Category: Detik.com Kesehatan

  • Tiap 5 Menit, 2 Warga di RI Meninggal karena TBC

    Tiap 5 Menit, 2 Warga di RI Meninggal karena TBC

    Jakarta – Penyakit tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman mematikan di Indonesia. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengingatkan dua orang meninggal akibat TBC setiap lima menit di Indonesia. Artinya, dalam satu jam, ada 24 nyawa yang melayang karena TBC.

    “Setiap lima menit ada dua yang wafat. Kita bicara di acara ini, yang wafat karena TBC mungkin sudah 20 lebih,” katanya, dalam dialog bersama warga di Kabupaten Bogor, Rabu (11/6/2025).

    TBC, yang sejatinya dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin, justru menjadi penyebab kematian tertinggi dari penyakit menular di Indonesia. Penundaan diagnosis, kurangnya kesadaran, serta pengobatan tidak tuntas disebut sebagai penyebab utama tingginya angka kematian ini.

    “Masalahnya, selesainya (konsumsi obat) itu enam bulan. Minumnya setiap hari, pilnya banyak, lebih dari empat. Tapi kita harus sabar, tidak apa-apa, daripada tidak sembuh,” jelas Menkes.

    Menkes menegaskan penyakit ini mematikan bila tidak diobati dengan benar. Ia mengingatkan masyarakat akan pentingnya deteksi dini dan pengobatan lengkap, serta menyerukan empat langkah penting untuk pemerintah daerah, yakni menemukan kasus, segera diobati, menyelesaikan pengobatan, dan memberikan terapi pencegahan pada orang yang kontak erat.

    “Kalau tidak ditemukan dan diobati sampai sembuh, dia menular, dia mematikan,” tegas Menkes.

    Program penanggulangan TBC ini juga menjadi bagian dari prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. “Beliau terkejut melihat kematian TBC ini tinggi sekali,” ujar Budi.

    Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus (Bappisus), Aries Marsudiyanto, juga menyoroti bahaya laten TBC yang terus menelan korban jiwa. Ia mendorong masyarakat untuk aktif melapor dan mendukung program Temukan, Obati, Sampai Sembuh (TOSS), sembari menepis hoaks yang menghambat penanganan.

    Menkes mengakhiri dialog dengan wanti-wanti TBC bisa dicegah dan diobati, tetapi jika diabaikan, bisa membawa kematian.

    “Begitu ketahuan, dikasih obat, dia berhenti kok penularannya. Obatnya ada, dan kalau selesai, dia sembuh,” pungkasnya.

    Sebagai catatan, gejala TBC relatif bervariasi, tetapi wajib waspada bila mengeluh batuk terus-menerus lebih dari 2 minggu, berdahak maupun tidak, pada kasus lanjut batuk bisa berdarah. Keluhan ini juga disertai demam berkepanjangan yang umumnya muncul pada sore atau malam hari.

    Berkeringat di malam hari meski tanpa aktivitas berat, penurunan berat badan drastis tanpa sebab jelas, nafsu makan menurun, cepat lelah atau merasa lemah.

    (naf/kna)

  • Canggih! Teknologi Robotik Bisa Tangani Nyeri Lutut di Usia Lanjut

    Canggih! Teknologi Robotik Bisa Tangani Nyeri Lutut di Usia Lanjut

    Jakarta – Seiring bertambahnya usia, tak sedikit lansia mulai merasakan keluhan nyeri lutut dan membuat aktivitas sehari-hari terasa semakin berat. Salah satu penyebab nyeri lutut ini adalah osteoartritis, penyakit sendi yang sangat umum terjadi pada lansia.

    Kondisi ini dapat semakin parah hingga merusak sendi jika tidak ditangani dengan tepat. Spesialis Ortopedi Konsultan Pinggul dan Lutut di Mayapada Hospital Surabaya Prof Dr dr Dwikora Novembri Utomo, SpOT(K) menjelaskan osteoartritis adalah kondisi tulang rawan yang melapisi sendi lutut mengalami pengikisan atau penipisan sehingga tulang-tulang di lutut saling bergesekan dan menimbulkan rasa nyeri, kaku, bengkak, dan keterbatasan gerak.

    “Pada kasus yang lebih berat, operasi seperti Arthroscopy dapat dilakukan untuk melihat dan menangani masalah sendi, atau dapat pula dilakukan tindakan Total Knee Replacement (TKR) untuk mengganti sendi lutut yang rusak dengan sendi buatan (implan) dari logam atau plastik khusus,” jelas Prof Dwikora, dalam keterangan tertulis, Kamis (12/6/2025).

    Menurut Prof Dwikora, kondisi ini dapat ditangani mulai dari terapi non-operatif seperti pemberian obat anti-inflamasi, obat anti-radang (kortikosteroid) yang disuntikkan ke bagian sendi yang sakit, hingga fisioterapi. Jika kondisi tidak membaik dengan pengobatan awal, tindakan operatif bisa menjadi pilihan.

    Tak perlu khawatir jika harus menjalani operasi, karena dapat ditangani di Mayapada Hospital Surabaya yang kini menjadi rumah sakit pertama di Jawa Timur dan Indonesia Timur yang dilengkapi teknologi bedah robotik canggih, VELYS™ Robotic-Assisted Solution, untuk tindakan TKR.

    Teknologi bedah robotik ini hadir melengkapi layanan Orthopedic Center Mayapada Hospital Surabaya, di mana dengan teknologi ini, keseluruhan anatomi dan pergerakan lutut pasien ditampilkan secara real-time dalam format 3D selama operasi, sehingga implan dapat dipasang secara presisi dan seimbang untuk memberikan kenyamanan serta hasil optimal bagi pasien.

    “Teknologi VELYS™ Robotic-Assisted Solution semakin mendukung tim dokter dalam mengambil keputusan yang terpersonalisasi sesuai kondisi masing-masing pasien. Selain itu, teknologi ini juga memberikan manfaat langsung bagi pasien dengan minim rasa nyeri, waktu operasi yang lebih singkat, menurunkan risiko komplikasi dan mempercepat proses pemulihan, sehingga pasien dapat bergerak lebih nyaman pascaoperasi dan segera kembali beraktivitas,” ungkap Prof Dwikora.

    Meski demikian, tim dokter tetap perlu menegakkan diagnosis untuk menentukan tindakan lanjutan yang tepat. Proses ini dilakukan dengan dukungan teknologi pencitraan seperti MRI dan CT Scan guna memperoleh gambaran akurat mengenai kondisi lutut pasien.

    “Setiap pasien memiliki kondisi yang unik, sehingga kami melakukan evaluasi menyeluruh dan berkolaborasi dengan tim dokter spesialis serta subspesialis, termasuk melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan,” imbuh Prof Dwikora.

    Tak hanya menjelaskan penanganan yang tepat, Prof Dwikora juga menekankan pentingnya langkah pencegahan yang dapat dilakukan para lansia, mulai dari berolahraga secara rutin, menerapkan pola makan yang sehat, dan menjaga berat badan yang ideal. Langkah ini dapat dipandu oleh dokter spesialis gizi maupun fisioterapis untuk membantu pasien menerapkan gaya hidup sehat yang berkelanjutan.

    Jika mulai merasakan keluhan nyeri lutut, segera konsultasikan ke dokter spesialis ortopedi di layanan khusus tulang, sendi, dan otot seperti Orthopedic Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif mulai dari deteksi dini, diagnosis, tindakan dan terapi, hingga perawatan pasca-tindakan.

    Khusus yang berada di area Surabaya atau Jawa Timur, Anda bisa menjadwalkan konsultasi ke Orthopedic Center Mayapada Hospital Surabaya, karena di sini Anda memiliki pilihan penanganan yang lebih canggih dengan bedah robotik.

    Hospital Director Mayapada Hospital Surabaya dr Bona Fernando, MD, FISQua mengatakan pihaknya selalu memberikan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien (patient-centered care) bersama tim dokter multispesialis di Orthopedic Center Mayapada Hospital Surabaya yang berpengalaman menangani kasus tulang dan sendi secara advanced.

    Layanan ini juga didukung oleh Orthopedic Board yang terdiri dari tim dokter Spesialis dan Subspesialis Orthopedi Mayapada Healthcare yang berkolaborasi dalam inovasi layanan, pengembangan SDM, dan standardisasi layanan Orthopedi Center Mayapada Hospital.

    “Dengan kelengkapan teknologi medis mutakhir seperti VELYS™ Robotic-Assisted Solution, kami dapat semakin meningkatkan kenyamanan pasien (patient experience) dan keamanan pasien (patient safety),” kata dr Bona.

    Untuk mendapatkan penanganan yang tepat, pasien dapat membuat jadwal konsultasi dokter dengan mudah melalui aplikasi MyCare untuk melihat jadwal praktik dokter dan unit rumah sakit Mayapada Hospital terdekat.

    MyCare juga dapat dipergunakan untuk memantau kebugaran tubuh melalui fitur Personal Health untuk menghitung langkah harian, kalori terbakar, detak jantung, hingga Body Mass Index (BMI). Berbagai edukasi kesehatan serta informasi promo layanan kesehatan di Mayapada Hospital dapat dibaca melalui fitur Health Articles & Tips.

    Unduh MyCare di Google Play Store atau App Store, dan nikmati reward point berupa potongan harga untuk pengguna baru di berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (anl/ega)

  • Kembali Gelar Protes, Ini Seruan Sejumlah Guru Besar FKUI untuk Menkes

    Kembali Gelar Protes, Ini Seruan Sejumlah Guru Besar FKUI untuk Menkes

    Jakarta – Sekitar 100 guru besar kembali menggelar orasi, menyuarakan keprihatinan tata kelola kesehatan di masa kepimimpinan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Menkes Budi dinilai mengambil terlalu banyak wewenang dalam proses program pendidikan dokter spesialis (PPDS), sekaligus dinilai melemahkan peran organisasi profesi.

    Pemerintah diminta lebih perlu fokus memastikan distribusi dokter dan ketersediaan alat juga tenaga kesehatan di daerah-daerah terpencil dan terluar, alih-alih terlalu banyak mengurusi susunan kepengurusan kolegium. Mengingat, kolegium menjadi ‘peran penting’ untuk menentukan kurikulum maupun kompetensi PPDS.

    Bila kolegium tak lagi independen, hal ini dikhawatirkan bisa berdampak pada ‘cetakan’ dokter yang tidak sesuai standar kompetensi, berujung pada buruknya pelayanan.

    “Kembalikan roh kami para ilmuwan yaitu kebebasan akademi, dengan demikian kami dapat mengelola pendidikan kedokteran dan memberikan layanan terbaik bagi masyarakat yang terus dimutakhirkan,” seru Prof Dr Sulistyowati Irianto, M, A, yang membuka orasi Jilid II Protes Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), di Aula Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (12/6/2025).

    Para guru besar juga menyesalkan keinginan Menkes Budi yang lebih banyak ingin PPDS berada di bawah rumah sakit pemerintah, alih-alih universitas. Hal ini dinilai menyalahi ketentuan dasar berjalannya PPDS dengan tiga entitas utama, yakni fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan, dan kolegium.

    “Dengan ini kami menyerukan panggilan perhatian dan tindak nyata dari pemerintah atas keprhatinan yang telah kami sampaikan sebelumnya,” lanjutnya.

    “Kami tidak lagi dapat mengembalikan kepercayaan kami kepada Menteri Kesehatan untuk memimpin reformasi dan tata kelola kesehatan yang inklusif, adil, dan berlandaskan bukti,” tutup para guru besar dalam keterangan yang mengatasnamakan 372 Guru Besar FKUI.

    Dihubungi terpisah, juru bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), drg Widyawati, MKM, menegaskan Kemenkes RI sebelumnya sudah berupaya untuk mengundang dialog para guru besar terkait keprihatinan yang disampaikan.

    Ia menyesalkan ketidakhadiran para guru besar tersebut dengan alasan ketidakterbukaan. Pihaknya memastikan terbuka untuk diskusi bersama bila diundang pada sebuah forum terbuka sesuai dengan keinginan para guru besar.

    “Soal kolegium, tata kelola kolegium merupakan amanat undang-undang kesehatan. Mari kita mematuhi semua Undang Undang yang ada,” jelasnya saat dihubungi detikcom Kamis (12/6).

    (naf/up)

  • Kembali Gelar Protes, Ini Seruan Sejumlah Guru Besar FKUI untuk Menkes

    Kembali Gelar Protes, Ini Seruan Sejumlah Guru Besar FKUI untuk Menkes

    Jakarta – Sekitar 100 guru besar kembali menggelar orasi, menyuarakan keprihatinan tata kelola kesehatan di masa kepimimpinan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Menkes Budi dinilai mengambil terlalu banyak wewenang dalam proses program pendidikan dokter spesialis (PPDS), sekaligus dinilai melemahkan peran organisasi profesi.

    Pemerintah diminta lebih perlu fokus memastikan distribusi dokter dan ketersediaan alat juga tenaga kesehatan di daerah-daerah terpencil dan terluar, alih-alih terlalu banyak mengurusi susunan kepengurusan kolegium. Mengingat, kolegium menjadi ‘peran penting’ untuk menentukan kurikulum maupun kompetensi PPDS.

    Bila kolegium tak lagi independen, hal ini dikhawatirkan bisa berdampak pada ‘cetakan’ dokter yang tidak sesuai standar kompetensi, berujung pada buruknya pelayanan.

    “Kembalikan roh kami para ilmuwan yaitu kebebasan akademi, dengan demikian kami dapat mengelola pendidikan kedokteran dan memberikan layanan terbaik bagi masyarakat yang terus dimutakhirkan,” seru Prof Dr Sulistyowati Irianto, M, A, yang membuka orasi Jilid II Protes Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), di Aula Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (12/6/2025).

    Para guru besar juga menyesalkan keinginan Menkes Budi yang lebih banyak ingin PPDS berada di bawah rumah sakit pemerintah, alih-alih universitas. Hal ini dinilai menyalahi ketentuan dasar berjalannya PPDS dengan tiga entitas utama, yakni fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan, dan kolegium.

    “Dengan ini kami menyerukan panggilan perhatian dan tindak nyata dari pemerintah atas keprhatinan yang telah kami sampaikan sebelumnya,” lanjutnya.

    “Kami tidak lagi dapat mengembalikan kepercayaan kami kepada Menteri Kesehatan untuk memimpin reformasi dan tata kelola kesehatan yang inklusif, adil, dan berlandaskan bukti,” tutup para guru besar dalam keterangan yang mengatasnamakan 372 Guru Besar FKUI.

    Dihubungi terpisah, juru bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), drg Widyawati, MKM, menegaskan Kemenkes RI sebelumnya sudah berupaya untuk mengundang dialog para guru besar terkait keprihatinan yang disampaikan.

    Ia menyesalkan ketidakhadiran para guru besar tersebut dengan alasan ketidakterbukaan. Pihaknya memastikan terbuka untuk diskusi bersama bila diundang pada sebuah forum terbuka sesuai dengan keinginan para guru besar.

    “Soal kolegium, tata kelola kolegium merupakan amanat undang-undang kesehatan. Mari kita mematuhi semua Undang Undang yang ada,” jelasnya saat dihubungi detikcom Kamis (12/6).

    (naf/up)

  • Guru Besar FKUI Ramai-ramai Protes Menkes, Dekan Beberkan Posisi Wamenkes di Kampus

    Guru Besar FKUI Ramai-ramai Protes Menkes, Dekan Beberkan Posisi Wamenkes di Kampus

    Jakarta – Menyusul maraknya gelombang protes para guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, komunikasi dengan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono jadi sorotan. Mengingat, Dante juga menjadi Guru Besar FKUI sejak Oktober 2022.

    Hal yang kemudian dipersoalkan adalah nihilnya komunikasi para Guru Besar FKUI dengan Wamenkes, sampai muncul seruan berjilid. Meski begitu, salah satu guru besar FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menyebut komunikasi dengan Dante sebenarnya masih berjalan.

    Sayangnya, menurut Prof Ari beberapa hal yang diutarakan tidak lantas ditindak lebih lanjut. Terlebih, menurutnya posisi Dante sebagai Wamenkes tidak bisa memiliki wewenang lebih banyak.

    “Jadi betul memang Wamenkes guru besar, tapi terus terang ketika jadi Wamenkes itu freeze jabatan sebagai dosennya di-freeze. Beliau saat ini jabatan struktural sebagai Wamenkes,” terang Prof Ari dalam konferensi pers, Kamis (12/6/2025).

    “Apakah kami ada komunikasi dengan yang bersangkutan? Sering, tetapi pada kenyataannya kan narasi-narasi itu masih muncul, muncul dari Menkes. Jadi saya rasa saat Menkes-nya masih aktif, Wamenkes tidak banyak hal yang bisa dikerjakan,” lanjutnya.

    Seruan jilid II para Guru Besar FKUI menyoroti hilangnya kepercayaan mereka pada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Pasalnya, hingga kini, mereka menilai tidak ada perbaikan yang dilakukan Menkes.

    “Kami tidak lagi dapat mengembalikan kepercayaan kami kepada Menteri Kesehatan untuk memimpin reformasi dan tata kelola kesehatan yang inklusif, adil, dan berlandaskan bukti,” demikian seruan jilid II di Salemba, yang dihadiri sekitar 100 guru besar FKUI.

    (naf/up)

  • Ini Daftar Penyakit yang Paling Banyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Ini Daftar Penyakit yang Paling Banyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Jakarta – Saat ini, sebanyak 8 juta warga Indonesia telah memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang tersebar di 38 provinsi. Program ini melibatkan 9.552 puskesmas, atau sekitar 93 persen dari total puskesmas yang ada di Indonesia.

    Berdasarkan data CKG, ditemukan sejumlah masalah kesehatan yang cukup banyak dialami peserta. Temuan ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatannya sejak dini.

    1. Masalah Gigi

    Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, menyebut, masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada program CKG adalah masalah kesehatan gigi dan mulut.

    “Masalah yang kita temui dari cek kesehatan gratis ini, yang paling tinggi adalah gigi. Saya baru sadar begitu periksa gigi saya ada bolongnya, beberapa juga diganti. Nah masalah kesehatan gigi ini tinggi sekali, terjadi di masyarakat Indonesia,” ucapnya dalam konferensi pers, Kamis (12/6/2025).

    Senada, peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan juga menyebutkan lebih dari separuh dari peserta CKG memiliki masalah pada kesehatan gigi dan mulut, mulai dari gigi berlubang, gigi hilang gigi goyang, hingga gusi turun.

    “Ini 50 sampai 60 persen mengalami masalah ini,” ucapnya dalam acara yang sama.

    “Hampir dari separuh peserta CKG ini punya masalah dengan giginya. Masalah ini maksudnya giginya goyang, giginya hilang, giginya berlubang, giginya turun,” kata Iwan.

    Proporsinya semakin tinggi sejalan dengan usia. Orang dengan usia 60+ tahun menjadi yang terbanyak mengalami masalah gigi, yaitu mencapai 85,4 persen. Iwan menambahkan, ini harus menjadi perhatian, karena dari gigi mulut bisa menyebabkan penyakit yang lain.

    2. Tekanan Darah Tinggi

    Selanjutnya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Penyakit ini cukup banyak ditemukan pada peserta dewasa atau 18 tahun ke atas. Pada usia 40 tahun ke atas, 1 dari 3 orang mengalami tekanan darah tinggi.

    “Pada peserta cek kesehatan gratis 20,9 persen ada hipertensi,” tambahnya.

    3. Diabetes

    Sebanyak 5,9 persen peserta cek kesehatan gratis juga mengidap diabetes. Penyakit ini juga sudah ditemukan di usia muda, mulai dari 18-29 tahun.

    Pada usia 40 tahun ke atas, 1 dari 10 orang mengalami diabetes. Sekitar 8,3 persen dialami oleh orang dengan usia 40-59 tahun dan 12 persen dialami oleh orang dengan usia 60+ tahun.

    4. Obesitas

    Obesitas atau kelebihan berat badan juga banyak ditemukan pada peserta program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Salah satu jenis yang paling umum adalah obesitas sentral, yaitu penumpukan lemak di area perut. Obesitas sentral didefinisikan sebagai lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada laki-laki dan lebih dari 80 cm pada perempuan.

    “1 dari 2 perempuan yang melakukan cek kesehatan gratis itu ada obesitas sentral, dan laki laki seperempatnya 1 dari 4, tinggi ini,” kata peneliti FKM UI, Iwan Ariawan, dalam konferensi pers, Kamis (12/6/2025).

    Peserta Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang mengalami obesitas sentral memiliki risiko 1,5 hingga 2 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dan diabetes. Padahal, kedua penyakit tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit serius lainnya, seperti jantung dan stroke.

    (elk/suc)

  • Temuan Menkes: Perempuan Lebih Antusias Ikut CKG, Singgung Umur Panjang

    Temuan Menkes: Perempuan Lebih Antusias Ikut CKG, Singgung Umur Panjang

    Jakarta

    Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) telah berjalan selama empat bulan, sejak pertama kali diresmikan pada 10 Februari 2025. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan beberapa data menarik, salah satunya lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang sudah melakukan CKG.

    “Saya bisa sampaikan bahwa lebih banyak perempuan yang melakukan CKG daripada laki-laki. Jadi ini adalah panggilan buat saya sendiri sebagai laki-laki untuk memberikan contoh agar kita juga mau hidup lebih sehat,” terang Menkes dalam konferensi pers daring, Kamis (12/6/2025).

    “Data menunjukkan bahwa usia hidup rata-rata perempuan itu sudah di atas laki-laki. Saya rasa inilah penyebab salah satu karena kita laki-laki tidak serajin istri kita, anak kita yang perempuan yang melakukan CKG. Jadi, para laki-laki mengikuti rekan-rekan kita yang perempuan untuk melakukan cek kesehatan gratis,” sambungnya.

    Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Iwan Ariawan juga mengungkapkan hal yang serupa. Berdasarkan data, jumlah masyarakat Indonesia yang sudah melakukan CKG sebanyak 8.623.665 orang.

    Dari total tersebut, jumlah perempuan yang sudah melakukan program CKG sebanyak 5.366.372 (62,24 persen). Sementara laki-laki hanya 3.257.293 (37,76 persen).

    “Kalau kita lihat, yang datang ini masih kebanyakan perempuan. Jadi 2 per 3-nya adalah perempuan. Padahal kita tahu, penduduk kita itu 50-50, 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan,” jelas dr Iwan.

    “Jadi yang laki-laki kesadarannya masih kurang untuk datang untuk melakukan cek kesehatan gratis,” lanjutnya.

    NEXT: Masalah kesehatan yang sering ditemukan

    Masalah Kesehatan yang Sering Ditemukan

    dr Iwan mengungkapkan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan adalah kegemukan atau obesitas sentral. Kondisi ini dapat diperiksa melalui lingkar pinggang.

    Pada pria, lingkar pinggang yang lebih dari 90 cm sudah termasuk obesitas. Sementara pada perempuan dapat dinyatakan obesitas jika lingkar pinggangnya lebih dari 80 cm.

    “Ini 50 persen atau 1 dari 2 perempuan yang melakukan CKG itu ada obesitas sentral. Pada laki-laki, 1 dari 4, ini tinggi ya. Dan ini merupakan faktor risiko untuk penyakit berikutnya, yaitu hipertensi dan diabetes melitus,” beber dr Iwan.

    “Pada peserta CKG yang memiliki obesitas sentral itu kemungkinan dia memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes itu satu setengah sampai dua kali lipat, jadi risikonya itu meningkat tinggi. Dan seperti yang kita tahu, bahwa kedua penyakit ini adalah risiko penyakit berikutnya yang lebih fatal yaitu jantung dan stroke,” tambahnya.

    Dari hasil temuan peserta CKG, sebanyak 20,9 persen mengalami hipertensi dan 5,9 persen didiagnosis diabetes. Orang-orang dengan kondisi ini, baik laki-laki maupun perempuan, sangat berisiko mengalami stroke, penyakit jantung, hingga gagal ginjal.

    dr Iwan juga membeberkan data berdasarkan usianya. Orang-orang usia muda seperti 18 tahun sudah mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi. Di usia 40 tahun ke atas, itu ada 1 dari 3 orang mengidap hipertensi.

    “Sedangkan untuk diabetes juga sudah dimulai dari pada usia muda. Dan pada usia 40 tahun ke atas, itu sudah 1 dari 10 orang mengalami penyakit gula darah tinggi atau diabetes,” pungkasnya.

  • Daftar Minuman yang Dapat Membersihkan Ginjal secara Alami

    Daftar Minuman yang Dapat Membersihkan Ginjal secara Alami

    Jakarta – Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam menyaring darah, membuang racun, dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Sehingga, peran ginjal begitu penting bagi tubuh.

    Menjaga kesehatan ginjal bisa dilakukan dengan mengonsumsi minuman yang sehat. Selain air putih, ada beberapa minuman yang bisa membantu membersihkan sera meningkatkan kesehatan organ ginjal. Apa saja?

    Minuman Alami untuk Membersihkan Ginjal

    Beberapa minuman yang dapat membantu menjaga kesehatan ginjal di antaranya teh, jus cranberry, dan jus lemon. Berikut penjelasannya.

    1. Teh

    Dikutip dari Healthline, beberapa teh yang bisa membantu membersihkan ginjal di antaranya, teh hijau dan teh hitam. Menurut sejumlah penelitian, mengonsumsi 2-4 cangkir jenis teh apapun, termasuk teh hijau dan teh hitam bisa membantu melindungi kesehatan organ ginjal. Teh hijau, umumnya mengandung katekin, yaitu antioksidan yang bisa membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.

    2. Jus Cranberry

    Cranberry mengandung senyawa yang bisa membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Dikutip dari laman GoodRx, kandungan dalam cranberry bisa membantu mengurangi kemungkinan terserang infeksi saluran kemih (ISK).

    Peneliti meyakini, hal tersebut terjadi karena cranberry bisa membantu mencegah bakteri yang menempel pada saluran kemih. Selain itu, cranberry juga bisa mencegah penyakit pielonefritis dengan mengganggu bakteri di dinding ginjal.

    3. Jus Jeruk

    Minum 3 gelas jus jeruk setiap hari bisa membantu menurunkan risiko terbentuknya batu ginjal kalsium oksalat. Manfaatnya bisa dirasakan pada orang dengan kondisi sehat atau orang dengan riwayat terbentuknya batu ginjal.

    Meski demikian, penelitian lainnya menunjukkan bahwa manfaat ini hanya pada jenis batu ginjal yang langka, yaitu batu brushite.

    4. Jus Apel

    Seperti jus jeruk, konsumsi jus apel juga bisa mengurangi risiko timbulnya kondisi batu ginjal kalsium oksalat. Sebuah penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sampel urine dari 9 wanita sehat yang minum 2-4 cangkir jus apel selama 5 hari.

    Peneliti menemukan bahwa kecil kemungkinan terbentuknya batu ginjal dari urine tersebut. Meski demikian, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait hal ini.

    5. Jus Lemon

    Kandungan sitrat yang tinggi dari jus lemon bisa membantu mencegah terbentuknya batu ginjal kalsium oksalat. Penelitian menunjukkan, konsumsi 59 ml jus lemon dua hari sekali bisa membantu munculnya batu ginjal bagi orang yang pernah mengidapnya.

    (elk/tgm)

  • Daftar Minuman yang Dapat Membersihkan Ginjal secara Alami

    Daftar Minuman yang Dapat Membersihkan Ginjal secara Alami

    Jakarta – Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam menyaring darah, membuang racun, dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Sehingga, peran ginjal begitu penting bagi tubuh.

    Menjaga kesehatan ginjal bisa dilakukan dengan mengonsumsi minuman yang sehat. Selain air putih, ada beberapa minuman yang bisa membantu membersihkan sera meningkatkan kesehatan organ ginjal. Apa saja?

    Minuman Alami untuk Membersihkan Ginjal

    Beberapa minuman yang dapat membantu menjaga kesehatan ginjal di antaranya teh, jus cranberry, dan jus lemon. Berikut penjelasannya.

    1. Teh

    Dikutip dari Healthline, beberapa teh yang bisa membantu membersihkan ginjal di antaranya, teh hijau dan teh hitam. Menurut sejumlah penelitian, mengonsumsi 2-4 cangkir jenis teh apapun, termasuk teh hijau dan teh hitam bisa membantu melindungi kesehatan organ ginjal. Teh hijau, umumnya mengandung katekin, yaitu antioksidan yang bisa membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.

    2. Jus Cranberry

    Cranberry mengandung senyawa yang bisa membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Dikutip dari laman GoodRx, kandungan dalam cranberry bisa membantu mengurangi kemungkinan terserang infeksi saluran kemih (ISK).

    Peneliti meyakini, hal tersebut terjadi karena cranberry bisa membantu mencegah bakteri yang menempel pada saluran kemih. Selain itu, cranberry juga bisa mencegah penyakit pielonefritis dengan mengganggu bakteri di dinding ginjal.

    3. Jus Jeruk

    Minum 3 gelas jus jeruk setiap hari bisa membantu menurunkan risiko terbentuknya batu ginjal kalsium oksalat. Manfaatnya bisa dirasakan pada orang dengan kondisi sehat atau orang dengan riwayat terbentuknya batu ginjal.

    Meski demikian, penelitian lainnya menunjukkan bahwa manfaat ini hanya pada jenis batu ginjal yang langka, yaitu batu brushite.

    4. Jus Apel

    Seperti jus jeruk, konsumsi jus apel juga bisa mengurangi risiko timbulnya kondisi batu ginjal kalsium oksalat. Sebuah penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sampel urine dari 9 wanita sehat yang minum 2-4 cangkir jus apel selama 5 hari.

    Peneliti menemukan bahwa kecil kemungkinan terbentuknya batu ginjal dari urine tersebut. Meski demikian, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait hal ini.

    5. Jus Lemon

    Kandungan sitrat yang tinggi dari jus lemon bisa membantu mencegah terbentuknya batu ginjal kalsium oksalat. Penelitian menunjukkan, konsumsi 59 ml jus lemon dua hari sekali bisa membantu munculnya batu ginjal bagi orang yang pernah mengidapnya.

    (elk/tgm)

  • Masalah Gigi dan Mulut Ternyata Paling Banyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Masalah Gigi dan Mulut Ternyata Paling Banyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Jakarta – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) kini telah dimanfaatkan oleh lebih dari 8 juta orang yang tersebar di 38 provinsi Indonesia. Program ini telah melibatkan 9.552 puskesmas atau sekitar 93 persen dari total puskesmas di Indonesia.

    Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, menyebut, masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada program CKG adalah masalah kesehatan gigi dan mulut.

    “Masalah yang kita temui dari cek kesehatan gratis ini, yang paling tinggi adalah gigi. Saya baru sadar begitu periksa gigi saya ada bolongnya, beberapa juga diganti. Nah masalah kesehatan gigi ini tinggi sekali, terjadi di masyarakat Indonesia,” ucapnya dalam konferensi pers, Kamis (12/6/2025).

    “Dan saya akui memang kita kurang perhatian ke kesehatan gigi, padahal ini penting,” lanjutnya lagi.

    Senada, peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan juga menyebutkan lebih dari separuh dari peserta CKG memiliki masalah pada kesehatan gigi dan mulut, mulai dari gigi berlubang, gigi hilang gigi goyang, hingga gusi turun.

    “Ini 50 sampai 60 persen mengalami masalah ini,” ucapnya dalam acara yang sama.

    Berdasarkan data CKG Februari-April 2025, berikut usia terbanyak yang mengalami masalah gigi dan mulut.

    18-29 tahun: 65,1 persen30-39 tahun: 58,1 persen43-59 tahun: 71,3 persen60+ tahun: 85,4 persen

    Menurut Iwan, temuan ini menunjukkan masalah kesehatan gigi dan mulut bukan sekadar isu estetika, melainkan berpotensi memicu gangguan kesehatan lain.

    Karena itu, penting bagi masyarakat untuk mulai menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini, seperti menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi berfluoride, rutin memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali, membatasi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula dan asam, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayur.

    “Sebenarnya kita sudah tahu untuk kita menuju ke kesehatan gigi yang baik,” imbuhnya lagi.

    (suc/suc)