Category: Detik.com Kesehatan

  • Kasus Aktif COVID-19 India Nanjak, 9 Orang Meninggal Termasuk Pria 34 Tahun

    Kasus Aktif COVID-19 India Nanjak, 9 Orang Meninggal Termasuk Pria 34 Tahun

    Jakarta – India kembali mencatat kenaikan kasus aktif COVID-19 setelah sempat menunjukkan penurunan pada hari Jumat. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India, jumlah kasus aktif naik menjadi 7.400 dengan 269 infeksi baru dalam 24 jam terakhir. Tak hanya itu, sembilan kematian juga dilaporkan dalam periode yang sama.

    Dari sembilan korban meninggal, empat berasal dari Maharashtra, tiga dari Kerala, serta masing-masing satu dari Tamil Nadu dan Rajasthan. Salah satu korban adalah seorang pria berusia 34 tahun dari Maharashtra, sementara delapan lainnya merupakan lansia dengan riwayat penyakit pernapasan dan kondisi medis kronis.

    Peningkatan kasus kali ini disebut-sebut dipicu oleh kemunculan sejumlah subvarian baru, seperti LF.7, XFG, JN.1, hingga NB.1.8.1 yang belakangan terdeteksi. Varian-varian tersebut dinilai lebih cepat menular, meskipun gejalanya masih tergolong ringan pada sebagian besar pasien.

    Secara geografis, Kerala mencatat jumlah kasus aktif terbanyak dengan 2.109 kasus. Sementara itu, Karnataka melaporkan lonjakan harian tertinggi dengan 132 kasus baru dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus aktifnya menjadi 527.

    Gujarat menambahkan 79 kasus baru dan kini memiliki 1.437 kasus aktif, sedangkan Delhi mengalami penurunan menjadi 672 kasus aktif.

    Vaksinasi Booster ke Kelompok Rentan

    Menanggapi lonjakan ini, para ahli kesehatan India menegaskan bahwa vaksinasi penguat massal tidak diperlukan untuk saat ini. Mereka merekomendasikan pendekatan yang lebih tertarget, terutama untuk kelompok berisiko tinggi seperti lansia, riwayat gangguan imun, serta pasien dengan penyakit kronis.

    “Mayoritas masyarakat telah memiliki kekebalan hibrida dari infeksi sebelumnya dan cakupan vaksinasi yang tinggi,” ujar seorang ahli kesehatan kepada media lokal.

    Pemerintah juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga kebersihan tangan, dan menghindari kerumunan.

    Selain itu, tenaga medis juga menyoroti pentingnya membedakan gejala COVID-19-19 dari flu musiman, karena keduanya bisa memiliki tanda-tanda yang mirip seperti demam, kelelahan, dan sesak napas.

    Masyarakat yang masuk kategori rentan diminta untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala yang memburuk. Ikatan Medis India pun kembali menegaskan pentingnya langkah pencegahan demi menekan penyebaran virus.

    (naf/naf)

  • Sederet Fakta Penumpang yang Selamat dari Tragedi Air India, Begini Kesaksiannya

    Sederet Fakta Penumpang yang Selamat dari Tragedi Air India, Begini Kesaksiannya

    Jakarta

    Awalnya terasa mustahil, tetapi tak lama setelah kabar jatuhnya pesawat Air India di kota Ahmedabad tersebar, sebuah video mulai beredar di media sosial yang menunjukkan seorang pria berjalan menjauh dari lokasi kejadian dengan kemeja berlumuran darah.

    Tak lama kemudian, terungkap ada satu orang yang selamat. Seorang warga negara Inggris keturunan India, yang diidentifikasi sebagai Vishwash Kumar Ramesh, menurut laporan Hindustan Times.

    “Tiga puluh detik setelah lepas landas, terdengar suara keras, lalu pesawat jatuh. Semuanya terjadi sangat cepat,” ujarnya dalam wawancara di rumah sakit tempat ia dirawat.

    Ramesh mengatakan saat itu ia sedang pulang dari mengunjungi keluarganya, juga dalam perjalanan kembali ke Inggris bersama saudaranya, yang duduk di baris berbeda. Ia mengaku saat itu belum mengetahui apakah saudaranya selamat atau tidak.Air India kemudian mengonfirmasi dari 242 orang yang berada di dalam pesawat, 241 orang dinyatakan tewas,

    Ramesh adalah satu-satunya korban selamat dari kecelakaan tersebut. Sepupunya, Ajay Valgi, mengatakan kepada wartawan di Leicester, Inggris, bahwa Ramesh sempat menelepon keluarganya untuk memberi tahu bahwa dirinya baik-baik saja, meski keluarganya sangat berduka atas kehilangan saudaranya dan para korban lainnya.Seorang dokter mengatakan kepada CNN bahwa kondisi Ramesh tidak terlalu kritis dan kemungkinan bisa keluar dari rumah sakit dalam beberapa hari ke depan.

    “Ada sedikit darah pada hasil pemindaian, tapi lukanya tidak terlalu parah. Ia dalam kondisi nyaman dan diawasi ketat, tidak ada masalah serius,” ujar Dr. Rajnish Patel, profesor dan kepala bedah di Rumah Sakit Sipil Ahmedabad.Trauma beratMeski begitu, ia mengalami trauma berat terlebih saat saat ia belakangan mengetahui saudaranya tidak selamat.

    “Ia pulih dengan baik. Ia mengalami beberapa memar di sisi kiri wajahnya dan luka bakar di bahu kirinya, tetapi selain itu ia stabil,” kata Dr. Patel. “Ia pincang, tetapi tidak mengalami cedera tulang.”

    Menurut informasi yang dikumpulkan oleh petugas medis, polisi, dan relawan yang membantunya menyelamatkan diri, Ramesh, dari Leicester, Inggris bagian tengah, duduk di kursi 11A di dekat pintu darurat pesawat.

    Amnesia pascatrauma

    Ia memberi tahu dokter bahwa ia masih mengenakan sabuk pengaman dan tampaknya terlempar keluar dari pesawat Air India yang menuju Bandara Gatwick, London.

    “Ia mengatakan pada satu titik ia berada di kursinya, pada saat kedua pesawat jatuh, ia tidak sadarkan diri dan ketika ia sadar ia berada di luar,” kata Dr. Patel.

    “Dia tidak punya gambaran yang jelas tentang bagaimana dia keluar. Namun, dia ingat dia masih di kursinya dan saat pesawat jatuh, dia berada di luar pesawat, di kursinya, dengan sabuk pengaman masih terpasang.””Dia mengatakan dia melepas sabuk pengaman dan berjalan pergi. Dia berjalan sangat dekat, lalu terdengar ledakan.”

    Dokter mengatakan wajar bagi pasien yang berjuang melawan trauma untuk melupakan kenangan buruk.

    “Dia mengatakan dia dikelilingi mayat,” kata Dr. Patel.”Ini adalah kasus amnesia pascatrauma yang parah, jadi ceritanya bisa berubah. Ini umum terjadi pada orang yang mengalami trauma yang sangat besar. Setelah beberapa saat, dia mungkin mengingat semuanya.”

    Rekaman telepon seluler yang diambil oleh para saksi di lokasi kecelakaan menunjukkan Ramesh berjalan sempoyongan saat orang-orang bertanya kepadanya tentang penumpang lain. Ia menjawab dalam bahasa Hindi: “Mereka semua ada di dalam.”

    Ramesh telah menggambarkan pemandangan yang menghancurkan itu kepada media India.

    “Ketika saya bangun, ada mayat-mayat di sekeliling saya. Saya takut. Saya berdiri dan berlari. Ada serpihan pesawat di sekeliling saya. Seseorang memegang saya dan memasukkan saya ke dalam ambulans dan membawa saya ke rumah sakit,” katanya kepada surat kabar The Hindustan Times.

    Analis keselamatan CNN sekaligus mantan inspektur Administrasi Penerbangan Federal AS, David Soucie, mengungkapkan keterkejutannya bahwa seseorang yang duduk di posisi tersebut bisa selamat dari kecelakaan seburuk itu.

    “Kursi itu berada tepat di bagian bawah sayap pesawat yang bisa menghantam tanah dengan keras. Jadi bisa selamat dari atas bagian itu benar-benar mengejutkan,” ujarnya kepada CNN.

    Ramesh mengatakan kepada penyiar India, Doordarshan, bahwa ia melarikan diri melalui celah kecil di dekat pintu dekat kursinya. Ia menyebut tangannya sempat terbakar oleh api saat berusaha keluar dari pesawat.

    “Saya tidak tahu bagaimana saya bisa selamat,” ujar Ramesh, seraya menambahkan bahwa ia melihat para penumpang lain meninggal tepat di depan matanya.

    “Untuk beberapa saat, saya pikir saya juga akan mati. Tapi ketika saya membuka mata dan sadar masih hidup, saya langsung berusaha membuka sabuk pengaman dan keluar dari tempat yang bisa saya jangkau,” lanjutnya.

    Simak Video “Video: India Utara Darurat Medis, Polusinya Masuk Kategori ‘Bahaya’”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Ternyata Ini Cara Minum Kopi yang Bisa Perpanjang Umur Menurut Studi

    Ternyata Ini Cara Minum Kopi yang Bisa Perpanjang Umur Menurut Studi

    Jakarta – Pecinta kopi boleh berbahagia! Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa minum kopi tidak hanya bikin melek, tapi juga bisa membantu hidup lebih lama dan sehat hingga usia senja.

    Temuan ini dipaparkan dalam pertemuan tahunan American Society for Nutrition dan melibatkan lebih dari 47 ribu perawat perempuan yang diikuti sejak tahun 1970-an. Para peneliti menemukan bahwa perempuan yang rutin minum kopi saat usia 45-60 tahun memiliki peluang lebih besar mengalami penuaan sehat saat menginjak usia 70-an.

    “Data cukup konsisten bahwa konsumsi kopi memang punya manfaat,” ujar Fang Fang Zhang, profesor epidemiologi nutrisi dari Tufts University, dikutip dari New York Times, Sabtu (14/6/2025).

    Zhang sendiri tidak terlibat dalam studi tersebut. Dalam studi ini, penuaan sehat didefinisikan sebagai kondisi fisik dan mental yang prima, tanpa gangguan memori atau penyakit kronis seperti jantung, kanker, diabetes, hingga Parkinson.

    Hasilnya, perempuan yang minum hampir tujuh cangkir kopi ukuran kecil per hari memiliki peluang 13 persen lebih tinggi untuk mengalami penuaan sehat dibandingkan mereka yang minum kurang dari satu cangkir per hari. Namun, manfaat ini hanya ditemukan pada kopi berkafein. Teh, kopi tanpa kafein, dan minuman bersoda seperti cola tidak menunjukkan efek yang sama.

    Bahkan, konsumsi cola justru dikaitkan dengan penurunan kemungkinan penuaan sehat.

    Tak Harus Minum Banyak

    Meski begitu, peneliti utama studi ini, Dr Sara Mahdavi dari Universitas Toronto, mengingatkan bahwa minum kopi dalam jumlah banyak belum tentu cocok untuk semua orang. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa manfaat kopi cenderung maksimal pada konsumsi 3 hingga 4 cangkir per hari.

    “Jumlah kopi yang ideal bisa berbeda pada tiap orang,” kata Mahdavi.

    Manfaat Kopi yang Konsisten

    Ini bukan kali pertama kopi dikaitkan dengan umur panjang. Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa peminum kopi cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit jantung, diabetes tipe 2, hingga beberapa jenis kanker.

    Bahkan dalam sebuah studi terhadap lebih dari 46.000 orang dewasa AS, ditemukan bahwa mereka yang minum 1 hingga 3 cangkir kopi per hari punya risiko kematian 15 persen lebih rendah dalam kurun 9 hingga 11 tahun ke depan dibanding mereka yang tidak minum kopi.

    Namun, manfaat itu hilang jika kopi dikonsumsi dengan tambahan gula berlebihan atau krimer tinggi lemak jenuh. Meski manfaatnya nyata, para ilmuwan belum sepenuhnya yakin apa yang membuat kopi begitu baik bagi tubuh. Kopi mengandung ratusan senyawa bioaktif, termasuk antioksidan dan zat antiinflamasi, yang diyakini membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.

    “Cukup mengejutkan karena kopi sering dikaitkan dengan kebiasaan kurang sehat seperti merokok,” ujar Zhang.

    “Tapi fakta bahwa kita masih melihat manfaat, bahkan setelah mengoreksi faktor gaya hidup, artinya kopi memang berperan.”

    (naf/kna)

  • Ternyata Ini Cara Minum Kopi yang Bisa Perpanjang Umur Menurut Studi

    Ternyata Ini Cara Minum Kopi yang Bisa Perpanjang Umur Menurut Studi

    Jakarta – Pecinta kopi boleh berbahagia! Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa minum kopi tidak hanya bikin melek, tapi juga bisa membantu hidup lebih lama dan sehat hingga usia senja.

    Temuan ini dipaparkan dalam pertemuan tahunan American Society for Nutrition dan melibatkan lebih dari 47 ribu perawat perempuan yang diikuti sejak tahun 1970-an. Para peneliti menemukan bahwa perempuan yang rutin minum kopi saat usia 45-60 tahun memiliki peluang lebih besar mengalami penuaan sehat saat menginjak usia 70-an.

    “Data cukup konsisten bahwa konsumsi kopi memang punya manfaat,” ujar Fang Fang Zhang, profesor epidemiologi nutrisi dari Tufts University, dikutip dari New York Times, Sabtu (14/6/2025).

    Zhang sendiri tidak terlibat dalam studi tersebut. Dalam studi ini, penuaan sehat didefinisikan sebagai kondisi fisik dan mental yang prima, tanpa gangguan memori atau penyakit kronis seperti jantung, kanker, diabetes, hingga Parkinson.

    Hasilnya, perempuan yang minum hampir tujuh cangkir kopi ukuran kecil per hari memiliki peluang 13 persen lebih tinggi untuk mengalami penuaan sehat dibandingkan mereka yang minum kurang dari satu cangkir per hari. Namun, manfaat ini hanya ditemukan pada kopi berkafein. Teh, kopi tanpa kafein, dan minuman bersoda seperti cola tidak menunjukkan efek yang sama.

    Bahkan, konsumsi cola justru dikaitkan dengan penurunan kemungkinan penuaan sehat.

    Tak Harus Minum Banyak

    Meski begitu, peneliti utama studi ini, Dr Sara Mahdavi dari Universitas Toronto, mengingatkan bahwa minum kopi dalam jumlah banyak belum tentu cocok untuk semua orang. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa manfaat kopi cenderung maksimal pada konsumsi 3 hingga 4 cangkir per hari.

    “Jumlah kopi yang ideal bisa berbeda pada tiap orang,” kata Mahdavi.

    Manfaat Kopi yang Konsisten

    Ini bukan kali pertama kopi dikaitkan dengan umur panjang. Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa peminum kopi cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit jantung, diabetes tipe 2, hingga beberapa jenis kanker.

    Bahkan dalam sebuah studi terhadap lebih dari 46.000 orang dewasa AS, ditemukan bahwa mereka yang minum 1 hingga 3 cangkir kopi per hari punya risiko kematian 15 persen lebih rendah dalam kurun 9 hingga 11 tahun ke depan dibanding mereka yang tidak minum kopi.

    Namun, manfaat itu hilang jika kopi dikonsumsi dengan tambahan gula berlebihan atau krimer tinggi lemak jenuh. Meski manfaatnya nyata, para ilmuwan belum sepenuhnya yakin apa yang membuat kopi begitu baik bagi tubuh. Kopi mengandung ratusan senyawa bioaktif, termasuk antioksidan dan zat antiinflamasi, yang diyakini membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.

    “Cukup mengejutkan karena kopi sering dikaitkan dengan kebiasaan kurang sehat seperti merokok,” ujar Zhang.

    “Tapi fakta bahwa kita masih melihat manfaat, bahkan setelah mengoreksi faktor gaya hidup, artinya kopi memang berperan.”

    (naf/kna)

  • Cerita Vidi Aldiano soal Kondisi Terkini Pasca Berjuang Lawan Kanker Ginjal

    Cerita Vidi Aldiano soal Kondisi Terkini Pasca Berjuang Lawan Kanker Ginjal

    Jakarta – Penyanyi Vidi Aldiano kembali membagikan kabar terbarunya soal perjuangannya melawan kanker. Dalam unggahan video terbarunya di akun Instagram miliknya, Vidi mengungkapkan kondisinya kembali menurun selepas Idul Fitri pada April 2025.

    Sebelumnya, saat menjalani pemeriksaan pada Desember 2024, kondisi kesehatan Vidi sudah mulai membaik. Namun, ternyata obat yang dikonsumsinya selama lima tahun terakhir sudah perlu diganti.

    “Namun, April kemarin setelah Lebaran kita melakukan another scan untuk mengecek apakah obatnya yang sudah aku pakai 5 tahun itu masih berfungsi atau nggak,” beber Vidi dalam postingan Instagram yang dilihat detikcom, Kamis (12/6/2025).

    “Dan hasilnya April itu lumayan bikin aku tidak bisa berfungsi beberapa waktu, karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan kali ya, tidak sesuai dengan ekspetasi aku gitu,” sambungnya.

    Saat itu, dokter mengungkapkan bahwa kanker di tubuhnya tumbuh dengan cepat. Mengetahui itu, Vidi langsung mengganti obat yang sudah pernah dikonsumsinya di awal dia didiagnosis kanker di Singapura.

    Dokter yang menanganinya di Singapura sudah menganjurkan Vidi untuk menggunakan obat tersebut. Tetapi, karena COVID-19 dan lockdown, Vidi harus menggunakan obat yang tersedia di Indonesia.

    Melihat kondisinya itu, selama beberapa bulan terakhir Vidi harus bolak-balik Penang, Malaysia, untuk melakukan pengobatan.

    “Dan karena memang saat ini obatnya, unfortunately, belum sampai di Indonesia. Jadi kita harus melakukan treatment-nya semua di Penang,” kata Vidi.

    “Jadi, sudah beberapa bulan terakhir aku harus pulang pergi Penang untuk berobat,” lanjutnya.

    Efek Samping Obat yang Lebih Keras

    Vidi mengungkapkan saat ini fokus utamanya adalah kesehatannya karena harus mengonsumsi obat baru. Menurutnya, efek samping dari obat baru ini lebih keras dibandingkan yang sudah dialaminya lima tahun lalu.

    Maka dari itu, kini Vidi sedang berusaha untuk menahan rasa sakit dan efek samping yang muncul dari obat baru selama beberapa bulan ini demi kesehatannya.

    “Karena memang efek samping obat ini lebih keras jauh dibandingkan apa yang aku sudah alami 5 tahun terakhir. Jadi aku lagi dalam proses untuk enduring pain everyday, enduring every side effect yang baru muncul beberapa bulan ini,” terang Vidi

    “Tapi aku berusaha untuk terus bisa maju setiap harinya dengan tersenyum gitu. Intinya dengan kondisi aku sekarang, aku akan terus fokus untuk bisa menyehatkan badanku dan pikiranku juga,” pungkasnya.

    (sao/naf)

  • Insiden Tragis Air India, Psikolog Jelaskan Alasan Banyak Orang Takut Naik Pesawat

    Insiden Tragis Air India, Psikolog Jelaskan Alasan Banyak Orang Takut Naik Pesawat

    Jakarta

    Insiden tragis menimpa maskapai Air India yang jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Ahmedabad, Kamis (12/6/2025). Kecelakaan ini menewaskan hampir seluruh penumpang dan awak kabin. Hanya satu orang yang selamat, yakni Viswashkumar Ramesh.

    “Baru 30 detik setelah pesawat mengudara, terdengar ledakan keras, lalu pesawat langsung terjatuh,” ujar Ramesh dari ranjang rumah sakit tempat ia dirawat.

    Dikutip dari CNN, kecelakaan udara semacam ini berdampak pada psikologis banyak orang. Salah satunya adalah meningkatnya ketakutan untuk naik pesawat atau yang dikenal dengan aerophobia.

    Menurut Dr Gail Saltz, psikiater dan profesor klinis di Weill Cornell Medical College, rasa takut bisa muncul atau memburuk setelah mendengar peristiwa tragis tersebut.

    “Setiap orang mungkin pernah berpikir, ‘Semoga pesawatku aman’, saat ada jadwal delay atau keterlambatan. Tapi bagi sebagian orang, pikiran itu bisa menjadi melekat dan berubah menjadi kecemasan berlebihan,” ujar Saltz, dikutip dari CNN.

    Perbedaan Cemas dan Fobia Terbang

    Saltz menjelaskan, kecemasan terhadap penerbangan berbeda dengan aerophobia. Jika hanya cemas, seseorang masih bisa melanjutkan penerbangan. Namun pada aerophobia, muncul gejala fisik seperti jantung berdebar, berkeringat, mual, hingga muntah. Gejala ini bahkan bisa muncul sejak seminggu sebelum terbang.

    Secara emosional, mereka merasa panik, cemas berlebihan, dan secara perilaku bisa membatalkan penerbangan mendadak atau memilih moda transportasi lain demi menghindari pesawat.

    “Kalau gejala ini sudah berlangsung enam bulan atau lebih dan mengganggu kehidupan sehari-hari, itu bisa dikategorikan sebagai fobia,” jelasnya.

    Inikah Pemicunya?

    Fobia terbang tidak hanya disebabkan oleh ketakutan pesawat jatuh. Banyak orang justru takut karena berada di ruang tertutup di udara, takut mabuk perjalanan, turbulensi, atau terkena penyakit menular.

    “Trauma masa lalu seperti kecelakaan atau bencana alam juga bisa memicu. Anak-anak yang orang tuanya takut terbang juga berisiko mengalami hal yang sama,” tambah Saltz.

    Saltz menegaskan, menghindari penerbangan bukanlah solusi. Justru, rasa lega setelah membatalkan penerbangan bisa memperkuat fobia.

    “Ketika menghindar, dunia makin sempit dan rasa takut makin besar. Menghindar justru memperburuk,” katanya. Ia juga menyarankan untuk tidak sembarangan mengonsumsi alkohol atau obat tidur tanpa resep karena bisa berbahaya dan tidak membantu pemulihan secara psikologis.

    Kabar baiknya, fobia terbang adalah kondisi yang bisa diobati. Terapi yang direkomendasikan adalah exposure and response prevention, menghadapi ketakutan secara bertahap dengan bantuan terapis.

    “Seiring waktu, seseorang bisa menjadi lebih kebal terhadap pemicunya. Bahkan ada terapi dengan realitas virtual yang terbukti efektif,” jelasnya.

    Menurut Cleveland Clinic, aerophobia termasuk salah satu fobia paling umum di AS, memengaruhi lebih dari 25 juta orang dewasa. Rentang usia paling terdampak adalah 17-34 tahun, yaitu masa ketika banyak perubahan hidup besar terjadi, seperti kuliah, menikah, atau punya anak.

    “Wajar bila orang merasa hidupnya terlalu berharga untuk dipertaruhkan di udara,” tutup Saltz.

    Simak Video “Video: Jakarta Akan Siapkan BPJS Hewan? Ini Kata Pengamat”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Kemenkes Tunggu Undangan Dialog dengan Guru Besar, Dekan FK UI Bilang Gini

    Kemenkes Tunggu Undangan Dialog dengan Guru Besar, Dekan FK UI Bilang Gini

    Jakarta – Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam menyuarakan kekecewaannya terkait nihil dampak dari pertemuan berulang dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Pernyataan ini disampaikannya menanggapi rencana Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) untuk hadir dalam dialog terbuka bila diundang para guru besar.

    Seperti diberitakan sebelumnya, aksi yang berlangsung Kamis (12/6/2025) di sejumlah fakultas kedokteran melibatkan lebih dari 300 guru besar. Protes soal melemahnya independensi kolegium hingga framing citra buruk dokter kembali mencuat.

    Para Guru Besar mengaku hilang kepercayaan kepada Menkes.

    “Rasanya kalau ke Pak Menkes, sudah bolak‑balik kita ketemu, tapi ya nihil hasilnya,” ungkap Prof Ari saat dikonfirmasi Sabtu (14/6).

    Prof Ari juga menyoroti pernyataan Menkes sebelumnya yang dinilai mendiskreditkan peran dokter, khususnya spesialis penyakit dalam yang semula dinilai tidak bisa seluruhnya memberikan layanan hemodialisis.

    Contoh Menkes mendiskreditkan spesialis konsultas ginjal hipertensi. Faktanya dari dulu KGH sudah mengajari internist untuk membantu HD dan masih berlangsung sampai sekarang para internist plus ini yg membantu HD di RSUD/RS tipe B/C,” tuturnya.

    Juru bicara Kemenkes RI, drg Widyawati, MKM, sebelumnya menegaskan kesiapan Kemenkes untuk hadir jika menerima undangan resmi dari pihak FKUI maupun guru besar lain.

    “Kemenkes siap hadir kalau diundang oleh mereka. Tata kelola kolegium merupakan amanat Undang‑Undang Kesehatan. Mari kita semua mematuhi UU yang ada,” tandas wanita yang akrab disapa Wiwid itu sebelumnya.

    Meski begitu, para guru besar memutuskan ingin langsung melakukan audiensi dengan Presiden RI Prabowo Subianto, alih-alih kembali membuka komunikasi dengan Menkes Budi.

    (naf/naf)

  • Riset Australia Rilis Daftar Sunscreen Overclaim, SPF 50 Ternyata Cuma 4

    Riset Australia Rilis Daftar Sunscreen Overclaim, SPF 50 Ternyata Cuma 4

    Jakarta

    Kelompok konsumen di Australia menguji sedikitnya 20 merek sunscreen populer SPF 50 dan 50+. Mereka menemukan 16 di antaranya tidak memenuhi klaim, meski beberapa perusahaan membantah hasil temuan tersebut.

    Beberapa tabir surya paling populer di Australia, termasuk yang diproduksi oleh Bondi Sands, Banana Boat, dan Cancer Council, dinilai tidak memberikan tingkat perlindungan kulit seperti yang tercantum pada kemasannya, menurut investigasi dari Choice.

    Kelompok advokasi konsumen tersebut menyatakan telah menguji 20 tabir surya SPF 50 atau 50+ dari berbagai pengecer dan rentang harga di laboratorium khusus yang terakreditasi.

    SPF, atau sun protection factor mengukur seberapa baik suatu tabir surya melindungi kulit dari sengatan matahari dengan menunjukkan seberapa banyak radiasi ultraviolet yang dapat mencapai kulit.

    Misalnya, SPF 30 diperkirakan menyaring 96,7 persen radiasi UVB, sedangkan SPF 50 menyaring sekitar 98 persen. Di Australia, klaim SPF dan tabir surya diatur oleh Therapeutic Goods Administration (TGA).

    Tabir surya Ultra Violette Lean Screen SPF 50+ memberikan hasil terburuk dalam pengujian Choice, produk disebut hanya memiliki SPF sebesar 4.

    CEO Choice, Ashley de Silva, mengatakan mereka terkejut dengan hasil itu dan melakukan pengujian ulang pada batch berbeda dari produk Ultra Violette yang sama, kali ini di laboratorium di Jerman, untuk memverifikasi hasilnya.

    “Pengujian kedua menunjukkan hasil identik yaitu SPF sebesar 5,” kata de Silva, dikutip dari The Guardian.

    Juru bicara Ultra Violette mengatakan mereka tidak menerima hasil Choice sebagai laporan akurat. Perusahaan menilai informasi ini menyesatkan demi liputan media.

    Ultra Violette mempersoalkan metodologi pengujian Choice, dengan menyebutkan bahwa putaran kedua pengujian hanya melibatkan lima partisipan.

    “Kami menguji ulang produk kami pada panel penuh berisi 10 orang dan hasilnya adalah 61,7, yang berada di atas ambang batas yang ditetapkan oleh TGA untuk klaim SPF 50+,” kata juru bicara itu.

    “Dua pengujian buta dengan ukuran sampel yang sangat kecil tidak sebanding dengan pengujian ekstensif yang telah kami lakukan sesuai pedoman TGA.”

    Choice mengatakan laboratorium Australia yang mereka gunakan dalam pengujian pertama menggunakan 10 orang sebagai sampel, dan hanya produk Ultra Violette yang diuji ulang dalam ‘pengujian validasi’ dengan lima orang.

    Empat tabir surya lain yang mengklaim SPF 50+ tetapi menunjukkan hasil SPF di kisaran 40-an:

    Coles Sunscreen Ultra Tube (SPF 43)Nivea Sun Kids Ultra Protect and Play Lotion (SPF 41)Nivea Sun Protect and Moisture Lock (SPF 40)Sun Bum Premium Moisturising Lotion (SPF 40)

    Empat tabir surya lainnya menunjukkan SPF di kisaran 30-an, menurut Choice:

    Banana Boat SPF50+ Sunscreen Lotion (SPF 35)Bondi Sands SPF50+ Fragrance Free (SPF 32)Cancer Council Kids Clear Zinc 50+ (SPF 33)Invisible Zinc Face + Body Mineral Sunscreen SPF 50 (SPF 38)

    NEXT: tujuh produk lainnya hanya menunjukkan perlindungan di kisaran SPF 20-an

    Aldi Ombra Everyday Sunscreen 50+ (SPF 26)Banana Boat Baby Zinc Sunscreen Lotion SPF 50+ (SPF 28)Bondi Sands SPF 50+ Zinc Mineral Body Lotion (SPF 26)Cancer Council Everyday Value SPF 50 (SPF 27)Cancer Council Ultra Sunscreen SPF 50+ (SPF 24)Neutrogena Sheer Zinc Dry-Touch Lotion SPF 50 (SPF 24)Woolworths Sunscreen Everyday Tube SPF 50+ (SPF 27)

    Empat tabir surya yang memenuhi klaim SPF mereka menurut pengujian Choice adalah:

    La Roche-Posay Anthelios Wet Skin SPF 50+ (SPF 72)Neutrogena Ultra Sheer Body Lotion SPF 50 (SPF 56)Cancer Council Kid Sunscreen 50+ (SPF 52)Mecca Cosmetica To Save Body SPF 50+ Hydrating Sunscreen (SPF 51)

    De Silva mengatakan pihaknya terkejut dengan keseluruhan hasil pengujian.

    “Melihat 16 dari 20 produk tidak memenuhi klaim SPF-nya adalah angka yang sangat signifikan,” katanya. “Konsumen mengharapkan tabir surya mereka memberikan perlindungan sesuai rating SPF yang tertera.”

    Ia menambahkan bahwa tabir surya dengan SPF di kisaran 30-an masih bekerja dengan sangat baik karena hanya ada sedikit perbedaan jumlah radiasi UV yang bisa menembus kulit dibandingkan dengan SPF 50.

    Namun, ia menekankan pentingnya menyoroti produsen yang membuat klaim pemasaran tidak sesuai.

    “Penting bagi konsumen merasa bahwa apa yang mereka beli benar-benar sesuai dengan yang dijanjikan,” tegasnya.

  • Alat Dapur Seperti Ini Bisa Tingkatkan Risiko Kanker, Emak-emak Wajib Waspada!

    Alat Dapur Seperti Ini Bisa Tingkatkan Risiko Kanker, Emak-emak Wajib Waspada!

    Jakarta

    Alat makan, mainan, serta peralatan dapur lain yang menggunakan bahan plastik berwarna hitam ditemukan mengandung kadar tinggi zat penahan api dalam level beracun yang mengkhawatirkan.

    Studi mengungkap zat ini diduga berasal dari produk elektronik yang terkontaminasi selama proses daur ulang.

    Produsen juga menggunakan zat penahan api dalam sofa, kursi santai, kursi kantor, pelapis jok mobil, kursi bayi, bantalan karpet, matras yoga berbusa, dan barang bayi lainnya. Dari situ, zat penahan api dapat meresap ke udara lalu menempel pada debu, makanan, dan air, yang kemudian bisa tertelan, menurut National Institute of Environmental Health Sciences.

    “Salah satu produk dengan kadar tertinggi zat penahan api adalah manik-manik koin bajak laut dari plastik hitam yang dikenakan anak-anak, mirip dengan manik-manik Mardi Gras tapi untuk kostum,” kata penulis utama studi Megan Liu, manajer sains dan kebijakan di Toxic-Free Future, sebuah organisasi advokasi lingkungan AS.

    “Produk itu mengandung hingga 22.800 bagian per sejuta (ppm) zat penahan api, hampir 3 persen dari berat totalnya,” jelas Liu. “Anak-anak sering memainkan mainan yang sama selama beberapa hari berturut-turut sampai mereka bosan.”

    Zat penahan api paling berbahaya yang ditemukan dalam produk konsumen tersebut sama dengan yang digunakan dalam pelindung elektronik seperti televisi dan perangkat lainnya.

    “Plastik yang digunakan dalam produk konsumen tampaknya terkontaminasi zat penahan api karena kesalahan dalam proses daur ulang limbah elektronik,” katanya.

    Salah satu produk, sebuah baki sushi dari plastik hitam, mengandung 11.900 ppm decabromodiphenyl ether (decaBDE), yaitu jenis dari kelompok zat penahan api polybrominated diphenyl ethers (PBDE).

    Risiko Kanker

    Menurut studi yang dipublikasikan pada April 2024, orang dengan kadar PBDE tertinggi dalam darahnya memiliki kemungkinan meninggal akibat kanker sekitar 300 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki kadar terendah.

    DecaBDE telah sepenuhnya dilarang oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) pada 2021 setelah dikaitkan dengan kanker, gangguan hormon dan tiroid, serta dampak buruk terhadap perkembangan janin dan anak, fungsi neuroperilaku, juga toksisitas terhadap sistem reproduksi dan imun.

    Meski sudah dilarang, decaBDE ditemukan pada 70 persen sampel yang diuji, dengan kadar berkisar lima hingga 1.200 kali lebih tinggi dari batas maksimum Uni Eropa yaitu 10 ppm, menurut Liu.

    NEXT: Temuan senyawa toksik di Spatula dan Sendok

    Berdasarkan paparan dari peralatan dapur plastik hitam seperti spatula dan sendok berlubang, para peneliti memperkirakan seseorang bisa terpapar rata-rata 34,7 ppm decaBDE setiap harinya.

    “Yang paling mengkhawatirkan adalah mereka menemukan zat penahan api yang seharusnya sudah tidak digunakan lagi,” kata toksikolog Linda Birnbaum, mantan direktur National Institute for Environmental Health Sciences dan National Toxicology Program.

    “Saya menyarankan untuk tidak menggunakan plastik hitam untuk bahan yang bersentuhan dengan makanan atau membeli mainan yang mengandung bagian plastik hitam,” ujar Birnbaum, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

    North American Flame Retardant Alliance (NAFRA), yang mewakili produsen dan pengguna bahan kimia tahan api, menyatakan kepada CNN bahwa studi Oktober 2024 tidak memperhitungkan kadar paparan aktual pada manusia atau jalur paparan apa pun.

    “Penggunaan zat penahan api dalam elektronik dan peralatan telah berperan penting dalam mengurangi cedera dan kematian akibat kebakaran serta mencegah kerusakan properti,” kata Erich Shea, direktur komunikasi produk NAFRA, melalui email.

    “Mendaur ulang plastik dari limbah elektronik adalah komponen penting dari ekonomi sirkular, membantu menghemat sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan dari limbah plastik,” tambahnya.

    Birnbaum mengatakan kepada CNN bahwa sudah diketahui secara luas bahwa plastik yang mengandung atau terpapar bahan kimia berbahaya seharusnya tidak didaur ulang.

    “Kekhawatiran baru yang diangkat dalam studi ini adalah, ‘Lihat, plastik hitam yang seharusnya tidak didaur ulang malah berakhir dalam berbagai produk yang menyebabkan paparan terhadap manusia,’” ujarnya.

  • Fakta-fakta Aturan Co-Payment Asuransi Kesehatan, Dinilai ‘Ada Bagusnya’ oleh Menkes

    Fakta-fakta Aturan Co-Payment Asuransi Kesehatan, Dinilai ‘Ada Bagusnya’ oleh Menkes

    Jakarta

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan aturan baru yang mewajibkan nasabah asuransi kesehatan swasta menanggung sendiri sebagian biaya pengobatan (co-payment) paling sedikit 10 persen. Aturan tersebut tertuang dalam SEOJK Nomor 7 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Produk Asuransi Kesehatan.

    Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaku belum bisa memberikan komentar lebih lanjut. Pasalnya, dirinya masih akan mempelajari regulasi baru tersebut.

    Namun, secara prinsip, ia menilai sistem co-payment bisa memberikan nilai edukatif bagi para pemegang polis.

    “Di mata saya, ada bagusnya juga dengan adanya co-payment ini. Jadi mirip seperti asuransi kendaraan, kalau ada tabrakan, kita tetap harus bayar sedikit. Dengan begitu, kita jadi lebih hati-hati dalam berkendara,” ujar Menkes Budi kepada wartawan, Kamis (12/6/2025).

    “Saya rasa itu bagus juga untuk mendidik para pemegang polis asuransi swasta, agar mereka menjaga kesehatan dan tidak gampang sakit,” sambungnya.

    Apa itu Sistem Co-payment?

    Sistem co-payment berarti peserta asuransi menanggung sebagian kecil dari total biaya layanan kesehatan, sedangkan sisanya ditanggung oleh perusahaan asuransi. Kebijakan ini sebelumnya menuai pro dan kontra di masyarakat, terutama soal keadilan dan beban biaya tambahan yang harus ditanggung pasien.

    SEOJK No.7/2025 tentang Penyelenggaraan Produk Asuransi Kesehatan akan mulai efektif per 1 Januari 2026, dengan masa penyesuaian sampai 31 Desember 2026 bagi polis yang otomatis diperpanjang.

    “Melalui ketentuan ini, OJK mendorong efisiensi pembiayaan layanan kesehatan jangka panjang di tengah tren inflasi medis yang terus naik,” tulis OJK dalam keterangan resminya, Kamis (5/6/2025).

    OJK menegaskan, skema co‑payment diterapkan untuk menahan laju inflasi medis yang rata‑rata 2-3 kali inflasi umum di Indonesia. Selain itu juga mencegah ‘over‑utilization’ atau penggunaan layanan kesehatan berlebihan oleh pemegang polis, menekan premi agar tetap terjangkau dalam jangka panjang.

    “Copayment diharapkan membuat peserta lebih bijak memakai layanan medis, sekaligus menekan moral hazard,” tulis OJK dalam dokumen FAQ resmi.

    NEXT: BPJS Kesehatan Pastikan Peserta JKN Tak Tanggung 10 Persen

    Terkait skema co-payment ini, BPJS Kesehatan menegaskan bahwa para peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tidak akan ikut terdampak dalam membayar 10 persen klaim.

    “Kami sampaikan bahwa ketentuan co-payment saat ini tidak berlaku bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS Kesehatan,” kata Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah saat dihubungi detikcom, Jumat (13/6/2025).

    Hal ini karena BPJS Kesehatan menerapkan skema Coordination of Benefit (CoB), sesuai dengan Perpres 59/2024 BPJS Kesehatan dapat berkoordinasi dengan penyelenggara jaminan lainnya. Pasal 51 Perpres 59/2024 menyebut peserta JKN dapat meningkatkan perawatan yang lebih tinggi dari haknya termasuk rawat jalan eksekutif dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan (AKT).

    Hal tersebut kata dia diatur secara rinci diatur oleh Kementerian Kesehatan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1366/2024 tentang Pedoman Pelaksanaan Selisih Biaya Oleh Asuransi Kesehatan Tambahan Melalui Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan.

    Alasan OJK Menerapkan Skema Co-payment

    Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan aturan tersebut diberlakukan sebagai salah satu upaya menekan inflasi kesehatan yang mengancam perekonomian.

    “Jadi justru kenaikan premi kesehatan yang tidak terkendali itu yang menyebabkan adanya co-payment ini,” kata Ogi dalam Forum Group Discussion (FGD) di Jakarta, Kamis (12/6/2025).

    Menurut Ogi, terdapat tren peningkatan inflasi medis di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan inflasi umum pada 2024, dengan inflasi umum tercatat 3 persen dan inflasi medis sebesar 10,1 persen yang lebih tinggi dibandingkan angka global yakni 6,5 persen.

    Dalam skema co-payment, OJK menetapkan batas maksimum yang harus dibayar peserta sebesar Rp 300 ribu per pengajuan klaim untuk rawat jalan dan Rp 3 juta untuk rawat inap per pengajuan klaim.

    “Dengan co-payment, harapannya preminya ikut turun,” ujar Ogi.