Category: Detik.com Kesehatan

  • Video Ilmuwan Korsel Berhasil Ubah Sel Kanker Jadi Normal Lagi, Kok Bisa?

    Video Ilmuwan Korsel Berhasil Ubah Sel Kanker Jadi Normal Lagi, Kok Bisa?

    Ilmuwan dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), Korea Selatan temukan cara untuk mengubah sel kanker jadi normal kembali. Penelitian itu dipimpin oleh Profesor Cho Kwang Hyun dari departemen Bio and Brain Engineering KAIST.

    Ia dan timnya berhasil temukan sakelar molekuler yang bisa membalikkan sel kanker jadi normal kembali dengan menangkap keadaan transisi kritis sebelum sel kanker berkembang dengan sempurna. Temuan ini pun diharapkan bisa dikembangkan untuk terapi pengobatan kanker di masa depan.

    Tonton juga: Warga Kolombia Sulap Jalanan Jadi Seluncuran Raksasa, Seru Banget!

  • Jangan Makan Ini Saat Sahur Puasa Arafah Kalau Nggak Mau Perut Kembung

    Jangan Makan Ini Saat Sahur Puasa Arafah Kalau Nggak Mau Perut Kembung

    Jakarta – Memilih menu makanan untuk sahur puasa Arafah penting dilakukan untuk memastikan ibadah ini lancar. Salah memilih menu makanan saat sahur dapat menyebabkan perut kembung selama seharian berpuasa. Saat perut kembung, tak hanya ibadah yang kurang khusyuk, aktivitas lain pun bisa jadi terganggu.Penyebab perut kembung saat puasa Arafah

    Perut kembung umumnya disebabkan oleh penumpukan gas di dalam usus. Namun, faktor lain seperti intoleransi makanan, sembelit, dan gangguan pencernaan juga dapat menyebabkan kondisi ini.

    “Beberapa makanan memang mengandung gas dan fosfat. Makanan-makanan ini sebaiknya dihindari saat sahur, seperti kol, ubi, dan nangka muda. Makanan yang mengandung gas dapat memicu tingkat produksi asam lambung,” tutur pakar nutrisi Rita Ramayulis kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    Berikut beberapa makanan yang sebaiknya dihindari saat sahur untuk menghindari perut kembung:

    Makanan yang mengandung gas seperti ubi, lemak, sawi, kol, pisang ambon, minuman bersoda, cokelat.Makanan yang merangsang produksi asam seperti kopi, alkohol, sari buah sitrus, susu full krim.Makanan yang sulit dicerna seperti makanan berlemak dan keju.Makanan yang merusak dinding lambung seperti makanan mengandung cuka, pedas, bumbu yang merangsang.

    Sementara itu Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Mira Dewi, menjelaskan perut kembung biasanya disebabkan oleh pola makan yang buruk saat sahur atau berbuka, seperti langsung mengonsumsi makanan yang dapat menimbulkan gas saat berbuka. Orang dengan masalah asam lambung memang kerap kali lebih rentan mengalami perut kembung.

    Mencegah Perut Kembung saat Puasa Arafah

    Untuk mencegah perut kembung, dr Mira menyarankan beberapa hal, antara lain makan secara perlahan, menghindari makanan pemicu perut kembung saat sahur dan berbuka, serta tidak makan berlebihan saat berbuka. Bagi penderita intoleransi laktosa, sebaiknya batasi pula konsumsi susu.

    “Selain itu, jagalah asupan cairan tubuh dengan minum air putih yang cukup dan berolahraga secara teratur,” sarannya.

    (elk/kna)

  • Daging Kambing Vs Sapi, Mana yang Lebih Tinggi Kolesterol? Ini Kata Dokter

    Daging Kambing Vs Sapi, Mana yang Lebih Tinggi Kolesterol? Ini Kata Dokter

    Jakarta – Menyantap aneka olahan daging kurban menjadi salah satu bagian dari tradisi hari raya Idul Adha. Masyarakat Indonesia biasanya mengolah daging sapi dan kambing, dua hewan yang kerap dikurbankan saat Hari Raya.

    Namun, tak jarang orang yang lebih memilih mengonsumsi daging sapi lantaran dinilai lebih ‘ramah’ kolesterol. Lantas bagaimana faktanya?

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, mengatakan, daging kambing memang memiliki risiko sedikit lebih tinggi dalam meningkatkan kadar kolesterol darah dibandingkan daging sapi.

    Meski begitu, ia menekankan hal ini juga bergantung pada bagian daging yang dikonsumsi, serta bagaimana cara pengolahannya.

    “Ada area yang dibawa di bagian sentral atau yang kita sebut dengan lean. Itu umumnya adalah daging otot semua. Artinya dalam otot tersebut, kandungan lemak itu kecil,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Menurut dr Ray, bagian lean meat cenderung rendah lemak karena sebagian besar terdiri dari otot. Jika seseorang mengonsumsi bagian tersebut, jumlah lemak jenuh yang masuk ke dalam tubuh akan lebih sedikit sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya peningkatan kolesterol darah.

    Karena itu, dr Ray mengatakan bagian orang yang memiliki risiko tinggi sebaiknya menghindari bagian-bagian daging berlemak, seperti dari perut atau dekat kulit.

    “Jadi kita tahu kan kadang ada berapa persen fat dari area daging tersebut. Memang fat yang ada di dalam daging, terutama di bagian otot paha, itu lebih kecil. Otot dada itu lebih kecil. Tetapi kalau di bagian perut, itu cenderung lebih banyak area lemak,” katanya.

    “Nah inilah yang kemudian kita pilih untuk kemudian tidak diolah. Kalau memang yang akan mengkonsumsi ini tentu bermasalah dengan konsumsi kolesterol yang berlebihan atau lemak berlebihan,” lanjutnya lagi.

    (suc/up)

  • Momen Dokter Temukan Cacing Hidup di Tubuh Manusia, Foto-fotonya Bikin Merinding

    Momen Dokter Temukan Cacing Hidup di Tubuh Manusia, Foto-fotonya Bikin Merinding

    Foto Health

    Suci Risanti Rahmadania – detikHealth

    Rabu, 04 Jun 2025 20:15 WIB

    Jakarta – Banyak kasus infeksi cacing yang hidup dan ‘bersarang’ di dalam tubuh manusia. Begini foto-fotonya, bikin merinding.

  • COVID-19 Ngegas Lagi, Menkes Sebut Varian Relatif Tak Mematikan

    COVID-19 Ngegas Lagi, Menkes Sebut Varian Relatif Tak Mematikan

    Foto Helath

    Andhika Prasetia – detikHealth

    Rabu, 04 Jun 2025 19:31 WIB

    Jakarta – Kasus COVID-19 di Indonesia kembali mengalami kenaikan. Meski begitu, pemerintah menyebut varian yang beredar saat ini relatif tidak mematikan.

  • Waspadai Keluhan Sehabis Makan Daging, Perut Kembung hingga Asam Lambung

    Waspadai Keluhan Sehabis Makan Daging, Perut Kembung hingga Asam Lambung

    Jakarta – Aneka hidangan daging di momen Idul Adha memang menggugah selera. Namun, ada orang-orang yang merasakan asam lambung meningkat setelah mengkonsumsinya terlalu banyak. Mengapa demikian?

    Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, daging adalah makanan yang paling sulit dicerna. Saat mengonsumsi daging, lebih banyak enzim yang dibutuhkan untuk dipecahkan senyawanya dan kemudian mudah diserap oleh usus.

    Hal tersebut mengakibatkan daging lebih lama berada di saluran cerna untuk kemudian diolah di dalam lambung. Sebab, daging harus diberikan begitu banyak senyawa-senyawa lain agar hancur.

    “Itu pertama akan membuat perut itu akan terasa terisi jadi fullness atau bloating (kembung) itu akan muncul,” kata dr Ray kepada detikcom.

    Selain itu, kandungan garam di dalam daging juga akan memunculkan rasa penuh. Dengan begitu asam lambung akan meningkat.

    “Asam lambung itu gunanya menghancurkan senyawa-senyawa yang ada di dalam makanan yang kita konsumsi. Maka dia harus produksi senyawa yang lebih banyak,” katanya.

    “Produksi asam HCl (asam klorida) itu akan lebih meningkat pada makanan yang kita konsumsi berupa makanan yang daging-dagingan dibandingkan dengan nasi atau tepung-tepungan atau mungkin serat yang paling gampang untuk dicerna. Kadang setelah makan daging itu akan lebih terasa lebih begah kembung dan juga kadang mengalami nyeri ulu hati ya,” tambahnya.

    Jika hal ini terjadi berulang, maka penting untuk mengurangi daging-dagingan karena proses pencernaan kurang baik jika mengonsumsi makanan berlebihan. Selain itu, konsumsi banyak cairan.

    “Dengan banyak cairan yang masuk, akan lebih mempermudah yang namanya hidrolisis, melancarkan, lebih mengencerkan makanan yang sudah diolah di dalam sistem pencernaan, terutama lambung,” tutur dr Ray.

    (elk/up)

  • Terungkap Lewat Studi, Ternyata Ciuman Bisa ‘Menularkan’ Depresi dan Kecemasan

    Terungkap Lewat Studi, Ternyata Ciuman Bisa ‘Menularkan’ Depresi dan Kecemasan

    Jakarta

    Berciuman dan kontak dekat lainnya umumnya dapat menularkan penyakit seperti flu biasa. Tapi, sebuah studi di Iran menunjukkan berciuman mungkin juga bisa ‘menularkan’ depresi dan kecemasan, kok bisa?

    Depresi dan kecemasan dapat memicu pelepasan hormon stres kortisol. Kondisi ini dapat mengganggu keseimbangan bakteri yang rapuh di mulut.

    Ketika berciuman, pasangan suami istri bisa menularkan bakteri ini. Faktanya, penelitian lain menemukan sebanyak 80 juta bakteri bisa berpindah hanya dalam 10 detik berciuman.

    Penulis studi terbaru di Iran menemukan, ketika salah satu pasangan memiliki masalah kesehatan mental yang buruk dan sulit tidur, pasangan yang sehat mengalami gejala yang sama setelah 6 bulan. Bakteri disebut menjadi penyebabnya.

    “Secara khusus, pada pasangan di mana salah satu mengalami depresi atau kecemasan, mikrobiota oral dari pasangan yang sehat akan mencerminkan mikrobiota dari pasangan yang terdampak,” kata peneliti dalam jurnal Exploratory Research and Hypothesis in Medicine, dikutip dari NY Post, Selasa (3/6/2025).

    Peneliti mengamati 268 pasangan pengantin baru di Iran. Satu kelompok pasangan yang berbulan madu melaporkan bahwa mereka sedang dalam masalah depresi, kecemasan, atau masalah tidur, sementara pasangan mereka sehat pada awal penelitian.

    Peserta diminta mengisi survei kesehatan mereka, memberikan sampel air liur untuk pengukuran kortisol, serta usapan bakteri oral untuk analisis DNA. Peneliti melaporkan pasangan yang sehat, terutama sisi perempuan, mengalami peningkatan signifikan dalam gejala depresi, kecemasan, dan gangguan tidur setelah 6 bulan, meski gejalanya tak seintens pasangannya.

    Empat bakteri termasuk Clostridia, Veillonella, Bacillus, dan Lachnospiraceae, ditemukan relatif melimpah dalam sampel. Beberapa jenis spesies bakteri ini mungkin berbahaya bagi kesehatan.

    Meski begitu, mereka mengungkapkan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Misalnya, seperti masalah kesehatan yang mendasari dan pola makan yang mempengaruhi bakteri mulut. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap peran bakteri dalam kondisi otak dan mental.

    (avk/kna)

  • Kondisi Terkini 2 Astronot NASA yang Sempat Terjebak 9 Bulan di Luar Angkasa

    Kondisi Terkini 2 Astronot NASA yang Sempat Terjebak 9 Bulan di Luar Angkasa

    Jakarta

    Astronot Amerika Serikat Butch Wilmore dan Sunita Williams menceritakan apa yang terjadi pada tubuh mereka setelah ‘terjebak’ 286 hari di luar angkasa. Perjalanan mereka ke International Space Station pada Juni 2024 harusnya hanya berjalan 8 hari.

    Hal tersebut terjadi akibat masalah teknis pada kapsul membuat misi diperpanjang hingga 9 bulan. Meski mereka kembali ke Bumi dengan selamat, ada kekhawatiran soal kondisi kesehatan.

    Pasca mendarat di bumi, Butch dan Sunita harus menjalani rehabilitasi selama 2 bulan di rumah sakit. Selama 2 bulan, Butch mengaku mengalami sakit punggung.

    “Gravitasi itu menyebalkan untuk suatu waktu, dan waktu itu berbeda-beda pada setiap orang,” kata Butch dikutip dari LadBible, Rabu (4/6/2025).

    Butch mengaku lehernya mulai terasa sakit saat kapsul memasuki atmosfer Bumi, dan nyerinya makin menjadi parah saat mendarat di lautan. Ia menyebut pengalaman itu sangat menguras energi.

    “Kami masih mengambang di kapsul di lautan, dan leher saya mulai terasa sakit, padahal kami bahkan belum dievakuasi. Saya masih merasakan nyeri di satu titik di punggung saya, bahkan setelah beberapa bulan,” cerita Butch.

    Tidur menjadi tantangan terbesar bagi Butch. Setelah 9 bulan di luar angkasa, butuh waktu baginya untuk memulihkan siklus tidur. Kini, ia mulai kembali ke rutinitas paginya dengan bangun pukul 4 pagi.

    Butch dan Sunita telah bekerja sama dengan tim medis National Aeronautics and Space Administration (NASA) untuk melatih kembali massa otot. Mereka juga harus berlatih untuk mengembalikan keseimbangan tubuh mereka dalam gravitasi bumi serta mencegah keropos tulang lebih lanjut.

    Semua masalah serius tersebut dapat muncul ketika seseorang terlalu lama berada di luar angkasa, akibat otot-otot yang cepat melemah.

    Setelah 2 bulan menjalani rehabilitasi medis, kondisi Butch dan Sunita sudah jauh lebih membaik, meski masih dalam tahap penyesuaian dengan kehidupan di bawah pengaruh gravitasi lagi.

    (avk/suc)

  • Mayapada Hospital Jaksel Bangun Tower 3 Senilai Rp 1 T, Ini Fasilitas Canggihnya

    Mayapada Hospital Jaksel Bangun Tower 3 Senilai Rp 1 T, Ini Fasilitas Canggihnya

    Jakarta

    Mayapada Healthcare Group resmi melakukan groundbreaking atau upacara peletakan batu pertama untuk pembangunan ‘Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta Selatan’. Gedung baru ini disebut memiliki nilai investasi Rp 1 Triliun.

    Chairman dan Group CEO Mayapada Healthcare Jonathan Tahir mengatakan pembangunan Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta Selatan ini diperkirakan akan selesai pada tahun 2027.

    “Kami rencanakan akan selesai dalam waktu sekitar 2 tahun lagi, jadi sekitar pertengahan Juni 2027. Kita masih finalisasi, tapi kira-kira di angka Rp 1 triliun (nilai investasi),” kata Jonathan Tahir saat berbincang dengan detikcom, di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Rabu (4/6/2025).

    “Kami percaya bahwa kami perlu terus menerus investasi di sektor kesehatan, karena kami percaya pada industri kesehatan. Kita juga mau Indonesia Emas 2024, jadi kesehatan itu memainkan peran yang sangat penting,” sambungnya.

    Nantinya, Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta Selatan akan dilengkapi dengan empat keunggulan layanan kesehatan.

    “Satu adalah onkologi, kedua kardiologi atau jantung, ketiga ortopedi, dan keempat adalah neurologi yaitu saraf. Ini adalah empat keunggulan kami yang akan kami perkuat di Tower 3,” kata Jonathan Tahir.

    Demi memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, Jonathan Tahir menegaskan di Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta Selatan juga akan diberikan teknologi paling mutakhir milik Mayapada.

    “Sudah pasti teknologi yang tercanggih dan terbaru akan ada di Tower 3 ini. Pertama adalah robotics, kami akan memastikan robotics yang terbaru dan tercanggih dan di setiap spesialisasi akan ada,” katanya.

    “Tower 3 akan ada juga penambahan tempat tidur, yang akan membuat kapasitas kami sampai 500 ranjang,” lanjutnya.

    Jonathan Tahir menambahkan, tahun 2025 akan menjadi tahun sibuk dari Mayapada Healthcare Group. Pasalnya, akan ada tiga groundbreaking.

    “Pertama Mayapada Hospital Jakarta Selatan Tower 3. Dalam satu atau dua bulan ke depan ada ground breaking Mayapada Apollo Batam International Hospital, lalu groundbreaking gedung extension di Surabaya, yaitu gedung buat onkologi,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Pria Ini Tinggalkan Ibunya yang Kena Stroke di Kamar Mandi, Endingnya Ngenes

    Pria Ini Tinggalkan Ibunya yang Kena Stroke di Kamar Mandi, Endingnya Ngenes

    Jakarta

    Seorang pria di Taiwan didakwa karena meninggalkan ibunya yang terbaring di kamar mandi selama enam hari setelah pingsan karena stroke, yang akhirnya menyebabkan kematiannya.

    Diberitakan SCMP, pria bermarga Zheng, 43 tahun, dari Kaohsiung, Taiwan, tinggal bersama ibunya yang berusia 66 tahun, yang juga bermarga Zheng, selama lebih dari dua dekade. Ibunya mengidap gangguan emosional dan komplikasi setelah terkena stroke.

    Tetangga mengungkapkan bahwa meskipun telah jatuh beberapa kali, ibunya sering menolak bantuan, bahkan dari layanan sosial, dan bersikeras memanggil ambulans sendiri.

    Pada tanggal 18 Mei, ibunya pingsan di kamar mandi setelah mengalami serangan stroke.

    Zheng mengatakan awalnya ia bertanya apakah ibunya baik-baik saja, dan ketika ibunya mengatakan kepadanya untuk tidak khawatir, ia tidak campur tangan.

    Dia lalu melanjutkan rutinitas hariannya, berjalan melewati ibunya beberapa kali. Pada hari kedua dan ketiga setelah ibunya pingsan, ia memanggil ibunya tetapi tidak mendapat jawaban. Selama dua hari berikutnya, pria itu diduga keluar dan tidak memeriksa kondisi ibunya lagi.

    Zheng baru pulang ke rumah pada tanggal 23 Mei dan mendapati ibunya telah meninggal.

    Tubuh ibunya sudah mulai membusuk, dan baru saat itulah ia melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

    Gao Dacheng, seorang ahli forensik, mengatakan bahwa wajah ibunya yang menghitam menimbulkan kecurigaan. Ia menambahkan bahwa jika ibunya mengalami perdarahan subaraknoid akibat terjatuh, kematiannya bisa saja terjadi secara bertahap.

    “Pendarahan subaraknoid dapat berlangsung perlahan dan, dalam beberapa kasus, memerlukan waktu beberapa hari untuk berakibat fatal,” katanya, seraya menambahkan: “Ini mungkin tidak selalu menunjukkan niat jahat tetapi dapat menunjukkan kelalaian berat.”

    Zheng, yang dilaporkan berasal dari keluarga miskin, ditahan atas dugaan pembunuhan dan penelantaran serta dipindahkan ke Kantor Kejaksaan Distrik Kaohsiung Taiwan.

    Ayahnya meninggalkan rumah lebih awal, saudara laki-lakinya meninggal dalam kecelakaan mobil, dan ia telah menghabiskan dua dekade terakhir sendirian, merawat ibunya sendirian. Ia bekerja di pabrik pada siang hari dan merawatnya pada malam hari.

    (kna/kna)