Category: Detik.com Kesehatan

  • Kerongkongan Pria Ini Terbakar Diduga gegara Minum Sparkling Water

    Kerongkongan Pria Ini Terbakar Diduga gegara Minum Sparkling Water

    Jakarta

    Seorang pria Spanyol berusia 42 tahun tidak dapat menelan makanan atau cairan apa pun selama tiga minggu setelah menyesap sparkling water atau air soda saat makan di restoran.

    Pablo González, seorang pengusaha berusia 42 tahun di Salvaterra de Miño, Spanyol, dirawat di rumah sakit karena mengalami nyeri perut hebat setelah meneguk sparkling water atau air soda. Dia menyadari air soda yang dikonsumsinya telah berubah warna kekuningan. Ambulans segera membawa Pablo ke Rumah Sakit Povisa, ketika dokter mengatakan organ tubuhnya terbakar sehingga ia harus diresepkan penghilang rasa sakit.

    Kepada surat kabar lokal El Faro de Vigo, Pablo mengatakan bahwa kerongkongan dan perutnya sangat terbakar sampai berubah warna menjadi hitam, dan bahwa satu-satunya alasan mulutnya kurang terpengaruh adalah karena dia dengan cepat membilasnya dengan air setelah seteguk air soda pertama itu.

    Selama hampir 15 hari setelah kejadian itu, dia tidak dapat menelan makanan atau cairan apa pun. Perutnya telah sembuh, tetapi dokter mengatakan bahwa kerongkongannya masih rusak parah. Dia meminum seteguk air pertamanya pada tanggal 28 April, tetapi dokter masih belum bisa mengatakan apakah dia akan pulih sepenuhnya atau berapa lama waktu yang dibutuhkan.

    Air bersoda, juga dikenal sebagai “air seltzer” atau “air berkarbonasi,” adalah air yang memiliki gelembung karbon dioksida di dalamnya. Gas ini mungkin alami atau mungkin diinfuskan ke dalam air putih biasa.

    Meski belum diketahui efek samping seriusnya, laman WebMD menyebut karbonasi dalam air soda menyebabkan beberapa orang mengalami gas dan kembung. Orang-orang yang mengidap penyakit refluks gastroesofagus, juga dikenal sebagai GERD, harus menghindari air soda karena dapat memicu gejala termasuk peningkatan gas dan refluks asam.

    (kna/kna)

  • Bill Gates Disebut Idap Sindrom Asperger, Kondisi Apa Itu?

    Bill Gates Disebut Idap Sindrom Asperger, Kondisi Apa Itu?

    Jakarta

    Nama pendiri Microsoft, Bill Gates, belakangan menjadi sorotan dan trending di Google setelah melakukan kunjungan ke Indonesia. Kunjungan tersebut bukan tanpa alasan. Gates datang dalam rangka mendukung pengembangan vaksin Tuberkulosis (TBC) baru yang akan digunakan untuk skala global.

    Indonesia menjadi salah satu lokasi uji coba vaksin tersebut, menandai peran strategis negara ini dalam penanggulangan penyakit menular.

    Di tengah perhatian publik terhadap kunjungan tersebut, muncul pengakuan pribadi dari keluarga Bill Gates. Putrinya, Phoebe Gates, baru-baru ini mengungkap sang ayah mengidap sindrom Asperger.

    Hal tersebut disampaikannya saat menjadi bintang tamu dalam podcast Call Her Daddy. Menurut Phoebe, kondisi tersebut membuat Bill Gates memiliki cara berpikir dan bersosialisasi yang berbeda dari kebanyakan orang.

    Meski begitu, hal itu juga menjadi salah satu faktor yang membentuk karakter visioner dan fokus dalam diri pendiri Microsoft tersebut.

    “Bagi saya, ini lucu karena ayah saya cukup canggung dalam bersosialisasi,” ucap sang putri yang berusia 22 tahun itu, dikutip dari Times of India.

    Sindrom Asperger merupakan kondisi perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan komunikasi sosial, serta ditandai dengan minat yang terbatas dan perilaku repetitif.

    Klasifikasi sindrom Asperger sebagai bagian dari gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD) terbilang baru. Sebelum 2013, Asperger dan autisme dipandang sebagai dua kondisi yang berbeda.

    Berbeda dengan bentuk autisme lainnya, individu dengan Asperger umumnya memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata, dan tidak mengalami keterlambatan signifikan dalam perkembangan bahasa.

    Gejala sindrom Asperger umumnya meliputi kesulitan melakukan kontak mata, kesulitan menafsirkan isyarat sosial, berbicara dengan nada monoton, menjalani rutinitas yang kaku, serta terlalu fokus pada minat tertentu.

    Meski Bill Gates tidak pernah secara terbuka membahas diagnosis medisnya, dalam memoar terbarunya yang berjudul Source Code, ia mengungkap jika tumbuh dewasa di masa kini, ia kemungkinan akan didiagnosis mengidap autisme.

    Pendiri Microsoft itu menjelaskan pada era 1990-an, istilah ‘neurodivergent’ belum dikenal. Ia juga mengatakan tidak ada cara bagi orang tuanya untuk memahami mengapa dirinya sangat terobsesi dengan proyek tertentu, kerap melewatkan isyarat sosial, dan bisa bersikap kasar atau tidak pantas tanpa menyadari pengaruhnya terhadap orang lain.

    (suc/naf)

  • Jantung Kolaps karena Energy Drink, Mungkinkah?

    Jantung Kolaps karena Energy Drink, Mungkinkah?

    Jakarta

    Jazmin Garza, seorang perempuan 20 tahun di Texas, Amerika Serikat, mengalami serangan jantung hingga kolaps saat berolahraga di gym, November 2024. Kisahnya jadi sorotan lantaran ada riwayat mengonsumsi minuman berenergi atau energy drink sebelumnya.

    Dikutip dari Dailymail, Jazmin mengonsumsi minuman berenergi yang mengandung 200 mg kafein. Tidak terlalu banyak yang ia tenggak, baru sepertiga kaleng minuman tersebut.

    Sang pacar, Isaac Ayala, mengisahkan Jazmin tengah mengangkat beban saat mendadak mengalami pusing dan berkunang-kunang. Garza lalu mengalami kejang, jatuh dan hidungnya berdarah.

    Isaac mengubungi layanan gawat darurat dan memberikan CPR (Cardiopulmonary Resucitation). Begitu bantuan datang, Jazmin dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

    Dari hasil pemeriksaan, dokter menyebut Jazmin mengalami 4 kali serangan jantung. Pada satu titik, jantungnya bahkan berhenti berdetak hingga 5 menit. Selama itu pula, pasokan oksigen ke organ vital di tubuhnya terhentu. Ginjal, paru, dan jantungya mengalami kerusakan berat hingga harus menggunakan beberapa life support atau peralatan bantuan hidup sekaligus.

    Dokter tidak menyimpulkan konsumsi minuman berenergi sebagai penyebab serangan jantung yang dialami Jazmin. Namun diyakini, minuman tersebut turut berkontribusi di samping kemungkinan adanya kondisi jantung yang tidak diketahui sebelumnya.

    Terkait kandungan kafein dalam energy drink, dokter jantung Dr dr Muhammad Yamin SpJP(K) menjelaskan efeknya bagi jantung. Salah satunya, menyebabkan peningkatan denyut jantung yang ditandai dengan degup yang lebih kencang.

    Selain itu, kafein juga meningkatkan tekanan darah. Efek ini, menurut dr Yamin, juga bisa berdampak pada jantung.

    “Kalau orang dengan tekanan darah naik, kalau berlebihan bisa gagal jantung, bisa serangan jantung,” jelasnya kepada detikcom, Rabu (7/5/2025).

    Menurut dr Yamin, kafein pada minuman, termasuk minuman berenergi hanya memberikan kekuatan semu.

    “Kafein kan hanya membuat orang alert kemudian nadinya naik. Kekuatan semu, seperti setengah ditipu,” katanya.

    “Kita merasa segar nih, enak. Padahal segarnya palsu, mendingan segar alamiah saja,” tutupnya.

    (up/up)

  • Video BGN Butuh Tambahan Anggaran Rp 50 T untuk Program Makan Gratis

    Video BGN Butuh Tambahan Anggaran Rp 50 T untuk Program Makan Gratis

    Video BGN Butuh Tambahan Anggaran Rp 50 T untuk Program Makan Gratis

  • Kondisi Terkini Pasien ‘Chip Otak’ Elon Musk, Bisa Ngedit Video

    Kondisi Terkini Pasien ‘Chip Otak’ Elon Musk, Bisa Ngedit Video

    Jakarta

    Brad Smith, orang ketiga di dunia yang mendapatkan chip otak atau brain-computer interface (BCI) berhasil mengedit dan menarasikan sebuah video Youtube menggunakan sinyal otaknya. Hal itu berhasil ia lakukan setelah terus mempelajari penggunaan BCI Neuralink milik Elon Musk.

    Smith adalah pengidap amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit lou gehrig, sebuah kelainan neurodegeneratif progresif yang mempengaruhi neuron motorik. Hal itu membuat Smith kehilangan kemampuan bergerak termasuk berbicara, makan, bergerak, dan bernapas secara mandiri.

    Melalui video yang diunggahnya di Youtube, Smit menceritakan bagaimana kehidupan sehari-harinya pasca menggunakan BCI. Ia menceritakan dirinya bisa mengendalikan kursor komputer untuk mengedit video pertamanya.

    Dikutip dari Science Alert, implan seukuran lima tumpuk koin dan berisi lebih dari 1.000 elektroda dipasang di korteks motoriknya.

    Smith menuturkan BCI tidak membaca pikirannya terus menerus. Cara kerjanya dengan menafsirkan sinyal otak yang menunjukkan bagaimana dan kemana ia ingin menggerakan kursor. Untuk mengendalikan kursor, ia akan menggunakan lidah untuk menggerakkan kursor dan mengatupkan rahang jika ingin meng-klik sesuatu di komputer.

    Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) juga digunakan untuk menciptakan suara sintetis dari rekaman suara Smith sebelum ia kehilangan kemampuan berbicara. Ini memungkinkan suara narasi yang muncul dari video sangat mirip dengan suara asli Smith.

    Sebelumnya, Elon Musk sempat menghubungi keluarga Smith melalui telepon video untuk mengetahui kondisi mereka. Elon Musk mengaku senang melihat perkembangan Smith dan berharap BCI Neuralink bisa dimanfaatkan lebih jauh lagi.

    “Saya harap ini bisa menjadi perubahan besar untuk Anda dan keluarga,” kata Elon Musk dalam sebuah video terpisah oleh penulis biografinya, Ashlee Vance ketika berkunjung ke rumah Smith.

    “Saya senang bisa menggunakan alat ini di kepala saya dan berhenti menggunakan teknologi pelacakan mata,” balas Smith.

    Sebelumnya Smith juga sempat mencoba teknologi pelacakan mata untuk berkomunikasi. Tapi teknologi itu terbatas pada ruangan yang gelap.

    Menurut Smith, BCI Neuralink memungkinkannya untuk berkomunikasi di luar ruangan dan dalam berbagai kondisi pencahayaan. BCI yang digunakan juga memungkinnya untuk bermain video game dengan anak-anaknya.

    “Butuh waktu bertahun-tahun untuk sampai di titik ini, dan saya masih sering menangis. Sangat menyenangkan memiliki tujuan besar yang lebih besar dari diri saya. Saya sangat bersemangat untuk melayani orang lain di masa depan melalui kerja ini,” tandasnya.

    (avk/suc)

  • Menyoal Vaksin TBC M72 Besutan Bill Gates yang Diuji Klinis di Indonesia

    Menyoal Vaksin TBC M72 Besutan Bill Gates yang Diuji Klinis di Indonesia

    Jakarta

    Indonesia menjadi tempat uji klinis fase tiga vaksin tuberkulosis (TBC) besutan pendiri Microsoft sekaligus filantropis dunia Bill Gates. Hal ini sebagai upaya untuk mengentaskan penyakit pernapasan tersebut khususnya di Indonesia.

    Vaksin besutan Bill Gates ini didanai oleh The Bill & Melinda Gates Medical Research Institute dan telah bekerja sama dengan sejumlah peneliti di Indonesia untuk uji klinis fase tiga. Adapun vaksin tersebut bernama vaksin M72/AS01E.

    “Yang dimaksud adalah vaksin M72 yang kebetulan saya sebagai National Principle Investigator,” kata Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan yang terlibat dalam penelitian vaksin TBC tersebut saat dihubungi detikcom, Kamis (8/5/2025).

    Prof Erlina menambahkan ada enam negara yang terlibat dalam riset vaksin TBC M72. Pihak yang mengembangkan vaksin tersebut adalah para peneliti bersama pihak industri farmasi, mulai dari fase preklinik sampai fase uji klinis 1, 2 dan 3.

    “Indonesia baru terlibat di fase 3,” ucap Prof Erlina.

    Dalam diskusi bersama Kemenkes RI Maret 2025, Prof Erlina mengatakan penelitian vaksin tersebut melibatkan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Padjadjaran, RS Persahabatan, RS Universitas Indonesia, dan RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

    Selain Indonesia, Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi juga terlibat dalam penelitian ini. Sampai uji klinis fase 2b, efikasi vaksin M72 menunjukkan perlindungan hingga 50-54 persen.

    Dikutip dari laman Bill and Melinda Gates Medical Research Institute (Gates MRI), kandidat vaksin TBC M72/AS01E telah dikembangkan sejak awal tahun 2000-an. Awalnya dirancang dan dievaluasi secara klinis oleh perusahaan biofarmasi GSK hingga tahap pembuktian konsep (Fase 2b), bermitra dengan Aeras dan International AIDS Vaccine Initiative (IAVI) dan didanai oleh GSK dan sebagian oleh Gates Foundation.

    Pada tahun 2020, GSK mengumumkan kemitraan dengan Gates MRI untuk pengembangan lebih lanjut M72/AS01E. GSK terus memberikan bantuan teknis kepada Gates MRI, memasok komponen adjuvan vaksin untuk uji coba Fase 3 dan akan menyediakan adjuvan pasca lisensi jika uji coba berhasil. Adjuvan adalah bahan yang digunakan dalam beberapa vaksin yang dapat membantu menciptakan respons imun yang lebih kuat.

    Uji coba vaksin TBC ini akan melibatkan hingga 20 ribu peserta, termasuk orang dengan HIV, di hingga 60 lokasi uji coba di tujuh negara yakni Afrika Selatan, Zambia, Malawi, Mozambik, Kenya, Indonesia, dan Vietnam.

    (kna/kna)

  • Kebiasaan Makan yang Picu Kerusakan Otak Lebih Awal di Usia Muda, Ini Gejalanya

    Kebiasaan Makan yang Picu Kerusakan Otak Lebih Awal di Usia Muda, Ini Gejalanya

    Jakarta

    Terbiasa mengonsumsi lebih dari satu porsi makanan olahan atau ultra processed food (UPF) setiap hari, meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit parkinson, bahkan lebih dari dua kali lipat.

    Studi baru tersebut mendefinisikan satu porsi makanan olahan atau UPF dengan 8 ons soda diet atau soda manis, satu hot dog, satu potong kue kemasan, satu sendok makan saus tomat, satu ons keripik kentang, hingga sekantong kecil keripik kentang yang biasanya seberat 1,5 ons.

    “Penelitian kami menunjukkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak makanan olahan, seperti soda manis dan makanan ringan kemasan, dapat mempercepat timbulnya tanda-tanda awal penyakit parkinson,” kata penulis senior studi Dr. Xiang Gao, seorang profesor terkemuka dan Dekan Institut Nutrisi di Universitas Fudan di Shanghai, Tiongkok, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN, Kamis (8/5/2025).

    “Studi terbaru ini merupakan bagian dari bukti yang berkembang terkait pola makan dapat memengaruhi perkembangan penyakit parkinson,” kata Gao.

    Penelitian tersebut menemukan orang yang mengonsumsi lebih banyak makanan olahan atau UPF cenderung mengalami lebih banyak gejala awal.

    Salah satu alasannya adalah makanan olahan atau UPF biasanya memiliki lebih sedikit serat makanan, protein, dan zat gizi mikro, tetapi memang memiliki tambahan gula, garam, dan lemak jenuh atau lemak trans, kata penelitian tersebut. Makanan tersebut juga dapat memengaruhi keseimbangan flora dalam usus, sementara zat aditif dapat meningkatkan peradangan, radikal bebas, dan kematian neuron.

    Hal ini didapat dari menganalisis data kesehatan dan diet selama bertahun-tahun pada hampir 43.000 peserta Nurses’ Health Study dan Health Professionals Follow-Up Study, dua penelitian di Amerika Serikat tersebut telah mengumpulkan informasi tentang perilaku kesehatan selama beberapa dekade.

    “Dengan ukuran sampel yang melebihi 42.800 partisipan dan periode tindak lanjut yang panjang hingga 26 tahun, penelitian ini menonjol bukan hanya karena kekuatannya tetapi juga karena ketelitian metodologisnya,” tulis para penulis editorial terkait yang diterbitkan bersama penelitian tersebut.

    Editorial tersebut ditulis bersama oleh Dr Nikolaos Scarmeas, seorang profesor madya neurologi klinis di Universitas Columbia di New York City, dan ahli diet Maria Maraki, seorang asisten profesor kedokteran olahraga dan biologi olahraga di Universitas Nasional dan Kapodistrian Athena, Yunani. Keduanya tidak terlibat dalam penelitian baru tersebut.

    “Pencegahan penyakit neurodegeneratif dapat dimulai di meja makan,” tulis mereka.

    “Konsumsi UPF yang berlebihan tidak hanya merupakan faktor risiko penyakit metabolik tetapi juga dapat mempercepat proses neurodegeneratif dan gejala terkait.”

    Kapan Gejala Muncul?

    Gejala awal muncul bertahun-tahun sebelum fungsi motorik menurun. Dalam studi baru yang dipublikasikan pada hari Rabu di jurnal Neurology, para peneliti mengamati tahap prodromal penyakit parkinson.

    Otot kaku, gaya berjalan lambat, dan perubahan postur, menjadi gejala khas parkinson.
    Namun, menurut Parkinson’s Foundation, nyeri tubuh, sembelit, tanda-tanda depresi, perubahan kemampuan mencium atau melihat warna, dan rasa kantuk berlebihan di siang hari menjadi tanda awal penyakit parkinson.

    Menurut penelitian, gangguan tidur yang sangat tidak biasa, juga merupakan tanda awal yang penting diwaspadai.

    Studi tersebut menemukan bahwa orang yang mengonsumsi sekitar 11 porsi makanan UPF sehari, dibandingkan dengan orang yang hanya mengonsumsi tiga porsi, memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih besar untuk mengalami tiga atau lebih tanda awal parkinson.

    Selain itu, mengonsumsi lebih banyak makanan UPF dikaitkan dengan peningkatan risiko hampir semua gejala kecuali sembelit, menurut penelitian tersebut. Temuan ini tetap berlaku bahkan setelah peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain, seperti usia, aktivitas fisik, dan merokok, yang mungkin memengaruhi hasil.

    “Parkinson adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan,” kata Gao.

    (naf/kna)

  • Hari Palang Merah, Apresiasi untuk Pahlawan Kemanusiaan

    Hari Palang Merah, Apresiasi untuk Pahlawan Kemanusiaan

    Jakarta

    Setiap 8 Mei, dunia sepakat memberikan penghormatan kepada para relawan Palang Merah yang selalu hadir pertama saat bencana datang. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari lahir Henry Dunant yaitu sosok yang melahirkan gagasan besar tentang organisasi kemanusiaan yang netral, Palang Merah.

    Jauh sebelum adanya ambulans modern dan layanan darurat seperti sekarang, Dunant pernah menyaksikan betapa mengerikannya Perang Solferino. Ribuan tentara terluka, tapi nggak ada yang menolong. Dari tragedi itu, lahirlah ide: semua korban, siapapun mereka, punya hak untuk ditolong.

    Dari satu ide sederhana itu, sekarang jutaan relawan di berbagai negara bergerak tanpa pamrih. Mulai membantu korban gempa, banjir, konflik bersenjata, sampai distribusi makanan dan layanan kesehatan. Tak hanya di garis depan, mereka juga hadir saat krisis kemanusiaan

    Kenapa Hari Palang Merah Layak Diperingati?

    Karena semangat tolong-menolong tidak boleh padam, apalagi di tengah dunia yang penuh krisis. Hari Palang Merah Internasional adalah momen untuk menghargai mereka yang selalu hadir di garis depan. Mereka tak banyak bicara tetapi tindakannya menyelamatkan banyak nyawa.

    palang merah Foto: Shutterstock/

    Nggak harus turun langsung ke lapangan, lewat Donasi di berbuatbaik.id, kamu bisa bantu hadirkan dukungan untuk mereka yang lagi berjuang. Dengan berbagai kategori mulai dari pendidikan, kesehatan, fasilitas umum, bencana, dan kebaikan lainnya, semuanya bisa jadi jembatan buat kehidupan manusia yang lebih layak.

    Jangan khawatir, 100% donasimu pasti tersalurkan ke yang membutuhkan!

    (mul/up)

  • Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Makan Ayam Tiren

    Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Makan Ayam Tiren

    Jakarta

    Di balik tubuh kekar dan otot-otot berurat para atlet binaraga Malang, tersimpan kisah pilu tentang perjuangan bertahan di tengah anggaran minim.

    Demi memenuhi asupan protein untuk meningkatkan massa otot jelang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim, mereka terpaksa mengonsumsi ayam mati kemarin (tiren). Padahal mengonsumsi ayam yang sudah ‘rusak’ sangat berisiko untuk kesehatan.

    Apa yang Terjadi Pada Tubuh Jika Makan Ayam Tiren?

    Spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, menjelaskan, mengonsumsi makanan yang sudah rusak, termasuk ayam tiren, sangat berisiko bagi kesehatan. Pasalnya, makanan tersebut berpotensi tercemar mikroorganisme, seperti bakteri, parasit, maupun jamur.

    Menurut Prof Ari, konsumsi makanan yang telah terkontaminasi dapat memicu berbagai gangguan kesehatan serius, terutama infeksi pada saluran pencernaan atau infeksi usus.

    “Infeksi usus itu bisa macam-macam, bisa dalam bentuk gejala muntah dan mencret BAB,” ungkapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (6/5/2025).

    “Bisa juga infeksi usus dalam bentuk demam tifus, demam tifus itu juga bisa,” katanya lagi.

    Tak hanya itu, dokter yang menjabat sebagai dekan FKUI tersebut juga turut menyoroti bahaya lain yang mengintai dari makanan rusak, terutama jika makanan tersebut mengandung bahan kimia berbahaya seperti formalin atau pengawet.

    Ia mengatakan, penggunaan zat-zat ini kadang masih dilakukan demi mempertahankan tampilan segar pada produk makanan, padahal sangat berisiko bagi kesehatan.

    Spesialis penyakit dalam, dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, juga mengingatkan bahaya di balik konsumsi ayam tiren. Ia menegaskan ayam tiren atau ayam yang mati bukan karena disembelih secara layak, berisiko membawa berbagai penyakit yang dapat membahayakan kesehatan.

    Berbeda dengan ayam potong yang berasal dari ayam sehat dan diproses sesuai prosedur, ayam tiren kerap tidak jelas penyebab kematiannya. Bisa saja ayam tersebut mati karena sakit, stres, atau bahkan terinfeksi penyakit menular yang berbahaya.

    “Sebaiknya ayam tiren dilarang dikonsumsi,” ujarnya dalam kesempatan berbeda, Rabu (7/5).

    NEXT: Bagaimana Nutrisi Ayam Tiren?

    Apakah Nutrisi Ayam Tiren Masih Ada?

    Di sisi lain, pakar gizi komunitas Dr dr Tan Shot Yen, M.Hum, mengatakan nutrisi pada ayam bangkai ini sudah tidak ada. Alih-alih nutrisi, justru ayam bangkai tersebut mengandung banyak bakteri.

    Menurut dr Tan, daripada memaksakan mengonsumsi ayam bangkai demi nutrisi yang justru tidak ada, dirinya menyarankan kepada para atlet untuk mencoba makan telur.

    “Ayam busuk sering terkontaminasi oleh bakteri seperti Salmonella, Campylobacter, dan E. coli, yang dapat menyebabkan keracunan makanan dengan gejala seperti mual, muntah, diare, kram perut, dan demam,” kata dr Tan kepada detikcom, Rabu (7/5).

    “Telur jauh lebih murah, mengandung protein lebih banyak dengan harga yang sama, dibanding semua jenis protein hewan lain,” tutupnya.

  • BPOM RI Teken MoU dengan US Pharmacopeia, Perkuat Posisi Global di Dunia Farmasi

    BPOM RI Teken MoU dengan US Pharmacopeia, Perkuat Posisi Global di Dunia Farmasi

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali menunjukkan peran aktifnya dalam kerja sama global. Kali ini, BPOM turut ambil bagian dalam ajang bergengsi United States Pharmacopeia Convention 2025 (USP Convention 2025) yang digelar di Bethesda, Maryland, Amerika Serikat, pada 6 hingga 8 Mei 2025.

    Forum ini dihadiri lebih dari 500 pemimpin organisasi farmasi dunia dan menjadi momen strategis bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya di panggung internasional, khususnya dalam hal pengawasan mutu obat.

    Kepala BPOM Taruna Ikrar sebagai salah satu pembicara utama di sesi pleno, dengan topik Challenges and Progress in Indonesia in Ensuring Access to Quality Medicines and Opportunities for Collaboration with USP. Dalam paparannya, Taruna menjelaskan capaian, tantangan, serta peluang kerja sama antara Indonesia dan USP di bidang kefarmasian.

    “Partisipasi dalam forum ini adalah bukti komitmen Indonesia dalam menjamin mutu obat dan memperluas akses teknologi serta kerja sama internasional,” ujar Taruna.

    BPOM juga mengambil langkah konkret dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) strategis dengan USP. Kesepakatan ini mencakup pengembangan metode analisis baru, riset bersama, pertukaran informasi, hingga kolaborasi di forum ilmiah dan panel ahli. MoU ditujukan untuk memperkuat pengawasan obat dan pangan olahan serta mempercepat adopsi teknologi pengujian modern.

    “Kerja sama ini akan memperkaya kapasitas nasional dan membawa manfaat langsung bagi masyarakat melalui ketersediaan produk yang aman, bermutu, dan terjangkau,” tegas Taruna.

    Indonesia juga menyatakan dukungan penuh terhadap dua resolusi penting dalam USP Convention. Resolusi II menyoroti akses terhadap obat biologis, sementara Resolusi III menekankan pentingnya ketahanan rantai pasok farmasi global. BPOM menyoroti perlunya percepatan akses ke standar referensi, penyederhanaan regulasi biosimilar, serta penguatan kolaborasi internasional dalam produksi bahan baku dan pengembangan alat uji mutu sederhana.

    Dalam sesi wawancara video yang juga digelar selama forum, Taruna memaparkan bagaimana standar USP telah mendukung penguatan regulasi di Indonesia. Ia menekankan pentingnya kerja sama global dalam menjaga mutu, keamanan, dan efikasi obat-obatan yang beredar.

    “Kolaborasi dengan USP dan organisasi internasional lainnya sangat penting dalam membangun sistem pengawasan yang modern dan sejajar dengan praktik terbaik dunia,” ujar Taruna.

    Partisipasi aktif dan penandatanganan MoU ini disebut sebagai langkah strategis BPOM dalam mempercepat transformasi sistem pengawasan obat di Indonesia.

    (naf/up)