Category: Detik.com Kesehatan

  • Thailand Laporkan Kasus Antraks, Makan Daging Sapi Mentah Jadi Biang Keroknya

    Thailand Laporkan Kasus Antraks, Makan Daging Sapi Mentah Jadi Biang Keroknya

    Jakarta

    Thailand telah melaporkan kematian manusia pertama yang terkait antraks dalam 30 tahun. Kejadian yang terjadi di Mei 2025 itu memicu satu orang meninggal dan tiga dirawat di rumah sakit.

    Dilaporkan Bangkok Post, kasus terbaru tercatat pada 1 Juni 2025 pada pasien berusia 53 tahun di Sa Kaeo dengan riwayat sering makan daging sapi mentah.

    Dr Tarapong Kabko, kepala kesehatan masyarakat Sa Kaeo, mengatakan pria itu memiliki luka terbuka di kepalanya, bagian belakang lehernya, dan anggota tubuhnya. Tes kemudian mengonfirmasi bahwa pria itu terinfeksi antraks.

    Dia mengatakan pasien itu mengakui bahwa dia sering mengonsumsi daging sapi mentah sambil minum alkohol, yang terakhir minggu lalu. Kepala kesehatan provinsi percaya pasien itu terinfeksi oleh daging mentah.

    Dr Tarapong memperingatkan orang-orang di distrik Muang dan daerah sekitarnya untuk tidak menyentuh sapi, kambing, atau domba yang sakit atau mati secara tidak wajar, dan hanya makan makanan yang dimasak.

    Pihak berwenang menekankan bahwa dalam keadaan apa pun orang tidak boleh mengonsumsi daging dari hewan yang mati dalam kondisi yang tidak jelas atau mencurigakan. Pelaporan yang cepat akan membantu mencegah infeksi lebih lanjut.

    Antraks adalah penyakit menular serius yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora Bacillus anthracis. Penyakit ini terutama menyerang ternak seperti sapi, domba, dan kambing, tetapi manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi.

    Pada tanggal 30 April, Kantor Kesehatan Umum Mukdahan mengonfirmasi wabah antraks setelah kematian seorang penduduk setempat pada tanggal 27 April. Wabah tersebut mengakibatkan empat infeksi dan satu kematian, tetapi dinyatakan terkendali pada tanggal 7 Mei.

    (kna/kna)

  • Bolehkah Minum Obat Setelah Minum Susu? Ini Penjelasan Ahli Farmasi UGM

    Bolehkah Minum Obat Setelah Minum Susu? Ini Penjelasan Ahli Farmasi UGM

    Jakarta

    Obat dan susu menjadi dua hal yang sering dikonsumsi secara bersamaan atau berdekatan. Namun, bolehkah minum obat setelah minum susu?

    Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Zullies Ikawati mengatakan minum obat setelah minum susu tidak disarankan.

    “Tidak disarankan, terutama jika belum diketahui jenis obatnya secara spesifik. Meski tidak semua obat berinteraksi dengan susu, ada beberapa obat yang bisa terganggu penyerapannya oleh kalsium atau komponen lain dalam susu,” kata Prof Zullies saat dihubungi detikcom, Rabu (4/6/2025).

    Aturan Minum Obat dan Susu

    Prof Zullies menambahkan, meskipun minum obat setelah minum susu tidak disarankan, ada tips yang bisa dilakukan agar efektivitas obat tidak menurun, yakni dengan memberikan jeda.

    “Jika perlu minum obat setelah susu, beri jeda waktu minimal 1-2 jam.

    Hal ini memberi waktu bagi sistem pencernaan untuk memproses susu, sehingga obat bisa diserap lebih optimal,” katanya.

    Saat tidak memberi jeda, lanjut Prof Zullies ada beberapa risiko yang merugikan bagi tubuh.

    “Penurunan efektivitas obat, karena zat dalam susu (terutama kalsium, magnesium, dan kasein) bisa mengikat obat di saluran cerna dan menghambat penyerapan ke dalam darah,” katanya.

    Obat-obat yang Terganggu oleh Susu

    Beberapa jenis obat, efektivitasnya bisa terganggu oleh susu, di antaranya:

    Antibiotik seperti tetrasiklin (misalnya doksisiklin) dan fluoroquinolon (misalnya siprofloksasin)Obat osteoporosis seperti alendronatObat tiroid seperti levotiroksin

    Obat yang cenderung aman diminum dekat waktu dengan susu, di antaranya:

    Obat-obat yang diserap secara pasif atau yang tidak berikatan dengan kalsiumBeberapa obat lambung atau paracetamol, meskipun tetap ideal diberikan dengan air putih

    (dpy/kna)

  • Resep Bali Sukses Tekan Stunting, Terendah di RI! Angkanya ‘Cuma’ 8 Persen

    Resep Bali Sukses Tekan Stunting, Terendah di RI! Angkanya ‘Cuma’ 8 Persen

    Jakarta

    Provinsi Bali tampil menonjol sebagai daerah dengan angka stunting terendah di Indonesia dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan hasil survei status gizi indonesia (SSGI) 2024, prevalensinya menurun di angka 8,7 persen, saat wilayah timur lain seperti NTB hingga Sulawesi masih berjuang dengan angka 30 persen.

    Menurut Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan, Asnawi Abdullah, keberhasilan Bali dalam menurunkan angka stunting tidak lepas dari pendekatan menyeluruh yang mencakup berbagai faktor, baik dari sektor kesehatan maupun non-kesehatan.

    “Stunting ini disebabkan oleh banyak faktor (multifaktor). Karena itu, tidak bisa ditangani hanya dari sisi kesehatan saja. Kita perlu sadar bahwa indikator-indikator seperti sanitasi, akses pangan, pendidikan, hingga faktor sosial ekonomi juga berpengaruh,” kata Asnawi dalam konferensi pers, Kamis (5/6/2025).

    Ia menegaskan kondisi prevalensi stunting bisa sangat berbeda antar daerah karena variabel yang memengaruhinya juga bervariasi. Namun, Bali dianggap berhasil karena mampu mengidentifikasi dan merespons faktor-faktor kunci tersebut secara terintegrasi.

    Platform Digital dan Fokus pada Data

    Salah satu inovasi andalan Bali adalah peluncuran platform Sinenting (Sistem Informasi Stunting Terintegrasi). Platform ini memungkinkan pendataan, pemantauan, hingga evaluasi perkembangan stunting secara real time di seluruh wilayah Bali. Data yang diperoleh dari Sinenting kemudian menjadi dasar pengambilan keputusan intervensi, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

    “Sinenting itu ibarat dashboard. Ada indikator seperti lampu merah dan hijau yang menunjukkan wilayah mana yang perlu perhatian atau intervensi segera. Ini memudahkan gubernur, sekda, dan seluruh pemangku kebijakan dalam merespons dengan cepat,” jelas Asnawi.

    Perhatian Khusus untuk Kelompok Rentan

    Keberhasilan Bali juga ditopang oleh perhatian yang besar terhadap kelompok miskin dan rentan. Berdasarkan data nasional, anak yang lahir dari keluarga miskin memiliki risiko 2,5 kali lipat mengalami stunting lebih tinggi dibandingkan dari keluarga sejahtera. Karenanya, Bali secara aktif menyasar kelompok sosial ekonomi rendah dengan program-program yang menyentuh langsung kebutuhan dasar mereka.

    Bentuk intervensinya konkret. Pemerintah Bali secara rutin menyalurkan bantuan untuk balita stunting, termasuk paket sembako dan pangan bergizi. Bantuan ini diharapkan bisa menutupi kekurangan asupan gizi anak-anak dari keluarga tidak mampu.

    Rembuk Stunting hingga ke Tingkat Desa

    Pemerintah daerah di Bali juga menggelar Rembuk Stunting, forum tahunan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota hingga desa. Dalam forum ini, para pihak berdiskusi, menganalisis permasalahan, dan menyusun langkah strategis percepatan penurunan stunting di wilayah masing-masing.

    “Rembuk ini sangat penting karena pendekatannya bottom-up. Desa-desa juga dilibatkan untuk mengenali permasalahan unik mereka dan menyusun solusi yang paling relevan,” ujar Asnawi.

    Tak hanya itu, banyak kabupaten/kota di Bali yang memberikan insentif fiskal sebagai bentuk penghargaan atas kinerja dalam menurunkan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem. Kebijakan ini mendorong persaingan sehat antar daerah dan meningkatkan komitmen aparat daerah.

    NEXT: Layanan Kesehatan Dasar Merata dan Aktif

    Layanan Kesehatan Dasar Merata dan Aktif

    Dari sisi pelayanan kesehatan, Dirjen Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, menyatakan tingginya cakupan layanan dasar di Bali menjadi faktor penentu menurunnya angka stunting. Hampir semua segmen sasaran intervensi di Bali terlayani secara maksimal.

    “Stunting akan turun kalau cakupan pelayanan tinggi. Dan Bali itu cakupan layanannya sangat tinggi, mulai dari remaja putri, ibu hamil, hingga balita,” kata Endang, dalam kesempatan yang sama.

    Data SSGI menunjukkan sekitar 90 persen remaja putri di Bali menerima tablet tambah darah, dan hampir 80 persen telah melalui skrining status gizi.

    Selain itu, posyandu-posyandu di Bali tergolong sangat aktif dan hidup. Dengan dukungan masyarakat yang solid dan adanya kohesi sosial yang tinggi, distribusi layanan gizi dan kesehatan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.

    “Kalau di Bali, menyampaikan layanan itu relatif lebih mudah karena struktur sosialnya mendukung. Sementara di beberapa daerah lain, tantangannya bisa berupa geografis, akses layanan, atau sumber daya manusia yang terbatas,” ujar Endang.

    Pelajaran bagi Daerah Lain

    Bali kini menjadi model yang dapat dijadikan rujukan bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Meskipun tiap daerah memiliki tantangan unik, namun pendekatan berbasis data, keterlibatan lintas sektor, dan pelayanan kesehatan yang merata terbukti memberikan dampak signifikan.

    “Tidak bermaksud membandingkan langsung dengan daerah lain, tapi kita semua bisa belajar. Prinsip dasarnya adalah cakupan layanan tinggi, perhatian pada kelompok rentan, dan keterlibatan semua pihak,” tutup Endang.

  • Foto: Momen Operasi Pasien Penerima Donor Jantung Babi, Cuma Bertahan 6 Minggu

    Foto: Momen Operasi Pasien Penerima Donor Jantung Babi, Cuma Bertahan 6 Minggu

    Khadijah Nur Azizah – detikHealth

    Kamis, 05 Jun 2025 13:02 WIB

    Jakarta – Lawrence Faucette menerima transplantasi jantung babi di University of Maryland Medical Center pada 20 September 2023. Dia meninggal 6 minggu kemudian.

  • Tak Semua Langsung Bisa Ditangani, Ini Kriteria Gawat Darurat BPJS Kesehatan

    Tak Semua Langsung Bisa Ditangani, Ini Kriteria Gawat Darurat BPJS Kesehatan

    Jakarta

    Viral pasien di RSUD dr Saridin Padang disebut tak mendapatkan pelayanan pasca dinilai tak masuk kondisi gawat darurat, hingga berujung meninggal dunia. Adapun pasien bernama Desi Erianti dinyatakan meninggal setelah sebelumnya memiliki riwayat sesak napas.

    Pihak RSUD sempat mengklarifikasi yang bersangkutan tidak memiliki indikasi kegawatdaruratan medis selama menjalani pemeriksaan tahap awal, sehingga disarankan untuk kembali pulang dan melanjutkan pengobatan ke puskesmas.

    Memang seperti apa kriterianya?

    Sebagai catatan, tidak semua kondisi yang terlihat mendesak secara kasat mata dapat dikategorikan sebagai keadaan gawat darurat yang pembiayaannya dijamin oleh BPJS Kesehatan.

    BPJS Kesehatan menegaskan terdapat kriteria medis tertentu yang harus dipenuhi agar suatu kasus bisa dianggap sebagai kondisi kegawatdaruratan medis. Bila tidak memenuhi kriteria tersebut, biaya pengobatan tidak akan ditanggung oleh BPJS, meskipun pasien datang ke IGD.

    Penilaian Status Gawat Darurat oleh Dokter

    Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah, menjelaskan penilaian status gawat darurat dilakukan secara medis oleh dokter di rumah sakit. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.

    “Penilaian status gawat darurat dilakukan oleh dokter di rumah sakit sesuai ketentuan,” kata Rizzky kepada detikcom, Kamis (5/6/2025).

    Perpres 82/2018 menyebutkan dalam kondisi darurat, peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berhak memperoleh layanan langsung di IGD, bahkan di rumah sakit yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Namun, hal ini hanya berlaku jika kondisi pasien benar-benar masuk kategori gawat darurat menurut ketentuan medis.

    Sementara itu, Permenkes 47/2018 menjelaskan bahwa kondisi gawat darurat adalah situasi klinis yang membutuhkan penanganan segera untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah risiko kecacatan permanen. Artinya, keluhan medis yang dianggap mendesak oleh pasien atau keluarga belum tentu tergolong darurat secara medis.

    Kriteria Gawat Darurat yang Dijamin BPJS

    Agar suatu layanan IGD bisa dijamin oleh BPJS Kesehatan, kondisi pasien harus memenuhi lima kriteria utama berikut:

    Mengancam nyawa atau menimbulkan bahaya bagi diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.Terjadi gangguan pada jalan napas, pernapasan, atau sirkulasi tubuh.Penurunan tingkat kesadaran.Gangguan hemodinamik, yakni gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah.Memerlukan tindakan medis segera.

    Perlu kembali dipahami, penilaian terhadap kriteria ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dokter yang menangani di fasilitas kesehatan. Jika dokter menilai kondisi pasien tidak masuk kategori tersebut, maka pembiayaan melalui BPJS Kesehatan tidak dapat dilakukan dan biaya menjadi tanggungan pribadi.

    NEXT: Jenis Pelayanan Kesehatan yang Tidak Ditanggung BPJS

    Selain batasan pada kondisi gawat darurat, BPJS Kesehatan juga memiliki daftar layanan yang tidak masuk dalam cakupan jaminan. Berdasarkan Perpres Nomor 59 Tahun 2024, ada sejumlah jenis layanan yang tidak ditanggung BPJS, di antaranya:

    Pelayanan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS (kecuali keadaan darurat).Cedera akibat kecelakaan kerja atau lalu lintas yang telah dijamin oleh asuransi lain.Pelayanan di luar negeri.Layanan untuk tujuan estetik, infertilitas, atau ortodonsi.Pengobatan ketergantungan narkoba atau alkohol.Gangguan akibat hobi ekstrem atau tindakan menyakiti diri.Pengobatan alternatif dan tindakan medis eksperimental.Pelayanan dalam kegiatan bakti sosial atau yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan, TNI, atau Polri.Layanan akibat tindak pidana seperti kekerasan seksual atau perdagangan orang yang telah ditanggung program lain.

    Pentingnya Edukasi dan Pemahaman Masyarakat

    Seringkali, ketidaktahuan masyarakat tentang batasan ini menimbulkan kekecewaan ketika layanan tidak sesuai harapan atau klaim ditolak. Karena itu, BPJS Kesehatan mengimbau agar masyarakat lebih memahami hak dan batas jaminan yang diberikan.

    “Pemahaman masyarakat akan aturan dan kriteria medis sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kami terus melakukan edukasi agar peserta JKN bisa menggunakan layanan kesehatan secara tepat dan efektif,” tutup Rizzky.

    Simak Video “Video: Soal Narasi BPJS Kesehatan Bangkrut dan Gagal Bayar di 2025”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Video Ilmuwan Korsel Berhasil Ubah Sel Kanker Jadi Normal Lagi, Kok Bisa?

    Video Ilmuwan Korsel Berhasil Ubah Sel Kanker Jadi Normal Lagi, Kok Bisa?

    Ilmuwan dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), Korea Selatan temukan cara untuk mengubah sel kanker jadi normal kembali. Penelitian itu dipimpin oleh Profesor Cho Kwang Hyun dari departemen Bio and Brain Engineering KAIST.

    Ia dan timnya berhasil temukan sakelar molekuler yang bisa membalikkan sel kanker jadi normal kembali dengan menangkap keadaan transisi kritis sebelum sel kanker berkembang dengan sempurna. Temuan ini pun diharapkan bisa dikembangkan untuk terapi pengobatan kanker di masa depan.

    Tonton juga: Warga Kolombia Sulap Jalanan Jadi Seluncuran Raksasa, Seru Banget!

  • Jangan Makan Ini Saat Sahur Puasa Arafah Kalau Nggak Mau Perut Kembung

    Jangan Makan Ini Saat Sahur Puasa Arafah Kalau Nggak Mau Perut Kembung

    Jakarta – Memilih menu makanan untuk sahur puasa Arafah penting dilakukan untuk memastikan ibadah ini lancar. Salah memilih menu makanan saat sahur dapat menyebabkan perut kembung selama seharian berpuasa. Saat perut kembung, tak hanya ibadah yang kurang khusyuk, aktivitas lain pun bisa jadi terganggu.Penyebab perut kembung saat puasa Arafah

    Perut kembung umumnya disebabkan oleh penumpukan gas di dalam usus. Namun, faktor lain seperti intoleransi makanan, sembelit, dan gangguan pencernaan juga dapat menyebabkan kondisi ini.

    “Beberapa makanan memang mengandung gas dan fosfat. Makanan-makanan ini sebaiknya dihindari saat sahur, seperti kol, ubi, dan nangka muda. Makanan yang mengandung gas dapat memicu tingkat produksi asam lambung,” tutur pakar nutrisi Rita Ramayulis kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    Berikut beberapa makanan yang sebaiknya dihindari saat sahur untuk menghindari perut kembung:

    Makanan yang mengandung gas seperti ubi, lemak, sawi, kol, pisang ambon, minuman bersoda, cokelat.Makanan yang merangsang produksi asam seperti kopi, alkohol, sari buah sitrus, susu full krim.Makanan yang sulit dicerna seperti makanan berlemak dan keju.Makanan yang merusak dinding lambung seperti makanan mengandung cuka, pedas, bumbu yang merangsang.

    Sementara itu Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Mira Dewi, menjelaskan perut kembung biasanya disebabkan oleh pola makan yang buruk saat sahur atau berbuka, seperti langsung mengonsumsi makanan yang dapat menimbulkan gas saat berbuka. Orang dengan masalah asam lambung memang kerap kali lebih rentan mengalami perut kembung.

    Mencegah Perut Kembung saat Puasa Arafah

    Untuk mencegah perut kembung, dr Mira menyarankan beberapa hal, antara lain makan secara perlahan, menghindari makanan pemicu perut kembung saat sahur dan berbuka, serta tidak makan berlebihan saat berbuka. Bagi penderita intoleransi laktosa, sebaiknya batasi pula konsumsi susu.

    “Selain itu, jagalah asupan cairan tubuh dengan minum air putih yang cukup dan berolahraga secara teratur,” sarannya.

    (elk/kna)

  • Daging Kambing Vs Sapi, Mana yang Lebih Tinggi Kolesterol? Ini Kata Dokter

    Daging Kambing Vs Sapi, Mana yang Lebih Tinggi Kolesterol? Ini Kata Dokter

    Jakarta – Menyantap aneka olahan daging kurban menjadi salah satu bagian dari tradisi hari raya Idul Adha. Masyarakat Indonesia biasanya mengolah daging sapi dan kambing, dua hewan yang kerap dikurbankan saat Hari Raya.

    Namun, tak jarang orang yang lebih memilih mengonsumsi daging sapi lantaran dinilai lebih ‘ramah’ kolesterol. Lantas bagaimana faktanya?

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, mengatakan, daging kambing memang memiliki risiko sedikit lebih tinggi dalam meningkatkan kadar kolesterol darah dibandingkan daging sapi.

    Meski begitu, ia menekankan hal ini juga bergantung pada bagian daging yang dikonsumsi, serta bagaimana cara pengolahannya.

    “Ada area yang dibawa di bagian sentral atau yang kita sebut dengan lean. Itu umumnya adalah daging otot semua. Artinya dalam otot tersebut, kandungan lemak itu kecil,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Menurut dr Ray, bagian lean meat cenderung rendah lemak karena sebagian besar terdiri dari otot. Jika seseorang mengonsumsi bagian tersebut, jumlah lemak jenuh yang masuk ke dalam tubuh akan lebih sedikit sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya peningkatan kolesterol darah.

    Karena itu, dr Ray mengatakan bagian orang yang memiliki risiko tinggi sebaiknya menghindari bagian-bagian daging berlemak, seperti dari perut atau dekat kulit.

    “Jadi kita tahu kan kadang ada berapa persen fat dari area daging tersebut. Memang fat yang ada di dalam daging, terutama di bagian otot paha, itu lebih kecil. Otot dada itu lebih kecil. Tetapi kalau di bagian perut, itu cenderung lebih banyak area lemak,” katanya.

    “Nah inilah yang kemudian kita pilih untuk kemudian tidak diolah. Kalau memang yang akan mengkonsumsi ini tentu bermasalah dengan konsumsi kolesterol yang berlebihan atau lemak berlebihan,” lanjutnya lagi.

    (suc/up)

  • Momen Dokter Temukan Cacing Hidup di Tubuh Manusia, Foto-fotonya Bikin Merinding

    Momen Dokter Temukan Cacing Hidup di Tubuh Manusia, Foto-fotonya Bikin Merinding

    Foto Health

    Suci Risanti Rahmadania – detikHealth

    Rabu, 04 Jun 2025 20:15 WIB

    Jakarta – Banyak kasus infeksi cacing yang hidup dan ‘bersarang’ di dalam tubuh manusia. Begini foto-fotonya, bikin merinding.

  • COVID-19 Ngegas Lagi, Menkes Sebut Varian Relatif Tak Mematikan

    COVID-19 Ngegas Lagi, Menkes Sebut Varian Relatif Tak Mematikan

    Foto Helath

    Andhika Prasetia – detikHealth

    Rabu, 04 Jun 2025 19:31 WIB

    Jakarta – Kasus COVID-19 di Indonesia kembali mengalami kenaikan. Meski begitu, pemerintah menyebut varian yang beredar saat ini relatif tidak mematikan.