Category: Detik.com Kesehatan

  • Sedentary Lifestyle Ancam Kesehatan Tulang-Jantung, Ini Cara Cegahnya

    Sedentary Lifestyle Ancam Kesehatan Tulang-Jantung, Ini Cara Cegahnya

    Jakarta

    Di era serba digital dan instan, banyak orang tanpa sadar mengadopsi sedentary lifestyle atau gaya hidup minim gerak. Padahal, gaya hidup ini dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan gangguan tulang.

    Dilansir dari Kemenkes.go.id, sedentary lifestyle merujuk pada gaya hidup minim aktivitas fisik sehingga kalori yang dibakar setiap harinya pun sedikit. Orang dengan gaya hidup ini biasanya menghabiskan sebagian besar waktu dalam posisi duduk atau berbaring, baik saat bekerja di depan komputer, menonton televisi, hingga bermain gadget.

    Sayangnya, gaya hidup minim gerak ini tidak hanya membuat tubuh terasa kaku dan tidak bugar, tapi juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Jika dibiarkan, kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan massa otot, kepadatan tulang, serta meningkatkan risiko penyakit jantung dan metabolik lainnya.

    Agar tubuh tetap sehat dan bugar di tengah tren sedentary lifestyle, berikut beberapa langkah yang bisa detikers lakukan .

    1. Rutin Olahraga untuk Menjaga Fungsi Jantung dan Tulang

    Olahraga adalah kunci untuk melawan dampak negatif dari gaya hidup minim gerak. Latihan fisik teratur dapat mempertahankan massa otot dan kepadatan tulang, sekaligus menjaga kesehatan jantung.

    Selain itu, jika kebiasaan olahraga dilakukan sedini mungkin, manfaat dari olahraga itu akan terasa hingga usia lanjut, termasuk mencegah penyakit-penyakit seperti osteoporosis.

    Berikut adalah tiga jenis olahraga yang bisa dilakukan.

    Latihan Aerobik: Jalan kaki cepat, berenang, atau bersepeda. Latihan ini dapat menjaga fungsi jantung dan sirkulasi darah.

    Latihan Kekuatan (Resistensi): Seperti angkat beban ringan atau push-up. Latihan ini dapat memperkuat otot dan tulang.

    Latihan Fleksibilitas dan Keseimbangan: Yoga atau tai chi. Latihan ini dapat menjaga mobilitas tubuh dan mencegah cedera.

    Cukup luangkan 30 menit setiap hari untuk berolahraga agar tubuh tetap bugar dan sehat untuk jangka waktu panjang.

    2. Konsumsi Karbohidrat Kompleks dan Protein Berkualitas

    Selain berolahraga, asupan nutrisi yang seimbang juga menjadi pilar penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Konsumsi makanan dengan kandungan makronutrien dan mikronutrien lengkap disarankan untuk menjaga massa otot dan kualitas hidup, terutama seiring bertambahnya usia.

    Pilih sumber karbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum, atau oatmeal untuk energi yang lebih stabil. Sementara itu, untuk protein, utamakan sumber hewani tanpa lemak (ikan, ayam tanpa kulit) dan nabati (kacang-kacangan, tahu, tempe) yang dapat membantu memperbaiki jaringan otot. Khusus untuk usia lanjut, antioksidan menjadi jenis mikronutrien yang perlu diperhatikan. Sayur-sayuran dan buah-buahan dapat menjadi sumber antioksidan yang melindungi sel-sel dalam tubuh.

    3. Lengkapi Nutrisi dengan Suplemen dan Vitamin

    Selain menjaga pola makan dan rutin olahraga, nutrisi berperan penting dalam menjaga fungsi tubuh, meningkatkan imunitas, dan mendukung kesehatan tulang serta jantung.

    Beberapa nutrisi penting meliputi kalsium, vitamin D, vitamin K2, dan protein. Sayangnya, asupan harian kadang tidak tercukupi hanya dari makanan atau paparan sinar matahari, terutama bagi orang dengan aktivitas tinggi.

    Oleh karena itu, vitamin bisa menjadi pelengkap kebutuhan nutrisi harian. Vitamin dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, terutama bagi orang-orang yang kesulitan mendapatkan nutrisi dari makanan. Anda bisa mengonsumsi vitamin D3 + K2, seperti Sido Muncul Vitamin D3 + K2.

    Produk ini mengandung D3 sebesar 800 IU (International Unit). Satuan IU ini digunakan untuk mengukur efektivitas kerja suatu vitamin dalam tubuh. Dosis ini pun tergolong optimal untuk membantu penyerapan kalsium, apalagi jika dibandingkan produk lain yang pada umumnya hanya mengandung 400 IU. Semakin tinggi angka IU-nya, semakin besar pula peran vitamin D dalam mendukung kesehatan tulang dan daya tahan tubuh.

    Tak hanya itu, produk ini juga mengandung vitamin K2 (MK-7) sebanyak 45 mcg yang dapat mengaktifkan protein serta osteocalcin yang mengintegrasikan kalsium ke dalam tulang.

    Kombinasi D3 dan K2 ini juga menjaga kesehatan sistem kardiovaskular secara menyeluruh dan mengaktifkan protein matriks GLA (MGP) untuk mengikat kelebihan kalsium serta meningkatkan aliran serta fleksibilitas arteri.

    Keunggulan lainnya, produk ini hadir dalam bentuk mini soft capsule, yang lebih mudah ditelan dan diserap tubuh. Suplemen ini cocok dikonsumsi sebagai pendamping gaya hidup aktif dan sehat, terutama bagi detikers yang mulai memasuki usia dewasa atau lansia.

    Jadi tunggu apa lagi? Yuk jaga kesehatan dengan Sido Muncul Vitamin D3 + K2 dan bisa melakukan pembelian di sini.

    (akn/ega)

  • Potret Nenek Bugar 63 Tahun Menolak ‘Jompo’, Bisa Bikin Anak Muda Minder

    Potret Nenek Bugar 63 Tahun Menolak ‘Jompo’, Bisa Bikin Anak Muda Minder

    Foto Health

    Averus Kautsar – detikHealth

    Rabu, 04 Jun 2025 16:08 WIB

    Jakarta – Nenek asal Portugal ini tetap aktif pergi ke gym dan menjaga kebugarannya, meski usianya menginjak 63 tahun. Kebugaran tubuhnya bisa membuat anak muda minder.

  • Kisah Nyata 2 Wanita yang Sembuh dari Kanker Serviks, Termasuk dari Indonesia

    Kisah Nyata 2 Wanita yang Sembuh dari Kanker Serviks, Termasuk dari Indonesia

    Jakarta

    Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang dimulai di serviks. Virus HPV atau human papillomavirus berperan besar menjadi pemicu kanker serviks.

    Didiagnosis kanker serviks menjadi mimpi buruk bagi wanita. Terlebih penyakit ini masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi kaum Hawa.

    Hanya saja didiagnosis kanker serviks bukanlah akhir dari kisah hidup para wanita ini. Berikut beberapa kisah mereka yang sembuh dari penyakit ini.

    1. Didiagnosis umur 27 tahun

    Lily, seorang wanita dari Minnessota, Amerika Serikat, kena kanker serviks di umur 27 tahun. Dia sebenarnya mulai mengeluhkan gejala seperti nyeri di panggul yang membuat dia tak bisa tidur selama setahun terakhir.

    Dia juga mengeluh selalu mengalami perdarahan setelah berhubungan intim. Namun gejala itu dia abaikan sampai mulai merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya.

    “Sebagai seorang wanita muda berusia 20-an, saya pikir saya TIDAK PERLU pergi ke satu janji temu dokter itu. Saya mungkin bisa melewatkan satu janji temu dan baik-baik saja,” kata Lily saat bercerita kepada Departement of Health Minnessota, dikutip Rabu (4/6/2025).

    Namun, tidak seperti dugaannya, gejala yang dia abaikan itu ternyata dipicu kanker serviks. Setelah serangkaian pemeriksaan, Lily menjalani 5 sesi kemoterapi dan 5 perawatan radiasi.

    Pengobatan itu tak selalu berjalan dengan baik. Lily mengalami efek samping akibat pengobatan kanker serviks. Penyakit ini juga membuatnya tak bisa memiliki anak.

    “Pada saat diagnosis, saya tidak peduli dan saya hanya ingin sehat. Sekarang, di usia 31 tahun, saya hidup dengan penyesalan besar ini setiap hari,” ucap Lily.

    Next: Cerita wanita DKI saat kena kanker serviks

    Santi Eka Permana, wanita asal Jakarta, didiagnosis kanker serviks pada tahun 2016. Awalnya dia mengeluhkan nyeri panggul yang menjalar juga perdarahan.

    Saat melakukan pemeriksaan di rumah sakit, dokter mengatakan Santi mengidap miom dan kista. Awalnya dia memilih rawat jalan, tapi gejala yang dirasakan tak membaik. Karena rasa nyeri yang tak kunjung hilang, ia memutuskan untuk kembali melakukan pemeriksaan ke dokter untuk biopsi.

    Hasilnya, ada tumor ganas di tubuhnya.

    “Dokter menyatakan saya kena kanker serviks stadium 1B itu tahun 2016. Jadi pada saat dokter menyatakan saya kanker serviks, rasanya tuh hidup saya bakalan sebentar, bakal meninggalkan ana-anak saya, ibu, dan bapak saya,” kenangnya saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Berkat dorongan dan dukungan keluarga, dia akhirnya berani melakukan perawatan kanker serviks mulai dari radiasi dalam sebanyak 25 kali dan radiasi dalam tiga kali hingga tahun 2017. Pada prosesnya ia juga harus menjalani proses pengangkatan rahim.

    “Saya bismillah, mungkin dengan rahim saya diangkat saya sehat saya sembuh,” jelasnya.

    Setelah menjalani serangkaian pengobatan, Santi akhirnya dinyatakan remisi pada tahun 2018. Ia berharap perjuangan yang ia lakukan bisa menjadi inspirasi untuk pasien lainnya.

  • COVID-19 di Thailand Meroket, Ada Tambahan 28 Ribu Kasus dalam 2 Hari!

    COVID-19 di Thailand Meroket, Ada Tambahan 28 Ribu Kasus dalam 2 Hari!

    Jakarta

    Departemen Pengendalian Penyakit Thailand atau Department of Disease Control (DDC) pada hari Selasa (3/6) melaporkan situasi COVID-19 untuk minggu ke-23 tahun 2025 melalui sistem Pengawasan Penyakit Digital. Data terbaru, per 2 Juni 2025, menunjukkan 10.192 kasus baru.

    Sebelumnya, pada 1 Juni 2025, terdapat 18.102 kasus baru, sehingga total kasus baru dalam dua hari terakhir (1-2 Juni) menjadi 28.294 infeksi.

    Diberitakan The Nation, dari kasus baru tersebut, 9.304 merupakan pasien rawat jalan, dan 888 merupakan kasus berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Selain itu, dilaporkan satu kematian.

    Hingga 27 Mei 2025, total kumulatif kasus COVID-19 untuk tahun 2025 mencapai 323.301, dengan total 69 kematian tahun ini.

    Dr Taweesin Visanuyothin, Direktur Jenderal Departemen Layanan Medis, menyatakan bahwa peningkatan jumlah kasus kemungkinan besar disebabkan oleh datangnya musim hujan lebih awal dan dibukanya sekolah. Ia mencatat bahwa periode ini juga bertepatan dengan peningkatan kasus influenza, yang memiliki gejala serupa dengan COVID-19.

    Sepanjang tahun 2025, 69 kematian yang dilaporkan sebagian besar terjadi di antara “kelompok 608”, yang mencakup orang lanjut usia dan mereka yang memiliki kondisi yang mendasarinya, terutama di kota-kota besar.

    Kasus kematian tercatat di Bangkok (22 kematian), Chonburi (8 kematian), Chanthaburi (7 kematian), dan Chiang Mai (3 kematian). Angka kematian tetap rendah, yaitu 0,106 per 100.000 orang, yang menunjukkan bahwa penyakit ini tidak menjadi lebih parah.

    Sementara itu Dr Suthat Chottapund, Wakil Direktur Jenderal DDC, menjelaskan bahwa peningkatan kasus sejalan dengan pola musiman. Saat sekolah dibuka kembali dan musim hujan tiba, kasus infeksi saluran pernapasan atas cenderung meningkat, terutama di kalangan pelajar karena kontak dekat dapat dengan mudah menyebarkan virus.

    DDC terus menekankan tindakan pencegahan pribadi, seperti menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan menghindari tempat-tempat ramai.

    Meskipun angka kematian tetap rendah, kelompok lanjut usia masih menjadi perhatian utama. Rekomendasi tambahan adalah mendapatkan vaksin flu musiman untuk mencegah koinfeksi.

    “Saat ini, varian Covid-19 yang beredar di Thailand adalah XEC, yang lebih menular tetapi menimbulkan gejala ringan, mirip dengan flu. Hal ini tercermin dari rendahnya angka rawat inap, dengan banyak pasien yang pulih sendiri tanpa pengobatan. Tidak perlu ada penangguhan kelas atau pekerjaan karena infeksi,” kata Suthat.

    (kna/kna)

  • Media Asing Soroti Imbauan RI Terkait Lonjakan COVID-19 di Asia

    Media Asing Soroti Imbauan RI Terkait Lonjakan COVID-19 di Asia

    Jakarta

    Surat Edaran tentang Kewaspadaan terkait Peningkatan Kasus COVID-19 yang dikeluarkan oleh pemerintah RI belakangan ramai disorot. Terlebih, hal ini sampai disorot oleh media asing di Hong Kong, South China Morning Post dengan judul ‘Indonesia issues COVID-19 warning over surge in cases in Asia’.

    Diberitakan SCMP, beberapa negara Asia Tenggara telah melaporkan lonjakan kasus COVID-19, karenanya pejabat kesehatan regional Indonesia mendesak masyarakat dan lembaga medis untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap penyakit tersebut.

    “Pada hari Sabtu, Kementerian Kesehatan RI memperingatkan dalam sebuah surat edaran bahwa wabah COVID-19 menyebar di kawasan tersebut, termasuk di Thailand , Malaysia, Singapura, dan Hong Kong,” dikutip dari SCMP, Rabu (4/6/2025).

    “Varian COVID-19 yang dominan adalah XEC dan JN.1 di Thailand, LF.7 dan NB.1.8 di Singapura, JN.1 di Hong Kong, dan XEC di Malaysia, kata Murti Utami, pejabat direktur pengendalian penyakit kementerian,” tulis SCMP.

    Meskipun demikian, penularan infeksi dan angka kematian masih relatif rendah di Indonesia. Dilaporkan SCMP, Kemenkes RI juga telah mendesak lembaga medis menerapkan langkah-langkah tepat waktu guna mengatasi lonjakan kasus COVID-19 di seluruh Asia, seperti mengeluarkan peringatan publik dan menerapkan proses deteksi dini.

    “Kementerian juga menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker di tempat ramai dan mencari saran medis untuk masalah pernapasan,” tulis SCMP.

    (suc/kna)

  • Potret Pilu RS di Gaza, Jumlah Korban Tewas Tembus 54.510 Jiwa

    Potret Pilu RS di Gaza, Jumlah Korban Tewas Tembus 54.510 Jiwa

    Foto Health

    Tripa Ramadhan – detikHealth

    Rabu, 04 Jun 2025 13:12 WIB

    Gaza – Militer Israel terus melancarkan serangan ke Jalur Gaza. Jumlah korban tewas Palestina di Gaza telah meningkat menjadi 54.510, dengan 124.901 lainnya terluka.

  • Pratikno Soroti Kerugian Negara Hampir Rp 200 T Imbas WNI Berobat ke Luar Negeri

    Pratikno Soroti Kerugian Negara Hampir Rp 200 T Imbas WNI Berobat ke Luar Negeri

    Jakarta

    Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyebut orang Indonesia yang berobat ke luar negeri masih cukup banyak. Hal ini membuat adanya kerugian devisa negara hampir Rp 200 T per tahunnya.

    “Hampir satu juta orang Indonesia berobat ke luar negeri setiap tahunnya. Kebocoran devisa kita mendekati Rp 200 T tiap tahunnya,” kata Pratikno dalam sambutannya di groundbreaking Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Rabu (4/6/2025).

    Pratikno menambahkan negara tetangga, Singapura masih menjadi salah satu destinasi favorit untuk berobat.

    “Kalau kita lihat dari Singapore Tourism Board dan Kementerian Kesehatan Singapura, sekitar 47,2 persen pasien asing yang berobat ke Singapura adalah warga negara Indonesia,” tuturnya.

    Demi tetap mengamankan devisa, khususnya di sektor kesehatan, Pratikno menambahkan pemerataan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit tipe C dan peran rumah sakit swasta sangat dibutuhkan.

    “Sekaligus untuk pengembangan teknologi, pengembangan SDM ke level advanced,” tambah Pratikno.

    Nantinya, jika pelayanan kesehatan di dalam negeri sudah semakin baik, Pratikno menyebut ini bisa menjadi ‘pintu gerbang’ masuknya pasien-pasien asing untuk berobat ke Indonesia.

    (dpy/kna)

  • Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Makkah Sudah Beroperasi, Rawat Jamaah Sakit

    Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Makkah Sudah Beroperasi, Rawat Jamaah Sakit

    Foto Health

    Rafida Fauzia – detikHealth

    Rabu, 04 Jun 2025 12:00 WIB

    Arab Saudi – Menag Nasaruddin Umar kunjungi KKHI Makkah dan mendoakan jemaah sakit. Ia bersyukur KKHI diizinkan beroperasi menjelang puncak haji.

  • Thailand Catat 65 Ribu Kasus Baru dalam Seminggu, Kelompok Ini Paling Banyak Terpapar

    Thailand Catat 65 Ribu Kasus Baru dalam Seminggu, Kelompok Ini Paling Banyak Terpapar

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Masyarakat Somsak Thepsuthin melaporkan kasus infeksi COVID-19 di Thailand telah melewati puncaknya pada tahun 2025. Ia memperkirakan kasusnya akan terus menurun seiring waktu.

    Meski situasinya mulai membaik, ia mendesak kewaspadaan terus berlanjut, terutama di kalangan kelompok tinggi.

    “Orang-orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya harus tetap mengenakan masker wajah dan mencuci tangan secara teratur, karena tingkat infeksi mingguan masih tinggi,” kata Somsak, dikutip dari The Nation, Rabu (4/6/2025).

    Antara 25 dan 31 Mei, Thailand mencatat 65.880 kasus baru COVID-19, dengan tiga kematian. Adapun kelompok usia dengan jumlah infeksi tertinggi adalah kelompok usia 30-39 tahun (12.403 kasus), diikuti kelompok usia 20-29 tahun (10.368 kasus) dan kelompok usia 60 tahun ke atas (9.590 kasus).

    Somsak juga memperingatkan COVID-19 kemungkinan akan terus merebak sepanjang musim hujan.

    “Puluhan ribu kasus baru setiap minggu mungkin membuat masyarakat khawatir, tetapi saya ingin meyakinkan semua orang bahwa Kementerian Kesehatan Masyarakat telah sepenuhnya siap,” katanya.

    “Rumah sakit umum dilengkapi dengan obat-obatan, fasilitas, dan staf medis yang memadai untuk menangani lonjakan apa pun,” tambahnya.

    (suc/suc)

  • Jessie J Buka-bukaan Didiagnosis Kanker Payudara Stadium Awal

    Jessie J Buka-bukaan Didiagnosis Kanker Payudara Stadium Awal

    Jakarta

    Penyanyi Jessie J didiagnosis kanker payudara. Kabar ini dia sampaikan melalui akun Instagram pribadi miliknya pada Selasa (3/6).

    “Saya didiagnosis menderita kanker payudara stadium awal. Kanker itu menyebalkan dalam bentuk apa pun, tetapi saya berpegang teguh pada kata ‘stadium awal’,” kata dia.

    Wanita berusia 37 tahun itu juga mengatakan dia akan menjalani operasi setelah tampil di konser Summertime Ball 2025 di London pada tanggal 15 Juni. Dalam unggahannya, dia juga menunjukkan rasa solidaritasnya dengan orang lain yang berjuang melawan kanker.

    “Hati saya hancur melihat begitu banyak orang mengalami hal yang sama dan lebih buruk-itulah yang membunuh saya,” ucap dia.

    Kanker payudara paling sering dikaitkan dengan benjolan di payudara. Namun, gejala yang dialami dapat berbeda-beda, tergantung pada jenis kanker payudara yang diidap.

    Dikutip dari Cancer UK, kanker payudara stadium awal atau stadium 1 seperti yang diidap Jessie J berarti kanker masih kecil dan hanya terdapat di jaringan payudara atau mungkin ditemukan di kelenjar getah bening yang dekat dengan payudara.

    Stadium 1 kanker payudara dibagi menjadi 1A dan 1B. Stadium 1A berarti kanker berukuran 2 sentimeter atau lebih kecil dan belum menyebar ke luar payudara.

    Stadium 1B berarti beberapa sel kanker payudara ditemukan di kelenjar getah bening yang dekat dengan payudara dan tidak ditemukan kanker di payudara atau kanker payudara berukuran 2 cm atau lebih kecil.

    (kna/kna)