Category: Detik.com Kesehatan

  • Edukasi Cara Memijat Bayi di Posyandu Guji Baru Jakbar

    Edukasi Cara Memijat Bayi di Posyandu Guji Baru Jakbar

    Jakarta

    Pijat bayi merupakan salah satu metode stimulasi sentuhan yang telah terbukti mampu mendukung perkembangan motorik, sensorik, dan emosional bayi. Stimulasi sentuhan adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan (Wijayanti & Edmiandini, 2017). Salah satu bentuk stimulasi yang bisa dilakukan sejak bayi lahir adalah dengan pijat bayi yang dapat dilakukan oleh ibu. Berdasarkan penelitian T. FIeld & Scafidi dari Universitas Miami, AS, terapi sentuhan (pijat) bisa memberikan efek positif secara fisik, antara lain kenaikan berat badan bayi dan peningkatan produksi ASI. Hasil penelitiannya yaitu bayi mengalami kenaikan berat badan 20 – 47 persen perhari setelah dipijat dibandingkan kelompok bayi yang tidak dipijat. Ini disebabkan bayi yang dipijat mengalami peningkatan kadar enzim penyerapan dan insulin sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik. Dengan begitu bayi menjadi lebih cepat lapar karena lebih sering menyusu sehingga meningkatkan produksi ASI (Putri, Alissa 2016). Bayi yang mengalami banyak sentuhan, khususnya dari ibu bisa mengurangi depresi dan kecemasan, tidurnyapun bertambah tenang diikuti bertambahnya berat badan.

    Sangat disayangkan, ketika ibu yang memiliki bayi tetapi belum memahami manfaat serta mengetahui teknik yang benar dari memijat bayi. Oleh karena itu, sebagai bentuk nyata Kampus Jakarta dari Universitas Esa Unggul yang memiliki lokasi berdekatan dengan Posyandu Guji Baru Jakarta Barat, berupaya melaksanakan pelatihan bagaimana memijat bayi yang benar kepada kelompok para ibu di Posyandu. Kegiatan ini memberikan edukasi dan pelatihan yang disampaikan oleh narasumber ahli yaitu Donna Alifia, Amd. Keb, CHE berlatar belakang bidang ilmu kebidanan memahami dan berpengalaman dalam pemijatan bayi. Kegiatan dilaksanakan oleh Tim Pengabdian kepada masyarakat. Tim terdiri atas Tisa Putrinda, S.Sn., M.Sn. selaku ketua, dengan anggotanya Irma Damayantie, S.Ds., M.Ds, Erwin Rezasyah, S.Ds, M.I.D dan didampingi beberapa mahasiswa. Tim berlatar belakang bidang ilmu Desain Komunikasi Visual dan Desain Interior juga berupaya memberikan edukasi lewat media buku saku yang menarik dan efisien tentang panduan pijat bayi yang benar.

    Duri Kepa adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia. Kelurahan ini memiliki penduduk terbanyak di kecamatan Kebon Jeruk, yakni 73.972 jiwa (2021). Rukun Warga (RW) 02 Duri Kepa memiliki Posyandu Guji Baru yang memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, bayi ,balita, remaja, dan lansia. Posyandu Guji Baru terletak di Jl. Patra Guji Baru, RT.05/RW.02 Duri Kepa. Jumlah bayi dan balita cukup banyak, yaitu sekitar 125 orang. Pelayanan dilakukan sejak pagi hingga siang hari. Menurut laporan dari Ketua Posyandu Guji Baru, jumlah bayi dan balita di kawasan ini adalah yang tertinggi dibandingkan RT maupun RW lain sekitar Kelurahan Duri Kepa.

    Kegiatan abdi masyarakat dilaksanakan pada pada hari Jumat, 14 Februari 2025 dimulai pukul Pukul 08.00 hingga pukul 11.00 WIB. Pelatihan ini diawali dengan pemberian edukasi tentang mengapa perlu melakukan pijat bayi, manfaat pijat bayi, lalu dilanjutkan dengan demonstrasi langsung diiringi pemijatan yang dilakukan bersamaan oleh peserta. Jumlah peserta yang hadir sekitar 35 orang yang terdiri dari para ibu serta bayi yang turut serta dibawa pada saat pelatihan. Para peserta diajak untuk mempraktikkan langsung teknik pijat dan mencoba pada bayi masing-masing di bawah pengawasan narasumber ahli.

    Materi yang disampaikan meliputi pengenalan, manfaat, waktu yang tepat melakukan pijat bayi, posisi memijat, peralatan yang perlu disiapkan, tanda-tanda bayi yang siap atau tidak nyaman untuk dipijat, serta materi inti yaitu tata cara tahapan mememijat bayi yang benar. Kegiatan pelatihan pijat bayi berlangsung selama kurang lebih 1 hingga 2 jam. Setelah narasumber menjelaskan cara memijat bayi yang benar, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, yang dijawab satu persatu oleh narasumber dengan lengkap dan jelas. sebagai penutup kegiatan pemijatan bayi diberikan hadiah bagi peserta yang hadir paling awal, dan peserta yang aktif mengajukan pertanyaan yang baik.

    Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Beberapa ibu mengaku baru pertama kali mengetahui manfaat menyeluruh dari pijat bayi, karena selama ini, peserta hanya memijat bayi jika bayi sakit dengan membawa bayi ke dukun pijat. Mereka juga merasa lebih percaya diri untuk mempraktikkannya di rumah. Karena selain mendapatkan pelatihan langsung dari narasumber ahli, para peserta juga mendapatkan buku saku (booklet) panduan pijat bayi yang kecil dan praktis bisa dibawa pulang sehingga peserta dapat mempraktikkan pemijatan di rumah masing masing. Menurut ketua Posyandu Ibu Nurasia, kegiatan seperti ini sangat bermanfaat karena meningkatkan pemahaman dan keterlibatan para ibu dalam perawatan bayi. Harapannya, kegiatan serupa bisa terus dilakukan secara berkala dengan materi kesehatan lainnya.

    Catatan redaksi: Penulis merupakan dosen DKV Universitas Esa Unggul

    (up/up)

  • Fenomena Kemarau Basah Terjadi di Indonesia, Bisa Begini Efeknya ke Kulit

    Fenomena Kemarau Basah Terjadi di Indonesia, Bisa Begini Efeknya ke Kulit

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut Indonesia memasuki musim ‘kemarau basah’ yang diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2025. Kemarau basah adalah fenomena ketika hujan masih turun secara berkala di musim kemarau.

    Saat kemarau basah, ada risiko penyakit yang bisa muncul seperti DBD dan diare. Di samping itu kemarau basah juga bisa mempengaruhi kesehatan kulit.

    Spesialis dermatologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Hanny Nilasari, SpDVE mengatakan kemarau basah berpotensi meningkatkan munculnya dermatitis atopik dan biang keringat terutama mereka dengan kondisi kulit sensitif.

    “Orang-orang yang mengalami kondisi kulit yang sangat kering kemudian juga sangat sensitif itu pastinya akan terganggu di masa itu. Karena seharusnya kan dia fasenya sudah kemarau tapi karena kelembabannya tinggi jadi makanya pelembab itu sangat penting digunakan sehari-hari,” kata dr Hanny.

    Orang dengan riwayat eksim atau dermatitis atopik akan cenderung terpengaruh dengan fenomena kemarau basah. Oleh karena itu, dr Hanny menyarankan untuk menggunakan pelembap yang memiliki bahan aktif seperti oat dan ceramide untuk mengatasi permasalahan kulit yang muncul akibat kemarau basah.

    Penggunaan pelembap dengan bahan ceramide juga cenderung aman dipakai setiap hari. Agar efeknya maksimal, pelembab disarankan digunakan 5-10 menit setelah mandi.

    “Karena itulah, penting sekali untuk melembapkan kulit sensitif dengan bahan yang dapat membantu menghidrasi kulit, meredakan iritasi, mendukung perbaikan kulit dan melindungi kulit dari pemicu iritasi,” jelas dr Hanny

    (kna/kna)

  • Beredar Rumor Kanker Raja Charles Tak Bisa Sembuh, Peluang Pulihnya Rendah

    Beredar Rumor Kanker Raja Charles Tak Bisa Sembuh, Peluang Pulihnya Rendah

    Jakarta

    Sejak Istana Buckingham mengonfirmasi Raja Charles mengidap kanker pada tahun 2024, belum diketahui secara pasti jenis kanker yang diidapnya. Belakangan, beredar rumor yang menyebut kanker yang diidap Raja Charles tak bisa disembuhkan.

    Diagnosis kanker Raja Charles diumumkan setelah dia menjalani prosedur untuk mengatasi pembesaran prostat jinak, yang dikenal sebagai Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan berlebih jaringan prostat yang menekan uretra dan kandung kemih, sehingga membatasi aliran urine.

    Istana Buckingham belum mengungkapkan jenis kanker yang diidap Raja atau stadium penyakitnya saat ia terus menjalani perawatan.

    Namun, telah dipastikan bahwa ia tidak mengidap kanker prostat meskipun prosedur rumah sakit awalnya adalah untuk pembesaran prostat.

    Meskipun prosedur korektif yang dijalani Raja tidak diketahui, prosedur yang paling umum untuk BPH adalah Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Ablasi ultrasonografi transurethral (TULSA) adalah pilihan perawatan lain untuk BPH.

    Karena TURP dan TULSA melibatkan pengangkatan jaringan prostat, Profound Medical, yang mengembangkan perangkat TULSA, menyebut Raja Charles mungkin mengidap kanker kandung kemih atau ginjal setelah dokter memeriksa jaringan yang diangkatnya.

    “Sifat diagnosis Raja Charles tidak jarang terjadi dan disebut sebagai diagnosis insidental,” kata Profound Medical di situs webnya.

    Kanker Raja Charles disebut ‘tak bisa sembuh’

    Reporter kerajaan Camilla Tominey mengungkapkan bahwa beberapa sumber mengatakan kepadanya bahwa meskipun kanker Raja Charles saat ini terkendali, kondisinya itu tidak dapat disembuhkan.

    “Pembicaraan sekarang adalah bahwa ia mungkin meninggal ‘dengan’ kanker, tetapi bukan ‘karena’ kanker setelah menjalani program perawatan yang ketat,” tulisnya di The Telegraph.

    Tominey mengatakan bahwa dengan harapan kankernya dapat dicegah, ada rencana “tentatif” yang disiapkan untuk ulang tahun Raja yang ke-80 pada tahun 2028.

    Meskipun didiagnosis tahun lalu, Raja Charles telah kembali ke jadwal yang relatif aktif. Namun, laporan menunjukkan bahwa ia tidak akan pindah ke Istana Buckingham, seperti yang telah direncanakan sebelumnya, sebagian besar karena masalah kesehatannya yang sedang dialaminya.

    (kna/kna)

  • Beredar Rumor Kanker Raja Charles Tak Bisa Sembuh, Peluang Pulihnya Rendah

    Beredar Rumor Kanker Raja Charles Tak Bisa Sembuh, Peluang Pulihnya Rendah

    Jakarta

    Sejak Istana Buckingham mengonfirmasi Raja Charles mengidap kanker pada tahun 2024, belum diketahui secara pasti jenis kanker yang diidapnya. Belakangan, beredar rumor yang menyebut kanker yang diidap Raja Charles tak bisa disembuhkan.

    Diagnosis kanker Raja Charles diumumkan setelah dia menjalani prosedur untuk mengatasi pembesaran prostat jinak, yang dikenal sebagai Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan berlebih jaringan prostat yang menekan uretra dan kandung kemih, sehingga membatasi aliran urine.

    Istana Buckingham belum mengungkapkan jenis kanker yang diidap Raja atau stadium penyakitnya saat ia terus menjalani perawatan.

    Namun, telah dipastikan bahwa ia tidak mengidap kanker prostat meskipun prosedur rumah sakit awalnya adalah untuk pembesaran prostat.

    Meskipun prosedur korektif yang dijalani Raja tidak diketahui, prosedur yang paling umum untuk BPH adalah Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Ablasi ultrasonografi transurethral (TULSA) adalah pilihan perawatan lain untuk BPH.

    Karena TURP dan TULSA melibatkan pengangkatan jaringan prostat, Profound Medical, yang mengembangkan perangkat TULSA, menyebut Raja Charles mungkin mengidap kanker kandung kemih atau ginjal setelah dokter memeriksa jaringan yang diangkatnya.

    “Sifat diagnosis Raja Charles tidak jarang terjadi dan disebut sebagai diagnosis insidental,” kata Profound Medical di situs webnya.

    Kanker Raja Charles disebut ‘tak bisa sembuh’

    Reporter kerajaan Camilla Tominey mengungkapkan bahwa beberapa sumber mengatakan kepadanya bahwa meskipun kanker Raja Charles saat ini terkendali, kondisinya itu tidak dapat disembuhkan.

    “Pembicaraan sekarang adalah bahwa ia mungkin meninggal ‘dengan’ kanker, tetapi bukan ‘karena’ kanker setelah menjalani program perawatan yang ketat,” tulisnya di The Telegraph.

    Tominey mengatakan bahwa dengan harapan kankernya dapat dicegah, ada rencana “tentatif” yang disiapkan untuk ulang tahun Raja yang ke-80 pada tahun 2028.

    Meskipun didiagnosis tahun lalu, Raja Charles telah kembali ke jadwal yang relatif aktif. Namun, laporan menunjukkan bahwa ia tidak akan pindah ke Istana Buckingham, seperti yang telah direncanakan sebelumnya, sebagian besar karena masalah kesehatannya yang sedang dialaminya.

    (kna/kna)

  • Lagi-lagi Rumah Sakit di Iran Jadi Korban Serangan Israel, Begini Situasinya

    Lagi-lagi Rumah Sakit di Iran Jadi Korban Serangan Israel, Begini Situasinya

    Jakarta

    Pasukan Israel pada Senin (16/6/2025) hingga Selasa (17/6) dilaporkan menyerang Rumah Sakit Farabi di Kermanshah, dan Rumah Sakit Anak Hakim di Teheran Selatan. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas dan melukai pasien dan para tenaga kesehatan.

    Pejabat iran mengutuk serangan ini sebagai pelanggaran hukum internasional, dan menekankan rumah sakit adalah tempat yang dilindungi berdasarkan hukum humaniter internasional.

    Kementerian Kesehatan Iran melaporkan bahwa selama periode 65 jam, serangan udara Israel mengakibatkan lebih dari 1.400 korban, dengan lebih dari 90 persen adalah warga sipil. Serangan tersebut tidak hanya menargetkan lokasi militer dan nuklir tetapi juga infrastruktur publik, kawasan permukiman, dan fasilitas medis.

    Pada hari Senin (16/6), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengecam serangan rumah sakit tersebut sebagai kejahatan perang.

    “Menyerang rumah sakit dan kawasan permukiman, yang kabarnya diperintahkan oleh Menteri Pertahanan mereka, merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan kejahatan perang. Sejarah akan menghakimi; aib abadi menanti para pendukung & pembela rezim,” tulisnya dalam posting X, dikutip dari Press TV.

    Sebelumnya, Israel melancarkan agresi terhadap Iran pada Jumat pagi (13/6). Serangan tersebut menewaskan puluhan orang, termasuk komandan militer Iran berpangkat tinggi, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.

    (suc/suc)

  • Singapura Krisis Kesehatan Mental, 1 dari 4 Remaja Pernah Lukai Diri Sendiri

    Singapura Krisis Kesehatan Mental, 1 dari 4 Remaja Pernah Lukai Diri Sendiri

    Jakarta

    CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangai klinik kesehatan jiwa. Layanan konsultasi kesehatan jiwa juga disediakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) di laman resminya yaitu www.pdskji.org. Melalui laman organisasi profesi tersebut disediakan pemeriksaan secara mandiri untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa seseorang.

    Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa satu dari empat anak muda mengaku pernah melukai diri setidaknya satu kali dalam hidup mereka. Ini mengungkap prevalensi dan pola perilaku melukai diri sendiri tanpa bunuh diri atau self injury without suicidal intent (NSSI) di kalangan anak muda di Singapura.

    NSSI biasanya mencakup melukai diri sendiri (cutting), membakar diri, memukul, atau menimbulkan bahaya fisik lainnya.

    Penelitian tersebut menemukan bahwa perilaku NSSI rata-rata dilakukan oleh anak usia 14 tahun. Sementara pada pria, puncak kedua perilaku tersebut terjadi pada usia sekitar 18 tahun.

    Hasil Penelitian

    NSSI berulang, yang didefinisikan sebagai setidaknya lima kejadian melukai diri sendiri, dilaporkan oleh 11,6 persen responden.

    Metode melukai diri sendiri yang paling umum dalam penelitian tersebut adalah cutting, yang dilakukan hampir 13,5 persen anak muda. Hal ini diikuti dengan menggaruk, memukul diri sendiri, dna membenturkan kepala mereka ke sesuatu.

    Studi yang dipublikasi pada Maret itu juga mengambil data dari National Youth Mental Health Study dengan 2.600 peserta berusia 15 hingga 35 tahun. Studi nasional tersebut dilakukan oleh Institute of Mental Health (IMH).

    Ketua dewan medis di IMH, Dr Swapna Verma, mengatakan bahwa NSSI bukanlah gangguan mental, melainkan perilaku yang sering kali menandakan masalah yang mendasarinya.

    “Anak muda mungkin melakukan tindakan menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk mengatasi emosi atau tekanan yang luar biasa yang tidak dapat mereka atasi dengan cara yang lebih sehat,” jelas Dr Swapna dikutip dari The Straits Times.

    “Bagi sebagian orang, tindakan ini memberikan kelegaan sementara dari perasaan yang kuat, seperti kesedihan, kemarahan, kecemasan, atau mati rasa. Yang lain mungkin menggunakannya untuk mengkomunikasikan tekanan,” lanjutnya.

    Studi tersebut menyoroti beberapa faktor risiko yang terkait dengan perilaku melukai diri.

    Dilaporkan usia orang muda yang rentan melukai diri lebih tinggi adalah 15 hingga 29 tahun yang berpendidikan rendah. Hal ini juga dilakukan pada mereka yang mengalami gejala depresi dan kecemasan parah, atau sangat parah.

    Perilaku NSSI juga dua kali lebih mungkin dilakukan oleh mereka yang tidak puas dengan citra tubuhnya.

    “Diduga individu yang tidak puas dengan tubuhnya mengembangkan sikap acuh tak acuh dalam melindunginya, bersamaan dengan meningkatnya toleransi terhadap rasa sakit,” beber Kepala peneliti senior IMH Sherilyn Chang yang terlibat dalam studi.

    “Ketidakpedulian dan sikap acuh tak acuh terhadap tubuhnya tersebut memudahkan individu terlibat dalam perilaku melukai diri sendiri saat mereka menghadapi tekanan emosional yang intens.”

    Melihat hal ini, para peneliti dari studi tersebut menekankan pentingnya melatih orang-orang di sekolah, seperti guru dan konselor untuk mengenali dan menanggapi tanda-tanda melukai diri sendiri dengan tepat.

    Mereka juga menyerukan banyak program pencegahan, seperti program untuk meningkatkan ketahanan pada anak muda atau mengajarkan strategi penanganan yang lebih sehat untuk membantu mereka mengelola emosi.

  • Justin Bieber Akui Punya ‘Anger Issues’, Kesulitan Mengendalikan Amarah

    Justin Bieber Akui Punya ‘Anger Issues’, Kesulitan Mengendalikan Amarah

    Jakarta

    Penyanyi Justin Bieber baru-baru ini membuat para penggemarnya khawatir. Lewat postingan di akun Instagram miliknya, ia mengaku mempunyai ‘masalah amarah’ atau ‘anger issues’.

    Hal itu membuatnya merasa sangat hancur. Bieber juga menanggapi komentar orang-orang untuk berhenti mendesaknya ‘sembuh’. Sebab, ia mengaku merasa lelah karena harus memikirkan dirinya sendiri sepanjang waktu.

    “Orang-orang terus menyuruhku untuk sembuh. Tidakkah menurutmu jika aku bisa memperbaiki diriku sendiri, aku pasti sudah melakukannya? Aku tahu, aku hancur. Aku tahu punya masalah amarah,” tulisnya dalam postingan yang dikutip dari Channel News Asia.

    “Sepanjang hidupku, aku mencoba melakukan pekerjaan itu agar menjadi seperti orang-orang yang mengatakan bahwa aku perlu diperbaiki seperti mereka. Dan itu terus membuatku semakin lelah dan semakin marah. Semakin keras aku mencoba untuk tumbuh, fokusku hanya pada diriku sendiri,” sambungnya.

    Bieber mengatakan satu-satunya yang membuatnya ingin terus hidup adalah Tuhan. Ia merasa sangat lelah untuk memikirkan tentang dirinya sendiri.

    Menurut Bieber, kemarahannya adalah respons terhadap rasa sakit yang telah dialaminya.

    Apa Itu Anger Issues?

    Dikutip dari Healthline, kemarahan adalah respons alam dan naluriah terhadap ancaman. Sebagian kemarahan diperlukan untuk kelangsungan hidup kita.

    Kemarahan menjadi masalah saat seseorang kesulitan untuk mengelolanya, yang menyebabkan orang tersebut mengatakan atau melakukan hal-hal yang akan disesali.

    Sebuah studi tahun 2010 menemukan bahwa kemarahan yang tidak terkendali berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Kemarahan juga dapat dengan cepat meningkat menjadi kekerasan verbal atau fisik, yang dapat merugikan diri sendiri dan orang di sekitarnya.

    Banyak hal yang dapat memicu anger issues atau kemarahan ini, seperti:

    StresMasalah keluargaDepresiGangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)Penyalahgunaan alkoholGangguan hiperaktivitas defisit perhatianBipolarKesedihanGejala Anger Issues

    Kemarahan dapat menyebabkan gejala fisik dan emosional. Meskipun wajar untuk mengalami gejala-gejala ini sesekali, orang dengan masalah kemarahan cenderung mengalami gangguan yang lebih sering dan pada tingkat yang lebih parah.

    Gejala fisik

    Kemarahan memengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk jantung, otak, dan otot. Sebuah studi tahun 2011 menemukan bahwa kemarahan juga menyebabkan peningkatan testosteron dan penurunan kortisol.

    Tanda dan gejala fisik kemarahan meliputi:

    Peningkatan tekanan darahPeningkatan detak jantungSensasi kesemutanKetegangan otot

    Gejala emosional

    Ada sejumlah emosi yang berjalan seiring dengan kemarahan. Gejala emosional ini mungkin muncul sebelum, selama, atau setelah episode kemarahan:

    Mudah tersinggungFrustrasiKecemasanAmarahStresMerasa kewalahanRasa bersalah

    (sao/kna)

  • Israel Ketar-ketir Dihujani Rudal Iran, Warga Panic Buying Serbu Supermarket

    Israel Ketar-ketir Dihujani Rudal Iran, Warga Panic Buying Serbu Supermarket

    Jakarta

    Suasana mencekam di berbagai wilayah di Israel setelah Iran mengirimkan serangan balasan 100 drone ke wilayah tersebut. Akibat serangan ini, banyak warga Israel yang melakukan ‘panic buying’ atau pembelian mendadak untuk barang-barang konsumsi, bahkan sampai tahap penimbunan pada Jumat (13/6/2025).

    Mereka memborong makanan hingga kebutuhan pokok lainnya untuk bertahan hidup di tengah perang. Ilmuwan politik Israel Ori Goldberg mengatakan kepada Al Jazeera, peringatan pemerintah Israel kepada warganya untuk menimbun cukup kebutuhan pokok untuk bertahan selama dua minggu tampaknya telah dipatuhi.Ori Goldberg mengatakan kepada Al Jazeera, peringatan pemerintah Israel kepada warganya untuk menimbun cukup kebutuhan pokok untuk bertahan selama dua minggu tampaknya telah dipatuhi.

    “Saya tinggal di atas sebuah toko kelontong kecil [di Herzliya, dekat Tel Aviv],” katanya, dikutip dari Lorient Today.Herzliya, dekat Tel Aviv],” katanya, dikutip dari Lorient Today.

    “Saya pergi ke sana sekitar pukul 10 pagi. Rasanya seperti jatuhnya Saigon. “Antreannya panjang sekali dan hanya tersisa barang-barang kering yang paling buruk. Sungguh histeris,” imbuhnya.”Antreannya panjang sekali dan hanya tersisa barang-barang kering yang paling buruk. Sungguh histeris,” imbuhnya.”

    Video viral di media sosial menunjukkan pembelian massal di sebuah supermarket di Tel Aviv. Supermarket terlihat penuh sesak, antrean panjang di kasir, dan pelanggan membawa keranjang penuh barang.Tel Aviv. Supermarket terlihat penuh sesak, antrean panjang di kasir, dan pelanggan membawa keranjang penuh barang.

    Sebelumnya, Israel melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran pada dini hari Jumat pagi (13/6). Dengan mengerahkan 200 jet tempur, Israel menyerang pabrik pengayaan uranium terbesar Iran, Natanz.Natanz.

    Menurut New York Times, sedikitnya enam pangkalan militer di sekitar Teheran, termasuk Parchin. Tempat tinggal di dua kompleks yang sangat aman yang menjadi tempat tinggal komandan militer juga dibom, selain beberapa bangunan tempat tinggal di Teheran.Teheran, termasuk Parchin. Tempat tinggal di dua kompleks yang sangat aman yang menjadi tempat tinggal komandan militer juga dibom, selain beberapa bangunan tempat tinggal di Teheran.

    Panic Buying dari Sisi Psikologi

    Dikutip dari Madalyon Psikiyatri Merkezi, panic buying adalah tindakan melakukan pembelian berlebihan selama periode ketidakpastian, seperti bencana alam, krisis ekonomi, pandemi, dan perang. Perilaku ini ditandai dengan individu yang terlibat dalam perilaku pembelian karena takut, cemas, dan panik, didorong oleh perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

    Selama masa bencana alam, pandemi, krisis ekonomi, atau perang, individu mengalami berbagai perasaan yang terkait dengan ketakutan, kecemasan tentang masa depan, dan tekanan karena kehilangan kendali. Akibatnya, individu mengalami peningkatan tingkat stres.

    Untuk mengatasi peningkatan stres, ketakutan, dan kecemasan, individu cenderung beralih ke perilaku yang meyakinkan dan menenangkan. Selama masa ketidakpastian, individu mungkin terlibat dalam panic buying sebagai cara untuk mendapatkan kembali rasa kendali atas hidup mereka melalui perilaku pembelian yang dapat mereka kendalikan.

    (suc/kna)

  • Makin Banyak Gen X-Milenial Kena Kanker di Organ Pencernaan, Ini Gejala Awalnya

    Makin Banyak Gen X-Milenial Kena Kanker di Organ Pencernaan, Ini Gejala Awalnya

    Jakarta

    Kanker usus buntu paling banyak mengintai generasi X dan milenial. Hal ini juga dialami Chris Williams yang mendatangi rumah sakit 2021 lalu, dengan keluhan awal sakit perut yang berdenyut-denyut dan mual. Keesokan paginya, rasa sakitnya semakin parah.

    Di rumah sakit, ia didiagnosis mengidap radang usus buntu dan menjalani operasi pengangkatan usus buntu. Sekitar seminggu kemudian, ia bertemu dengan tim medisnya untuk melepas staples dan mendiskusikan langkah selanjutnya, saat itulah ia menerima berita mengejutkan.

    “Mereka menemukan tumor di usus buntu saya, dan melakukan biopsi terhadap tumor itu, memastikan bahwa itu adalah kanker,” kata Williams, yang berusia 48 tahun saat itu, dikutip dari CNN, Selasa (17/6/2025).

    “Bagi saya, ini benar-benar anugerah dan berkah untuk mendeteksi tumor tersebut, tumor tersebut memicu usus buntu saya hampir pecah sehingga mereka dapat menemukannya karena kemudian, mereka menemukan bahwa itu stadium III. Jika tumor itu tetap berada di dalam tubuh saya lebih lama, itu akan menjadi stadium IV,” yang merupakan stadium kanker paling lanjut dan lebih sulit diobati.

    Williams, yang kini bebas kanker setelah menyelesaikan pengobatan pada November 2022, termasuk dalam kelompok pasien kanker usus buntu yang terus bertambah di Amerika Serikat, didiagnosis pada usia muda.

    Meskipun kanker usus buntu jarang terjadi, diperkirakan hanya menyerang sekitar 1 atau 2 orang dari setiap 1 juta orang di Amerika Serikat setiap tahun, diagnosis meningkat tajam di kalangan generasi X dan milenial, menurut sebuah studi baru.

    Dibandingkan dengan orang yang lahir antara tahun 1941 hingga 1949, tingkat kejadian kanker usus buntu meningkat tiga kali lipat di antara orang yang lahir antara tahun 1976 dan 1984 dan empat kali lipat di antara orang yang lahir antara tahun 1981 dan 1989, menurut penelitian yang dipublikasikan minggu ini di Annals of Internal Medicine. Peningkatan kejadian ini ditemukan terjadi antara tahun 1975 hingga 2019.

    “Secara keseluruhan, ini mengkhawatirkan,” kata dr Andreana Holowatyj, penulis utama studi dan asisten profesor hematologi dan onkologi di Vanderbilt University Medical Center dan Vanderbilt-Ingram Cancer Center.

    “Kami melihat beberapa efek generasional ini untuk kanker usus besar, rektum, lambung, dan itulah salah satu alasan mengapa kami ingin meneliti hal ini pada kanker usus buntu yang langka. Namun, tingkat dan tren yang kami amati mengkhawatirkan dan mengkhawatirkan,” katanya.

    Para peneliti dalam studi baru tersebut, dari Vanderbilt University Medical Center, West Virginia University, dan University of Texas Health Science Center menganalisis data dari 4.858 orang di Amerika Serikat, berusia 20 tahun atau lebih, yang telah didiagnosis menderita kanker usus buntu antara tahun 1975 hingga 2019. Data tersebut berasal dari basis data Surveillance, Epidemiology, and End Results Program milik National Cancer Institute.

    Data tersebut dipisahkan menjadi kelompok usia lima tahun dan menunjukkan peningkatan angka kejadian kanker usus buntu menurut kelompok kelahiran, khususnya di antara orang yang lahir setelah tahun 1945, tulis para peneliti dalam studi tersebut.

    Meskipun studi baru tersebut tidak meneliti secara spesifik mengapa kejadian ini meningkat, para peneliti mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin dijelaskan oleh kemajuan dalam skrining penyakit atau alat diagnostik.

    “Tidak ada teknik skrining standar untuk kanker usus buntu. Banyak di antaranya yang ditemukan secara tidak sengaja setelah timbulnya sesuatu seperti radang usus buntu akut,” kata Holowatyj.

    Sebaliknya, tren tersebut mungkin terkait dengan paparan lingkungan yang dapat meningkatkan risiko bagi generasi yang kini memasuki pertengahan masa dewasa, tulis para peneliti. Dan tren serupa juga telah dilaporkan untuk kanker usus besar, rektum, dan lambung, yang menunjukkan bahwa kemungkinan faktor risiko dapat berkontribusi terhadap kanker gastrointestinal secara keseluruhan.

    Misalnya, obesitas telah diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk diagnosis kanker usus buntu dan diakui sebagai faktor risiko kanker usus besar, kata Holowatyj, seraya menambahkan bahwa mengidentifikasi faktor risiko apa yang mungkin mendorong tren dalam kejadian kanker ini dapat membantu mengungkap cara untuk mencegah penyakit.

    “Fakta bahwa kita melihat tren ini paralel di seluruh kanker saluran pencernaan lainnya memberi tahu kita, atau menunjukkan, mungkin ada faktor risiko bersama dan berbeda yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan kanker di seluruh generasi muda di saluran pencernaan,” kata Holowatyj.

    “Itu penting untuk dipahami, apa saja faktor-faktor yang sama tersebut, atau bagaimana faktor-faktor risiko tersebut berbeda, baik dalam besaran maupun risiko absolut di antara jenis-jenis kanker gastrointestinal ini – untuk membantu kita mendukung pengembangan strategi pencegahan yang efektif dan pada akhirnya bertujuan untuk mengurangi beban ini atau membalikkan tren ini,” katanya.

    Simak Video “Video Menkes Budi Tekankan Pentingnya Diagnosis Dini Penyakit Kanker”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Peredaran Obat-Pangan Ilegal Bisa Bahayakan Ginjal, Bahas di Sini Bareng BPOM dan BPKN

    Peredaran Obat-Pangan Ilegal Bisa Bahayakan Ginjal, Bahas di Sini Bareng BPOM dan BPKN

    Jakarta

    detikcom Leaders Forum kembali hadir, kali ini mengangkat tema ‘Ancaman Obat & Pangan Ilegal di Era Digital, Sayangi Ginjal!’. Bersama Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hingga Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), forum ini akan mengulas regulasi dan kebijakan untuk mengantisipasi dampak negatifnya.

    Di era digital ini, pengawasan peredaran produk obat dan pangan ilegal menjadi tantangan tersendiri. Banyaknya informasi dan promosi produk melalui berbagai saluran seperti di marketplace dan media sosial tanpa petunjuk atau izin yang jelas bisa menyesatkan, sekaligus membahayakan.

    Salah satu masalah yang kerap muncul adalah temuan Bahan Kimia Obat (BKO) dalam obat bahan alam dan suplemen kesehatan. Pemakaian dalam dosis tinggi atau jangka panjang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan penglihatan hingga gagal ginjal dan bahkan kematian.

    Forum ini akan menghadirkan Kepala BPOM RI Taruna Ikrar, Kepala BPKN RI Muhammad Mufti Mubarok, serta CEO Anugrah Inovasi Makmur Indonesia, Dennis Hadi.

    Bersama Taruna Ikrar, akan dibahas pelanggaran-pelanggaran apa saja yang kerap ditemukan di lapangan hingga dampak kesehatan dari produk pangan dan obat ilegal. Hak-hak konsumen akan dibahas bersama Kepala BPKN RI, sedangkan perspektif industri dalam melihat banyaknya produk pangan dan suplemen yang beredar di marketplace akan diulas bersama Dennis Hadi.

    detikcom Leaders Forum dengan tema ‘Ancaman Obat & Pangan Ilegal di Era Digital, Sayangi Ginjal!’ bisa disaksikan secara streaming melalui detikcom, Rabu (18/6/2025) pada pukul 13.00 WIB. Acara ini didukung oleh Flimty, Le Minerale, dan Extra Joss Ultimate.

    (avk/suc)