat merasa kenyang setelah makan sedikit, nyeri atau tekanan di dada, sesak napas, atau batuk, sering mengalami infeksi, mudah memar dan berdarah.

    Limfoma dapat tumbuh di bagian tubuh mana pun karena kelenjar getah bening tersebar di seluruh tubuh termasuk di leher, ketiak, dada, panggul, limpa, sumsum tulang, kelenjar thymus, tonsil, serta lambung dan usus. Limfoma seringnya ditemukan pada orang dewasa muda dan lebih banyak dialami oleh laki-laki daripada perempuan.

    Lebih lanjut, limfoma juga terbagi menjadi dua jenis yaitu, Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non-Hodgkin (NHL).

    “NHL adalah jenis yang paling umum di Indonesia dan dunia, termasuk pada anak-anak, dengan sekitar 80 persen kasus berasal dari limfoma sel-B sementara sel-T lebih jarang ditemui dan lebih sulit disembuhkan,” kata Prof. Ikhwan yang kini mengepalai Tim Tumor Board Mayapada Hospital Group.

    NHL sendiri terbagi menjadi 2 tipe meliputi tipe indolent, yang berkembang lambat dan bisa hanya memerlukan pemantauan (watchful waiting), serta tipe agresif, seperti Diffuse Large B-Cell Lymphoma (DLBCL), yang tumbuh cepat tetapi masih dapat disembuhkan dengan pengobatan. Jika tidak ditangani, semua jenis NHL bisa menyebar ke sistem getah bening lainnya.

    Untuk mendeteksi limfoma, terdapat beberapa metode pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan seperti CT-Scan, MRI, X-Ray, pemeriksaan darah, pemeriksaan sumsum tulang, dan ada pula tes diagnosis utama yaitu metode biopsi, yang mengambil sebagian atau seluruh kelenjar getah bening untuk melihat ada tidaknya sel kanker dalam tubuh.

    Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kanker dan Kelainan Darah dari Mayapada Hospital Tangerang, Dr. Resti Mulia Sari, Sp.PD KHOM, biopsi tidak selalu dilakukan dengan segera karena banyak gejala limfoma juga bisa disebabkan oleh masalah lain, seperti misalnya infeksi.

    ‘Biopsi dilakukan jika ukuran, tekstur, atau lokasi kelenjar getah bening atau adanya gejala lain yang mengarah ke limfoma,” ujar Dr. Resti.

    Jika seseorang terdiagnosis mengalami limfoma, maka selanjutnya dapat dilakukan pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Beberapa jenis pengobatan yang biasanya digunakan untuk limfoma antara lain imunoterapi, terapi target, radioterapi, sampai transplantasi atau cangkok sumsum tulang.

    Dokter Resti juga mengungkapkan bahwa pengobatan limfoma biasanya menggunakan kombinasi beberapa jenis obat. Salah satu pengobatan yang sering digunakan untuk Limfoma Non-Hodgkin (NHL) adalah kombinasi tiga jenis kemoterapi, terapi target (antibodi monoklonal), dan steroid untuk membantu menghancurkan sel kanker. Pengobatan ini diberikan dengan jeda untuk memungkinkan pemulihan sel sehat.

    Menurut dr. Resti, saat ini pengobatan kanker semakin maju dengan adanya terapi target dan imunoterapi yang langsung menyerang protein penyebab limfoma atau membantu sistem imun melawan kanker.

    “Dalam setiap terapi, kombinasi akan disesuaikan dengan diagnosis, stadium, dan kondisi pasien. Meskipun tidak dapat disamaratakan, setidaknya 89 persen pasien Limfoma Hodgkin dan 74 persen pasien Limfoma Non-Hodgkin memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun setelah diagnosis,” ungkap dr. Resti.

    Peluang kesembuhan pasien Limfoma semakin tinggi dengan penanganan yang cepat sejak gejala muncul. Penting untuk berkonsultasi segera setelah menemukan gejala limfoma. Oncology Center Mayapada Hospital dapat menjadi pilihan untuk berkonsultasi karena layanan ini berfokus menangani masalah tumor dan kanker mulai dari deteksi, diagnosis, penanganan, hingga perawatan yang berkelanjutan, bersama tim dokter yang ahli dan berpengalaman menangani berbagai kasus kompleks. Pasien dapat dengan mudah berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital atau melalui Call Center 150770.

    Layanan Oncology Center Mayapada Hospital semakin komprehensif dengan kehadiran Tumor Board yang terdiri dari tim dokter ahli untuk menyusun rencana perawatan kanker termutakhir dan menangani berbagai kasus kompleks. Selain itu, terdapat layanan Patient Navigator untuk memandu dan mendampingi pasien dalam setiap langkah perawatan hingga pulih. Layanan Oncology Center Mayapada Hospital dapat diakses melalui aplikasi MyCare dengan akses yang mudah dimana pun dan kapan pun.

    Berbagai kesuksesan tindakan penanganan kanker di Oncology Center Mayapada Hospital dapat dibaca melalui fitur Health Articles & Tips yang ada di MyCare. Aplikasi ini juga memiliki fitur Personal Health untuk memantau aktivitas kebugaran dengan menghitung jumlah langkah kaki, detak jantung, jumlah kalori terbakar, dan Body Mass Index (BMI).

    Dapatkan reward point saat pertama kali mengunduh MyCare di Google Play Store dan App Store. Reward point dapat digunakan sebagai potongan harga layanan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (prf/ega)

  • Jumlah Anak di Jepang Makin Menyusut, Cetak Rekor Baru Terendah Sejak 1950

    Jumlah Anak di Jepang Makin Menyusut, Cetak Rekor Baru Terendah Sejak 1950

    Jakarta

    Jumlah anak di Jepang diperkirakan menyusut selama 44 tahun berturut-turut. Kembali mencetak rekor terendah, menurut catatan yang diumumkan pemerintah Jepang, Minggu (5/5/2025).

    Total anak berusia di bawah 15 tahun, termasuk penduduk asing kini ‘hanya’ 13,66 juta, menurun sebanyak 350 ribu dari tahun lalu, berdasarkan data yang dirilis Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi setempat.

    Rasio anak terhadap keseluruhan populasi menyusun 0,2 poin persentase menjadi 11,1 persen. Catatan ini juga menjadi laporan yang terendah sejak data pembanding tersedia pada 1950.

    Menurut data PBB, meskipun tanggal survei berbeda, Jepang memiliki rasio anak terendah kedua di antara 37 negara dengan populasi sedikitnya 40 juta, hanya di belakang Korea Selatan sebesar 10,6 persen.

    Dikutip dari JapanToday, pemerintah Jepang telah memprioritaskan upaya memerangi angka kelahiran yang menurun dengan cepat di negara tersebut dan menerapkan berbagai inisiatif seperti menyediakan lebih banyak bantuan keuangan untuk rumah tangga yang membesarkan anak, memperluas layanan penitipan anak, dan mengizinkan gaya kerja fleksibel bagi para orang tua.

    Sayangnya, inisiatif tersebut belum juga membuahkan hasil. Jepang masih konsisten mencatat penurunan populasi terutama anak-anak selama puluhan tahun.

    Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 6,99 juta anak laki-laki dan 6,66 juta anak perempuan.

    Sementara jika mengacu pada catatan usia, 3,14 juta anak berusia 12 hingga 14 tahun, sementara 2,22 juta anak usia 0 hingga 2 tahun. Hal ini menunjukkan tren penyusutan populasi terus berlanjut, imbas jumlah anak yang lahir lebih sedikit.

    Jumlah anak di Jepang telah terus menurun sejak 1982, mencapai puncaknya pada 1954 dengan jumlah 29,89 juta, dengan ledakan kelahiran kedua terjadi antara 1971 dan 1974.

    Data pemerintah juga menunjukkan bahwa per 1 Oktober tahun lalu, jumlah anak menurun dari tahun lalu di semua 47 prefektur. Angka tersebut hanya melampaui 1 juta di Tokyo dan Prefektur Kanagawa yang berdekatan.

    (naf/kna)

  • 6 Jenis Ikan Terbaik bagi Pengidap Diabetes, Ada Sarden dan Nila

    6 Jenis Ikan Terbaik bagi Pengidap Diabetes, Ada Sarden dan Nila

    Jakarta

    Pengidap diabetes umumnya akan membatasi atau tidak mengonsumsi makanan-makanan tertentu, khususnya yang manis dan berminyak. Mereka akan menggantinya dengan yang lebih sehat, seperti sayuran segar, buah, atau ikan.

    Dikutip dari Everyday Health, beberapa jenis ikan tertentu terbukti dapat mendukung gaya hidup seseorang, termasuk mereka yang mengidap diabetes.

    Menurut The American Diabetes Association (ADA), cara terbaik untuk mengolah ikan bagi pengidap diabetes yakni dengan dipanggang atau dibakar. Pasalnya, ikan yang digoreng dengan tepung akan mengandung kalori ekstra.

    Lalu, ikan-ikan apa saja yang baik bagi pengidap diabetes?

    1. Salmon

    Ikan ini merupakan pilihan yang baik bagi pengidap diabetes tipe 2, karena kaya akan asam lemak omega-3. Ini merupakan lemak ‘sehat’ yang dapat membantu mengurangi risiko komplikasi umum terkait diabetes, penyakit jantung, gagal jantung, dan stroke.

    Analisis terhadap empat penelitian internasional, makan setidaknya dua porsi ikan per minggu dikaitkan dengan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian yang lebih rendah di antara pengidap penyakit jantung.

    2. Ikan Tilapia

    Ikan tilapia adalah jenis ikan cichlid air tawar yang dikenal juga sebagai ikan nila. Makanan ini rendah kalori, tinggi protein, dan memiliki daging lembut.

    Satu fillet kecil yang dikukus atau direbus dari ikan jenis ini mengandung 137 kalori dan 28,5 gram protein, menurut basis data nutrisi Departemen Pertanian AS (USDA).

    3. Ikan Kod

    Ikan ‘putih’ ini terkenal karena rendah kalori dan tinggi protein, sehingga baik bagi mereka yang mengidap diabetes. Ikan ini juga memiliki sedikit lemak jenuh dan jumlah omega-3 yang cukup tinggi.

    4. Ikan Trout

    Ikan berlemak seperti trout dikenal mengandung omega-3 dalam jumlah yang cukup tinggi. Kandungan ini baik bagi para pengidap diabetes untuk menurunkan risiko penyakit jantung.

    5. Ikan Tuna

    Ikan tuna menjadi salah satu ikan yang baik untuk dikonsumsi mereka yang mengidap diabetes. Serupa dengan ikan salmon, tuna juga diperkaya dengan omega-3 yang baik untuk mengurangi peradangan dan menjaga kadar gula darah.

    6. Ikan Sarden

    Tidak hanya kaya akan omega-3, ikan sarden juga mengandung kalsium dan vitamin D yang tinggi. Sekitar 1 ons atau sekitar 28 gram sarden kaleng menawarkan 108 mg kalsium dan 1,36 mcg vitamin D.

    (dpy/kna)

  • Begini Cara Tepat Menolong Orang Henti Jantung, Bukan Ditepuk atau Dipijat!

    Begini Cara Tepat Menolong Orang Henti Jantung, Bukan Ditepuk atau Dipijat!

    Jakarta

    Henti jantung merupakan kondisi darurat ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba, sehingga darah berhenti mengalir ke organ vital. Tanpa pertolongan segera, pengidap henti jantung bisa meninggal dalam hitungan menit.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Susetyo Atmojo, SpJP mengatakan, memijat atau menepuk-nepuk tubuh pasien yang terjatuh akibat henti jantung tidak memberikan dampak apapun. Nyatanya, langkah ini justru dapat membuang-buang waktu dan membahayakan pasien.

    “Kalau hanya sekedar dipijat, sekedar dikasih minyak angin, bahkan dikasih minum, kemudian ditepuk-tepuk pipinya itu sebenarnya tidak menolong. Yang menolong secara penelitian atau evidence base itu hanya melakukan resusitasi jantung-paru atau pijat jantung yang baik,” katanya ketika berbincang dengan awak media di Puskesmas Palmerah, Jakarta Barat, Senin (5/5/2025).

    Menurut dr Susetyo, resusitasi jantung-paru seharusnya sudah menjadi pengetahuan umum. Ia juga membandingkan dengan sekolah-sekolah di luar negeri yang sudah mengajarkan resusitasi sejak dini.

    Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan siap dalam menghadapi kasus henti jantung secara mendadak.

    “Teman kita misalnya kena, lingkungannya juga sudah siap. Kalau cuma diurut, tepuk-tepuk, minyak kayu putih, terus dikasih air, saya rasa tidak terbukti menyelamatkan yang bersangkutan,” tandasnya.

    Sembari melakukan resusitasi atau pijat jantung, segera hubungi ambulans untuk membawa pasien ke rumah sakit. Hal perlu dilakukan agar resusitasi tidak terputus sampai mendapat penanganan.

    Berikut ini adalah tahapan resusitasi jantung paru (CPR) yang perlu dilakukan jika menemukan pasien henti jantung:

    Pastikan lokasi pasien aman.Coba panggil pasien, apakah responsif atau tidak.Jika tidak responsif, segera hubungi ambulans.Letakkan kedua tangan di area tulang ada bagian bawah.Tekan hingga kedalaman 5-6 cm, kecepatan 100-120 kali per menit.Lakukan tekanan sebanyak 30 kompresi, diselingi 2 kali napas buatan, dan lakukan secara berulang.Periksa denyut jantung dan napas korban.Jangan hentikan CPR sampai tenaga medis datang. Bila penolong sudah kelelahan, harus bergantian dengan orang lain di lokasi.

    (avk/kna)

  • Sederet Penyebab Gagal Ginjal di Usia Muda yang Perlu Diwaspadai

    Sederet Penyebab Gagal Ginjal di Usia Muda yang Perlu Diwaspadai

    Jakarta

    Banyak faktor yang menjadi penyebab gagal ginjal di usia muda, seperti penyakit ginjal kronis hingga gaya hidup yang kurang baik. Keduanya berperan pada penurunan fungsi ginjal, sehingga organ tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

    Spesialis penyakit dalam dr Yunita Indah Dewi, SpPD menjelaskan gagal ginjal terbagi menjadi dua jenis utama, yakni gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal akut merupakan gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat kembali normal jika penyebabnya segera diatasi.

    “(Sementara) gagal ginjal kronis adalah gangguan fungsi ginjal yang terjadi dalam jangka waktu lama dan perlahan-lahan, yang disebabkan biasanya oleh penyakit kronis seperti hipertensi atau diabetes dan sulit untuk mengembalikan fungsi ginjal ke normal,” kata dr Yunita saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

    Senada, spesialis penyakit dalam dr Tunggul Situmorang, SpPD-KGH mengatakan, gaya hidup yang tidak sehat masih menjadi alasan mengapa tidak sedikit anak-anak muda yang sudah mengalami gagal ginjal.

    Meski begitu, gagal ginjal merupakan penyakit yang kompleks. Ada banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab ginjal tak lagi berfungsi dengan baik.

    “Umumnya tidak ada penyebab tunggal. Penyakit ini proses berjalannya lama tapi progresif,” kata dr Tunggul.

    Gagal Ginjal Akibat Penyakit Ginjal Kronis

    Dikutip dari National Kidney Foundation, penyakit ginjal kronis dapat dialami siapa saja, termasuk anak-anak muda. Namun, beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi daripada yang lain. Faktor risiko penyakit ginjal kronis yang paling umum adalah:

    DiabetesTekanan darah tinggiPenyakit jantung dan/atau gagal jantungObesitasRiwayat keluarga dengan penyakit ginjal kronis atau gagal ginjalRiwayat cedera ginjal akutPenyakit glomerulus: glomerulonefritis , nefropati IgA (IgAN), dan nefropati HIVKondisi autoimun seperti lupus (nefritis lupus)Infeksi berat seperti sepsis dan hemolytic uremic syndrome (HUS)Infeksi saluran kemihBatu ginjalKanker ginjalHidronefrosisKelainan ginjal dan saluran kemih sebelum lahir

    Gagal Ginjal Akibat Gaya Hidup Buruk

    Selain karena penyakit ginjal kronis, gaya hidup yang kurang sehat juga berperan menurunkan fungsi ginjal, sehingga kemampuan organ tersebut untuk bekerja perlahan akan melemah. Beberapa gaya hidup yang berisiko meningkatkan masalah pada ginjal seperti:

    Kurang Minum Air PutihMerokokMinum alkohol secara berlebihKonsumsi obat pereda nyeri berlebihanKonsumsi makanan manis berlebihanKonsumsi daging merah yang berlebihKonsumsi makanan olahan yang berlebihan

    Gejala Gagal Ginjal

    Dikutip dari Healthline, gagal ginjal tahap awal seringkali tidak menimbulkan gejala yang nyata. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, sekitar 90 persen orang dengan penyakit ginjal kronis tidak tahu bahwa mereka mengalaminya.

    Beberapa gejala gagal ginjal akut yang mungkin bisa muncul meliputi:

    Jumlah urine berkurangPembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan telapak kaki akibat retensi cairanSesak napasSulit tidurKram otot di malam hariRasa lelah yang berlebihanMual terus menerusLinglungNyeri pada dada

    (dpy/kna)

  • Mengenal Jenis Golongan Darah dan Kecocokannya

    Mengenal Jenis Golongan Darah dan Kecocokannya

    Jakarta

    Golongan darah merupakan salah satu identitas biologis bagi manusia. Penggolongan darah berperan penting dalam menentukan kecocokan darah seseorang dalam proses transfusi.

    Bagi setiap orang, golongan darah ditentukan oleh gen yang diwarisi dari orang tua. Ketahui beberapa jenis golongan darah dan kecocokannya berikut ini.

    Jenis Golongan Darah

    Golongan darah diidentifikasi berdasarkan antibodi dan antigen dalam darah. Dikutip dari laman NHS, antibodi adalah protein di dalam plasma yang merupakan bagian dari pertahanan alami tubuh.

    Saat mengenali zat asing, seperti kuman, antibodi akan memberitahu sistem kekebalan tubuh yang kemudian menghancurkannya. Sementara itu, antigen merupakan protein pada permukaan sel darah merah.

    Jenis golongan darah dapat ditentukan oleh sistem ABO dan Rh. Berikut perbedaannya.

    Sistem ABO

    Huruf A, B, O membedakan golongan darah berdasarkan apakah sel darah merah memiliki antigen A atau antigen B. Sehingga, penggolongan ini disebut sistem ABO.

    Golongan darah A: Sel darah merah memiliki antigen A dengan antibodi anti-B dalam plasmaGolongan darah B: Sel darah merah memiliki antigen B dengan antibodi-A dalam plasmaGolongan darah O: Tidak memiliki antigen, tetapi memiliki antibodi anti-A dan anti-B dalam plasma.Golongan darah AB: Sel darah merah memiliki antigen A dan B, tetapi tidak memiliki antibodi.

    Sistem Rh

    Terkadang, sel darah merah memiliki antigen lain, yaitu protein yang dikenal sebagai antigen RhD. Jika antigen ini ada, maka golongan darah RhD positif. Sebaliknya, jika tidak ada, maka golongan darah RhD negatif. Berikut macam-macam golongan darah berdasarkan sistem Rh:

    RhD positif (A+)RhD negatif (A-)B RhD positif (B+)B RhD negatif (B-)O RhD positif (O+)O RhD negatif (O-)AB RhD positif (AB+)AB RhD negatif (AB-)Kecocokan Golongan Darah

    Dalam donor darah, penting untuk memasukan seseorang menerima darah dari golongan yang cocok. Sebab, jika darah diterima dari sel darah yang tidak dikenali tubuh, sistem kekebalan tubuh bisa menyerang sel darah merah yang disumbangkan. Hal tersebut bisa berbahaya dan mengancam jiwa. Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut daftar kecocokan golongan darah:

    A+: Menerima darah bergolongan A+, A-,O+, atau O-. Bisa menyumbangkan darah bergolongan A+ dan AB+.A-: Menerima darah yang bergolongan A- atau O-. Bisa menyumbangkan golongan darah A-, A+, AB-, dan AB+B+: Menerima darah B+, B-, O+, atau O-. Bisa menyumbangkan B+ dan AB+B-: Menerima darah B- atau O-. Bisa menyumbangkan golongan darah B-, B+, AB+, dan AB-AB+: Menerima golongan darah apapun dan bisa menyumbangkan golongan darah AB+AB-: Menerima darah AB-, A-, B-, atau O-. Bisa menyumbangkan golongan darah AB- dan AB+O+: Menerima darah O+ atau O-. Bisa menyumbangkan golongan darah O+. A+, B+, dan AB+O-: Hanya menerima darah O- dan bisa menyumbangkan ke semua golongan darah.

    (kna/kna)

  • Etomidate Termasuk Obat Keras, Sefatal Ini Efeknya Jika Dijadikan Liquid Vape

    Etomidate Termasuk Obat Keras, Sefatal Ini Efeknya Jika Dijadikan Liquid Vape

    Jakarta

    Pakar adiksi dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN) dr Hari Nugroho menanggapi terkait penyalahgunaan zat etomidate dalam rokok elektrik atau vape. Kasus penyalahgunaan ini menyeret nama aktor Jonathan Frizzy sebagai tersangka.

    dr Hari menjelaskan etomidate merupakan obat hipnotik yang digunakan dalam anastesi. Zat ini bersifat ultra short acting dan distribusinya cepat. Obat ini cara kerjanya di otak mirip dengan obat anestesi lain seperti propofol dengan mempengaruhi reseptor GABA alias Gamma aminobutyric acid tipe A.

    “Kalau bisa dibilang, etomidate ini jadi masuk ke New Psychoactive Substances, karena kebanyakan belum masuk ke aturan yang melarang zat ini. Beberapa negara China, Hongkong dan Singapore mulai memasukkan obat ini sebagai zat yang perlu diatur karena potensi penyalahgunaan dan bisa membahayakan,” terang dr Hari saat diwawancarai detikcom, Selasa (6/5/2025).

    Etomidate tentu bukan obat yang bisa digunakan secara sembarangan dan tanpa pengawasan. Penyalahgunaan zat ini, terlebih jika dijadikan liquid vape, bukan cuma ilegal tapi juga bisa berbahaya bagi kesehatan.

    Efek samping zat ini termasuk mual muntah, desaturasi oksigen dalam darah (oksiden yang terikat dalam darah jadi berkurang), terjadi bradikardi atau denyut jantungnya jadi melambat, hingga adrenal suppresssion yaitu kelenjar adrenal ditekan kerjanya oleh etomidate yang bisa meningkatkan potensi kematian.

    Jika digunakan dengan rokok elektrik, penggunaan etomidate akan meningkatkan risiko gangguan di paru-paru seperti popcorn lung atau kejadian EVALI, electroni cigarette or vaping acute lung injury.

    “Mau pakai vape atau disuntik, atau metode lain, penggunaan tanpa indikasi medis dan tanpa monitor bisa meningkatkan risiko efek samping, terlebih dengan penggunaan secara ilegal seperti kasus liquid vape ini, di mana tidak ada kontrol sama sekali apakah zatnya hanya etomidate atau turunan etomidate atau bahkan dicampur lagi dengan zat lain yang juga berbahaya,” tegas dr Hari.

    (kna/kna)

  • RI Surplus Tenaga Perawat, Banyak yang Dikirim ke Jepang Buat Jadi Caregiver

    RI Surplus Tenaga Perawat, Banyak yang Dikirim ke Jepang Buat Jadi Caregiver

    Jakarta

    Indonesia surplus tenaga perawat, kebutuhannya sudah terpenuhi di angka 112,6 persen. Setiap tahun, ada 37.443 perawat yang diproduksi pada tingkat diploma III keperawatan.

    Demi menyiasati terserapnya tenaga perawat, pemerintah membuka kerja sama, salah satunya dengan Jepang untuk mengirim 300-an perawat di tahun ini, sebagai caregiver. Profesi tersebut menjadi yang paling dibutuhkan di tengah tren aging population atau populasi menua di Jepang.

    Negeri Sakura bahkan mencatat hampir 40 persen populasi mereka kini adalah lansia.

    Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes RI, dr Yuli Farianti, M Epid, melihat tren peminatan bekerja di Jepang juga semakin tinggi seiring dengan banyaknya alumni yang memberikan testimoni bekerja di sana.

    “Dalam enam tahun terakhir sampai 2024, sudah ada 1.274 lulusan perawat yang telah diberangkatkan bekerja ke luar negeri, 863 di antaranya bekerja di Jepang,” terang dr Yuli, dalam konferensi pers Selasa (6/5/2025).

    Ia mengaku terkait kompetensi, kualitas perawat Indonesia tak kalah dengan Jepang dan mampu menyesuaikan. Tantangan terbesar yang dihadapi mereka lebih banyak dalam penyesuaian bahasa dan budaya.

    “Tapi nanti itu kami akan siapkan dari jauh-jauh hari untuk memastikan saat berangkat sudah siap menjadi caregiver dan bersertifikat perawat dengan memenuhi standar Jepang,” tandas dia.

    Tahun ini, 300-an perawat Jepang akan dikirim ke Prefektur Mie, daerah di Jepang yang dikenal dengan penghasil mutiara. Jumlah lansia di Prefektur Mie juga kian mendekati rata-rata catatan nasional, di atas 30 persen dari total penduduk.

    (naf/kna)