Category: Detik.com Kesehatan

  • 8 Cara Alami untuk Mencegah Batu Ginjal, Terapkan Pola Makan Ini

    8 Cara Alami untuk Mencegah Batu Ginjal, Terapkan Pola Makan Ini

    Jakarta – Batu ginjal adalah masalah kesehatan yang ditandai dengan terbentuknya endapan keras dari garam dan mineral dalam ginjal. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa nyeri hebat.

    Orang yang pernah mengalami batu ginjal kemungkinan besar akan mengalaminya lagi dalam waktu 5-10 tahun kemudian. Lakukan cara berikut ini untuk mengurangi risiko terbentuknya batu ginjal.

    Cara Alami untuk Mencegah Batu Ginjal

    Terdapat beberapa cara alami untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, yaitu:

    1. Tetap Terhidrasi

    Ginjal merupakan sistem penyaringan tubuh dan membutuhkan cukup air untuk mengeluarkan urine. Dikutip dari laman Healthline, urine adalah produk limbah utama yang memungkinkan tubuh mengeluarkan zat-zat yang tidak diinginkan.

    Jika asupan air sedikit, maka volume urine yang dikeluarkan juga sedikit. Padahal, keluaran urine yang rendah bisa menyebabkan disfungsi ginjal, batu ginjal, dan infeksi saluran kemih (ISK).

    Sehingga, minum air yang cukup begitu penting untuk ginjal agar dapat membuang kelebihan limbah dengan baik.

    2. Tingkatkan Asupan Asam Sitrat

    Asam sitrat adalah asam organik yang ditemukan dalam banyak buah dan sayur. Buah-buahan yang mengandung asam sitrat di antaranya lemon dan jeruk nipis. Asam sitrat bisa membantu mencegah pembentukan dan pembesaran batu ginjal kalsium oksalat.

    3. Jangan Mengkonsumsi Vitamin C Dosis Tinggi

    Menurut penelitian, suplemen vitamin C dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terkena batu ginjal. Sebuah studi di Swedia pada pria setengah baya dan lebih tua memperkirakan bahwa mereka yang mengkonsumsi suplemen vitamin C dua kali lebih mungkin mengalami batu ginjal.

    4. Cukupi Kalsium

    Pola makan yang kaya kalsium dikaitkan dengan penurunan risiko pembentukan batu ginjal. Dikutip dari Mayo Clinic Network, orang yang mengonsumsi makanan atau minuman kaya kalsium setiap hari bisa mengurangi jumlah oksalat yang diserap ke aliran darah. Sehingga, nantinya akan mengurangi risiko terbentuknya batu ginjal baru.

    5. Tingkatkan Asupan Magnesium

    Banyak orang yang tidak mengkonsumsi magnesium dalam jumlah yang cukup. Padahal, magnesium merupakan mineral yang penting. Contoh dari asupan magnesium adalah alpukat, kacang-kacangan, dan tahu.

    Beberapa bukti mengatakan bahwa magnesium bisa membantu mencegah pembentukan batu ginjal kalsium oksalat. Adapun acuan asupan harian untuk magnesium adalah 420 mg per hari.

    6. Batasi Makanan yang Mengandung Oksalat Tinggi

    Oksalat adalah antinutrisi yang dapat ditemukan di banyak makanan nabati, misalnya sayur berdaun hijau, buah-buahan, sayur-sayuran, dan kakao. Tubuh juga memproduksi hormon tersebut dalam jumlah yang cukup besar.

    Perlu diketahui, asupan oksalat yang tinggi bisa meningkatkan ekskresi oksalat dalam urine. Oksalat bisa mengikat kalsium dan mineral lainnya, kemudian membentuk kristal yang bisa menyebabkan pembentukan batu.

    Meski demikian, penting untuk tetap melakukan konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan atau ahli gizi mengenai hal ini. Apakah kamu akan mendapat manfaat dari pembatasan makanan kaya oksalat atau tidak.

    7. Kurangi Konsumsi Protein Hewani

    Makanan yang mengandung protein hewani, seperti daging, ikan, dan susu dikaitkan dengan risiko terkena batu ginjal yang lebih tinggi. Mengonsumsi makanan yang mengandung protein hewani bisa meningkatkan ekskresi kalsium dan menurunkan kadar sitrat.

    8. Kurangi Asupan Garam

    Pada beberapa orang, diet tinggi garam bisa meningkatkan risiko batu ginjal. Kandungan natrium tinggi dalam garam dapur bisa meningkatkan ekskresi kalsium melalui urine. Hal tersebut menjadi salah satu faktor risiko utama dari batu ginjal.

    Meski tidak terjamin 100 persen berhasil, namun setidaknya pencegahan ini dapat mengurangi risiko terbentuknya batu ginjal. Pada intinya, pastikan tetap terhidrasi dan terapkan pola makan yang baik untuk ginjal.

    (elk/kna)

  • Video: 3 Alasan Pemerintah Tertarik Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates

    Video: 3 Alasan Pemerintah Tertarik Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates

    Video: 3 Alasan Pemerintah Tertarik Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates

  • Viral di Drakor, Ini Alasan ‘Haenyeo’ Jeju Kuat Menyelam Tanpa Oksigen

    Viral di Drakor, Ini Alasan ‘Haenyeo’ Jeju Kuat Menyelam Tanpa Oksigen

    Jakarta

    Profesi haenyeo belakangan viral karena serial drama hits Korea Selatan ‘When Life Gives You Tangerine’, diperankan Yeom Hye Ra, yang juga baru-baru ini memenangkan penghargaan aktris pendukung terbaik di Baeksang Arts Awards 2025.

    Haenyeo adalah penyelam wanita yang sepanjang hidupnya menghabiskan waktu mengumpulkan bulu babi, abalon, dan makanan laut lainnya dari dasar laut, di Pulau Jeju. Mereka terbiasa menyelam bahkan sampai ke kedalaman 18 meter di bawah permukaan laut, beberapa kali selama empat hingga lima jam setiap hari.

    Para haenyeo juga terbiasa menyelam meski tengah hamil, bahkan sekalipun sudah berusia lanjut. Tanpa bantuan peralatan pernapasan apapun, hanya menggunakan pakaian selam. Para ilmuwan melihat ada yang menarik dari kondisi para haenyeo dan mencoba mencari perbedaannya dengan warga biasa.

    “Menurut kami, selama ribuan tahun, mereka telah melakukan hal matrilineal yang luar biasa ini, di mana mereka belajar dari ibu mereka cara menyelam di usia yang sangat muda. Mereka pergi bersama-sama dalam kelompok-kelompok ini, dan itulah yang mereka lakukan. Mereka menyelam,” kata Melissa Ann Ilardo, seorang ahli genetika dan asisten profesor informatika biomedis di Universitas Utah, dikutip dari CNN, Kamis (8/5/2025).

    “Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka di bawah air.”

    Ilardo, bersama dengan rekan-rekannya di Korea Selatan, Denmark, dan Amerika Serikat, ingin memahami bagaimana para wanita tersebut berhasil melakukan hal luar biasa ini.

    Secara khusus, para peneliti bertanya-tanya apakah para penyelam memiliki DNA unik yang memungkinkan mereka bertahan hidup tanpa oksigen dalam waktu lama atau apakah kemampuan itu merupakan hasil dari pelatihan seumur hidup atau kombinasi keduanya.

    Hasil penelitian mereka yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Cell Reports pada 2 Mei, mengungkap perbedaan genetik unik yang dimiliki para haenyeo untuk mengatasi stres fisiologis akibat menyelam bebas. Ini adalah penemuan yang suatu hari nanti dapat mengarah pada pengobatan yang lebih baik untuk gangguan tekanan darah, demikian keyakinan para peneliti.

    “Ini adalah pulau yang indah, seperti yang terkadang mereka sebut sebagai Hawaii-nya Korea. Ada garis pantai di mana-mana yang kaya dengan sumber daya yang luar biasa, jadi Anda dapat membayangkan populasi mana pun yang tinggal di tempat seperti itu, tentu saja Anda ingin memanfaatkannya,” kata Ilardo.

    Menyelam telah menjadi bagian dari budaya Jeju selama bertahun-tahun. Tidak jelas kapan kegiatan ini menjadi kegiatan khusus wanita, tetapi teori-teori yang ada mencakup pajak bagi penyelam pria atau kekurangan tenaga pria. Namun, menyelam sangat penting bagi penduduk Jeju untuk bertahan hidup.

    Meski begitu, praktik ini sudah mulai punah. Wanita muda tidak lagi meneruskan tradisi matrilineal ini; kelompok penyelam Haenyeo saat ini berusia rata-rata sekitar 70 tahun, yang mungkin mewakili generasi terakhir, menurut para peneliti.

    Untuk penelitian mereka, Ilardo dan rekan-rekannya merekrut 30 penyelam Haenyeo, 30 wanita non-penyelam dari Jeju, dan 31 wanita dari daratan Korea Selatan. Usia rata-rata peserta adalah 65 tahun. Para peneliti membandingkan detak jantung, tekanan darah, dan ukuran limpa peserta dan mengurutkan genom mereka.

    Analisis tim tersebut mengungkapkan peserta dari Jeju, baik penyelam maupun bukan penyelam, empat kali lebih mungkin memiliki varian genetik yang terkait dengan tekanan darah rendah daripada penduduk Korea daratan.

    “Tekanan darah orang pada umumnya meningkat saat menyelam. Tetapi tekanan darah mereka (penduduk Jeju) meningkat lebih sedikit,” jelas Ilardo.

    Para peneliti percaya bahwa sifat tersebut mungkin telah berevolusi untuk menjaga anak yang belum lahir tetap aman karena haenyeo menyelam selama kehamilan, saat tekanan darah tinggi bisa membahayakan janin.

    Tim tersebut juga menemukan peserta Jeju lebih mungkin memiliki variasi genetik dengan toleransi terhadap dingin dan rasa sakit. Namun, para peneliti tidak mengukur kemampuan peserta untuk menahan suhu rendah, jadi mereka tidak dapat mengatakan dengan pasti apakah varian tersebut mungkin penting bagi kemampuan haenyeo untuk menyelam sepanjang tahun.

    “Sepanjang musim dingin mereka menyelam saat turun salju, dan hingga tahun 1980-an, mereka melakukannya dengan kapas tanpa perlindungan sama sekali. Masih banyak lagi yang perlu kita jelajahi dan temukan jawabannya,” kata Ilardo.

    Kehebatan menyelam haenyeo tidak hanya bergantung pada genetika. Studi tersebut juga menemukan bahwa penyelam wanita memiliki detak jantung yang lebih lambat daripada non-penyelam selama pengujian, sebuah faktor yang akan membantu mereka menghemat oksigen selama penyelaman.

    “Itu cukup dramatis. Sebenarnya, detak jantung mereka turun sekitar 50 persen lebih banyak selama penyelaman daripada kontrol (peserta). Kami tahu itu karena latihan, karena itu adalah sesuatu yang hanya kami lihat di Haenyeo,” kata Ilardo.

    Tonton juga “Mengenal Suku Bajo, Penyelam Handal Dari Indonesia” di sini:

  • 7 Manfaat Daun Pepaya, Salah Satunya Menyehatkan Pencernaan

    7 Manfaat Daun Pepaya, Salah Satunya Menyehatkan Pencernaan

    Jakarta – Pepaya memiliki nutrisi yang sangat baik. Ternyata tak hanya buahnya, daun pepaya juga memiliki banyak manfaat kesehatan.

    Meski rasanya pahit, daun pepaya bisa digunakan sebagai obat. Terdapat vitamin A, vitamin B1, protein, lemak, hingga papain di dalamnya. Berikut sejumlah manfaat dari daun pepaya.

    7 Manfaat Daun Pepaya untuk Kesehatan

    Daun pepaya dapat meningkatkan kekebalan tubuh hingga mengobati gejala yang berhubungan dengan demam berdarah. Smak penjelasannya berikut ini.

    1. Mengobati Gejala yang Berhubungan dengan Demam Berdarah

    Demam berdarah adalah virus dari nyamuk yang bisa menular ke manusia. Dikutip dari laman Healthline, virus ini dapat menyebabkan gejala seperti flu, demam, kelelahan, sakit kepala, mual, muntah, serta ruam kulit.

    Salah satu obat yang untuk mengatasi gejala demam berdarah adalah daun pepaya. Menurut penelitian, ekstrak daun pepaya secara signifikan bisa meningkatkan kadar trombosit darah.

    2. Menyehatkan Fungsi Pencernaan

    Daun pepaya mengandung serat, nutrisi yang mendukung fungsi pencernaan serta senyawa unik yang bernama papain. Tak heran, jika teh dan ekstrak daun pepaya sering digunakan untuk terapi alternatif dalam meringankan gejala pencernaan seperti gas, kembung, dan mulas.

    Menurut penelitian, penggunaan suplemen bubuk papain dari pepaya mengurangi gejala pencernaan seperti sembelit dan mulas pada orang dengan sindrom iritasi usus besar (IBS). Meski demikian, belum ada penelitian ilmiah khusus yang mengevaluasi kemampuan daun pepaya untuk mengobati gangguan pencernaan jenis serupa.

    3. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

    Daun pepaya kaya akan antioksidan yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Efek imunomodulator dari daunnya membantu tubuh melawan infeksi bakteri dan virus. Selain itu, vitamin C dari daun pepaya mendukung fungsi kekebalan tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.

    4. Dapat Mengobati Berbagai Kondisi Kulit

    Secara tradisional, daun pepaya sudah digunakan untuk berbagai kondisi kulit, mulai dari luka, bisul, dan ruam. Dikutip dari laman Truemeds, daun pepaya mengandung enzim papain dan chymopapain yang memiliki sifat antibakteri dan anti radang yang bisa membantu mempercepat penyembuhan luka serta mengurangi peradangan pada kulit.

    Sementara itu, kandungan antioksidan yang tinggi dalam daun pepaya, seperti flavonoid dan vitamin C bisa membantu melindungi kulit dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan stres oksidatif. Sifat tersebut menjadikan daun pepaya sebagai pengobatan alami untuk menjaga kesehatan dan keremajaan kulit.

    5. Mencegah Kanker

    Daun pepaya digunakan dalam praktik pengobatan tradisional untuk mencegah dan mengobati beberapa jenis kanker. Meski demikian penelitian yang dilakukan terkait hal ini masih kurang.

    Ekstrak daun pepaya telah menunjukkan kemampuan yang kuat untuk menghambat pertumbuhan sel kanker dan prosta dalam penelitian tabung reaksi. Namun, belum ada bukti kemampuan penyembuhan penyakit kanker karena daun pepaya.

    6. Detoksifikasi Tubuh

    Daun pepaya dikenal karena sifat detoksifikasinya. Dikutip dari laman Sakra World Hospital, daun ini bisa mendukung kesehatan hati dan membantu tubuh menghilangkan racun.

    7. Meredakan Peradangan

    Kandungan senyawa fitokimia dari daun pepaya, seperti papain dan karpain memiliki sifat anti-inflamasi. Dikutip dari buku Daun Pepaya, Manfaat, Penggunaan, dan Khasiat dalam Kesehatan dan Kecantikan oleh Tresno Saras, hal tersebut membuat pepaya efektif dalam meredakan peradangan pada kondisi seperti arthritis dan penyakit radang lainnya.

    (elk/kna)

  • Doyan Minuman Berenergi, Ratu Fitness Meninggal Kena Serangan Jantung

    Doyan Minuman Berenergi, Ratu Fitness Meninggal Kena Serangan Jantung

    Jakarta

    Seorang wanita pegiat kebugaran di Florida, AS, meninggal dunia karena serangan jantung dan kerusakan otak karena kebiasaannya mengonsumsi minuman berenergi. Semasa hidup, Katie Donnell bisa mengonsumsi tiga minuman berenergi dalam sehari bersamaan dengan kopi.

    Ibu dari Donnell, Lori Barranon, mengatakan putrinya juga rutin mengonsumsi minuman berkafein sebelum pergi ke tempat gym. Hal ini yang membuatnya yakin bahwa kondisi yang dialami putrinya disebabkan oleh minuman tersebut.

    “Dia pikir itu (minuman berenergi) akan membantunya berolahraga dan memberinya lebih banyak energi. Dia berolahraga, bekerja penuh waktu, dan pergi ke sekolah untuk mengajar,” ujar Lori yang dikutip dari People.

    “Saya pikir ia sudah terbiasa dengan banyaknya aktivitas itu,” sambungnya.

    Sampai pada Agustus 2021, Donnell tengah berkumpul dengan teman-temannya. Tetapi, ia tiba-tiba pingsan yang dikira temannya karena stroke.

    Padahal, sebenarnya saat itu Donnell mengalami serangan jantung.

    “Ambulans tiba di sana dan tidak dapat memasang selang pernapasan. Dia (Donnell) tidak mendapatkan oksigen terlalu lama dan itu menyebabkan kerusakan otak. Mereka menanganinya selama tiga jam dan dia tidak pernah bangun lagi,” jelas Lori.

    Tiba di rumah sakit, Donnell dinyatakan koma dan diinduksi secara medis. Tetapi, tubuhnya tidak merespon apapun.

    Sekitar sepuluh hari kemudian, tim dokter membuat keputusan untuk mematikan mesin yang selama ini mendukung hidup Donnell.

    Lori menceritakan bahwa dokter awalnya mengira putrinya telah diberikan obat. Sebab, usia Donnell dianggap masih terlalu muda untuk mengalami serangan jantung.

    Selama ini, Lori tidak menyadari berapa banyak minuman berenergi yang dikonsumsi putrinya sampai menyebabkannya meninggal dunia.

    “Pacarnya mengatakan dia (Donnell) akan membeli empat kaleng minuman berenergi setiap dua hingga tiga hari. Belum lagi dia minum banyak kopi,” terang Lori.

    “Salah satu temannya juga mengatakan dia selalu melihat Donnell mengonsumsi minuman berenergi. Saat saya membersihkan mobilnya setelah Donnell meninggal dunia, mobilnya penuh dengan kaleng, setidaknya ada 3-4 kaleng,” tambahnya.

    Menurut National Library of Medicine, kafein dapat mempengaruhi jantung. Efek kafein dalam meningkatkan tekanan darah secara tiba-tiba diperkirakan dapat menekan sistem kardiovaskular, sehingga menambah kemungkinan faktor risiko aritmia atau detak jantung yang abnormal.

    Beberapa minuman berenergi dapat mengandung hingga 200 mg kafein per kaleng. Dalam sehari, mengonsumsi 400 mg kafein masih dianggap aman.

    “Donnell adalah ratu olahraga, ia makan makanan yang sangat bersih, makanan organik,” tutur Lori.

    Lori menceritakan bahwa putrinya memang memiliki kecemasan yang parah, yang ia kaitkan dengan konsumsi kafein tersebut.

    “Saya tahu pasti itulah yang menjadi penyebabnya. Jika Anda tidak menjauhkan anak-anak dari hal-hal ini (minuman berenergi), mungkin akan berada dalam situasi seperti saya. Hal ini sangat berbahaya dan mematikan, seluruh keluarga saya terkena dampaknya,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Studi Ungkap Makan Ayam dalam Jumlah Segini Bisa Memperpendek Umur

    Studi Ungkap Makan Ayam dalam Jumlah Segini Bisa Memperpendek Umur

    Jakarta – Sebuah studi terbaru yang dilakukan di Italia Selatan mengungkapkan temuan mengejutkan terkait konsumsi unggas. Penelitian tersebut menunjukkan mengonsumsi unggas secara berlebihan dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat segala penyebab, termasuk kanker saluran pencernaan (gastrointestinal).

    Hasil ini bertolak belakang dengan sebagian besar studi sebelumnya serta pandangan umum yang menganggap unggas sebagai sumber protein sehat. Unggas bahkan menjadi salah satu komponen utama dalam berbagai pola makan bergizi, termasuk diet Mediterania.

    Pedoman Diet Amerika Serikat untuk Orang Amerika (Dietary Guidelines for Americans (DGA) 2020-2025 merekomendasikan konsumsi hingga 26 ons makanan berprotein per minggu, termasuk daging tanpa lemak, unggas, dan telur, tanpa menetapkan batasan khusus untuk masing-masing sumber protein.

    Namun, studi baru yang diterbitkan di jurnal Nutrients ini menunjukkan konsumsi unggas lebih dari 300 gram (sekitar 10,5 ons) per minggu dapat meningkatkan risiko kematian akibat semua penyebab hingga 27 persen, jika dibandingkan dengan konsumsi unggas 100 gram (3,5 ons) per minggu atau kurang.

    Temuan tersebut juga menunjukkan mengonsumsi lebih dari 300 gram unggas per minggu meningkatkan risiko kanker saluran cerna secara keseluruhan pada populasi penelitian sebesar 2,3 persen. Khusus untuk pria, risiko yang diamati meningkat menjadi 2,6 persen.

    Selama ini, konsumsi daging merah dan daging olahan telah lama dianggap sebagai faktor risiko kanker, sebagaimana dijelaskan oleh Dana Penelitian Kanker Dunia atau World Cancer Research Fund (WCRF). Namun, hanya sedikit bukti yang menunjukkan hubungan serupa antara konsumsi unggas dan risiko kanker.

    Temuan tersebut berubah seiring munculnya penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrients. Studi ini mengindikasikan adanya keterkaitan antara konsumsi unggas secara berlebihan dan peningkatan risiko kematian akibat berbagai penyebab, termasuk kanker saluran pencernaan.

    “Studi ini sangat menggugah pikiran,” kata Nilesh L.Vora., MD, direktur medis MemorialCare Todd Cancer Institute di Long Beach Medical Center di Long Beach, CA.

    “Mungkin untuk pertama kalinya, konsumsi daging putih perlu dianggap sebagai faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kanker pencernaan,” kata Vora, yang tidak terlibat dalam studi tersebut, kepada Healthline.

    Penelitian dan Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture (USDA) mengklasifikasikan unggas sebagai mencakup berbagai jenis burung konsumsi, antara lain ayam, kalkun, bebek, angsa, burung mutiara, serta burung buruan seperti burung puyuh dan burung pegar.

    Lebih lanjut, studi ini menggunakan data dari tanggapan survei terhadap 4.869 individu Italia paruh baya dari Castellana Grotte dan Putiggnano (Apulia, Italia).

    Peserta melaporkan sendiri konsumsi daging merah dan putih (unggas) berdasarkan ingatan mereka terkait apa yang telah dimakan.

    Penelitian ini juga tidak mencantumkan informasi mengenai tingkat aktivitas fisik para partisipan, padahal faktor tersebut dapat memengaruhi risiko kematian atau kanker. Hal ini menjadi catatan penting yang perlu dipertimbangkan dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

    (suc/suc)

  • Badan Butuh Jeda Pasca-Maraton, Simak Tips Cross Training dari Dokter

    Badan Butuh Jeda Pasca-Maraton, Simak Tips Cross Training dari Dokter

    Jakarta

    Lari marathon kini semakin banyak digemari orang, termasuk di Indonesia. Hal ini terlihat tingginya antusiasme para pelari di ajang Surabaya Medic Air Run 2025 yang baru saja digelar pada 4 Mei lalu.

    Bahkan, tak sedikit para pelari Surabaya Medic Air Run 2025, sudah bersiap untuk turun ke lintasan maraton berikutnya. Bagi sebagian orang, mengikuti ajang lari marathon memang menjadi kepuasan tersendiri.

    Namun, ada baiknya untuk memberikan waktu cukup agar tubuh benar-benar pulih. Hal ini bisa dilakukan dengan memberi waktu untuk ‘libur lari’ sehingga proses recovery bisa berjalan lebih optimal-tanpa harus berhenti berolahraga sepenuhnya.

    Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik Mayapada Hospital Surabaya, dr. Yohan Christian Suisan, Sp.KFR., M.Ked.Klin menjelaskan saat ‘libur lari’, pelari tetap bisa aktif bergerak dengan melakukan cross training.

    Adapun cross training bersifat low impact dan membantu menjaga kebugaran tubuh secara menyeluruh tanpa membebani otot yang sedang pemulihan. Meski begitu, perlu diketahui tidak semua jenis cross training memberikan manfaat yang sama.

    “Setelah olahraga berat seperti maraton, cross-training bisa jadi pilihan pemulihan aktif yang efektif. Aktivitas ini membantu meningkatkan peredaran darah, yang pada gilirannya mempercepat proses pemulihan. Selain itu, cross-training juga masuk dalam jadwal latihan rutin untuk mendukung kebugaran secara keseluruhan,” ungkap dr. Yohan dalam keterangan tertulis, Kamis (8/5/2025).

    Sementara itu, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Mayapada Hospital Surabaya, dr. Reyner Valiant Tumbelaka, M.Ked.Klin., Sp.OT menjelaskan ada banyak pilihan cross training yang dapat dilakukan para pelari.

    “Terdapat enam pilihan untuk mempertahankan performa lari, yaitu latihan kekuatan (strength training), berenang atau bersepeda sebagai bentuk latihan kardio, yoga atau pilates untuk melatih kekuatan inti tubuh (core strength), atau menggunakan alat elliptical,” ungkap dr. Reyner.

    dr. Reyner mengatakan latihan kekuatan (strength training) melibatkan kontraksi otot secara dinamis dan statis dengan menggunakan alat angkat beban, biasanya dilakukan di gym. Latihan ini efektif untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

    Agar hasil lebih maksimal, pelari dapat fokus pada latihan angkat beban yang melibatkan kelompok otot besar sekaligus, seperti squat dengan beban, deadlifts, bench presses, dan lainnya.

    Kemudian, pelari juga dapat melakukan cardio, seperti berenang, yang aman untuk otot dan persendian karena tubuh tidak menanggung beban.

    Pelari juga bisa mencoba aqua jogging, yaitu berlari atau berjalan di dalam air. Latihan ini tidak memberi beban berat pada tubuh, namun tetap memberikan manfaat aerobik yang baik dan melatih sistem otot dengan cara yang mirip dengan berlari.

    Selain itu, pelari bisa melakukan bersepeda karena melibatkan banyak otot besar di kaki-mirip seperti saat berlari-namun dengan tekanan yang lebih ringan pada otot dan sendi. Aktivitas ini cocok sebagai alternatif untuk menjaga kebugaran sekaligus mendukung proses pemulihan setelah marathon.

    Pilihan lain yang dapat dicoba adalah yoga atau pilates. Keduanya dikenal efektif dalam melatih kekuatan inti tubuh (core strength), tergantung jenis gerakan yang dilakukan. Selain itu, yoga dan pilates juga bermanfaat bagi runners untuk melatih pernapasan, memperbaiki postur, serta meningkatkan keseimbangan saat berlari.

    Sebagai alternatif latihan berikutnya, pelari juga dapat menggunakan alat elliptical, yang menawarkan manfaat serupa dengan bersepeda, yaitu melatih kekuatan otot, jantung, dan paru-paru. Bedanya, alat ini memungkinkan gerakan menyerupai lari tanpa memberikan hentakan atau tekanan berlebih pada tubuh.

    “Melakukan berbagai jenis cross training memberikan banyak manfaat bagi runners-mulai dari meningkatkan daya tahan otot, kesehatan jantung, hingga kebugaran tubuh secara keseluruhan. Latihan yang bervariasi ini juga membantu mengusir rasa bosan selama masa jeda, juga berperan penting dalam mencegah cedera dengan memperkuat otot dan sendi, sekaligus mempercepat pemulihan karena tubuh tetap aktif tanpa membebani area yang cedera,” lanjut dr. Reyner.

    Dalam masa recovery setelah marathon, pelari memang perlu merancang proses pemulihan dengan baik agar tubuh bisa pulih secara optimal-bahkan siap untuk kembali meningkatkan performa di ajang maraton berikutnya.

    Bagi para pelari yang baru saja mengikuti Surabaya Medic Air Run 2025, Anda dapat melakukan persiapan di Mayapada Hospital Surabaya. Sebagai partner utama Surabaya Medic Air Run 2025, Mayapada Hospital Surabaya menghadirkan berbagai layanan mulai dari edukasi Safe Running, pemeriksaan EKG gratis, hingga Medical Check Up (MCU) Runner dan VO2max dengan harga spesial.

    Tidak hanya itu, para pelari juga dapat berkonsultasi langsung dengan dokter ahli di Mayapada Hospital Surabaya guna menjaga performa tubuh tetap optimal. Konsultasi ini membantu mengevaluasi kondisi tubuh secara menyeluruh dan menyusun strategi latihan yang lebih tepat sasaran.

    Mayapada Hospital juga menyediakan layanan Sport Injury Treatment & Performance Center (SITPEC), yang menyediakan akses layanan komprehensif mulai dari pencegahan cedera, skrining pra-latihan, hingga peningkatan performa fisik, dengan dukungan tim dokter dan fisioterapis profesional serta fasilitas modern seperti gym, VO2 max, dan Body Composition Analysis.

    Para pelari juga dapat menjadwalkan konsultasi dengan dokter di SITPEC Mayapada Hospital kapan pun dan di mana pun melalui aplikasi MyCare. Melalui aplikasi ini, Anda dapat membantu menentukan jadwal pemeriksaan, konsultasi dokter, hingga mengakses layanan kegawatdaruratan dengan mudah.

    Aplikasi ini juga memiliki fitur Health Articles & Tips yang memuat tips dan informasi seputar olahraga lari, serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, untuk memantau jumlah langkah harian, kalori yang terbakar, detak jantung, hingga Body Mass Index (BMI).

    Segera unduh MyCare di Google Play Store atau App Store sekarang dan dapatkan reward poin potongan harga bagi pengguna baru untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (akd/akd)

  • Dokter Sayangkan Atlet Binaraga Makan Ayam Tiren, Sarankan Alternatif Menu Murah Meriah

    Dokter Sayangkan Atlet Binaraga Makan Ayam Tiren, Sarankan Alternatif Menu Murah Meriah

    Jakarta

    Viral video atlet binaraga di Malang mengonsumsi ayam mati kemarin (tiren) demi memenuhi kebutuhan protein untuk meningkatkan massa otot jelang Pekan Olahraga Provinsi (Proprov) Jatim.

    Fenomena ini menimbulkan pertanyaan serius soal dampaknya bagi kesehatan. Dokter spesialis kedokteran Olahraga Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), Dr dr Listya Tresnanti Mirtha, SpKO, Subsp.APK(K), MARS, menyebut konsumsi ayam tiren jelas sangat berbahaya untuk dikonsumsi, terutama pada atlet.

    Menurutnya, hewan mati yang bukan melalui proses sembelih yang benar akan melalui pembusukan yang lebih cepat. Bakteri seperti Salmonella, Clostridium, hingga racun endotoksin bisa berkembang dan mengkontaminasi daging.

    “Bukan cuma bisa bikin diare atau muntah, tapi juga bisa menyerang hati, ginjal, bahkan sistem saraf bila dikonsumsi berulang. Ini bukan risiko kecil,” ucapnya kepada detikcom, Kamis (8/5/2025).

    Sumber Protein

    Menurut dokter yang akrab disapa Tata itu, masih banyak sumber protein yang lebih aman, halal, dan murah, tapi tetap berkualitas tinggi untuk mendukung pembentukan otot. Berikut penjelasannya.

    Telur

    Satu butir telur mengandung sekitar 6 hingga 7 protein. Dua butir telur plus sedikit tempe sudah mencukupi satu porsi kebutuhan protein harian.

    Tempe dan Tahu

    Sumber protein nabati lokal yang murah meriah, tapi luar biasa kandungannya. Tempe mengandung hingga 19 gram protein per 100 gram.

    Ikan Lele atau Kembung

    Lebih murah dibandingkan ayam filet, tapi kaya protein dan asam lemak sehat.

    Susu Bubuk Rendah Lemak

    Bisa menjadi tambahan di malam hari atau setelah latihan.

    Berapa Kali Makan yang Dianjurkan?

    “Untuk atlet yang sedang membentuk massa otot, kebutuhan protein adalah 1,6-2,2 gram/kg berat badan/hari, dengan pembagian makan 5-6 kali sehari,’ ucap dr Tata.

    dr Tata mencontohkan, untuk atlet dengan berat badan 70 kg, kebutuhannya menjadi sekitar 112-154 gram per hari. Dibagi ke dalam 6 waktu makan, menjadi sekitar 20-25 gram protein per makan.

    NEXT: Contoh menu tinggi protein murah meriah

    Adapun contoh menu satu kali makan yang murah dan bergizi sebagai berikut.

    2 butir telur rebus ditambah 1 potong tempe goreng1 ekor ikan lele bakar ditambah 1 potong tahu1 potong tempe panggang ditambah 1 gelas susu100 gram dada ayam bakar ditambah satu telur rebus

    “Olahraga menuntut disiplin, bukan cuma di lapangan tapi juga di dapur. Pemenuhan gizi tak harus mahal, tapi tidak boleh sembarangan,” kata dr Tata.

    “Jangan mengorbankan kesehatan dengan mengonsumsi bahan pangan yang tidak layak. Konsep yang harus dibangun adalah justru dari pilihan makan yang tepat, performa akan meningkat, risiko cedera menurun, dan daya tahan tubuh lebih kuat,” katanya lagi.

  • Heboh RI Disebut Jadi ‘Kelinci Percobaan’ Vaksin TBC Baru, Pakar Bilang Gini

    Heboh RI Disebut Jadi ‘Kelinci Percobaan’ Vaksin TBC Baru, Pakar Bilang Gini

    Jakarta

    Belakangan ramai soal Indonesia menjadi lokasi uji fase klinis tiga vaksin tuberkulosis (TBC) besutan pendiri Microsoft, Bill Gates. Tak sedikit masyarakat yang mempertanyakan mengapa Indonesia yang dipilih menjadi lokasi uji klinis tersebut.

    Bahkan ada narasi yang menyebutkan Indonesia menjadi kelinci percobaan medis.

    “Indonesia adalah satu-satunya negara Asia yang mau dijadikan kelinci percobaan,” ucap salah satu pengguna X.

    “Nasib jadi warga Indonesia, jadi kelinci percobaan vaksin TBC, data biometrik dibeli dengan harga murah dll. The real bonus demografi sebagai aset untuk dijadikan budak dan kelinci percobaan. Good job,” sahut pengguna X lainnya.

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman menanggapi kabar yang beredar tersebut. Ia mengatakan pengembangan vaksin TBC ini justru merupakan langkah penting.

    Hal ini dikarenakan TBC sampai saat ini masih menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia. Setiap tahun, sekitar 10 juta orang terdiagnosis TBC, dan sekitar 1,5 juta di antaranya meninggal dunia.

    Saat ini, salah satu upaya utama untuk mencegah TBC selama ini adalah menggunakan vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG). Menurut Dicky, vaksin BCG yang digunakan saat ini sudah berusia lebih dari satu abad. Efektivitasnya pun sangat bervariasi, terutama untuk orang dewasa. Sementara pada anak-anak, vaksin ini memang terbukti efektif mencegah kasus berat seperti meningitis TBC.

    “Nah yayasan Bill dan Melinda Gates ini mendanai penelitian vaksin TBC terbaru karena kebutuhan medisnya sangat mendesak,” ucapnya kepada detikcom, Kamis (8/7/2025).

    “Karena tadi TBC jadi ancaman kesehatan global utama. Dan bahkan WHO memperkirakan setidaknya kurang lebih 10 juta orang TBC pasien TBC setiap tahun. Kalau kematiannya tadi 1,5 juta setiap tahun. Besarkan berarti hampir 15 persen,” sambungnya.

    Di sisi lain, Dicky tidak menutup mata terhadap kekhawatiran publik. Nama Bill Gates kerap dikaitkan dengan teori konspirasi, mulai dari kontrol populasi hingga ‘agenda’ tersembunyi.

    Banyak masyarakat merasa tidak mendapatkan penjelasan yang cukup, sehingga muncul rasa curiga dan ketidakpercayaan.

    “Sehingga merasa bahwa uji klinis ini oleh sebagian masyarakat dilakukan tanpa persetujuan atau kejelasannya,” ucap Dicky.

    Padahal, jika dikelola dengan benar, pelibatan Indonesia dalam uji klinis vaksin bisa membawa manfaat besar. Misalnya, seperti mendapatkan akses ke vaksin yang lebih efektif jika uji coba berhasil, peningkatan kapasitas riset dan infrastruktur kesehatan, hingga dukungan dana hibah untuk negeri di tengah keterbatasan anggaran,

    Tak hanya itu, dampaknya juga akan signifikan dalam menekan beban ekonomi akibat TBC serta meningkatkan produktivitas masyarakat.

    “Ingat TBC ini bisa membuat orang jadi tidak produktif,” kata Dicky.

    Meski begitu, Dicky menegaskan uji coba vaksin bukan berarti tanpa risiko. Etika dan keamanan menjadi faktor utama yang harus dijaga.

    Begitu juga risiko kegagalan, efek samping, hingga kemungkinan peserta uji klinis mendapatkan stigma atau diskriminasi, semuanya harus diantisipasi sejak awal.

    Tanpa strategi komunikasi yang baik, uji coba ini bisa menjadi bumerang, memicu hoaks, menimbulkan ketakutan sosial, dan memperburuk kepercayaan terhadap vaksin secara umum.

    “Jadi sekali lagi saya sebagai ahli di bidang ini melihat pentingnya komunikasi risiko yang transparan yang diterapkan secara benar prinsip-prinsipnya dan melibatkan komunitas untuk memastikan keberhasilan uji coba,” sambungnya lagi.

    Senada, Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan yang terlibat dalam penelitian vaksin TBC, juga mengatakan vaksin TBC ini telah melalui tahapan yang ketat dalam uji klinis, mulai dari fase satu hingga fase tiga.

    Seluruh proses ini dilakukan dengan ‘rambu-rambu’ ilmiah yang sangat ketat dan transparan, serta di bawah pengawasan global. Oleh karena itu, lanjut dr Erlina, anggapan partisipan menjadi ‘kelinci percobaan’ adalah keliru.

    “Dan ini kan proses ilmiah ya, betul-betul dengan rambu-rambu yang sangat-sangat saintifik, ya nggak mau lah kita sembarangan. Ini kan dipantau dunia ya, dan saya sih sebagai peneliti dan juga sebagai dosen, sangat-sangat bersyukur bahwa Indonesia dipercaya oleh global, bahwa periset-periset kita itu udah tingkat global gitu,” ucapnya dalam kesempatan berbeda.

    (suc/kna)

  • Uji Klinis Vaksin TBC Bill Gates Sudah Mulai, 2 Ribu Orang RI Jadi Partisipan

    Uji Klinis Vaksin TBC Bill Gates Sudah Mulai, 2 Ribu Orang RI Jadi Partisipan

    Jakarta

    Uji klinis fase 3 vaksin TBC besutan Bill Gates vaksin TBC M72/AS01E sudah dimulai di Indonesia. Uji klinis tersebut telah berjalan sejak September 2024.

    Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan yang terlibat dalam penelitian dan uji klinis vaksin tersebut mengatakan ada sekitar 2 ribu partisipan di Indonesia yang ikut serta dari target 20 ribu orang di ranah global.

    “Riset ini mengikutsertakan 20 ribu orang untuk seluruh dunia. Di Indonesia, kita sekitar 2 ribu orang lah,” kata Prof Erlina saat dihubungi detikcom, Kamis (8/5/2025).

    Prof Erlina menjelaskan saat ini uji klinis tersebut masih dalam tahap pemantauan setelah disuntikkan ke partisipan. Penelitian vaksin tersebut melibatkan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Padjadjaran, RS Persahabatan, RS Universitas Indonesia, dan RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

    Dia juga menanggapi terkait banyaknya yang khawatir mengenai keamanan vaksin TBC baru ini. Kata dia, uji klinis fase 3 tidak akan dilakukan jika efektivitas dan keamanan vaksin tidak terjamin.

    “Ini kan proses ilmiah ya, betul-betul dengan rambu-rambu yang sangat-sangat saintifik, ya nggak mau lah kita sembarangan,” tutur Prof Erlina.

    Selain vaksin TBC M72, ada dua kandidat vaksin TBC lainnya yang menjalani penelitian di Indonesia. Berikut daftarnya:

    Vaksin TBC BNT164a1 (BioNTech dan Biofarma): Setelah menyelesaikan uji coba fase 1, Indonesia akan berpartisipasi dalam fase 2 kandidat vaksin TB mRNA dari BioNTech.Vaksin TBC AdHu5Ag85A (CanSinoBio dan Etana): Indonesia terlibat dalam fase 1 uji klinis kandidat vaksin TBC vektor virus CanSinoBio.

    (kna/kna)