Category: Detik.com Kesehatan

  • Rebusan Daun Salam Bisa Turunkan Tekanan Darah? Ini Kata Penelitian

    Rebusan Daun Salam Bisa Turunkan Tekanan Darah? Ini Kata Penelitian

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi menjadi salah satu kondisi yang perlu diantisipasi sehabis perayaan kurban. Olahan daging yang tinggi garap bisa bikin tensi melonjak. Bisakah diatasi dengan rebusan daun salam?

    Daun salam atau bay leaf merupakan herba yang berasal dari pohon salam atau Laurus nobilis. Sesuai namanya, sering juga disebut sebagai bay-laurel. Di dunia kuliner, daun salam banyak digunakan untuk memberi citarasa khas dalam masakan.

    Di pasar, daun salam dijual dalam bentuk masih segar maupun kering. Penggunaannya cukup dimasukkan ke dalam masakan selama proses memasak, dan bisa diambil untuk disingkirkan saat makanan hendak disajikan. Memang, daun ini teksturnya keras sehingga susah dikunyah ataupun dicerna.

    Kandungan Nutrisi Daun Salam

    Dalam satu sendok makan remukan daun salam, terkandung nutrisi sebagai berikut:

    Energi: 5,5 kaloriProtein: 0,1 gramLemak: 0,1 gramKarbohidrat: 1,3 gram

    Dikutip dari WebMD, daun salam juga mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin B6, kalsium, zat besi, dan mangaan.

    Manfaat Daun Salam untuk Tekanan Darah

    Rebusan daun salam hanya menambahkan sangat sedikit kalori ke dalam masakan. Sebaliknya, herba ini menambahkan banyak serat serta vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan. Selain memperbaiki sistem imun, antioksidan juga menjaga fungsi kardiovaskular.

    Sebuah riset di Research Journal of Pharmacy and Technology menyebut, daun salam mengandung minyak sitrat esensial dan euganol, tamin, dan flavonoid. Berbagai kandungan tersebut dikatakan punya kemampuan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

    Riset ini menyimpulkan adanya efek pemberian rebusan daun salam dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Lasalimu Selatan, Buton, Sulawesi Tenggara. Meski demikian, ditegaskan bahwa penurunan tekanan darah tidak berarti menyembuhkan.

    Senyawa aktif dalam daun salam utamanya adalah flavonoid. Dalam penelitian lainnya, disebutkan daun salam bisa menurunkan dan menjaga tekanan darah pada kelompok pra-lansia dengan hipertensi.

    Kemungkinan Efek Samping

    Pada umumnya, daun salam aman digunakan dalam masakan. Hanya saja disebutkan, daun ini memang susah dicerna sehingga tidak dikonsumsi dalam bentuk sayuran, hanya untuk memasak atau diambil air rebusannya.

    Dikutip dari Healthline, informasi tentang keamanan tidak banyak tersedia. Karenanya, disarankan untuk tidak mengonsumsi daun ini saat kehamilan dan menyusui.

    Pada pengidap diabetes, daun salam mungkin mempengaruhi kadar gula darah. Beberapa bukti juga menunjukkan adanya dampak pada sistem saraf, sehingga bisa mempengaruhi efek anestesi saat operasi. Disarankan untuk tidak mengonsumsi daun salam kurang lebih 2 pekan sebelum menjalani operasi.

    (up/tgm)

  • Video: Kasus Covid-19 Naik Lagi! Thailand Catat Ada 23 Ribu Kasus Baru

    Video: Kasus Covid-19 Naik Lagi! Thailand Catat Ada 23 Ribu Kasus Baru

    Jakarta – Kasus Covid-19 di Thailand melonjak kembali. Dilansir dari data Departemen Pengendalian Penyakit Thailand (DDC) terdapat 23 ribu kasus baru serta 8 orang wafat akibat Covid-19.

    Diketahui virus Covid-19 yang beredar mayoritas berasal dari varian JN.1 serta XEC.

    (/)

  • Awas Kolesterol Naik Usai Idul Adha, Kenali Tanda-tandanya

    Awas Kolesterol Naik Usai Idul Adha, Kenali Tanda-tandanya

    Jakarta

    Perayaan Idul Adha identik dengan menyantap aneka hidangan daging, seperti opor, gulai, sate, atau rendang. Karena kelezatannya, banyak orang sering kalap mengonsumsi daging hingga tidak sadar akan bahaya kolesterol tinggi yang mengintai.

    Pasalnya, daging dan makanan bersantan merupakan salah satu pemicu peningkatan kadar kolesterol. Lalu, apa saja ciri-ciri kadar kolesterol naik setelah makan daging?

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, menjelaskan, saat makan, tubuh biasanya akan langsung merespons dengan mengaktifkan proses pencernaan dan penyerapan di saluran cerna.

    Selama proses ini, aliran darah lebih banyak dialihkan ke saluran pencernaan, sehingga organ lain, termasuk otak, mendapatkan pasokan darah yang lebih sedikit. Itu sebabnya setelah makan banyak, seseorang bisa merasakan ngantuk dan lemas. Kondisi ini umumnya adalah respons alami tubuh.

    “Mengantuk, kemudian agak kurang konsentrasi setelah makan itu hal yang lumrah atau yang biasa,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Selain rasa mengantuk, konsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol seperti daging juga bisa memicu keluhan lain, seperti begah atau perut kembung (bloating). Begitu pula jika kadar kolesterol atau lemak jenuh dalam tubuh berlebihan, seseorang bisa mengalami nyeri atau rasa tegang di area pundak, leher, hingga bagian belakang kepala (kuduk).

    Menurutnya, gejala seperti ini muncul karena penyerapan asam lemak berlebihan yang dapat memengaruhi sistem kardiovaskular dan menyebabkan gangguan pada otot serta saraf di sekitar area tersebut.

    “Dan ini ada hubungannya dengan setelah dilakukan penyerapan dari asam lemak yang ada, maka akan kemungkinan terjadi suatu perubahan secara kardiovaskular, terutama di pembuluh-pembuluh darah yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan otot dan saraf tadi,” ucapnya lagi.

    “Nah, itu yang kita sedang merasakan, seperti kuduknya tegang, agak pusing juga, sakit kepala. Nah tentu itu tanda-tanda yang lebih advance ya, untuk apakah ini ada hubungan dengan makanan yang berlemak yang kita konsumsi,” katanya.

    NEXT: Penyebab lain sakit kepala dan tengkuk

    Meskipun demikian, dr Ray menegaskan rasa tegang di kuduk hingga sakit kepala yang terjadi setelah makan makanan berlemak memang bisa menjadi tanda adanya masalah, tetapi belum tentu langsung berkaitan dengan kolesterol tinggi. Menurutnya, ada banyak faktor lain yang juga bisa menyebabkan gejala serupa, sehingga membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.

    “Jadi ada begitu banyak, begitu banyak variabel atau komponen lain menjadi juga gejala-gejala seperti itu,” imbuhnya lagi.

  • Nggak Main-main! Wanita Ini Sukses Lakukan 7 Ribu Pull-Up dalam 24 Jam

    Nggak Main-main! Wanita Ini Sukses Lakukan 7 Ribu Pull-Up dalam 24 Jam

    Foto Health

    Suci Risanti Rahmadania – detikHealth

    Sabtu, 07 Jun 2025 11:02 WIB

    Jakarta – Seorang wanita Australia berusia 34 tahun, Olivia Vinson, memecahkan rekor Guinness World Records dengan melakukan 7.079 pull-up dalam 24 jam.

  • Bahaya Konsumsi Jeroan Berlebihan saat Kurban, Begini Kata Dokter

    Bahaya Konsumsi Jeroan Berlebihan saat Kurban, Begini Kata Dokter

    Jakarta

    Daging kurban bukan satu-satunya yang dinantikan dalam perayaan Idul Adha. Bagian yang tak kalah dinanti adalah jeroan atau organ dalam.

    Pada dasarnya, organ memiliki banyak manfaat kesehatan, melebihi daging otot yang umum dikonsumsi.

    Apa Itu Jeroan?

    Jeroan atau organ dalam adalah bagian lain dari hewan selain daging otot, termasuk:

    Darah, tulang, dan kulitOtakJantungGinjal dan hatiUsus dan babat (lapisan lambung)Pankreas dan timusLidah

    Ahli gizi Julia Zumpano, RD, LD, mengatakan organ atau jeroan mengandung banyak nutrisi penting, seperti vitamin A untuk membantu penglihatan dan sistem kekebalan tubuh, vitamin D yang baik untuk sistem kekebalan tubuh dan kesehatan tulang, vitamin E untuk melindungi sel dari kerusakan, vitamin K2 untuk kesehatan tulang, vitamin B6 dan B12 untuk mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat, serta selenium, magnesium, dan zink, maupun riboflavin.

    Adapun kandungan vitamin dan mineralnya bervariasi tergantung pada jenis organ dan hewan sumbernya.

    “Bagi kebanyakan orang, daging organ merupakan tambahan bergizi untuk diet jika dikonsumsi dalam jumlah sedang,” imbuhnya dikutip dari Dikutip dari Cleveland Clinic, Sabtu (7/6/2025).

    Bahaya Konsumsi Jeroan Berlebihan

    Meski memiliki manfaat, jeroan atau organ dalam tak boleh dikonsumsi secara berlebihan lantaran bisa memicu dampak pada tubuh. Berikut penjelasannya.

    1. Peningkatan Asam Urat

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, mengatakan konsumsi jeroan yang berlebihan bisa memicu peningkatan kadar asam urat atau uric acid di dalam tubuh.

    Menurut dr Ray, jeroan mengandung protein dan purin yang tinggi. Ketika protein dengan kadar purin tinggi ini dicerna tubuh, akan dipecah menjadi energi dan sisa metabolisme berupa asam urat.

    “Asam urat atau uric acid itu adalah hasil metabolisme terhadap protein yang mengandung kadar purin yang tinggi, sehingga hasil metabolismenya berupa asam urat,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Menurutnya, kandungan purin dalam jeroan memang tidak setinggi kacang-kacangan, namun tetap signifikan.

    Konsumsi jeroan secara berlebihan bisa menyebabkan kadar asam urat meningkat drastis, baik pada orang dengan kadar normal maupun mereka yang sudah memiliki riwayat kadar asam urat tinggi.

    “Yang normal bisa menjadi tinggi, yang sudah tinggi bisa makin tinggi sekali. Itu memang harus dihindari,” tegasnya.

    2. Mengandung Kolesterol Tinggi

    Jeroan umumnya aman dikonsumsi dalam jumlah sedang oleh kebanyakan orang. Namun, organ atau jeroan juga mengandung kolesterol dan lemak jenuh tinggi yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

    “Jika Anda memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti kolesterol tinggi, sebaiknya pilih daging berotot tanpa lemak,” kata Zumpano.

    3. Kelebihan Vitamin A dan Zat Besi

    Mengonsumsi vitamin A dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan cacat lahir. Karena jeroan mengandung vitamin A dalam kadar tinggi, ibu hamil disarankan untuk menghindarinya. Selain itu, jeroan juga kaya akan zat besi, yang bisa menjadi masalah bagi individu dengan gangguan kelebihan zat besi.

    Anak-anak pun memerlukan vitamin A dan zat besi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan orang dewasa, sehingga konsumsinya perlu dibatasi dan diberikan dalam porsi yang lebih kecil.

    4. Fatty Liver atau Penyakit Hati Berlemak

    Sebuah penelitian besar terhadap orang dewasa menemukan, mengonsumsi jeroan dapat sedikit meningkatkan risiko terkena fatty liver atau penyakit hati berlemak nonalkohol. Namun, para peneliti merekomendasikan studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuan ini.

    Sebagai langkah pencegahan, individu dengan diabetes tipe 2 dan kolesterol tinggi, dua faktor risiko penyakit hati berlemak nonalkohol, sebaiknya mempertimbangkan untuk menghindari konsumsi jeroan atau organ.

    5. Kanker Kandung Kemih

    Sebuah tinjauan terhadap beberapa penelitian menemukan, mengonsumsi organ atau jeroan secara teratur dapat meningkatkan risiko terkena kanker kandung kemih, meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut (termasuk penelitian berskala besar). Jika memiliki riwayat infeksi kandung kemih, merokok, atau memiliki faktor risiko lainnya, batasi konsumsi jeroan.

    (suc/tgm)

  • COVID-19 Menggila di Thailand, Lebih dari 20 Ribu Kasus Tercatat dalam Sehari

    COVID-19 Menggila di Thailand, Lebih dari 20 Ribu Kasus Tercatat dalam Sehari

    Jakarta

    Thailand mencatat lebih dari 20 ribu kasus COVID-19 dalam sehari, dengan infeksi terbanyak ditemukan di Bangkok. Adapun data ini dilaporkan oleh Divisi Epidemiologi Departemen Pengendalian Penyakit Thailand.

    Berdasarkan laporan, hingga Rabu (4/6/2025), Thailand mencatat 20.726 kasus baru COVID-19, sehingga total keseluruhan kasus mencapai 351.214. Sementara itu, terdapat 3 kematian baru, sehingga total kematian sejak 1 Januari 2025 menjadi 76 kasus.

    Dari total tersebut, lima provinsi di Thailand ini penyumbang terbanyak:

    Bangkok: 1.324 kasusNonthaburi: 1.078 kasusChonburi: 1.049 kasusSaraburi: 1.036 kasusRatchaburi: 946 kasus

    Adapun kelompok usia yang paling terdampak COVID-19 yakni:

    30-39 tahun
    60 tahun ke atas
    20-29 tahun
    40-49 tahun
    50-59 tahun

    Departemen tersebut juga mengimbau masyarakat untuk mengenakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan, air atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol,

    “Menghindari kontak dekat dengan orang lanjut usia di atas 60 tahun dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya untuk membantu mengurangi penyebaran infeksi,” kata departemen tersebut, dikutip dari The Nation.

    (suc/up)

  • 7 Gejala Diabetes pada Anak yang Sering Dianggap Sepele

    7 Gejala Diabetes pada Anak yang Sering Dianggap Sepele

    Jakarta

    Diabetes bukanlah penyakit kronis yang hanya bisa diidap oleh orang dewasa. Anak-anak pun tak luput dari penyakit ini, baik itu diabetes tipe 1 atau tipe 2.

    Dikutip dari Times of India, dalam jangka waktu tertentu, diabetes dapat meningkatkan risiko rusaknya jantung, saraf, dan penglihatan. Namun, masih banyak orang tua yang kadang luput dalam melihat tanda-tanda diabetes ini, terlebih pada anak-anak.

    Sebagai informasi, diabetes dibagi ke dalam dua jenis utama, yakni tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh autoimun yang menyerang tubuhnya sendiri, sehingga sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel sehat yang dikira sel ‘asing’.

    Sementara, diabetes tipe dua adalah kondisi saat tubuh mengalami resistensi insulin. Tubuh sebenarnya memproduksi insulin, tapi tidak bisa membantu penyerapan dan mengawasi kadar gula dalam darah. Faktor gaya hidup bisa berkontribusi menyebabkan resistensi insulin.

    Berikut, adalah tanda-tanda diabetes pada anak, khususnya diabetes tipe 1.

    1. Sering Pipis

    Salah satu tanda pertama adalah anak yang sering buang air kecil. Ini karena gula darah tinggi bisa menyebabkan ginjal bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan gula, sehingga menyebabkan lebih banyak urine.

    2. Rasa Haus Berlebihan

    Tanda-tanda lainnya adalah anak seringkali merasa sangat haus, meski sudah minum lebih banyak air dari biasanya. Kondisi ini bisa diperparah karena sering buang air kecil, sehingga tubuh juga kehilangan banyak air.

    Meskipun makan lebih banyak, anak-anak yang mengidap diabetes dapat mengalami penurunan berat badan. Ini terjadi karena tubuh mulai memecah lemak dan otot untuk menghasilkan energi, saat tidak menggunakan gula dengan baik.

    4. Mudah Lelah dan Lemah

    Kadar gula darah dalam tubuh yang tinggi membuat anak-anak merasa lelah dan lemah. Mereka mungkin memiliki sedikit energi untuk bermain, sekolah, atau kegiatan lain bersama teman-temannya.

    5. Penglihatan Kabur

    Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan cairan tertarik dari lensa mata, sehingga ini dapat memengaruhi kemampuan anak untuk melihat dengan jelas.

    6. Luka Sulit Sembuh

    Diabetes dapat memengaruhi tubuh dalam hal menyembuhkan luka. Hal ini membuat luka memar, atau luka terbuka setelah terjatuh akan sembuh lebih lama.

    7. Infeksi Berulang

    Anak-anak yang mengidap diabetes mungkin akan lebih sering terkena infeksi, terutama infeksi jamur atau infeksi saluran kemih.

    (dpy/up)

  • Bahaya! Dokter Ingatkan Risiko Masak Daging Campur Parasetamol Biar Empuk

    Bahaya! Dokter Ingatkan Risiko Masak Daging Campur Parasetamol Biar Empuk

    Jakarta

    Beberapa orang membagikan tips di media sosial, yakni menggunakan paracetamol untuk saat memasak daging. Obat pereda nyeri dan penurun panas ini dipercaya bisa mengempukkan daging yang alot.

    Spesialis Penyakit Dalam di Mayapada Hospital, dr Ray Rattu, SpPD mengatakan bahwa paracetamol adalah derivat dari obat-obat yang mengurangi atau menurunkan respon tubuh, yaitu inflamasi seperti nyeri dan demam. Paracetamol adalah obat aktif yang bisa langsung dikonsumsi.

    “(Paracetamol) digunakan pada individu secara aktif dalam bentuk obat yang sudah aktif, kemudian dikonsumsi. Tidak perlu diolah lagi dengan olahan yang lain. Artinya kita tidak perlu mencampurkan dengan air. Kita tidak perlu mencampurkan dengan bahan yang lain,” kata dr Ray, Selasa (28/5/2025).

    Menurut dr Ray, di daerah negara berkembang memang sering ditemukan penggunaan paracetamol untuk membuat daging yang alot menjadi lebih empuk, terlebih di Afrika. Padahal efeknya bisa berbahaya.

    “Nah dari negara terutama di Afrika itu badan POM-nya itu malah sudah melarang bahwa si paracetamol ini ketika diolah dengan suhu tertentu dia ternyata akan berubah menjadi suatu zat aktif yang sifatnya meracuni,” kata dr Ray.

    Dikutip dari National Library of Medicine, selama proses pemasakan, paracetamol akan terhidrolisis menjadi senyawa beracun yang dikenal sebagai 4-aminofenol. Senyawa tersebut bisa merusak hati dan ginjal serta kegagalan organ.

    Untuk itu, penggunaan paracetamol tersebut masuk dalam pembahasan dari beberapa badan pelindung obat dan makanan. Agar ke depannya tidak terjadi pengolahan daging menggunakan obat tersebut. Pemerintah di Afrika bahkan turut mengeluarkan anjuran untuk tidak menggunakan obat-obatan dalam pengolahan makanan.

    “Di Afrika yang paling ramai dan itu sudah sampai ke pemerintah dan pemerintah sudah mengeluarkan beberapa anjuran untuk tidak melakukan pengolahan makanan menggunakan obat-obatan termasuk di dalamnya obat paracetamol,” tutur dr Ray.

    (elk/up)

  • Waspadai Kolesterol Setelah Idul Adha, Ini 5 Makanan yang Harus Dihindari

    Waspadai Kolesterol Setelah Idul Adha, Ini 5 Makanan yang Harus Dihindari

    Jakarta

    Idul Adha identik dengan sajian lezat berbagai olahan daging, yang pastinya bikin was-was para pengidap kolesterol tinggi. Jika memang punya risiko, maka ada baiknya membatasi beberapa jenis makanan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

    Pada individu yang sehat, menyantap makanan serba daging sebenarnya tidak masalah. Sistem metabolisme punya kemampuan untuk memilah nutrisi yang dibutuhkan tubuh, lalu membuang yang tidak diperlukan.

    Masalahnya, sistem ini tidak selalu berjalan sebagaimana diharapkan. Gangguan metabolisme membuat makanan serba enak yang tersaji di momen Idul Adha mudah sekali memicu peningkatan kolesterol dan asam urat.

    Dikutip dari Mayo Clinic, kolesterol adalah senyawa berlemak yang terdapat di seluruh tubuh. Kolesterol bisa diproduksi oleh tubuh sendiri, bisa juga bersumber dari makanan yang dikonsumsi.

    Sekurangnya ada dua jenis kolesterol yang penting untuk diketahui. High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol yang membawa kelebihan lemak di dalam darah ke hati, untuk kemudian dipecah dan dibuang dari tubuh.

    Karena fungsinya tersebut, kalangan awam menyebut HDL dengan istilah ‘kolesterol baik’.

    Jenis lainnya adalah Low Density Lipoprotein (LDL), yakni kolesterol yang dapat menumpuk di dinding pembuluh darah. Penumpukan tersebut bisa memicu penyempitan, atau bahkan penyumbatan yang memicu stroke dan serangan jantung. Oleh karenanya, LDL dalam istilah awam disebut sebagai ‘kolesterol jahat’.

    Kadar kolesterol normal

    Dikutip dari Clevelandclinic, kadar normal kolesterol sebagai berikut:

    HDL: di atas 60 mg/dLLDL: di bawah 100 mg/dLKolesterol total: di bawah 200 mg/dL5 Makanan yang sebaiknya dihindari

    Untuk mencegah peningkatan kadar LDL setelah Idul Adha, ada baiknya membatasi asupan sebagai berikut:

    1. Torpedo

    Praktisi seks dr Boyke Dian Nugraha, SpOG dalam perbincangan dengan detikcom mewanti-wanti kaum pria yang suka berburu torpedo kambing. Terlebih jika punya riwayat kolesterol tinggi.

    “Jadi makan torpedo kambing itu sama dengan makan jeroan ya, jadi tau sendiri kadar lemak jahatnya tinggi,” pesan dr Boyke.

    2. Jeroan

    Sama seperti torpedo, jeroan atau organ dalam pada umumnya memang memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Spesialis jantung dr Yuri Afifah, SpJP mengingatkan, ada baiknya pilah-pilah jika menyantap daging kurban.

    “Jeroan nggak disarankan, jangan ya, itu tinggi kolesterol dan lemak juga,” katanya.

    3. Santan

    Sebenarnya, anggapan bahwa santan mengandung kolesterol adalah mitos karena kolesterol hanya diproduksi oleh hewan dan bukan dari tanaman. Namun demikian, konsumsi santan berlebih dapat memicu peningkatan kolesterol dalam tubuh.

    “Santan tidak mengandung kolesterol tetapi mengandung lemak jenuh yang apabila dimetabolisme di badan menyebabkan peningkatan LDL (low-density lipoprotein), itu salah satu fraksi kolesterol,” kata spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH.

    4. Kulit dan lemak

    Menurut spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, pengidap kolesterol tinggi sebaiknya menghindari bagian daging berlemak. Bagian perut serta dekat kulit termasuk yang perlu dihindari.

    5. Gorengan dan makanan cepat saji

    Memang bukan termasuk daging kurban, tetapi umumnya banyak disantap ketika mulai bosan dengan sajian serba daging. Hati-hati, junk food bisa mengganggu sistem metabolisme dan meningkatkan kolesterol.

    Bagaimana mengurangi kolesterol?

    Spesialis gizi klinis dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK menyarankan buah dan sayuran untuk mengimbangi asupan daging. Menurutnya, makanan berserat ini bisa mencegah kalap makan karena sifatnya membuat lambung cepat terasa penuh.

    “Serat dia juga bermanfaat untuk lebih mengontrol dari gula darah kita selain itu dia juga bisa membantu mengikat kolesterol,” jelasnya.

    Tidak kalah penting, asupan cairan juga harus dicukupi. Kurang cairan bukan cuma mengganggu sistem metabolisme, tapi juga bikin susah buang air besar (BAB) setelah makan daging.

    (up/up)

  • Bahaya! Dokter Ingatkan Risiko Masak Daging Campur Parasetamol Biar Empuk

    Jahe dan Kunyit Direbus Bareng, Efeknya ke Lambung Bikin Kaget!

    Jakarta

    Dua rempah populer, jahe dan kunyit, bisa dikonsumsi bersamaan dengan cara direbus bareng. Buat kesehatan lambung, efeknya bisa bikin kaget karena dipercaya mampu meredakan mual dan perasaan tidak nyaman. Nah lho, kaget kan?

    Utamanya jahe, atau Zingiber officinale, yang secara empiris telah banyak digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan di saluran pencernaan. Efek tersebut diyakini terkait kandungan lebih dari 100 senyawa aktif termasuk gingerol, parasol, dan sebagainya.

    Dikutip dari Health.com, beberapa studi menemukan jahe dapat meringankan mual-muntah pada kehamilan tanpa risiko serius. Meski demikian, para pakar mengingatkan bahwa sejauh ini hasil penelitian cukup beragam sehingga masih perlu diteliti lebih lanjut.

    Secara empiris, jahe juga dipakai untuk meredakan mual karena morning sickness maupun mabuk perjalanan. Kandungan senyawa aktif di dalamnya juga diyakini mempercepat pengosongan lambung.

    Sementara itu, kunyit atau Curcuma longa dalam sebuah studi terbukti punya efektivitas seperti omeprazole, yakni obat penangkal refluks asam lambung dari golongan proton pump inhibitor (PPI) atau penghambat pompa proton.

    Kunyit juga membantu menurunkan berat badan melalui beberapa cara. Selain dengan ‘membunuh’ sel-sel lemak, juga meningkatkan metabolisme serta memperbaiki resistensi insulin.

    Apakah jahe dan kunyit aman direbus bareng?

    Baik kunyit maupun jahe umumnya aman dikonsumsi orang dewasa sehat. Meski demikian, butuh penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi dampaknya jika digunakan sebagai suplemen dosis tinggi.

    Kedua rempah herba ini juga punya efek terhadap mekanisme pembekuan darah, gula darah, dan tekanan darah. Karenanya, sebaiknya konsultasi dengan profesional kesehatan jika punya riwayat penggunaan obat-obat berikut:

    antikoagulan atau anti pembekuan darahantidiabetesobat-obat pengontrol tekanan darahKemungkinan efek samping

    Meski secara umum dinyatakan aman, kunyit dan jahe bisa memicu beberapa efek samping. Penting dicatat, efek samping berikut biasanya muncul dalam dosis tinggi.

    Beberapa kemungkinan efek samping:

    Perut tidak nyamanNyeri dadaDiareIritasi mulut dan tenggorokanSakit kepalaRuamBAB (Buang Air Besar) ber warna kuning

    (up/up)