Category: Detik.com Kesehatan

  • Video: Kemenkes Ungkap Alasan Pengidap Thalasemia Meningkat Setiap Tahun

    Video: Kemenkes Ungkap Alasan Pengidap Thalasemia Meningkat Setiap Tahun

    Jakarta – Pengidap thalasemia di Indonesia terus meningkat dari 3 juta menjadi 14 juta orang di tahun 2023. Kemenkes pun menjelaskan beberapa faktornya.

    Indonesia disebut berada dalam sabuk thalasemia bersama dengan negara Malaysia dan Singapura, hingga warga lebih aware dengan melakukan skrining ke dokter. Direktur P2PTM Kemenkes Siti Nadia mengimbau agar pengidap thalasemia tidak saling menikah karena dapat mengakibatkan anaknya harus transfusi darah seumur hidup.

    (/)

  • Pria yang Punya Penyakit Langka Jadi Donor Sperma, Endingnya 10 Anak Kena Kanker

    Pria yang Punya Penyakit Langka Jadi Donor Sperma, Endingnya 10 Anak Kena Kanker

    Jakarta

    Perdebatan tentang aturan donor sperma kembali memanas di Eropa. Hal ini terjadi setelah 67 anak lahir dari sperma seorang pria yang memiliki mutasi langka penyebab kanker.

    Akibatnya, 10 dari 67 anak dari donor spermanya didiagnosis mengidap beberapa jenis kanker yang berbeda. Sementara itu, lebih dari 20 anak lainnya dipastikan memiliki mutasi langka itu juga.

    Keluarga dua anak dari 10 anak yang mengidap kanker tersebut menghubungi klinik fertilitas mereka. Ini dilakukan setelah tahu anak-anak mereka mengidap kanker yang terkait dengan varian gen TP53.

    Bank Sperma Eropa telah memasok sperma tersebut. Dan dapat dipastikan, varian TP53 itu terdapat dalam beberapa sperma donor yang tidak teridentifikasi.

    Mutasi tersebut biasanya akan menyebabkan pasien mengembangkan sindrom Li-Fraumeni, yakni kecenderungan bawaan terhadap kanker seperti leukemia dan limfoma non-Hodgkin.

    Varian langka tersebut tidak diketahui terkait dengan kanker pada saat donasi tahun 2008. Hal itu tidak akan terdeteksi hanya melalui pemeriksaan standar.

    Namun, dilaporkan pria yang menjadi donor sperma tersebut dianggap dalam keadaan sehat.

    “Saya menganalisis varian tersebut menggunakan basis data populasi dan pasien, alat prediksi komputer, dan hasil uji coba fungsional. Lalu, sampai pada kesimpulan bahwa varian tersebut kemungkinan besar menyebabkan kanker dan anak-anak yang lahir dari donor ini harus menerima konseling genetik,” jelas Dr Edwige Kasper, seorang ahli biologi di Rumah Sakit Universitas Rouen di Prancis, dikutip dari NY Post.

    Anak-anak dengan varian tersebut biasanya memerlukan pemantauan melalui pemindaian MRI seluruh tubuh serta bagian otaknya. Saat dewasa, mereka juga harus menjalani MRI bagian payudara dan perut.

    Dr Kasper mengatakan bahkan masih belum jelas apakah sperma pria yang berkaitan dengan kasus ini hanya digunakan sebanyak 67 kali atau lebih.

    “Itu pertanyaan yang sangat bagus yang saya ajukan ke bank sperma. Mereka tidak mau memberitahu saya angka pasti kelahiran dari donor ini,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Waspadai 6 Gejala Kanker di Usia Muda, Kasusnya Kini Meningkat

    Waspadai 6 Gejala Kanker di Usia Muda, Kasusnya Kini Meningkat

    Jakarta

    Kasus kanker di usia muda di bawah 50 tahun terus meningkat di seluruh dunia. Salah satu langkah pencegahan yang penting untuk dilakukan adalah mengetahui kanker sedini mungkin, karena ini berhubungan dengan pencegahan keparahan.

    Dikutip dari NYPost, berikut ini sederet gejala kanker yang mungkin berkaitan dengan kanker sehingga harus diperiksakan:

    1. Masalah Pencernaan

    Masalah buang air besar bisa menjadi tanda kanker usus. Jika tinja yang keluar terlihat lebih gelap, ukuran berbeda, dan muncul darah, mungkin ini menjadi tanda bahaya yang harus diperiksakan ke tenaga medis.

    Peningkatan kasus kanker kolorektal di seluruh dunia diperkirakan dipicu oleh perubahan lingkungan dan pola makan.

    2. Penurunan Berat Badan Tanpa Diet

    Orang yang mengidap kanker biasanya mengalami penurunan berat badan tanpa alasan jelas. Berat badan orang yang mengidap kanker bisa turun sendiri tanpa usaha untuk menurunkan berat badan.

    Kondisi ini biasanya disertai perasaan cepat kenyang saat makan, perubahan kadar energi, atau perubahan pola tidur. Gejala ini tak serta merta pasti berkaitan dengan kanker, oleh karena itu pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan.

    3. Benjolan

    Benjolan atau kelainan lain biasanya muncul pada orang yang mengalami kanker payudara. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi di usia di bawah 50 tahun.

    Gejala kanker payudara biasanya meliputi benjolan, perubahan warna kulit, hingga keluarnya cairan dari payudara.

    Benjolan juga dapat muncul pada orang yang mengidap kanker testis. Bila mengalami kondisi ini, terlebih ditambah rasa nyeri, segera lakukan pemeriksaan ke dokter.

    4. Lesi Kulit

    Tanda awal melanoma atau jenis kanker kulit lainnya dapat bermanifestasi sebagai kelainan pada kulit. Beberapa kelainan yang dimaksud seperti pertumbuhan baru seperti tahi lalat atau koreng, bercak kasar pada kulit, hingga luka yang tak kunjung sembuh.

    Jika mengalami kondisi tersebut, pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahui penyebabnya.

    NEXT: Perdarahan tak biasa hingga keringat malam

    5. Perdarahan Tak Biasa

    Perdarahan juga bisa muncul di urine ketika buang air kecil. Ini menandakan adanya masalah pada ginjal atau kandung kemih.

    Selain itu, perdarahan vagina atau setelah berhubungan intim mengindikasikan kanker serviks atau kanker endometrium yang harus diperiksakan.

    6. Keringat Malam

    Selanjutnya adalah muncul keringat malam, demam, atau menggigil yang tak dapat dijelaskan. Ini bisa menjadi pertanda adanya sesuatu yang muncul di sistem limfatik, seperti limfoma.

    Pembengkakan pada kelenjar, termasuk di bawah ketiak atau di tempat kelenjar getah bening lain, harus segera diperiksakan.

    Selain keenam gejala tersebut, berikut beberapa tanda kanker lain yang mungkin dapat muncul:

    Mudah memar, sering terkena infeksi, atau kelelahan bisa menjadi tanda leukemia, kanker anak-anak.Rasa sakit, patah tulang, atau ketidaknyamanan lain dapat menandakan sarkoma.Perubahan penglihatan, sakit kepala, atau nyeri punggung dapat menandakan kanker otak atau kanker sumsum tulang belakang.

  • Fakta-fakta Kenaikan COVID-19 di Asia, RI Juga Perlu Waspada

    Fakta-fakta Kenaikan COVID-19 di Asia, RI Juga Perlu Waspada

    Jakarta

    Kasus COVID-19 di beberapa negara Asia dilaporkan mengalami kenaikan. Di antaranya Singapura, Thailand, Hong Kong, dan China.

    Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, mengingatkan virus Corona belum benar-benar hilang. Meski kasusnya tidak seganas di masa puncak pandemi, virus ini masih perlu dipantau dengan ketat oleh para ahli di berbagai negara, termasuk Indonesia.

    “Beberapa negara tetangga mengalami peningkatan kasus. Itu terjadi karena mereka punya sistem surveilans yang rapi dan konsisten. Bahkan saat situasi normal, mereka tetap rajin mencatat dan melaporkan,” kata Prof Tjandra baru-baru ini.

    Menurut Prof Tjandra, kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi ini menandakan kemungkinan adanya fluktuasi kasus. Untuk dapat mengetahuinya, otoritas kesehatan perlu terus memantau jumlah kasus, angka kematian, hingga pola genomik virus.

    “Sampai sekarang, belum ada varian baru yang jadi penyebab lonjakan kasus. Varian yang mendominasi masih JN.1 dan turunannya seperti LF.7 dan NB.1.8,” sambungnya.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Aji Muhawarman memastikan belum ada varian XEC sublineage atau turunan dari Omicron masuk ke Indonesia. Salah satu varian terbaru SARS-CoV2 tersebut belakangan tengah menyebar antara lain di Thailand.

    “Yang XEC itu masih di Jepang, Singapura, sama Thailand. Jadi masih belum masuk ke sini. Kami dapat laporan XEC itu ringan gejalanya,” kata Aji saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (27/5/2025).

    Dokter Paru Minta RI Tak Lengah

    Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, menegaskan bahwa COVID-19 masih ada, tapi jumlahnya sangat sedikit. Jadi, ia menyarankan untuk tetap waspada dan tidak lengah terhadap virus tersebut.

    “Intinya yang saya sampaikan adalah kita jangan lengah, karena buktinya negara tetangga naik kasusnya,” terang Prof Erlina saat dihubungi detikcom, Selasa (27/5).

    “Tapi, jangan panik juga. Karena tren yang sekarang menyerang itu adalah tren dari anak cucunya Omicron yaitu JN.1. Dan JN.1 ini gejalanya ringan-ringan saja, persis seperti flu. Jadi gejalanya ringan,” sambungnya.

    Namun, orang-orang dengan imunitas yang kurang bagus, orang tua atau lansia, dan orang dengan komorbid harus perlu hati-hati terhadap COVID-19. Prof Erlina menyebut, orang-orang yang harus dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 umumnya orang-orang tua di atas 64 tahun, dengan komorbid, dan belum divaksin.

    NEXT: Wanti-wanti jelang long weekend

    Wanti-wanti Dokter Paru Jelang Long Weekend

    Spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) menjelaskan infeksi COVID-19 saat ini sudah mirip dengan flu musiman. Gejala yang cenderung ringan karena daya tahan tubuh masyarakat yang jauh lebih baik pasca pandemi.

    Maka dari itu, pencegahan COVID-19 jelang long weekend atau libur panjang ini cukup dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat secara umum saja.

    “Karena ini sudah dianggap ringan, jadi kita ya untuk kewaspadaan sendiri aja. Terutama untuk orang-orang yang punya komorbid, kemudian orang-orang yang punya orang tua, kemudian anak-anak itu yang rentan terhadap infeksi seperti itu,” kata dr Erlang ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (27/5).

    “Iya betul, perilaku hidup bersih sehat sama seperti COVID yang dulu, pakai masker, cuci tangan, hindari kerumunan itu aja sih,” sambungnya.

    Meski gejala yang timbul akibat COVID-19 saat ini cenderung ringan, dr Erlang menekankan untuk jangan sampai terlena hingga tidak menerapkan perlindungan sama sekali.

    Khususnya bagi kelompok lansia dan orang dengan komorbid, seperti diabetes, penyakit paru kronik, penyakit jantung, stroke, dan sebagainya.

    “Yang jadi masalah sebenarnya, kalau pada orang-orang yang rentan. Seperti anak-anak atau bayi, balita, kemudian orang tua dan yang punya komorbid, itu kadang-kadang infeksi yang sedikit saja, yang ringan saja, itu membuat komorbidnya jadi tambah berat,” pungkasnya.

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Dokter Sebut Serangan Jantung Rentan Terjadi saat Liburan, Ini Alasannya

    Dokter Sebut Serangan Jantung Rentan Terjadi saat Liburan, Ini Alasannya

    Jakarta – Akhir bulan Mei 2025 menjadi momen yang dinantikan banyak orang. Pasalnya, masyarakat Indonesia akan menikmati long weekend selama empat hari berturut-turut. Meski begitu, perlu diwaspadai juga bahwa musim liburan dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Kok bisa?

    Spesialis jantung dan pembuluh darah Vito A Damay SpJP(K) membenarkan serangan jantung lebih rentan terjadi saat liburan. Menurutnya, bukan liburannya yang salah, melainkan perubahan pola hidup saat liburan yang bisa meningkatkan risiko serangan jantung.

    “Stres perjalanan, begadang, dan kadang lupa minum obat. Semua itu bisa jadi pemicu,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (27/5/2025).

    Menurut pengalaman dr Vito, banyak orang justru mengabaikan gejala sakit saat liburan karena enggan merusak suasana. Akibatnya, rumah sakit justru dipadati pada pasien setelah liburan selesai, terutama di instalasi gawat darurat (IGD) dan ruang rawat inap.

    dr Vito juga mengatakan ada kasus pasien serangan jantung yang datang dalam kondisi sangat kritis karena terjebak macet di perjalanan saat liburan. Hal ini, lanjutnya, menjadi pengingat penting menjaga kesehatan tetap harus menjadi prioritas, bahkan saat sedang liburan.

    “Tetap jaga pola hidup sehat selama liburan. Setidaknya dengan makan tidak berlebihan, olahraga setiap hari ringan juga tidak apa apa tapi jangan malas malasan saja. Karena jantung kita tidak pernah libur kan,” sambungnya lagi.

    (suc/suc)

  • Gaza ‘Krisis’ Obat-obatan, Dokter Terpaksa Amputasi Pasien Tanpa Anestesi

    Gaza ‘Krisis’ Obat-obatan, Dokter Terpaksa Amputasi Pasien Tanpa Anestesi

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan stok peralatan medis di Gaza hampir habis. Terlebih lagi, 42 persen obat pereda nyeri juga telah kehabisan stok.

    “Kami kehabisan stok hampir 64 persen peralatan medis dan kehabisan stok 43 persen obat-obatan esensial, dan 42 persen vaksin,” kata Hanan Balkhy, Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur, dikutip dari Reuters.

    Balkhy mengatakan pihaknya memiliki 51 truk bantuan yang masih menunggu di perbatasan Gaza. Sampai saat ini belum mendapatkan izin untuk memasuki wilayah Palestina.

    “Dapatkah Anda bayangkan seorang ahli bedah (memperbaiki) tulang yang patah tanpa anestesi? Cairan infus, jarum, perban, semuanya tidak tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan,” tegasnya.

    Ia juga menambahkan obat-obatan dasar seperti antibiotik, obat pereda nyeri, dan obat-obatan kronis persediaannya sangat terbatas.

    Sebelumnya, Israel menghentikan semua pengiriman bantuan ke Gaza pada 2 Maret setelah menuduh Hamas mencuri bantuan tersebut, yang dibantah oleh Hamas, dan menuntut pembebasan seluruh sandera yang masih ditahan sejak serangan Hamas di Israel pada Oktober 2023.

    (sao/suc)

  • Video: Wanti-wanti Kemenkes Meski Angka Stunting RI Sudah Menurun

    Video: Wanti-wanti Kemenkes Meski Angka Stunting RI Sudah Menurun

    Jakarta – Angka kejadian stunting menurun dari 2023 sebesar 21,5 persen menjadi 19,8 persen pada 2024. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta warga tetap waspada meski terjadinya penurunan.

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Siti Nadia Tarmizi, mengimbau warga yang datang ke Posyandu agar meninjau ulang kembali berat badan anaknya. Tindakan preventif ini sebaiknya dilakukan orang tua sebagai upaya mencegah stunting dan mencapai target Kemenkes menurunkan angka stunting hingga 14,2% di tahun 2029.

    (/)

  • Video RI-Swedia Teken MoU Kesehatan: Penelitian dalam Pengobatan Lanjutan

    Video RI-Swedia Teken MoU Kesehatan: Penelitian dalam Pengobatan Lanjutan

    Jakarta – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Kesehatan Swedia Acko Ankarberg menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait pengembangan kerja sama bilateral di bidang kesehatan dalam agenda Konferensi Kesehatan SISP Indonesia-Swedia di Jakarta, Selasa (27/5).

    Pengembangan kerja sama ini meliputi berbagai aspek, termasuk pertukaran informasi, keahlian, dan teknologi. Kolaborasi ini juga diharapkan menjadi langkah preventif terhadap penyakit kanker, kardiovaskular, dan diabetes.

    (/)

    indonesia swedia menkes swedia acko ankarberg menkes budi gunadi sadikin

  • Begini Ciri-ciri HIV yang Muncul di Kemaluan Pria

    Begini Ciri-ciri HIV yang Muncul di Kemaluan Pria

    Jakarta

    Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4.

    Sel ini punya peranan penting dalam membantu tubuh melawan infeksi. Meskipun HIV dapat mempengaruhi siapa saja, terdapat beberapa gejala khas yang bisa dialami pria, khususnya di bagian area kemaluan.

    Ciri-ciri HIV pada Kemaluan Pria

    Ada beberapa ciri-ciri HIV pada kemaluan pria yang perlu diwaspadai. Berikut penjelasannya.

    1. Luka pada Penis

    Salah satu ciri-ciri HIV pada kemaluan pria adalah munculnya luka terbuka pada penis. Luka ini juga bisa muncul di bagian mulut atau kerongkongan.

    Luka ini biasanya sembuh, tetapi sering kali muncul kembali.

    Dikutip dari laman Medical News Today, sebuah laporan kasus pada tahun 2017 mengungkapkan seorang pengidap HIV yang mengalami tukak penis. Kondisi ini menyebabkan luka menyakitkan pada penis dan pembesaran kelenjar getah bening di area selangkangan.

    2. Disfungsi Ereksi

    Menurut penelitian tahun 2021, prevalensi disfungsi ereksi pada pria dengan HIV berkisar antara 13 hingga 86 persen. Sesuai namanya, disfungsi ereksi ditandai oleh ketidakmampuan mencapai ereksi atau ereksi yang tidak maksimal.

    Ciri-ciri HIV Stadium Awal pada Pria

    Selain di kemaluan, terdapat tanda-tanda HIV lain pada pria yang mungkin tidak langsung terlihat pada tahap awal. Namun, jika muncul gejala awal HIV, biasanya terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu, antara lain:

    DemamPanas dinginRuamBerkeringat di malam hariNyeri ototSakit tenggorokanKelelahanDiarePembengkakan kelenjar getah beningSariawan di mulut

    Dikutip dari laman Ada Health HmbH, adanya gejala ini disebabkan oleh reaksi sistem imun terhadap masuknya virus ke tubuh. Biasanya, gejala akan berkembang selama 2-4 minggu.

    Ciri-ciri AIDS pada Pria

    AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan tahap paling lanjut dari infeksi HIV. Kondisi ini terjadi ketika virus telah merusak sistem kekebalan tubuh secara serius, sehingga tubuh tidak mampu melawan berbagai infeksi. Gejalanya meliputi:

    Kelelahan EkstremPenurunan berat badan yang parah atau cepatDiare yang berlangsung lebih dari semingguRadang paruLuka di mulut, anus, atau kelaminDepresiPembengkakan kelenjar getah bening di sekitar ketiak, selangkangan, atau leher yang tidak kunjung hilangDemam atau keringat malam yang parah dan terus munculBercak merah, coklat, merah muda, atau ungu di bawah kulit

    (elk/suc)

  • 8 Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Berhenti Konsumsi Gula

    8 Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Berhenti Konsumsi Gula

    Jakarta – Gula secara alami terdapat dalam semua makanan yang mengandung karbohidrat, seperti buah-buahan, sayuran, dan produk susu. Mengonsumsi makanan utuh dengan kandungan gula alami justru baik bagi tubuh, karena dicerna secara perlahan dan memberikan pasokan energi yang stabil ke sel-sel tubuh.

    Dikutip dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), asupan tinggi buah, sayur, dan biji-bijian juga terbukti dapat menurunkan risiko penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.

    Masalah muncul ketika seseorang mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan, gula yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman untuk meningkatkan rasa atau memperpanjang masa simpan.

    Tanpa disadari, banyak makanan seperti kue, biskuit, permen, minuman ringan, jus buah, dan makanan olahan lainnya mengandung gula tambahan. Bahkan, gula tambahan juga bisa ditemukan pada makanan yang tidak terasa manis, seperti sup, roti, daging olahan, dan saus tomat.

    Asupan gula yang berlebihan dikaitkan dengan beberapa penyakit, seperti obesitas, diabetes, dan jantung.

    8 Hal yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Konsumsi Gula

    Dikutip dari Eating Well, berikut hal yang dapat terjadi pada tubuh saat berhenti konsumsi gula yang berlebihan.

    1. Penurunan Berat Badan Lebih Cepat

    Dengan mengonsumsi makanan tanpa tambahan gula, total asupan kalori yang masuk ke tubuh akan berkurang. Hal ini dapat mempercepat penurunan berat badan.

    Menurut penelitian, konsumsi gula tambahan yang berlebihan dapat berkontribusi pada kelebihan berat badan. Oleh karena itu, mengganti makanan tinggi gula tambahan dengan pilihan yang rendah atau tanpa gula bisa membantu mengurangi asupan kalori secara signifikan.

    Menurut penelitian, konsumsi gula yang tinggi bisa meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Berat badan bisa bertambah saat mengonsumsi banyak kalori dalam bentuk gula tambahan.

    Kelebihan berat badan atau obesitas sering kali disertai dengan gangguan pengendalian gula darah dan menurunnya sensitivitas insulin, yang dapat memicu diabetes tipe 2. Oleh karena itu, mengurangi konsumsi gula tambahan dapat membantu mengelola berat badan sekaligus menjaga kadar glukosa darah tetap dalam batas normal. Kedua hal ini berperan penting dalam menurunkan risiko terkena diabetes.

    3. Memperlambat Proses Penuaan Kulit

    Mengurangi asupan gula tambahan dan menjaga kadar glukosa darah tetap dalam batas normal dapat membantu memperlambat proses penuaan kulit.

    Pola makan yang mengandung banyak gula bisa menyebabkan produksi AGEs (Advanced Glycation End Products) yang berhubungan dengan percepatan proses penuaan kulit.

    Oleh karena itu, mengurangi konsumsi gula bisa memperlambat efek penuaan yang ditimbulkan AGE’s pada kulit. Pilih makan makanan buah dan sayur yang bermanfaat bagi kesehatan kulit.

    Peradangan kronis tingkat rendah berhubungan dengan hampir semua penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup dan proses penuaan, seperti radang sendi, gangguan saluran pencernaan, dan sindrom metabolik. Sebuah penelitian yang mengamati data lebih dari 5.000 orang dewasa menemukan, konsumsi minuman manis oleh penderita pra-diabetes berkaitan dengan peningkatan kadar protein C-reaktif, yaitu indikator utama peradangan.

    Penelitian tersebut menunjukkan konsumsi gula tambahan yang berlebihan dapat memperparah peradangan. Oleh karena itu, menghindari gula tambahan dapat membantu mengurangi peradangan yang sudah ada sekaligus mencegah terjadinya peradangan baru. Dengan begitu, fungsi kekebalan tubuh pun meningkat dan tubuh menjadi lebih efektif dalam melawan patogen.

    Asupan gula tambahan yang tinggi dikaitkan dengan kemungkinan risiko mengalami episode depresi, kecemasan, dan kesehatan mental lainnya. Menurut peneliti, hal ini berasal dari peradangan otak yang dipicu oleh indeks glikemik gula yang lebih tinggi.

    Mengurangi asupan gula juga bisa membantu menjaga daya ingat yang tetap baik seiring bertambahnya usia. Sebuah studi yang melibatkan 3.623 orang Amerika berusia 60 tahun ke atas, menemukan hubungan antara asupan gula yang tinggi dengan tingkat keparahan hilangnya daya ingat.

    6. Nafsu Makan Berkurang

    Leptin, hormon utama yang mengatur nafsu makan, memberi sinyal ke otak tentang kapan harus makan, berhenti makan, serta kapan metabolisme harus dipercepat atau diperlambat. Namun, pada orang dengan obesitas dan resistensi insulin, tubuh menjadi kurang responsif terhadap sinyal bahwa sudah merasa kenyang.

    Oleh karena itu, memperbaiki pengelolaan glukosa bisa membantu memulihkan peran leptin dalam tubuh. Caranya adalah dengan mengurangi konsumsi gula tambahan.

    7. Meningkatkan Kesehatan Jantung

    Beberapa penelitian observasional menunjukkan orang yang mengonsumsi gula tambahan berlebihan berisiko lebih besar terkena penyakit kardiovaskular. Pola makan tinggi gula bisa meningkatkan peradangan dan menyebabkan hati memompa lemak berbahaya ke aliran darah. Hal tersebut bisa berkontribusi terhadap perkembangan penyakit kardiovaskular.

    Gula bisa menyebabkan gigi berlubang. Jika tak menyikat gigi, gula dan karbohidrat lain pada gigi akan menjadi makanan bakteri yang hidup di mulut. Akibatnya, kondisi tersebut dapat menghasilkan asam yang menghilangkan mineral dari enamel gigi dan kemudian menyebabkan lubang.

    (elk/suc)