Category: Detik.com Kesehatan

  • 7 Kebiasaan Sehat Orang Jepang yang Bisa Bikin Panjang Umur, Sesimpel Ini!

    7 Kebiasaan Sehat Orang Jepang yang Bisa Bikin Panjang Umur, Sesimpel Ini!

    Jakarta – Orang Jepang dikenal memiliki gaya hidup yang sehat. Kebiasaan sehat ini membuat Jepang menjadi salah satu negara dengan angka harapan hidup tertiggi.

    Dikutip dari Times of India, di tengah perubahan gaya hidup modern, orang-orang Jepang tidak melupakan cara hidup tradisional yang mementingkan kesehatan dan umur panjang. Hal ini membuat risiko mereka terkena penyakit kronis kian menurun.

    Sebagai negara ‘sehat’, kebiasaan sehari-hari mereka sederhana dan lekat dengan kearifan budaya. Beberapa di antaranya dapat diadopsi ke dalam gaya hidup masyarakat negara lain, termasuk Indonesia.

    Berikut beberapa kebiasaan sehat orang Jepang yang bisa ditiru.

    1. Makan dengan Porsi Kecil

    Orang Jepang tak suka makan dalam porsi yang besar, sehingga mereka memilih menyantap hidangan dengan porsi yang lebih kecil dan tetap menjaga nutrisinya.

    Metode ini tidak hanya mencegah makan berlebihan, tetapi juga menjaga kesehatan pencernaan dan metabolisme tubuh.

    2. Makan Tidak Sampai ‘Kenyang’

    Filosofi Hara Hachi Bu menjadi pegangan bagi banyak masyarakat Jepang. Filosofi ini mengajarkan untuk makan hanya sampai 80 persen dari rasa kenyang.

    Prinsip sederhana ini mengurangi kemungkinan makan berlebihan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, seperti obesitas.

    3. Aktif Bergerak

    Masyarakat Jepang cukup anti dengan hidup bermalas-malasan. Ini membuat mereka selalu aktof bergerak, baik dengan jalan kaki atau bersepeda alih-alih menggunakan mobil, jika jarak tempuh tak terlalu jauh.

    4. Cegah Stres

    Jepang memiliki konsep Ikigai, yakni alasan untuk hidup. Menjalani kehidupan dengan tujuan yang jelas membuat mereka memiliki banyak jalan untuk menemukan kebahagiaan.

    Memiliki tujuan hidup terkait dengan berkurangnya stres, peningkatan mental yang lebih baik, hingga umur panjang.

    5. Memilih Makanan Segar

    Dalam hal makan, masyarakat Jepang dikenal suka memilih makanan-makanan tradisional yang sesuai dengan musim mereka. Baik itu buah-buahan maupun sayuran.

    6. Makan Perlahan

    Mereka juga dikenal dengan cara makan yang pelan dan sungguh menikmati. Bukan tanpa alasan, ini dilakukan untuk mengatur nafsu makan dan mencegah dari makan berlebihan.

    7. Inemuri

    Kehidupan di Jepang dikenal selalu kerja keras dan serba cepat, sehingga waktu rehat menjadi penting.

    Dalam masyarakat Jepang, mereka mengenal konsep inemuri atau tidur sebentar di sela-sela aktivitas harian. Praktik ini dapat menyegarkan pikiran dan tubuh, meningkatkan kewaspadaan, dan produktivitas.

    (dpy/naf)

  • Jakarta Akan Siapkan BPJS Hewan? Ini Kata Pengamat

    Jakarta Akan Siapkan BPJS Hewan? Ini Kata Pengamat

    Pemerintah Provinsi Jakarta merencanakan program subsidi kesehatan hewan atau BPJS hewan. Subsidi ini bakal menyasar pemilik kucing maupun anjing yang kurang mampu untuk biaya berobat hewan peliharaannya.

    Nantinya, hewan-hewan ini bakal memiliki KTP hewan dan dipasang microchip agar dapat terintegrasi. Kira-kira bagaimana ya tanggapan warga dan pengamat publik soal program ini? simak selengkapnya berikut ini…

    >Klik di sini untuk melihat berita terkait BPJS di 20Detik!

  • Serangan Jantung Bisa Terjadi saat Tidur, Waspadai Ciri-ciri dan Penyebabnya

    Serangan Jantung Bisa Terjadi saat Tidur, Waspadai Ciri-ciri dan Penyebabnya

    Jakarta

    Serangan jantung bisa datang tanpa pandang waktu, bahkan saat seseorang sedang tertidur lelap. Hal ini tentu memicu kekhawatiran, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung.

    Saat tidur, tubuh memang tampak istirahat. Namun jangan salah, organ tubuh, termasuk jantung, tetap bekerja. Normalnya, tekanan darah dan detak jantung melambat saat tidur. Sayangnya, kondisi tertentu justru bisa bikin jantung bekerja lebih keras dari biasanya.

    “Masalah seperti penyumbatan arteri, tekanan darah tinggi, atau gangguan irama jantung bisa meningkatkan risiko serangan jantung saat tidur,” ungkap dr Amit Handa, konsultan kardiologi di Kailash Hospital, Noida, dikutip Minggu (14/6/2025).

    Gangguan tidur seperti sleep apnea juga ikut berperan. Gangguan ini membuat napas seseorang terhenti sementara saat tidur, dan bisa menambah beban pada jantung. Jika dibiarkan, risiko serangan jantung pun meningkat.

    “Serangan jantung saat tidur bukanlah hal langka. Ini bisa dipicu kondisi medis yang mendasarinya, gaya hidup tak sehat, atau masalah jantung yang belum terdiagnosis,” jelas dr Handa.

    Tanda-Tanda Serangan Jantung Saat Tidur

    Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhambat, biasanya karena penumpukan plak yang terdiri dari lemak dan kolesterol di arteri koroner.

    Hal yang menjadi masalah, gejala serangan jantung saat tidur sering kali tidak disadari. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya sedini mungkin. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai:

    Keringat dingin tanpa sebab jelasBerkeringat deras saat tidur bisa jadi alarm tubuh saat aliran darah ke jantung terganggu.Nyeri atau tekanan di dadaRasa berat, ditekan, atau nyeri di dada yang menetap bahkan saat berbaring bisa menjadi gejala serangan jantung.Sesak napasTiba-tiba terbangun karena sulit bernapas bisa jadi pertanda jantung mengalami tekanan.Kelelahan ekstremBangun tidur tapi masih merasa sangat lelah? Hati-hati, ini bisa jadi gejala halus dari masalah jantung.Rasa cemas atau gelisah saat bangun tidurPerasaan tidak nyaman yang muncul tiba-tiba di malam hari juga patut diwaspadai, apalagi jika disertai gejala lain.

    “Kalau mengalami gejala-gejala seperti ini, jangan ditunda. Segera cari bantuan medis untuk mencegah kerusakan yang lebih parah,” tegas dr Handa.

    Ia juga mengingatkan pentingnya memperhatikan pola berulang dari gejala-gejala tersebut. Jika muncul lebih dari sekali atau dalam kombinasi, sebaiknya langsung konsultasi ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

    (naf/naf)

  • Tingkatkan Layanan, Mayapada Healthcare Gandeng Bupa International

    Tingkatkan Layanan, Mayapada Healthcare Gandeng Bupa International

    Jakarta – Mayapada Healthcare (PT Sejahteraraya Anugerahjaya Tbk.) memperkuat kemitraan strategis dengan Bupa International, penyedia asuransi kesehatan premium asal Inggris, guna menghadirkan layanan kesehatan berstandar internasional bagi para nasabah, yang mayoritas merupakan ekspatriat.

    Kerja sama ini ditandai lewat penandatanganan Collaboration Agreement oleh Associate Director Commercial Mayapada Healthcare,dr. Christanti Triradiani, Network Development Consultant Bupa International Karthi Rajaseharan, dan perwakilan manajemen Global Excel Indonesia dr. Andi Saputro, di Mayapada Hospital Kuningan, Jakarta Selatan.

    Dengan dukungan Global Excel sebagai Third-Party Administrator (TPA), kemitraan ini menghadirkan layanan kesehatan menyeluruh untuk nasabah Bupa di Indonesia. Fasilitas yang disiapkan antara lain penanganan kegawatdaruratan dan ambulans yang siaga 24 jam, termasuk untuk kasus serangan jantung melalui Cardiac Emergency, kasus stroke melalui Stroke Emergency, kasus kecelakaan melalui Trauma Emergency, serta layanan emergency Ibu dan Anak (Woman & Children).

    Untuk kenyamanan pasien, tersedia juga tenaga medis bilingual termasuk dokter dan perawat, VIP Lounge, dan pendampingan dari VIP Patient Relation Officer (PRO). Seluruh layanan dapat diakses melalui sistem cashless untuk mempercepat proses administrasi.

    Chief Commercial Officer Mayapada Healthcare, Benjamin Winoto, menyebut kerja sama ini sebagai bentuk kepercayaan mitra global terhadap kualitas layanan Mayapada Hospital yang sudah berstandar internasional dan mengantongi akreditasi Joint Commission International (JCI).

    “Kemitraan dengan Bupa International merupakan salah satu wujud nyata kepercayaan mitra internasional terhadap layanan kesehatan berstandar internasional yang disediakan Mayapada Healthcare,” ujar Benjamin dalam keterangannya, Sabtu (14/6/2025).

    Tak hanya itu, Mayapada juga menyediakan manfaat tambahan bagi peserta asuransi Bupa seperti antar-jemput bandara, telekonsultasi eksklusif, layanan mata di Mayapada Eye Centre (MEC) dengan pendamping Vision Assistant (VIA), serta program wellness untuk kebugaran dan pencegahan penyakit seperti diabetes dan obesitas.

    Network Development Consultant Bupa International, Karthi Rajaseharan, menyatakan pihaknya yakin kolaborasi ini memberikan nilai lebih bagi nasabah, termasuk ekspatriat yang membutuhkan layanan kesehatan berkualitas tinggi dan terpercaya.

    “Kami senang dapat memperkuat kolaborasi kami dengan Mayapada Healthcare malalui kerja sama yang lebih komprehensif di seluruh unit Mayapada Hospital. Kami percaya bahwa kemitraan ini akan memberikan nilai lebih bagi nasabah Bupa di Indonesia, termasuk para ekspatriat yang membutuhkan layanan kesehatan berkualitas internasional,” ujarnya.

    Hal senada disampaikan dr. Andi Saputro dari Global Excel Indonesia yang menegaskan komitmen mereka dalam memastikan proses klaim berjalan efisien dan pengalaman berobat tetap optimal.

    “Kami mendukung kolaborasi antara Mayapada Healthcare dan Bupa International dengan memastikan pengelolaan klaim yang efisien dan pengalaman layanan kesehatan yang optimal bagi nasabah yang berobat di Mayapada Hospital,” ungkapnya.

    Bupa International menjadi salah satu mitra dari banyak mitra asuransi internasional yang telah bekerja sama dengan Mayapada Healthcare. Seluruh nasabah Bupa kini bisa mengakses layanan kesehatan paripurna di unit Mayapada Hospital yang tersebar di lokasi-lokasi strategis seperti Jakarta, Tangerang, Surabaya, Bandung, Bogor, dan Ibu Kota Nusantara (IKN).

    Beberapa layanan unggulan lain yang bisa diakses antara lain Oncology Center, Tahir Neuroscience Center, Uro-Nephrology Center, Internal Medicine Center, Orthopedic Center, Obstetric and Gynecology Center, serta Pediatric Center. Mayapada Hospital juga akan segera menghadirkan dua layanan terbaru, yaitu Sugar Clinic untuk penanganan diabetes secara komprehensif, dan Chest Pain Clinic untuk deteksi dini dan penanganan nyeri dada yang berhubungan dengan penyakit jantung.

    (prf/ega)

  • Gaduh Polemik Kolegium, PDGI Klaim Organisasi Profesi Masih Dilibatkan

    Gaduh Polemik Kolegium, PDGI Klaim Organisasi Profesi Masih Dilibatkan

    Jakarta

    Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) drg Usman Sumantri, MSc mengatakan pihaknya tidak mempermasalahkan adanya kolegium bentukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Menurutnya, ini juga tak akan mengganggu peran organisasi profesi.

    Berbeda dengan yang belakangan ramai dipersoalkan para guru besar. Sejak disahkannya Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, posisi atau kedudukan kolegium di dalam sistem kesehatan nasional disebutnya justru lebih independen.

    Sebagai catatan, kolegium kesehatan menjadi alat kelengkapan Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) dan bertanggung jawab langsung pada Presiden. Sebelum Undang-Undang 17/2023 tentang Kesehatan, kolegium memang berada di bawah organisasi profesi.

    “Iya (tidak akan mengganggu peran organisasi profesi),” kata Usman saat ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu (14/6/2025).

    “Kami dilibatkan soal pembinaan pengawasannya ya, kemitraan lah seperti itu kalau di Undang-Undang,” sambungnya.

    Usman menambahkan bawah organisasi profesi masih memiliki ‘hak istimewa’ untuk mengatur hal-hal seperti masa kolegium sebelum pengesahan UU baru.

    “Kita lebih banyak ke etiknya, lebih banyak ke standar pelayanannya semacam evaluasi, dan itu memang sebaiknya bersama-sama dengan pemerintah,” tutupnya.

    (dpy/naf)

  • Menkes Siapkan Aturan Tunjangan Rp 30 Juta, Dokter Spesialis Apa Saja yang Dapat?

    Menkes Siapkan Aturan Tunjangan Rp 30 Juta, Dokter Spesialis Apa Saja yang Dapat?

    Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin tengah memperjuangkan aturan baru terkait tunjangan bagi para dokter spesialis. Mereka, kemungkinan akan mendapatkan insentif hingga Rp 30 juta.

    “Kemenkes mungkin tinggal sebentar lagi mendapatkan tunjangan khusus, tapi ini masih untuk dokter spesialis ya karena kita kan ada program KJSU (Kanker, Jantung, Stroke, dan Uronefrologi),” kata Menkes saat ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu (14/6/2025).

    “Mudah-mudahan bulan depan bisa keluar untuk tunjangan Rp 30 juta per bulan, bagi 8.000-an dokter spesialis yang kerja di daerah. Ini butuh waktu hampir 12 bulan untuk meyakinkan Menteri Keuangan dan Menpan-RB,” sambungnya.

    Ini merupakan apresiasi bagi para dokter spesialis di 150-an Kabupaten/Kota di daerah terpencil. Menkes juga menjelaskan dokter-dokter spesialis yang apa yang nantinya akan mendapatkan tunjangan.

    “Dokter spesialisnya yang tujuh yang dasar, penyakit dalam, anak, obgyn anestesi, bedah, dan patologi klinik, dan spesialis penyakit yang jadi program utamanya kita, jantung, stroke, kanker,” katanya.

    Tunjangan ini, lanjut Menkes akan diberikan di luar gaji pokok yang didapatkan oleh dokter tersebut.

    Jika nantinya program ini sudah berjalan, Menkes Budi menambahkan tunjangan ini bisa dirasakan oleh dokter lain, salah satunya dokter gigi.

    “Kalau ini nanti ini sudah jalan, kami bisa coba ke dokter gigi. Ya mungkin nggak Rp 30 juta, ya berapalah mungkin Rp 10 atau Rp 15 juta,” tutupnya.

    (naf/naf)

  • Kematian COVID-19 di India Naik, RI Aman? Menkes Bilang Gini

    Kematian COVID-19 di India Naik, RI Aman? Menkes Bilang Gini

    Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan belum ada laporan kematian akibat COVID-19. Namun, Menkes Budi meminta masyarakat tetap waspada.

    “Belum. Belum (ada kematian akibat COVID-19),” kata Menkes saat ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu (14/6/2025).

    Menkes melanjutkan, jika ada keluarga atau seseorang yang mengeluhkan gejala yang diduga infeksi SARS-CoV-2 agar segera melakukan perawatan mandiri dan menghindari kontak dengan orang lain.

    “Sarannya saya, karena variannya Omicron yang lemah, nggak usah khawatir, tapi kalau merasa nggak enak badan, batuk-batuk ya lakukan yang sudah dianjurkan,” katanya.

    “Rajin cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak,” lanjutnya.

    Beberapa negara di Asia seperti Thailand, India, dan Singapura belakangan melaporkan naiknya kasus akibat infeksi COVID-19. Varian NB.1.8.1 atau Nimbus tengah menjadi sorotan.

    Kemenkes mengklaim bahwa varian ini masih belum masuk ke Indonesia.

    “Sampai Minggu ke-23, Subvarian yang masih bersirkulasi di Indonesia adalah MB.1.1 dan KP.2.18, secara umum memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah),” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

    (dpy/naf)

  • 5 Penyakit yang Dapat Diatasi dengan Rutin Minum Air Kelapa Muda

    5 Penyakit yang Dapat Diatasi dengan Rutin Minum Air Kelapa Muda

    Jakarta

    Air kelapa muda menjadi salah satu minuman yang mudah sekali ditemukan. Rasa yang sedikit manis dan menyegarkan membuatnya sering dikonsumsi sebagai pelepas dahaga.

    Dikutip dari Healthline, sekitar satu cangkir air kelapa muda (240 ml) memiliki kandungan sebagai berikut:

    60 kaloriKarbohidrat 15 gramGula 8 gramKalsium 40,8 mgMagnesium 16,8 mgFosfor 19,2 mgKalium 509 mgPenyakit yang Dapat Disembuhkan dengan Air Kelapa Muda

    Beberapa penyakit tertentu dapat dicegah atau disembuhkan dengan rutin mengonsumsi air kelapa muda, berikut daftarnya:

    Diabetes

    Air kelapa muda dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Pada penelitian tahun 2015, tikus yang mengidap diabetes dan diberi air kelapa dapat mempertahankan gula darah yang lebih baik.

    Penelitian yang sama juga menemukan bahwa tikus yang diberi air kelapa memiliki kadar hemoglobin A1c yang lebih rendah. Namun, air kelapa juga mengandung gula alami, sehingga perlu membatasi asupannya.

    Tekanan Darah Tinggi

    Kandungan magnesium dalam air kelapa muda dapat membantu membuat protein, mengatur kadar gula darah, tekanan darah, serta fungsi otot dan saraf.

    Penyakit Jantung

    Air kelapa muda terbukti dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Kalium yang ada dalam air kelapa muda dapat mengurangi tekanan darah.

    Meskipun air kelapa muda dapat membantu menyehatkan jantung, setiap orang harus mengikuti anjuran diet dari dokter agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

    Sembelit

    Kalium pada air kelapa muda juga bersifat sebagai pencahar ringan. Mengonsumsi air kelapa muda secara teratur dapat membantu mencegah terjadinya sembelit.

    Namun, terlalu banyak kalium juga bisa menyebabkan diare pada sebagian orang, sehingga perlu dibatasi konsumsinya.

    Batu Ginjal

    Minum air kelapa muda secara rutin dapat membantu meningkatkan kesehatan ginjal. Menurut studi tahun 2018 pada peserta tanpa batu ginjal, air kelapa membantu mereka kehilangan lebih banyak sitrat, kalium, dan klorida selama buang air kecil.

    Hal ini menunjukkan bahwa air kelapa dapat membantu melonggarkan batu atau mencegahnya terbentuk.

    (dpy/naf)

  • Kasus Kanker Usus Buntu Paling Banyak Intai Gen X dan Milenial, Waspadai Gejalanya

    Kasus Kanker Usus Buntu Paling Banyak Intai Gen X dan Milenial, Waspadai Gejalanya

    Jakarta – Sebuah studi terbaru mengungkap kabar mengejutkan soal kanker yang jarang dibicarakan: kanker usus buntu alias adenokarsinoma apendiks (AA). Penelitian yang dipublikasikan di Annals of Internal Medicine ini menunjukkan angka kasus kanker usus buntu melonjak tajam pada mereka yang lahir setelah tahun 1945, terutama di kalangan generasi X dan milenial.

    Studi dilakukan oleh tim dari Vanderbilt University Medical Center menggunakan data dari SEER (Surveillance, Epidemiology, and End Results) Program milik National Cancer Institute, AS. Mereka mengamati data sepanjang 1975 hingga 2019, dan menyusun 21 kelompok kelahiran untuk dianalisis.

    Kenaikan 4 Kali Lipat di Generasi 1985

    Dalam studi ini, sebanyak 4.858 orang berusia 20 tahun ke atas didiagnosis dengan AA primer yang telah dikonfirmasi secara patologis. Ini termasuk berbagai jenis histologi: nonmukosa, mukosa, goblet cell, hingga signet ring cell carcinoma.

    Hasilnya mencengangkan, tingkat kejadian kanker usus buntu lebih dari tiga kali lipat pada kelompok kelahiran 1980, dan bahkan naik empat kali lipat pada mereka yang lahir tahun 1985.

    “Temuan ini sangat signifikan, khususnya pada Generasi X dan Milenial,” tulis peneliti utama Dr. Andreana N. Holowatyj, PhD, MSCI.

    Tanda Beban Penyakit Akan Meningkat

    Para peneliti menyebut peningkatan angka kejadian pada generasi muda bisa menjadi indikasi beban penyakit yang akan datang. Mereka pun menekankan perlunya penelitian lebih lanjut, terutama terkait tipe histologi dari kanker ini yang masih belum banyak diketahui masyarakat luas.

    “Kanker usus buntu ini memang tergolong langka, tapi trennya menunjukkan bahwa kita tidak bisa lagi mengabaikannya,” jelas tim peneliti dalam kesimpulan.

    Kenali Gejalanya

    Meski tidak dibahas secara detail dalam studi ini, secara umum, gejala yang muncul bisa mirip dengan radang usus buntu biasa, seperti:

    Nyeri di perut bagian kanan bawahMual atau muntahPenurunan berat badan tanpa sebab jelasGangguan pencernaan berkepanjangan

    Bila kamu atau keluarga mengalami gejala tersebut, segera periksakan ke dokter.

    (naf/kna)

  • Kasus Aktif COVID-19 India Nanjak, 9 Orang Meninggal Termasuk Pria 34 Tahun

    Kasus Aktif COVID-19 India Nanjak, 9 Orang Meninggal Termasuk Pria 34 Tahun

    Jakarta – India kembali mencatat kenaikan kasus aktif COVID-19 setelah sempat menunjukkan penurunan pada hari Jumat. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India, jumlah kasus aktif naik menjadi 7.400 dengan 269 infeksi baru dalam 24 jam terakhir. Tak hanya itu, sembilan kematian juga dilaporkan dalam periode yang sama.

    Dari sembilan korban meninggal, empat berasal dari Maharashtra, tiga dari Kerala, serta masing-masing satu dari Tamil Nadu dan Rajasthan. Salah satu korban adalah seorang pria berusia 34 tahun dari Maharashtra, sementara delapan lainnya merupakan lansia dengan riwayat penyakit pernapasan dan kondisi medis kronis.

    Peningkatan kasus kali ini disebut-sebut dipicu oleh kemunculan sejumlah subvarian baru, seperti LF.7, XFG, JN.1, hingga NB.1.8.1 yang belakangan terdeteksi. Varian-varian tersebut dinilai lebih cepat menular, meskipun gejalanya masih tergolong ringan pada sebagian besar pasien.

    Secara geografis, Kerala mencatat jumlah kasus aktif terbanyak dengan 2.109 kasus. Sementara itu, Karnataka melaporkan lonjakan harian tertinggi dengan 132 kasus baru dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus aktifnya menjadi 527.

    Gujarat menambahkan 79 kasus baru dan kini memiliki 1.437 kasus aktif, sedangkan Delhi mengalami penurunan menjadi 672 kasus aktif.

    Vaksinasi Booster ke Kelompok Rentan

    Menanggapi lonjakan ini, para ahli kesehatan India menegaskan bahwa vaksinasi penguat massal tidak diperlukan untuk saat ini. Mereka merekomendasikan pendekatan yang lebih tertarget, terutama untuk kelompok berisiko tinggi seperti lansia, riwayat gangguan imun, serta pasien dengan penyakit kronis.

    “Mayoritas masyarakat telah memiliki kekebalan hibrida dari infeksi sebelumnya dan cakupan vaksinasi yang tinggi,” ujar seorang ahli kesehatan kepada media lokal.

    Pemerintah juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga kebersihan tangan, dan menghindari kerumunan.

    Selain itu, tenaga medis juga menyoroti pentingnya membedakan gejala COVID-19-19 dari flu musiman, karena keduanya bisa memiliki tanda-tanda yang mirip seperti demam, kelelahan, dan sesak napas.

    Masyarakat yang masuk kategori rentan diminta untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala yang memburuk. Ikatan Medis India pun kembali menegaskan pentingnya langkah pencegahan demi menekan penyebaran virus.

    (naf/naf)