Category: Detik.com Kesehatan

  • Kasus DBD RI Tinggi, Wamenkes: Nyamuk Lebih Mematikan daripada Hewan Buas

    Kasus DBD RI Tinggi, Wamenkes: Nyamuk Lebih Mematikan daripada Hewan Buas

    Jakarta

    Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap nyamuk sebagai vektor penyakit mematikan. Dia juga menyinggung terkait kasus DBD di Indonesia yang menyentuh 1.400 kematian di 2024.

    “Bukan hewan buas yang menjadi penyebab kematian terbanyak, melainkan nyamuk. Gigitan nyamuk, meski tampak sepele, bertanggung jawab atas jutaan kematian setiap tahunnya,” sebut Dante dikutip dari Sehat Negeriku, Rabu (28/5/2025).

    DBD masih menjadi ancaman global dengan lebih dari 3,9 miliar orang di dunia berisiko terinfeksi. Hingga Mei 2025, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 56 ribu kasus DBD dengan 250 kematian.

    Angka ini menunjukkan perlunya penguatan strategi penanggulangan di berbagai lini, termasuk edukasi dan peningkatan kualitas layanan kesehatan dasar.

    “Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah kasus tertinggi, bersama Brasil, Kolombia, Meksiko, Peru, dan Vietnam,” tambahnya.

    Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mengendalikan penyebaran penyakit dengue dengan berbagai program di antaranya program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik), fogging, inovasi nyamuk Wolbachia, hingga pengembangan vaksin dengue.

    “Namun semua ini tidak akan berhasil tanpa dukungan lintas sektor, termasuk peran aktif DPR RI dan masyarakat,” jelas Dante.

    (kna/kna)

  • Berkaca dari Viral Pernikahan Anak di Lombok, Psikolog Soroti Peran Ortu

    Berkaca dari Viral Pernikahan Anak di Lombok, Psikolog Soroti Peran Ortu

    Jakarta

    Viral di media sosial, sebuah video yang menunjukkan pernikahan anak terjadi di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Diketahui belakangan, mereka adalah remaja berinisial SR (17) seorang siswa SMK asal Kecamatan Praya Tengah dan SMY (14) siswa SMP asal Kecamatan Praya Timur.

    Pengacara ayah SMY, Munahan mengklaim pihak keluarga sebenarnya sudah berupaya mencegah pernikahan tersebut. Namun, keluarga SMY akhirnya terpaksa merestui putrinya untuk menikah lantaran sudah beberapa kali dibawa kabur SR, termasuk ke Sumbawa selama dua hari.

    Orang tua khawatir terhadap kondisi psikologis anaknya sehingga memutuskan untuk mengalah.

    “Begitu sudah dilakukan kedua kali, orang tua si anak ini mau tidak mau pasrah sehingga merestui pernikahan itu,” tegas Muhanan beberapa waktu lalu, dikutip dari detikbali, Rabu (28/5//2025).

    Terlepas dari kejadian tersebut, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menyoroti pentingnya peran orang tua dalam mencegah pernikahan dini. Menurutnya, orang tua harus lebih peduli dengan cara berpikir anak sedari awal.

    Misalnya, memberikan penjelasan tentang konsep pernikahan, konsep pertemanan, konsep rasa nyaman, hingga melakukan filter terhadap apapun yang dilihat anak-anak, termasuk tontonan.

    “Sehingga bahasanya lebih preventif lah dibandingkan mencegah mereka menikah, tapi betul-betul preventif lebih jauh lagi,” kata Sari ketika dihubungi detikcom, Selasa (27/5/2025).

    “Perlu mengedukasi tentang tontonan-tontonan yang layak mereka tonton terkait pernikahan, rumah tangga, apalagi seksual begitu ya dan memantau bagaimana tumbuh kembang biologis anak-anaknya,” sambungnya.

    Menurut Sari, remaja di bawah umur memiliki kecenderungan dorongan yang bersifat seksual dan ketertarikan pada lawan jenis. Pada usia belasan, anak biasanya juga lebih berani, impulsif dalam melakukan sesuatu, sehingga sosok orang tua perlu hadir untuk mengatur secara tegas.

    Adapun bila dirasa jodoh dan sesuai kriteria keluarga, orang tua harus bisa menahan agar pernikahan tidak terjadi sampai usia yang matang. Karena pada dasarnya, anak belum memiliki kemampuan berpikir logis dan kurang memahami soal tanggung jawab berat dalam rumah tangga.

    “Karena tetap andaikan berjodoh pun, andaikan secara bibit bebet bobotnya pun keluarga srek, lebih baik tetap mereka dipantau dan dijaga agar tetap berhubungan baik dulu, berkawan baik, saling mengenal baik dulu satu sama lain, hingga nanti usia yang lebih matang atau dewasa,” jelasnya.

    “Sehingga cara mereka berpikir pun, keberanian dan tanggung jawabnya sudah mulai terbentuk. Sudah mulai bisa berpikir tentang segala risiko-risiko yang bisa terjadi, apakah siap atau tidak, dan lain sebagainya,” tandas Sari.

    (avk/kna)

  • Jangan Anggap Sepele, Ini Perubahan yang Terjadi pada Otak saat Alami Depresi

    Jangan Anggap Sepele, Ini Perubahan yang Terjadi pada Otak saat Alami Depresi

    Jakarta – Penuaan otak berkaitan dengan menurunnya fungsi kognitif yang akhirnya mengurangi kemampuan mengingat hingga berpikir kritis. Selain itu, penuaan otak juga dikaitkan dengan kondisi neurodegeneratif, seperti demensia dan alzheimer.

    Sebuah studi dalam jurnal Psychological Medicine mengidentifikasi kontribusi gangguan depresi mayor dalam membuat otak lebih tua dari usia sebenarnya. Gangguan depresi mayor merupakan penyakit mental yang tidak sama dengan suasana hati yang buruk. Dikutip dari Mayo Clinic, depresi ini memengaruhi perasaan, pikiran, perilaku, serta bisa menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik.

    Penelitian tersebut menganalisis pemindahan otak dari 670 orang, 239 orang dengan depresi dan sisanya tidak. Pada orang yang mengalami depresi, otak mereka tampak jauh lebih tua dari pada mereka yang tidak didiagnosis gangguan mental tersebut.

    Perubahannya ditemukan pada struktur otak itu sendiri, terutama bagian daerah ventral kiri dan bidang mata premotorik yang menunjukkan penipisan yang signifikan.

    Sebab otak sangat penting untuk fungsi kognitif, seperti perhatian, ingatan, penalaran, serta pengendalian diri, temuan ini menunjukkan wawasan baru tentang bagaimana kemampuan tersebut bisa melemah karena depresi.

    Para peneliti menemukan hubungan antara penipisan otak dan kadar neurotransmitter, seperti dopamin, serotonin, dan glutamat yang penting untuk mengelola suasana hati dan kemampuan kognitif. Saat mengalami depresi, kadar neurotransmitter seseorang menjadi tidak seimbang dan menyebabkan perubahan pada struktur otak.

    Hal lain yang penting untuk diketahui adalah depresi juga memiliki aspek genetik. Artinya, gen tertentu bisa meningkatkan kemungkinan depresi.

    Penting untuk menghargai kondisi kesehatan mental sama seperti kesehatan fisik. Banyak orang yang biasa meremehkan kesehatan mental. Padahal, dapat dipahami dari penelitian ini bahwa depresi juga bisa berdampak pada kesehatan fisik. Depresi lebih dari sekedar gangguan suasana hati.

    (elk/kna)

  • 7 Obat Alami Batu Ginjal Alami yang Mudah Didapat, Bisa Dicoba di Rumah

    7 Obat Alami Batu Ginjal Alami yang Mudah Didapat, Bisa Dicoba di Rumah

    Jakarta – Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam menyaring racun dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. Namun, gaya hidup yang kurang sehat seringkali meningkatkan risiko gangguan ginjal, seperti batu ginjal.

    Batu ginjal adalah endapan keras yang terbentuk dari mineral dan garam di dalam ginjal. Adanya batu ini seringkali membuat rasa nyeri yang luar biasa. Meski pengobatan medis tersedia, ada beberapa obat alami untuk batu ginjal yang dapat dicoba.

    Obat Alami Batu Ginjal yang Mudah Didapat

    Obat alami batu ginjal di antaranya air lemon, daun basil, cuka sari apel, hingga jus delima. Dikutip dari Healthline dan Very Well Health, berikut informasinya.

    1. Air Lemon

    Air lemon mengandung asam sitrat, senyawa yang membuat urin lebih asam dan membantu mencegah pembentukan batu ginjal (batu kalsium oksalat).

    Sebuah studi kecil pada tahun 2021 melaporkan bahwa minum 60 ml jus lemon segar dua kali sehari bisa mengurangi risiko kekambuhan lebih dari 50% pada orang dengan riwayat batu ginjal. Meski demikian masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut apakah air lemon bisa mengeluarkan batu ginjal.

    2. Basil

    Basil kaya akan nutrisi. Secara tradisional, orang-orang menggunakan sari daun basil untuk mengatasi gangguan pencernaan dan peradangan.

    Basil mengandung antioksidan dan sifat anti-inflamasi. Penelitian pada tahun 2020 pada tikus membuktikan daun ini bisa mendukung fungsi ginjal. Masih diperlukan juga studi terkait yang melibatkan manusia.

    Untuk mencoba obat alami ini, kamu bisa mengonsumsinya sebagai teh yang diminum setiap hari.

    3. Cuka Sari Apel

    Cuka sari apel mengandung asam asetat yang bisa membantu mencegah batu ginjal. Asam asetat diketahui bisa membantu mencegah batu ginjal.

    Larutan ini juga membantu meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh batu ginjal. Menurut studi, konsumsi cuka apel bisa membantu mengurangi pembentukan batu ginjal.

    4. Air Putih

    Menambah asupan air bisa membantu mempercepat proses pengeluaran batu ginjal. Menurut penelitian, seseorang harus minum cukup air agar bisa mengeluarkan 2 liter jumlah urine setiap hari untuk mencegah batu ginjal. Dehidrasi adalah faktor risiko utama batu ginjal.

    5. Jus Seledri

    Jus seledri diketahui mempunyai efek antioksidan dan anti-inflamasi. Penelitian pada hewan menunjukan bahwa apigenin, flavonoid dalam seledri bisa membantu memecah batu kalsium dan membuatnya lebih mudah dikeluarkan. Meski demikian, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut pada manusia.

    6. Teh Kembang Sepatu

    Bunga rosella adalah jenis bunga kembang sepatu asal Afrika Barat yang berkhasiat menurunkan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa bunga ini bisa membantu melarutkan batu kalsium dan meningkatkan sekresi asam urat untuk membantu mengeluarkan batu asam urat.

    7. Jus Delima

    Jus delima telah lama digunakan untuk mencegah batu ginjal. Kaya akan antioksidan, buah delima dikenal bisa mengurangi peradangan dan mencegah pembentukan kristal kalsium.

    Belum diketahui dengan jelas apakah buah ini bisa mempercepat keluarnya batu, tapi delima bisa membantu mencegah kristalisasi lebih lanjut yang membuat batu lebih sulit dikeluarkan.

    Sebelum mencoba beberapa obat alami untuk batu ginjal ini, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Beberapa batu ginjal mungkin memerlukan perawatan medis dan beberapa pengobatan herbal mungkin bisa berinteraksi dengan obat atau suplemen tertentu.

    (elk/kna)

  • Menkes AS Setop Rekomendasikan Vaksin COVID-19 untuk Bumil dan Anak-anak

    Menkes AS Setop Rekomendasikan Vaksin COVID-19 untuk Bumil dan Anak-anak

    Jakarta

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tidak akan lagi merekomendasikan vaksin COVID-19 rutin untuk anak-anak yang sehat dan wanita hamil. Hal ini diumumkan oleh Menteri Kesehatan AS Robert F. Kennedy Jr.

    “Kami sekarang selangkah lebih dekat untuk mewujudkan janji @POTUS untuk Membuat Amerika Sehat Lagi,” katanya dalam sebuah postingan di X.

    Kennedy mengatakan vaksin tidak akan lagi direkomendasikan untuk “wanita hamil yang sehat,” tetapi tidak jelas siapa yang akan memenuhi syarat. CDC mendaftarkan kehamilan sebagai kondisi yang menempatkan orang pada risiko tinggi untuk komplikasi COVID-19.

    Perubahan dari CDC terjadi seminggu setelah Komisaris Administrasi Makanan dan Obat-obatan Dr Marty Makary mengumumkan bahwa agensi tersebut berencana untuk membatasi penggunaan vaksin COVID-19 untuk orang tua, anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi medis yang mendasarinya.

    Kennedy memiliki sejarah panjang menentang berbagai vaksin, termasuk suntikan COVID-19. Pada tahun 2021, dia mengajukan petisi warga yang meminta agar FDA mencabut otorisasi vaksin. Pada tahun yang sama, dia menggambarkan vaksin COVID sebagai “vaksin paling mematikan yang pernah dibuat,” khususnya karena kasus miokarditis yang jarang terjadi pada pria muda.

    Tidak ada mandat di AS bagi siapa pun untuk mendapatkan vaksin COVID.

    Tetapi para ahli mengatakan bahwa jutaan orang, bahkan mereka yang telah mengalami infeksi COVID sebelumnya, mungkin masih membutuhkan dosis lain karena mereka rentan terhadap penyakit parah dari virus, terutama orang dewasa yang lebih tua, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan wanita hamil.

    (kna/kna)

  • Penyebab Kasus TBC di Indonesia Ranking 2 di Dunia, Tembus 1 Juta Kasus

    Penyebab Kasus TBC di Indonesia Ranking 2 di Dunia, Tembus 1 Juta Kasus

    Jakarta

    Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia. Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia, di bawah India, dengan total 1.090.000 kasus dan 125 ribu kematian.

    India diperingkat pertama memiliki 2,8 juta kasus dengan 315 ribu angka kematian dan di bawah Indonesia ada China dengan 741 kasus dengan 25 ribu angka kematian.

    Sebenarnya apa yang membuat kasus TBC di Indonesia begitu tinggi?

    Spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) berpendapat ada banyak faktor yang memicu tingginya kasus TBC di Indonesia. Beberapa di antaranya status gizi yang cenderung rendah dan angka stunting yang masih cukup tinggi.

    Selain itu, ia juga menyoroti masih banyaknya orang dengan penyakit penyerta atau komorbid yang masih belum tertangani dengan baik, misalnya orang yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) atau pengidap diabetes.

    “Komorbid yang menyebabkan terinfeksi TB lebih rentan ya. Terus kemudian ada, karena kita penduduknya padat, itu juga memudahkan terjadinya transmisi antara orang, penularan TB jadi lebih cepat,” jelas dr Erlang ketika dihubungi detikcom, Selasa (27/5/2025).

    “Sehingga Indonesia ini sebenarnya sudah jadi endemik ya, karena kita penduduknya cukup padat, sehingga penyakit-penyakit seperti TB ini jadi penyakit yang ada di mana-mana gitu, pada semua kalangan,” sambungnya.

    dr Erlang juga menyoroti pentingnya vaksin TBC M72 yang kini sedang masuk dalam tahap uji klinis fase 3. Indonesia menjadi salah satu negara yang melaksanakan uji klinis tersebut.

    Ketika di sebagian kalangan masyarakat masih ada keraguan, ia menekankan vaksin yang diberi nantinya sudah melalui uji keamanan dan efikasi yang panjang. Meski kemungkinan efek samping selalu ada, vaksin hanya akan dibagikan pada masyarakat saat sudah terbukti aman.

    Sehingga, masyarakat sebenarnya tidak perlu khawatir secara berlebihan.

    “Ya (pasti diperiksa dulu), itu dari protokolnya. Kemudian semua yang dilakukan apabila ada sesuatu yang di luar (perkirakan), misalnya ada alergia dan segala macam, itu harus cepat diatasi dan peneliti bertanggung jawab untuk itu,” kata dr Erlang.

    “Begitu, ada kejadian satu kejadian saja itu langsung distop biasanya. Jadi ada protokol-protokol keamanan, uji coba keamanannya,” tandasnya.

    (avk/kna)

  • Viral Pernikahan Dini di Lombok, Psikolog Soroti Dampak Mental pada Pengantin Anak

    Viral Pernikahan Dini di Lombok, Psikolog Soroti Dampak Mental pada Pengantin Anak

    Jakarta

    Pernikahan anak yang terjadi di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi sorotan berbagai pihak. Pernikahan di bawah umur antara SR (17) dan SMY (14) viral setelah videonya beredar di media sosial.

    Pasangan pengantin di bawah umur tersebut dilaporkan sudah menikah secara adat, tanpa tercatat resmi secara sipil. Hal tersebut akhirnya dilaporkan oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram ke Polres Lombok Tengah.

    Berkaitan dengan hal tersebut, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan ada banyak dampak psikologis yang bisa dialami anak ketika menjalani pernikahan dini. Salah satunya adalah munculnya banyak kebingungan dalam menjalani tugas rumah tangga.

    Menurut Sari, anak-anak atau remaja secara psikologis cenderung belum bisa berpikir analitis. Mereka juga belum memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara logis, dan kepribadian yang belum terbentuk utuh.

    Kondisi ini rentan memicu konflik dalam rumah tangga, jika dipaksakan terjadi.

    “Pertama itu adalah kebingungan dalam menyelesaikan konflik antar pasangan. Yang kedua adalah kebingungan dalam menentukan budaya yang akan digunakan dalam rumah tangga,” kata Sari ketika dihubungi detikcom, Selasa (27/5/2025).

    Pernikahan juga meningkatkan tekanan stres yang terlalu tinggi bagi anak. Tanggung jawab pernikahan secara ideal membutuhkan kemandirian psikologis, finansial, dan kemampuan menyelesaikan masalah.

    Kemampuan-kemampuan tersebut umumnya belum dimiliki oleh anak-anak, sehingga intervensi orang tua dalam rumah tangga sangat mungkin terjadi. Situasi tersebut bisa memberatkan salah satu pihak.

    “Komunikasi antar pasangan juga masih dinilai riskan untuk bisa menjalani rumah tangga karena masih banyak kebingungan tentang benar-salah, kemudian ada banyak dorongan-dorongan yang dipengaruhi oleh hormon tumbuh kembang mereka, sehingga kemampuan untuk berkomunikasi dengan tenang, kemampuan untuk berpikir secara kritis, logis, dan tenang itu juga kemungkinannya rendah,” sambungnya.

    Kondisi-kondisi tersebut menurut Sari berisiko jika akhirnya pasangan pengantin di bawah umur memiliki anak. Ini mempengaruhi mental dan bagaimana cara mereka dalam mengasuh, merawat, dan mendidik anak.

    “Jadi akan timbul stres yang belum bisa mereka tangani pada usia tersebut,” tandas Sari.

    (avk/up)

  • Cuti Bersama Bikin Otak ‘Nge-lag’? Ini Kata Psikolog Soal Cara Mengatasinya

    Cuti Bersama Bikin Otak ‘Nge-lag’? Ini Kata Psikolog Soal Cara Mengatasinya

    Jakarta

    Belakangan ini, banyak cuti bersama yang bertepatan dengan akhir pekan, membuat durasi liburan jadi lebih panjang. Tren ini bahkan diperkirakan masih berlanjut hingga Juni.

    Meski menyenangkan, nyatanya libur panjang juga dapat memicu kondisi post-holiday blues. Kondisi ini bisa membuat otak ‘ngelag’ saat kembali kerja, akibat penurunan fokus dan perhatian.

    Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar liburan bisa menyenangkan dan mengurangi efek post-holiday blues. Misalnya menetapkan itinerary atau rencana perjalanan yang jelas dan tidak memaksakan diri secara biaya, agar tak menimbulkan masalah baru selama liburan.

    “Kemudian liburan itu memang motivasinya untuk mengistirahatkan tubuh juga, tidak hanya pikiran dari beban kerja, melainkan tubuh juga tetap perlu istirahat yang cukup,” kata Sari ketika dihubungi detikcom, Senin (26/5/2025).

    Selain itu, penting untuk menjaga interaksi sosial tetap positif, terutama saat berlibur bersama orang lain. Pastikan memiliki visi dan tujuan liburan yang sejalan untuk meminimalkan potensi konflik dan menjaga suasana tetap menyenangkan.

    Sari juga mengingatkan pentingnya menjaga aktivitas fisik selama liburan. Kebiasaan ini dapat membantu tubuh tetap bugar dan segar sepanjang waktu libur.

    Liburan ke tempat yang bernuansa alam seperti gunung atau pantai juga sangat disarankan untuk menjaga kondisi psikologis saat dan setelah liburan.

    “Kemudian tidurnya juga pastikan tetap baik, makannya tetap baik, dan juga hidrasi tubuh tetap baik selama liburan, karena kondisi fisik yang baik itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan psikologisnya juga, termasuk mood dan fokus konsentrasi saat memasuki hari kerja kembali,” tambahnya.

    Terkait post-holiday blues, Sari mengingatkan kinerja setelah liburan dipengaruhi oleh kemampuan tiap orang untuk beradaptasi. Mungkin ada orang yang lebih baik dalam beradaptasi, tapi sebagian yang lainnya lebih buruk.

    “Kemudian kembali ke rutinitas dengan badan yang dijadwalkan kembali dari pagi sampai sore, atau bahkan mungkin sampai malam untuk bekerja, untuk fokus, konsentrasi, itu bisa mengalami stres tertentu karena perlu untuk beradaptasi lagi, menjaga fokus dan perhatiannya,” ungkap Sari.

    “Namun, itu kembali pada tiap orang, berbeda-beda ada yang memang punya kemampuan cepat dalam beradaptasi dan kembali bekerja, ada yang bisa mengalami post-holiday blues itu cukup panjang,” tandasnya.

    (avk/suc)

  • Video: Kemenkes Ungkap Alasan Pengidap Thalasemia Meningkat Setiap Tahun

    Video: Kemenkes Ungkap Alasan Pengidap Thalasemia Meningkat Setiap Tahun

    Jakarta – Pengidap thalasemia di Indonesia terus meningkat dari 3 juta menjadi 14 juta orang di tahun 2023. Kemenkes pun menjelaskan beberapa faktornya.

    Indonesia disebut berada dalam sabuk thalasemia bersama dengan negara Malaysia dan Singapura, hingga warga lebih aware dengan melakukan skrining ke dokter. Direktur P2PTM Kemenkes Siti Nadia mengimbau agar pengidap thalasemia tidak saling menikah karena dapat mengakibatkan anaknya harus transfusi darah seumur hidup.

    (/)

  • Pria yang Punya Penyakit Langka Jadi Donor Sperma, Endingnya 10 Anak Kena Kanker

    Pria yang Punya Penyakit Langka Jadi Donor Sperma, Endingnya 10 Anak Kena Kanker

    Jakarta

    Perdebatan tentang aturan donor sperma kembali memanas di Eropa. Hal ini terjadi setelah 67 anak lahir dari sperma seorang pria yang memiliki mutasi langka penyebab kanker.

    Akibatnya, 10 dari 67 anak dari donor spermanya didiagnosis mengidap beberapa jenis kanker yang berbeda. Sementara itu, lebih dari 20 anak lainnya dipastikan memiliki mutasi langka itu juga.

    Keluarga dua anak dari 10 anak yang mengidap kanker tersebut menghubungi klinik fertilitas mereka. Ini dilakukan setelah tahu anak-anak mereka mengidap kanker yang terkait dengan varian gen TP53.

    Bank Sperma Eropa telah memasok sperma tersebut. Dan dapat dipastikan, varian TP53 itu terdapat dalam beberapa sperma donor yang tidak teridentifikasi.

    Mutasi tersebut biasanya akan menyebabkan pasien mengembangkan sindrom Li-Fraumeni, yakni kecenderungan bawaan terhadap kanker seperti leukemia dan limfoma non-Hodgkin.

    Varian langka tersebut tidak diketahui terkait dengan kanker pada saat donasi tahun 2008. Hal itu tidak akan terdeteksi hanya melalui pemeriksaan standar.

    Namun, dilaporkan pria yang menjadi donor sperma tersebut dianggap dalam keadaan sehat.

    “Saya menganalisis varian tersebut menggunakan basis data populasi dan pasien, alat prediksi komputer, dan hasil uji coba fungsional. Lalu, sampai pada kesimpulan bahwa varian tersebut kemungkinan besar menyebabkan kanker dan anak-anak yang lahir dari donor ini harus menerima konseling genetik,” jelas Dr Edwige Kasper, seorang ahli biologi di Rumah Sakit Universitas Rouen di Prancis, dikutip dari NY Post.

    Anak-anak dengan varian tersebut biasanya memerlukan pemantauan melalui pemindaian MRI seluruh tubuh serta bagian otaknya. Saat dewasa, mereka juga harus menjalani MRI bagian payudara dan perut.

    Dr Kasper mengatakan bahkan masih belum jelas apakah sperma pria yang berkaitan dengan kasus ini hanya digunakan sebanyak 67 kali atau lebih.

    “Itu pertanyaan yang sangat bagus yang saya ajukan ke bank sperma. Mereka tidak mau memberitahu saya angka pasti kelahiran dari donor ini,” pungkasnya.

    (sao/kna)