Category: Detik.com Kesehatan

  • Dokter Ngaku Bersalah Atas Kematian Matthew Perry, Suntik Ketamin Picu Overdosis

    Dokter Ngaku Bersalah Atas Kematian Matthew Perry, Suntik Ketamin Picu Overdosis

    Jakarta

    Seorang dokter asal California, Amerika Serikat, mengaku bersalah atas empat tuduhan distribusi ilegal obat ketamin yang berujung pada kematian bintang serial Friends, Matthew Perry. Pengakuan ini tertuang dalam dokumen pengadilan yang dirilis Senin (16/6).

    Dokter tersebut, Salvador Plasencia, diketahui mengelola klinik perawatan darurat di kawasan Malibu. Ia menjadi salah satu dari lima orang yang didakwa terkait kematian Perry pada Oktober 2023 lalu. Jaksa menyebut Plasencia terancam hukuman penjara hingga 40 tahun.

    Dalam perjanjian pembelaan, Plasencia mengaku telah menyuntikkan ketamin kepada Perry di rumah si aktor dan di area parkir Santa Monica, hanya beberapa minggu sebelum kematiannya. Ia juga mengakui bahwa tindakan tersebut dilakukan demi bayaran ribuan dolar dan bukan untuk tujuan medis yang sah.

    Hasil autopsi menunjukkan Perry yang meninggal di usia 54 tahun, tewas akibat efek akut dari ketamin yang menyebabkan kehilangan kesadaran hingga akhirnya tenggelam di bak mandi air panas.

    Ketamin sendiri merupakan obat bius kerja cepat yang juga memiliki efek halusinogen. Obat ini terkadang digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan kecemasan, tetapi juga kerap disalahgunakan secara ilegal.

    Plasencia mendapatkan pasokan ketamin dari seorang dokter lain, Mark Chavez asal San Diego. Dalam berkas pengadilan sebelumnya, Plasencia sempat mengirim pesan kepada Chavez, menyebut Perry sebagai ‘orang bodoh’ yang mau membayar mahal untuk obat tersebut.

    Chavez dan dua terdakwa lain telah lebih dulu mengaku bersalah. Namun sejauh ini belum ada vonis dijatuhkan.

    Sementara itu, terdakwa kelima bernama Jasveen Sangha, disebut otoritas sebagai pengedar narkoba yang dikenal dengan julukan ‘ratu ketamin’. Sangha dituduh sebagai pemasok dosis ketamin yang menyebabkan kematian Perry. Ia membantah semua tuduhan dan dijadwalkan menjalani sidang pada Agustus mendatang.

    Diketahui, Perry secara terbuka pernah mengungkap perjuangannya melawan kecanduan selama bertahun-tahun, termasuk saat dirinya masih membintangi karakter Chandler Bing di sitkom legendaris Friends pada era 1990-an.

    (kna/kna)

  • Israel Panik Diserang Rudal Iran, Begini Kondisi Warga yang Dirawat di RS

    Israel Panik Diserang Rudal Iran, Begini Kondisi Warga yang Dirawat di RS

    Jakarta

    Rumah sakit di seluruh Israel telah memasuki mode darurat dan mulai merelokasi operasi penting ke fasilitas bawah tanah yang dibentengi.

    Kantor berita Haaretz mengabarkan situasi darurat itu membuat rumah sakit membatalkan operasi yang tidak penting, memulangkan pasien yang stabil dan mengaktifkan ruang bawah tanah rumah sakit.

    Menurut laporan tersebut, rumah sakit di Israel utara-termasuk Emek Medical Center di Afula, Bnai Zion di Haifa, Poriya di Tiberias, dan Galilee Medical Center di Nahariya memulai protokol darurat pada Jumat pagi, memindahkan unit-unit utama ke tempat-tempat yang dibentengi.

    Di Israel tengah, Rumah Sakit Ichilov di Tel Aviv membersihkan area parkir Sami Ofer untuk mulai mengoperasikan fasilitas darurat bawah tanahnya sebagai bagian dari rencana darurat yang telah ditetapkan sebelumnya.

    RS rawat korban luka-luka

    Laman Times of Israel mengabarkan Wolfson Medical Center di Holon mengatakan 65 orang yang terluka telah dirawat setelah rentetan rudal balistik terbaru dari Iran. Lima orang dalam kondisi kritis, tujuh orang sedang dan sisanya luka ringan.

    Pusat Medis Shamir di Be’er Ya’akov mengatakan sedang merawat 28 orang. Satu orang dalam kondisi kritis, satu orang sedang, dan 20 orang luka ringan. Enam orang dirawat karena kecemasan.

    Pusat Medis Sheba di Tel Hashomer melaporkan bahwa 37 orang dengan luka ringan hingga sedang sedang dirawat.

    Pusat Medis Assuta di Ashdod mengatakan lima orang sedang dirawat, satu dalam kondisi kritis dan empat dalam kondisi sedang.

    (kna/kna)

  • Mencekam! RS di Iran Kewalahan Tangani Korban Serangan Israel

    Mencekam! RS di Iran Kewalahan Tangani Korban Serangan Israel

    Jakarta

    Korban luka di rumah sakit Imam Khomeini di Teheran, Iran, terus bertambah sejak Jumat (13/6/2025). Pada Minggu malam, serangan Israel di Ibu Kota Iran membuat rumah sakit kewalahan menangani korban perang, bahkan seorang dokter menggambarkan situasi tersebut sebagai ‘pertumpahan darah’.

    “Itu pertumpahan darah. Kami kewalahan oleh kekacauan dan jeritan anggota keluarga yang berduka. Puluhan orang dengan luka yang mengancam jiwa, luka ringan, dan bahkan jenazah dibawa ke rumah sakit,” kata seorang dokter di unit gawat darurat rumah sakit itu kepada Guardian pada hari Senin.

    Saat pertempuran antara Israel dan Iran memasuki hari keempat, rumah-rumah sakit di Iran mulai dipenuhi korban luka, membebani fasilitas medis dan tenaga kesehatan yang sudah kelelahan. Staf medis menggambarkan suasana kacau penuh darah dan terus berdatangan korban seiring semakin intensifnya serangan Israel.

    “Saya melihat balita, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Para ibu yang berdarah-darah masuk terburu-buru membawa anak-anak mereka yang terkena serpihan bom,” kata dokter itu, seraya menambahkan beberapa orang tua baru menyadari bahwa mereka juga terluka setelah meletakkan anak mereka.

    Banyak korban yang mengalami cedera, mulai dari serpihan logam yang menancap di tulang paha dan jaringan lunak sekitar panggul, pendarahan internal, hingga luka bakar yang parah. Hal ini dikarenakan banyak warga yang berada di dekat lokasi saat bom Israel dijatuhkan, sehingga tubuh mereka dipenuhi serpihan logam mematikan.

    Peperangan ini bermula ketika Israel meluncurkan ratusan serangan udara ke Iran pada Jumat dini hari, yang diklaim sebagai upaya mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Iran membalas dengan rudal dan drone, dan kekerasan antara kedua negara terus meningkat sejak saat itu.

    Otoritas Iran pada Senin pagi menyebutkan 1.277 orang telah dilarikan ke rumah sakit yang dikelola universitas di seluruh negeri, 224 di antaranya meninggal dunia.

    Namun, dokter di Rumah Sakit Imam Khomeini menyebutkan jumlah korban sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Di rumah sakit tempat ia bekerja, banyak ranjang disiapkan untuk unit perawatan intensif, sementara pasien dengan luka ringan dialihkan ke klinik lain.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Hossein Kermanpour, menyatakan lebih dari 90 persen korban adalah warga sipil. Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim Israel hanya menyerang target-target milik pemerintah Iran.

    Di sisi lain, pihak berwenang Iran mengklaim Israel telah membombardir sebuah rumah sakit di Kermanshah, Iran barat, hingga melukai sejumlah pasien. Sebuah video dramatis menunjukkan seorang penyiar televisi melarikan diri di tengah siaran langsung saat bom Israel menghantam stasiun TV pemerintah pada Senin malam.

    “Ada banyak korban tewas, tapi saya tidak tahu siapa saja mereka atau berapa jumlahnya. Kami tidak tahu mana yang merupakan aparat rezim – saya hanya berusaha menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin,” kata seorang tenaga medis di rumah sakit kota Karaj, barat Tehran, secara anonim.

    Ia menyalahkan Israel karena menyerang wilayah permukiman, namun juga mengkritik pemerintah Iran yang dinilai tidak peduli terhadap keselamatan warga sipil.

    Staf medis menggambarkan pemandangan anak-anak usia empat tahun yang tulangnya patah akibat ledakan di dekat mereka. Mereka kelelahan dan diminta bekerja bergantian tanpa henti karena korban terus berdatangan dari rumah sakit lain.

    “Kami bahkan belum sempat makan atau minum. Saya khawatir setelah pagi ini, akan lebih banyak jenazah yang datang,” ujar tenaga medis tersebut.

    Iran juga dilaporkan telah meminta negara-negara Teluk pada Senin untuk membujuk Donald Trump agar membantu memediasi gencatan senjata dengan Israel, namun situasi di lapangan belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

    “Tiga hari terakhir membangkitkan kenangan mengerikan,” kata dokter di Rumah Sakit Imam Khomeini.

    “Ini mengingatkan saya pada gambaran Perang Iran-Irak. Luka-lukanya sangat mengerikan dan kami seolah-olah bekerja di rumah sakit darurat di medan perang.”

  • Obat Herbal-Suplemen Pelangsing Ilegal Juga Bertebaran, Kenali Bahayanya

    Obat Herbal-Suplemen Pelangsing Ilegal Juga Bertebaran, Kenali Bahayanya

    Jakarta

    Peredaran produk obat dan pangan ilegal mendapat perhatian khusus dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Dalam periode Januari-Maret 2025 misalnya, BPOM RI menemukan 5 dari 6 produk di antara 1.148 produk yang diuji merupakan produk ilegal atau tidak memiliki izin edar.

    Sebagai catatan, obat bahan alam tidak boleh boleh ditambahkan BKO di dalamnya. Hal ini karena dikhawatirkan dapat memicu reaksi efek samping yang serius jika dikonsumsi tanpa pengawasan dokter.

    Adapun BKO yang ditemukan oleh BPOM sebelumnya sebagai berikut:

    Produk Pelangsing

    Produk Pegal Linu

    DeksametasonParasetamolNatrium diklofenak

    Kepala BPOM RI Taruna Ikrar memastikan sudah melakukan langkah tegas seperti penertiban fasilitas produksi dan distribusi, termasuk di tingkat ritel. Langkah-langkah yang diambil meliputi pengamanan produk, perintah penarikan, dan pemusnahan terhadap OBA yang teridentifikasi mengandung BKO.

    “BPOM juga telah memberikan sanksi administratif yang tegas, berupa peringatan keras hingga pencabutan izin edar produk yang diberikan kepada pelaku usaha yang memproduksi dan/atau mengedarkan produk OBA yang mengandung BKO,” jelas Taruna, dalam keterangan tertulis yang dirilis Selasa (29/4/2025).

    Terhadap para pelaku usaha yang diketahui melanggar aturan, BPOM tidak segan-segan dalam memberikan sanksi tegas. Menurut Taruna, sanksi pidana juga bisa dibebankan kepada para oknum pelaku usaha tersebut.

    Apa Saja Produk yang Ditemukan?

    DHA pelangsing beauty slim capsule: mengandung sibutramin, termasuk produk ilegalD-neervhie Energy Boost Up, pil hitam Ajaib: mengandung deksametason, produk ilegalSKM Sari Kulit Manggis: mengandung BKO parasetamol, produk ilegalBunga Naga: mengandung BKO natrium diklofenak dan parasetamol, produk ilegalJamu tradisional cap pace: mengandung BKO parasetamol, produk ilegalMy Body Slim: mengandung BKO bisakodil, nomor izin edar dibatalkan

    Penjelasan lebih lanjut terkait bahaya mengonsumsi OBA mengandung BKO dosis tinggi dalam jangka waktu lama akan dikupas tuntas oleh Kepala BPOM RI Taruna Ikrar, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN RI) Muhammad Mufti Mubarok, serta CEO Anugrah Inovasi Makmur Indonesia, Dennis Hadi di detikcom Leaders Forum.

    Saksikan detikcom Leaders Forum dengan tema ‘Ancaman Obat & Pangan Ilegal di Era Digital, Sayangi Ginjal!’ secara streaming melalui detikcom, Rabu (18/6/2025) pada pukul 13.00 WIB.

    (dpy/up)

  • Pengakuan Wanita Didiagnosis 7 Jenis Kanker, Begini Caranya Bertahan Hidup

    Pengakuan Wanita Didiagnosis 7 Jenis Kanker, Begini Caranya Bertahan Hidup

    Jakarta

    Seorang wanita di AS bernama Laine Jones (41) membagikan pengalamannya yang mengidap tujuh jenis kanker berbeda akibat kondisi genetik langka Li-Fraumeni Syndrome. Orang dengan sindrom ini memiliki risiko tinggi terkena kanker. Yayasan Li-Fraumeni memperkirakan 50 persen pengidap akan mengalami kanker sebelum usia 40, dan 90 persen sebelum usia 60.

    “Memang menyebalkan pernah mengalami tujuh jenis kanker, tapi di sisi lain, aku masih ada di sini,” ujarnya, dikutip Today.

    “Tujuanku setiap hari adalah memastikan orang lain tahu kisahku dan bisa bertanya, ‘Bagaimana kamu bisa melalui ini semua?” lanjutnya.

    1. Kanker Adrenal Cortical Carcinoma

    Jones awalnya didiagnosis mengidap kanker pada usia 18 bulan. Ia terkena adrenal cortical carcinoma, kanker ganas pada kelenjar adrenal. Pada tahun 1985, tes genetik belum umum dilakukan, sehingga dokter tidak mengetahui Jones memiliki kecenderungan genetik terhadap kanker.

    Perpustakaan Kedokteran Nasional AS mencatat tes genetik kanker baru mulai tersedia pada pertengahan 1990-an.

    ‘Aku sudah kena kanker waktu bayi, jadi pasti nggak bakal kena lagi. Aku sungguh percaya itu,” lanjutnya.

    2. Kanker Payudara

    Namun, pada 2008, saat tengah menempuh pendidikan sebagai perawat, Jones merasakan benjolan di payudara saat melakukan pemeriksaan sendiri. Ia pergi ke dokter dan diberi rujukan untuk USG, namun ia menunda pemeriksaan.

    “Aku bilang ke diriku sendiri, ‘Aku baru 24 tahun, nggak mungkin kena kanker payudara,’” kenangnya.

    “Aku menunda selama enam bulan hingga Desember untuk periksa USG.”

    Ternyata setelah diperiksa, ia didiagnosis kanker payudara stadium 2 dan perlu menjalani mastektomi ganda.

    3. Kanker Kulit

    Tak lama setelah perawatan selesai, teman ibunya memperhatikan ada tahi lalat mencurigakan di punggung Jones.

    “Dia bilang, ‘Maaf kalau lancang, tapi tahi lalatmu mencurigakan,’” tutur Jones. Setelah diangkat, ternyata itu adalah melanoma atau kanker kulit.

    Saat itu, Jones masih mencoba menganggap ‘sesuatu yang kebetulan’ lantaran didiagnosis tiga kanker sebelum usia 30.

    4. Kanker Tiroid

    Tapi pada 2010, dari hasil pemindaian PET lanjutan untuk kanker payudara, dokter menemukan kanker tiroid yang sudah menyebar ke bagian dada.

    Para dokter mulai curiga bahwa Jones memiliki kondisi genetik tertentu yang membuatnya lebih rentan terhadap kanker.

    “Akhirnya aku dikirim ke MD Anderson Cancer Center untuk menjalani tes genetik,” katanya.

    “Mereka bertanya, ‘Kamu pernah dengar soal Li-Fraumeni syndrome?’”

    Sebelumnya Jones sempat menanyakan kondisi ini kepada dokternya, tapi sempat diabaikan. Setelah dinyatakan positif Li-Fraumeni, metode pemantauan dan perawatannya pun berubah.

    Kini, Jones rutin menjalani MRI yang tidak menggunakan radiasi.

    “Tes genetik menyelamatkan hidupku karena itu benar-benar mengubah cara dokter merawatku,” ujarnya. “Aku merasa sangat beruntung.”

    Meski sudah menjalani mastektomi, kanker payudara Jones muncul kembali di kelenjar getah bening pada 2012. Ia mulai mengonsumsi Herceptin, yang menurutnya sangat membantu mengendalikan kanker payudara.

    5. Kanker Sarkoma

    Kanker adrenalnya pun juga ikut kambuh. Ia juga pernah didiagnosis sarkoma, kanker yang menyerang jaringan ikat seperti tulang dan otot. Kanker ini terdeteksi lebih awal lewat USG rutin payudara.

    “USG sangat membantu. Untuk kanker tiroid pun, aku rutin USG kepala dan leher,” katanya.

    “Kanker itu sudah dua kali kambuh. Tapi hampir semua kankernya terdeteksi sangat dini karena pemeriksaan rutin.”

    6-7 Kanker Paru dan Otak

    Jones juga didiagnosis kanker paru dan glioblastoma dalam bulan yang sama, tapi karena kanker paru ditemukan lebih awal, ia hanya butuh empat kali radioterapi.

    “Semua tergantung deteksi dini,” ujarnya. “Meskipun kankermu sudah hilang, penting sekali tetap rutin skrining. … Aku selalu bilang, ‘Sekali jadi pasien kanker, selamanya akan jadi pasien kanker.’”

    Setelah perawatan kanker paru, Jones kemudian menjalani pengobatan untuk glioblastoma. Ia menjalani kraniotomi (operasi otak) pada November 2023, beberapa minggu sebelum ulang tahun ke-40. Beberapa minggu lalu, ia menjalani operasi kedua karena ditemukan jaringan nekrosis dan sel kanker.

    “Aku akan mulai kemoterapi jenis lain,” katanya.

    “Aku sempat menjalani kemoterapi selama setahun dan juga 30 kali radiasi otak.”

    Kemoterapi barunya berupa obat oral yang akan diminumnya selama enam bulan. Ia juga rutin menjalani MRI, sehingga jika ada sel kanker muncul, dokter bisa segera menyesuaikan rencana perawatan.

    “Kambuhnya glioblastoma terjadi akhir Desember lalu, dan lagi-lagi, ketahuan sangat dini,” katanya. “Semua dokternya saling berkoordinasi. … Sangat menenangkan tahu mereka bekerja sebagai tim.”

  • Kebiasaan Ini Picu Dosen di Tegal Idap Hipertensi-Diabetes Berujung Sakit Ginjal

    Kebiasaan Ini Picu Dosen di Tegal Idap Hipertensi-Diabetes Berujung Sakit Ginjal

    Jakarta

    Seorang pria di Tegal bernama Fatchurrozak Himawan (46), menceritakan pengalamannya mengidap tiga penyakit kronis sekaligus yaitu hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal kronis. Setelah 10 tahun mengidap hipertensi, pada tahun lalu ia didiagnosis mengidap diabetes tipe dua dan penurunan fungsi ginjal.

    Meski proses pengobatan yang dijalani tidaklah mudah, ia mengaku bersyukur. Penurunan fungsi ginjalnya diketahui secara lebih dini sehingga ia bisa melakukan perawatan, tanpa harus menjalani dialisis atau cuci darah seumur hidup.

    Ia menyebut penyebab utama dari kondisi medis yang dialami adalah gaya hidupnya yang bebas dan tidak sehat. Ia mengaku sangat jarang olahraga dan tidak pernah memperhatikan makanan yang dikonsumsi.

    Ia seringkali mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak serta kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi.

    “Kalau pagi saya itu nasi bungkus kalau cuma satu itu kayaknya belum kenyang harus dua. Kalau siang itu makan pasti lebih dari satu piring, itu pasti. Saya sehari makan bisa empat kali, kalau malam capek bisa nambah nasi goreng, itu juga belum termasuk jajan ya,” kata Himawan ketika dihubungi detikcom, Senin (17/6/2025).

    “Saya termasuk overweight. Saya tingginya 167, berat badan 80 awalnya,” sambungnya.

    Ia berharap kisahnya ini bisa menjadi pelajaran untuk orang-orang yang masih sehat. Menurutnya melakukan pemeriksaan kesehatan dan perubahan pola hidup sehat sangat penting untuk diterapkan.

    Ketika pertama kali didiagnosis prediabetes tahun 2019, ia tidak mendengarkan saran ahli kesehatan untuk merubah gaya hidupnya. Himawan merasa tidak ada gejala signifikan sehingga ia tetap pada gaya hidup lamanya.

    Benar saja, pada tahun 2024 ia didiagnosis diabetes melitus tipe dua serta penurunan fungsi ginjal menjadi 80 persen.

    “Untuk orang-orang yang seperti saya, DM (diabetes melitus), hipertensi, dan ada penurunan fungsi ginjal, ini benar-benar dimanajemen ini. Bagaimana dietnya, bagaimana makannya. Kalau tidak, pasti tetap akan terjadi sebuah pemburukan, baik di fungsi ginjalnya ataupun di DM-nya,” sambungnya.

    (avk/kna)

  • 3 Pasien Batu Ginjal Ceritakan Gejala Awal yang Dirasakan, Seperti Ini Rasanya

    3 Pasien Batu Ginjal Ceritakan Gejala Awal yang Dirasakan, Seperti Ini Rasanya

    Jakarta

    Batu ginjal adalah benda keras yang terbuat dari mineral dan garam dalam urine, yang terbentuk di ginjal. Kondisi ini dapat disebabkan berbagai hal.

    Dikutip dari Mayo Clinic, penyebab meliputi pola makan, berat badan berlebih, beberapa kondisi kesehatan, serta beberapa suplemen dan obat-obatan. Kondisi ini dapat mempengaruhi organ lain yang memproduksi urine atau mengeluarkannya dari tubuh, mulai dari ginjal hingga kandung kemih.

    Sering kali, batu terbentuk saat urine mengandung lebih sedikit air. Hal inilah yang menyebabkan mineral membentuk kristal dan saling menempel.

    Jika tidak segera ditangani, kondisi batu ginjal dapat menimbulkan komplikasi berbahaya termasuk gagal ginjal. Berikut pengakuan tiga pasien soal tanda-tanda awal batu ginjal:

    Cerita Pasien soal Gejala Batu Ginjal yang Dikeluhkan

    1. Keluhkan Nyeri Punggung

    Seorang wanita berusia 46 tahun bernama Carollyn Gehrke mengalami nyeri punggung dan perut samping. Kejadian itu dialaminya saat libur Natal pada 2019.

    Dikutip dari Mayo Clinic, karena keluhan itu Carollyn hanya menghabiskan waktu liburannya dengan istirahat.

    “Saya merasakan sakit yang aman sangat tidak nyaman. Saya tidak menghadiri pesta Natal atau Tahun Baru. Hanya tinggal di rumah dengan selimut penghangat,” terangnya.

    Namun, rasa sakit di bagian punggungnya semakin parah. Carollyn dan ibunya menelepon bibinya yang bekerja di Mayo Clinic Health System di La Crosse, Amerika Serikat (AS).

    Mereka dihubungkan langsung dengan perawatan La Crosse yang menanyakan soal jenis nyeri yang dialami dan berapa lama rasa sakit itu berlangsung.

    Carollyn dirujuk ke dokter bedah Scott Pate, sehingga ia berangkat ke La Crosse bersama suaminya. Di mobil, Carollyn minum obat pereda nyeri dan selimut hangat untuk meredakan sakit.

    Setelah menjalani pemeriksaan, Carollyn didiagnosis batu ginjal jenis kalsium oksalat dengan ukuran 1 cm. Batu ginjal itu memiliki kemungkinan kecil untuk keluar dengan sendirinya.

    Sebagai tindak lanjut, dokter menjalani prosedur pembedahan dengan laser litotripsi untuk mengangkat batu ginjal Carollyn.

    NEXT: Darah di urine hingga sakit perut yang menusuk.

    2. Muncul Darah di Urine

    Gadis kecil berusia 6 tahun merasa ketakutan melihat adanya darah di urinenya saat berada di sekolah. Taylor yang tinggal di Philadelphia, AS, itu menceritakannya ke ibunya dan langsung membawanya ke dokter anak.

    Dikutip dari Children’s Hospital of Philadelphia, awalnya Taylor didiagnosis infeksi saluran kemih. Dokter pun meresepkan antibiotik untuknya.

    Namun, darah kembali muncul secara berkala selama beberapa bulan berikutnya. Ia juga mengalami muntah, dehidrasi, kelelahan, dan sakit perut.

    Taylor kembali dibawa ke dokter anak, didiagnosis infeksi ginjal dan kembali diresepkan antibiotik. Sekitar dua minggu kemudian, ia pergi ke rumah sakit dan CT scan menunjukkan batu ginjal tersangkut di ureternya.

    Melihat kondisinya, Taylor dirujuk untuk menjalani prosedur pemasangan stent di dalam ureternya. Dokter menggunakan laser untuk memecah batu ginjal sebesar 6 mm lalu mengeluarkannya.

    Pasca operasi, Taylor tidak pernah merasakan sakit dan rutin kontrol kesehatan setiap enam bulan sekali. Selain itu, ia juga mulai mengonsumsi banyak air putih dan menghindari makanan yang mengandung kadang garam yang tinggi.

    3. Sakit Perut yang Menusuk

    Seorang remaja berusia 15 tahun di Negara Bagian Ohio, AS, mengeluhkan nyeri yang tajam di perut bagian bawah. Remaja bernama Claire Monti itu merasa perutnya seperti ditusuk-tusuk secara terus-menerus.

    Rasa sakit itu semakin memburuk dalam beberapa hari berikutnya. Dikutip dari Cincinnati Children’s Hospital Medical Center, Claire dilarikan ke UGD. Setelah diperiksa, dokter menemukan adanya batu ginjal yang tersangkut di tabung drainase menuju kandung kemih.

    Sekitar satu minggu kemudian, batu ginjal Claire pecah dan keluar bersama stent. Pemeriksaan selanjutnya, dokter tidak lagi menemukan batu ginjal di tubuhnya.

    Pasca kejadian itu, Claire mulai menjaga pola makannya. Ia lebih banyak mengonsumsi yogurt dan limun, dan menghindari makanan favoritnya seperti selai kacang hingga cokelat.

  • Pesawat Air India Jatuh Menimpa Asrama Dokter, Ini Kesaksian Nakes yang Selamat

    Pesawat Air India Jatuh Menimpa Asrama Dokter, Ini Kesaksian Nakes yang Selamat

    Jakarta

    Seorang Dokter di India, Navin Chaudhary, mendengar ledakan keras saat ingin menyantap makanannya. Ia menoleh ke belakang dan melihat api besar membakar ruang makan tempat ia dan dokter magang lainnya berkumpul.

    Saat api mulai mendekatinya, ia bergegas menuju jendela dan melompat. Dari bawah, Chaudhary melihat ekor pesawat Air India yang tergantung di gedung kampus kedokteran.

    “Terjadi kebakaran dan banyak yang terluka,” beber Chaudhary yang dikutip dari AP News.

    Chaudhary mengatakan ia merasa beruntung bisa selamat. Meski begitu, ia segera pergi ke unit perawatan intensif rumah sakit, tempat para korban luka bakar yang dibawa dengan tandu.

    “Saya merasa bahwa sebagai seorang dokter, saya dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Saya selamat, jadi apapun yang dapat saya lakukan, saya harus melakukannya,” jelasnya.

    Setidaknya 270 orang tewas saat pesawat Air India menabrak gedung perguruan tinggi kedokteran di Ahmedabad tak lama setelah lepas landas pada Kamis (12/6/2025). Hanya satu penumpang di antara 242 penumpang yang selamat.

    Setidaknya, 29 orang lainnya yang berada di tempat kejadian termasuk lima mahasiswa kedokteran di dalam asrama tewas.

    Seorang mahasiswa kedokteran senior, Akshay Zala, mengungkapkan kecelakaan itu terasa seperti gempa bumi.

    “Saya hampir tidak bisa melihat apapun karena gumpalan asap dan debu tebal menyelimuti semuanya. Saya kesulitan bernapas,” terangnya.

    Ketika kejadian itu, Zala bergegas pergi ke tempat aman sambil berlari menembus debu dan asap. Dia membersihkan dan membalut luka di kaki kirinya, lalu bergabung dengan yang lainnya di pusat trauma perguruan tinggi kedokteran untuk merawat yang terluka.

    NEXT: Banyak juga yang tidak selamat

    Pada Senin (16/6), lokasi kecelakaan dipenuhi ekskavator dan pekerja untuk membersihkan puing-puing. Para pejabat memeriksa gedung untuk mencari petunjuk yang memungkinkan penyelidik mengetahui apa yang menyebabkan tragedi tersebut.

    Sejauh ini, otoritas India telah menyerahkan jenazah 47 korban. Jenazah 92 korban lainnya juga telah diidentifikasi melalui pencocokan DNA dan akan segera diserahkan kepada keluarga.

    Dekan perguruan tinggi Minakshi Parikh mengatakan banyak dokter yang menyelamatkan rekan-rekan mereka dari reruntuhan, kemudian kembali bertugas untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.

    “Mereka melakukan itu dan semangatnya terus berlanjut hingga saat ini,” kata Parikh.

    “Hal pertama yang dilakukan para dokter yang berhasil menyelamatkan diri adalah kembali ke dalam dan menyelamatkan rekan-rekan mereka yang terjebak di dalam. Mereka bahkan mungkin tidak selamat karena tim penyelamat butuh waktu untuk datang,” pungkasnya.

  • Cerita Dosen di Tegal Idap Hipertensi-Diabetes, Berujung Kena Penyakit Ginjal

    Cerita Dosen di Tegal Idap Hipertensi-Diabetes, Berujung Kena Penyakit Ginjal

    Jakarta

    Seorang pria di Tegal, Jawa Tengah bernama Fatchurrozak Himawan (46) menceritakan kisahnya mengidap tiga penyakit kronis sekaligus yaitu hipertensi, diabetes tipe dua, dan penyakit ginjal. Semua bermula dari 10 tahun lalu ketika ia mengidap hipertensi.

    Karena kondisinya itu, ia harus mengonsumsi obat tekanan darah bila mengalami gejala nyeri kepala. Sampai pada suatu waktu di tahun 2019, pria yang bekerja sebagai pengajar keperawatan di Poltekkes Kemenkes Semarang ini terlibat sebagai responden sebuah penelitian kesehatan.

    Dari hasil penelitian tersebut, terungkap bahwa ia mengalami kondisi prediabetes. Prediabetes merupakan kondisi ketika kadar gula darah sudah cukup tinggi dan berisiko tinggi berkembang menjadi diabetes tipe dua.

    Peneliti saat itu mengimbaunya untuk mengubah gaya hidup secara keseluruhan. Tapi karena merasa tidak ada gejala yang signifikan, ia memilih untuk tidak mengikutinya.

    “Saya nggak percaya (prediabetes). Orang keluarga saya kan nggak ada yang diabetes. Saya juga tahu sampai saat ini nggak pernah ada gejala DM (diabetes melitus). Saya juga nyaman. BAK (buang air kecil) juga tidak ada masalah. Sepertinya kayaknya nggak ada,” kata Himawan ketika dihubungi detikcom, Senin (16/6/2025).

    “Jadi saya tetap seperti biasa, olahraga jarang, makannya bebas, cenderung porsinya banyak,” sambungnya.

    Semua berubah ketika 5 tahun kemudian ia mulai mengalami gejala gangguan penglihatan. Ia menyebut pandangannya saat itu seperti membayang ganda, sehingga terlihat tidak jelas.

    Meski memang memiliki mata minus, gejala yang muncul tidak wajar. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit demi menjalani pemeriksaan dokter. Terungkap, rupanya ia memiliki masalah diabetes tipe dua.

    Beberapa bulan kemudian, ia kembali melakukan pemeriksaan. Hasilnya lebih parah, terungkap bahwa hipertensi dan diabetes yang diidapnya sudah berpengaruh pada kinerja ginjalnya yang menurun menjadi 80 persen.

    “Kalau saya belajar, itu DM, hipertensi, itu salah satu penyebab utama untuk gagal ginjal. Makanya saya coba mengatasi DM sama hipertensinya,” ceritanya.

    “Pandangan double itu karena gula yang ke mata itu sudah mengganggu penglihatan saya. Itu saya sudah mulai takut,” sambung Himawan.

    Semenjak saat itu, ia mulai melakukan diet secara ketat. Berat badannya bahkan sempat turun 10 kg hanya dalam waktu dua bulan karena begitu takut dengan kondisi kesehatannya.

    Setelah banyak berkonsultasi dan mempelajari literatur kesehatan, ia mengetahui penurunan berat badan terlalu drastis sebenarnya juga tidak baik. Sebaiknya penurunan berat badan dilakukan secara bertahap, agar fungsi ginjal juga tidak terbebani.

    NEXT: Bersyukur karena sakitnya ketahuan

    Pada saat ini, kondisinya sudah jauh lebih terkontrol dengan konsumsi obat-obatan hipertensi dan diabetes. Secara total, ia sudah menurunkan berat badannya sebanyak 12 kg dari 80 kg menjadi 68 kg.

    Meski apa yang dijalaninya berat, ia mengaku sangat bersyukur. Karena sakit dan menjalani pemeriksaan, dirinya bisa mengetahui ada penyakit ginjal kronis di tubuhnya secara lebih dini.

    Jika terlambat, mungkin saja ia harus menjalani cuci darah seumur hidup akibat gagal ginjal. Terlebih, penyakit ginjal umumnya baru menunjukkan gejala di stadium akhir.

    “Saya takut ya, takut akan terjadi gagal ginjal, saya harus ketergantungan alat (cuci darah),” katanya.

    “Tapi kalau (fungsi ginjal) masih 80 persen kayak saya, itu masih memungkinkan untuk perbaikan ginjal. Tapi kalau sudah 30 persen ke bawah, susah harus ketergantungan alat,” tandas Himawan.

  • Apakah Nyeri Lutut Berkepanjangan Harus Dioperasi? Ini Kata Dokter

    Apakah Nyeri Lutut Berkepanjangan Harus Dioperasi? Ini Kata Dokter

    Jakarta

    Nyeri lutut menjadi salah satu keluhan yang banyak dirasakan oleh masyarakat di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di kota besar seperti Surabaya. Terutama mereka yang berusia menengah hingga lansia.

    Baik akibat osteoartritis maupun faktor lainnya, nyeri lutut sebenarnya dapat ditangani dengan berbagai pendekatan secara bertahap, mulai dari metode konservatif hingga tindakan bedah, yang hanya direkomendasikan jika kondisi tidak kunjung membaik.

    Seperti dijelaskan oleh Dokter Spesialis Ortopedi Konsultan Hip & Knee Mayapada Hospital Surabaya, Prof Dr dr Dwikora Novembri Utomo, SpOT(K), operasi bukanlah pilihan utama saat pasien datang dengan keluhan nyeri lutut.

    “Langkah pertama yang kami lakukan adalah pemeriksaan menyeluruh, mulai dari pemeriksaan fisik, rontgen, hingga MRI jika diperlukan, untuk memastikan terlebih dahulu apa penyebab nyeri lutut yang dialami pasien,” ungkap Prof Dwikora, dalam keterangan tertulis, Senin (16/6/2025).

    Penanganan nyeri lutut yang dilakukan oleh Prof Dwikora merupakan bagian dari layanan unggulan Orthopedic Center Mayapada Hospital Surabaya, yang dikenal dengan pendekatan penanganan yang cermat dan akurat, mulai dari konsultasi awal, pemeriksaan penunjang, hingga evaluasi lanjutan.

    Pendekatan yang dilakukan selalu menyesuaikan kondisi pasien, sekaligus menentukan terapi yang paling sesuai dan aman.

    Pemeriksaan awal merupakan tahap yang sangat penting karena lebih dari 70 persen kasus nyeri lutut ringan hingga sedang dapat membaik tanpa operasi, melalui terapi fisik, latihan penguatan otot, perubahan gaya hidup, atau penggunaan obat anti-inflamasi.

    Prof Dwikora menambahkan tindakan operasi biasanya direkomendasikan jika nyeri sudah sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan tidak membaik setelah tiga hingga enam bulan perawatan konservatif, atau ketika ditemukan kerusakan serius seperti robekan meniskus atau osteoartritis lanjut.

    Jika tindakan operasi dibutuhkan, Mayapada Hospital Surabaya menyediakan prosedur bedah dengan pendekatan minimal invasif, seperti artroskopi dan total knee replacement, yang kini didukung dengan teknologi VELYS™ Robotic-Assisted Solution dengan tingkat akurasi yang tinggi, sayatan lebih kecil, pemulihan yang lebih cepat, dan hasil jangka panjang yang lebih baik. Tidak hanya itu, peran fisioterapi juga sangat krusial dalam proses pemulihan.

    Program rehabilitasi yang tepat dapat membantu mengurangi nyeri hingga 50 persen dalam tiga bulan dan bahkan mencegah perlunya tindakan bedah pada sebagian besar kasus. Jika nyeri lutut mulai mengganggu aktivitas harian, sebaiknya jangan menunda untuk berkonsultasi ke rumah sakit guna mencegah kondisi semakin memburuk.

    Layanan Orthopedic Center Mayapada Hospital Surabaya dapat menjadi pilihan terpercaya dalam menangani berbagai masalah pada tulang, sendi, dan otot dengan perawatan yang menyeluruh dan berstandar internasional, mulai dari deteksi dini, diagnosis, tindakan, hingga terapi dan perawatan pasca-tindakan.

    Hospital Director Mayapada Hospital Surabaya dr Bona Fernando, M.D., FISQua mengungkapkan pihaknya percaya inovasi yang dihadirkan di Mayapada Hospital Surabaya akan secara signifikan meningkatkan patient experience, menjamin patient safety secara menyeluruh, serta memperluas akses terhadap layanan ortopedi berstandar internasional, khususnya dalam menangani keluhan nyeri lutut yang kian banyak dialami masyarakat.

    “Keberadaan teknologi dan pendekatan terkini ini diharapkan dapat menjadi solusi efektif bagi pasien di Surabaya, Jawa Timur, hingga Indonesia Timur. Inisiatif ini juga menjadi bukti kesiapan tim Orthopedic Board, yang terdiri dari dokter-dokter multidisiplin Orthopedic Center kami dalam memberikan perawatan terbaik,” jelas dr Bona.

    Segera jadwalkan konsultasi di Orthopedic Center Mayapada Hospital apabila mengalami nyeri lutut melalui aplikasi MyCare, yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Aplikasi ini memudahkan pengguna untuk mengatur jadwal pemeriksaan, hingga mengakses layanan gawat darurat.

    MyCare juga dilengkapi fitur Health Articles & Tips yang berisi informasi terkait layanan Orthopedic Center, serta Personal Health yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit untuk memantau langkah harian, kalori terbakar, detak jantung, hingga Body Mass Index (BMI).

    Unduh MyCare di Google Play Store atau App Store, dan nikmati reward point berupa potongan harga untuk pengguna baru di berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (anl/ega)