Category: Detik.com Kesehatan

  • Video: Hengki Kawilarang Idap Diabetes Sebelum Meninggal Dunia

    Video: Hengki Kawilarang Idap Diabetes Sebelum Meninggal Dunia

    Jakarta – Desainer Hengki Kawilarang meninggal dunia pada Jumat (20/6). Keluarga menyebut Hengki sempat tak sadarkan diri dan dibawa ke IGD sebelum meninggal dunia. Diketahui, Hengki Kawilarang mengidap diabetes.

    Keluarga pun menyebut almarhum merupakan sosok yang baik dan rajin bersedekah. Almarhum juga orang yang dekat dengan keluarga.

    Tonton video-video menarik lainnya di 20detik.

    (/)

  • Usia Puber Ketiga pada Anak Laki-laki, Begini Tahapannya

    Usia Puber Ketiga pada Anak Laki-laki, Begini Tahapannya

    Jakarta

    Pubertas adalah proses alami tubuh untuk menjadi dewasa secara fisik. Saat mengalami pubertas, anak laki-laki akan memproduksi hormon tertentu yang memicu perubahan fisik.

    Umumnya, pubertas pada anak laki-laki berlangsung sampai usia 16-17 tahun. Meski demikian, setiap anak memiliki waktu pubernya masing-masing. Lantas, usia berapa puber tahap ketiga pada anak laki-laki?

    Usia Puber Ketiga pada Anak Laki-laki

    Seorang ahli perkembangan anak, Professor James Tanner membagi pubertas menjadi lima tahap. Masa pubertas anak laki-laki dimulai dari usia 9-14 tahun. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, tahap ketiga pubertas biasanya terjadi di usia 10-16 tahun.

    Bagi orang tua, tahapan dari Tanner bisa menjadi panduan untuk melihat perubahan pada anak laki-laki yang memasuki masa pubertas. Berikut kelima tahapannya.

    Tahap 1

    Tahap ini disebut sebagai masa pra-pubertas. Pada tahap ini, anak laki-laki belum mengalami perubahan yang tampak, tapi kelenjar adrenal mereka mengalami pematangan.

    Tahap 2

    Pada tahap kedua, perubahan fisik mulai terjadi. Dalam rentang usia 9-14 tahun, anak laki-laki biasanya mulai mengalami:

    Perkembangan genitalTumbuhnya bulu halus di sekitar penis dan ketiakPeningkatan tinggi badan, biasanya sekitar 5 cm-6,35 cm per tahunPerubahan komposisi tubuh dibarengi dengan penurunan lemak tubuh (jaringan adiposa)Mungkin mulai memiliki bau badan

    Tahap 3

    Perubahan fisik semakin cepat di rentang usia 10-16 tahun. Pada tahap ini, anak laki-laki mengalami:

    Pertumbuhan penis dan testis yang berkelanjutan. Mimpi basah juga bisa terjadiRambut kemaluan yang semakin gelap dan kasar, berbentuk segitiga di area genitalPeningkatan tinggi badan terus berlanjutLebih banyak mengeluarkan keringat yang menyebabkan bau badan.Perubahan vokalPeningkatan massa otot

    Tahap 4

    Pubertas mencapai puncaknya. Antara usia 11 dan 16 tahun, anak laki-laki mengalami:

    Pertumbuhan ukuran penis dan penggelapan pada skrotum dan testis.Tonjolan merah pada testis yang disebut rugae akan mulai terbentuk.Rambut kemaluan tetap berbentuk segitiga kasarPerkembangan jerawatSuara terus pecah

    Tahap ke 5

    Pada tahap ini, anak laki-laki menyelesaikan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Sebagian anak laki-laki berhenti tumbuh pada usia 17 tahun, namun beberapa lainnya mungkin terus tumbuh hingga usia 20-an.

    (elk/tgm)

  • Video Kemenkes: Banyak Orang Masih Takut Periksa Penyakit Menular Seksual

    Video Kemenkes: Banyak Orang Masih Takut Periksa Penyakit Menular Seksual

    JakartaKementerian Kesehatan (Kemenkes) sempat mengungkap mayoritas pengidap Infeksi Menular Seksual (IMS) ada pada usia produktif yakni 25-49 tahun dan terjadi peningkatan di 3 tahun terakhir pada usia 15-19 tahun karena jumlah tes yang tinggi.

    Kemenkes bilang di tahun 2024, jumlah kasus IMS di Indonesia sebanyak 4.589. Di mana sekitar 48%-nya, atau 2.191 itu adalah sivilis. Lantas, apa ya penyebab banyaknya kasus ini ditemukan di usia-usia tersebut?

    detikers, jangan lupa klik di sini untuk melihat video-video 20Detik lainnya!

    (/)

    kemenkes infeksi menular seksual penyakit infeksi menular seksual penyakit menular seksual penyakit seksual

  • Daftar Manfaat Rambutan untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

    Daftar Manfaat Rambutan untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

    Jakarta

    Rambutan adalah buah tropis dengan kulit berbulu dan daging yang manis. Tak hanya menggugah selera, buah dengan nama ilmiah Nephelium lappaceum dari famili sapindaceae ini juga menyimpan beberapa manfaat untuk kesehatan.

    Di balik tampilannya yang unik, rambutan mengandung nutrisi penting untuk menunjang fungsi tubuh. Apa saja manfaat dari makan rambutan?

    Manfaat Rambutan untuk Kesehatan

    Rambutan bermanfaat untuk mendukung kesehatan pencernaan, melindungi sistem kekebalan tubuh, dan melawan radikal bebas. Dikutip dari laman Health dan WebMD, berikut informasinya.

    1. Mendukung Kesehatan Pencernaan

    Rambutan merupakan sumber serat yang baik. Satu porsi 100 g daging buah rambutan mengandung 0,61-6,5 g serat.

    Buah ini mengandung serat larut dan tak larut yang keduanya penting untuk kesehatan. Serat larut membantu menjaga pergerakan usus agar mudah keluar dan mencegah sembelit dengan menarik air ke dalam tinja.

    Sementara, serat tidak larut menambah jumlah besar pada tinja yang mendukung pergerakan usus secara teratur. Serat ini membantu tubuh merasa kenyang setelah makan dengan memperlambat pencernaan.

    Makanan kaya serat seperti rambutan juga mengurangi risiko kondisi kesehatan umum, seperti kanker usus besar, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.

    2. Melindungi Sistem Kekebalan Tubuh

    Rambutan dapat mendukung sistem kekebalan tubuh. Manfaat ini berkat vitamin C yang dikandungnya.

    Mengonsumsi vitamin C yang cukup dan teratur bisa membantu mendukung kesehatan kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Kemudian, penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tertentu dari buah rambutan bisa membantu melawan infeksi. Ekstrak ini dapat mencegah virus bereplikasi, serta membantu sistem kekebalan tubuh dalam melawan kuman.

    3. Melawan Radikal Bebas

    Antioksidan dari rambutan bisa membantu melawan radikal bebas. Sel-sel yang bekerja menghasilkan radikal bebas yang bisa merusak sel dan DNA. Antioksidan telah terbukti mengurangi kerusakan sel dan berpotensi mengurangi risiko kanker pada banyak orang.

    4. Melindungi Kesehatan Jantung

    Penelitian menunjukkan bahwa rambutan bisa menurunkan kadar kolesterol. Diketahui bahwa kadar kolesterol tinggi menjadi faktor utama penyebab sakit jantung.

    Kandungan Nutrisi Rambutan

    Rambutan merupakan sumber vitamin A, vitamin C, vitamin B, kalium, kalsium, folat, kolin, mangan, seng, besi, betakaroten, dan magnesium. Dalam satu buah rambutan berukuran sedang terdapat:

    Kalori: 75Protein: Kurang dari 1 gLemak: Kurang dari 1 gKarbohidrat: 2 gSerat: Kurang dari 1 gGula: Kurang dari 1 g.

    (elk/tgm)

  • Video Dokter Hewan Jawab Pertanyaan Detikers: Ancom hingga Misdiagnosis

    Video Dokter Hewan Jawab Pertanyaan Detikers: Ancom hingga Misdiagnosis

    drh. Gustav Ananta Mueller sekaligus pemilik GustaVet Clinic menjawab tiga pertanyaan dari detikers. Ada yang bertanya soal animal communicator, ketakutan memberikan diagnosis pada hewan hingga tips meningkatkan imun anabul.

    Mau tahu apa jawaban dokter hewan Gustav? Kamu bisa cari tahu di video berikut ini ya!

    Jangan lupa klik di sini juga untuk menonton video-video 20Detik lainnya…

  • Ternyata Ini Pemicu Infeksi Menular Seksual di Gen Z Melonjak 3 Tahun Terakhir

    Ternyata Ini Pemicu Infeksi Menular Seksual di Gen Z Melonjak 3 Tahun Terakhir

    Jakarta

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr Ina Agustina Isturini, MKM mengatakan dalam tiga tahun terakhir terjadi tren peningkatan kasus infeksi menular seksual (IMS) pada remaja usia 15 hingga 19 tahun.

    Data Kemenkes RI menunjukkan di periode 2024, ada 4.589 kasus IMS. Dalam tiga tahun terakhir peningkatannya seperti berikut.

    Kelompok usia 15-19 tahun:2022: tercatat sebanyak 2.569 kasus2023: tercatat sebanyak 3.222 kasus2024: tercatat sebanyak 4.589 kasus

    Menurut dr Ina, IMS merupakan salah satu faktor risiko utama penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Luka atau peradangan pada area genital dapat membuka jalan masuknya virus HIV ke dalam tubuh.

    “Mayoritas kasus IMS terjadi pada usia produktif yaitu 25-49 tahun. Namun memang tiga tahun terakhir, terjadi tren peningkatan kasus pada usia 15-19 tahun,” ucapnya dalam konferensi pers, Jumat (20/6/2025).

    Apa Pemicunya?

    Menurut dr Ina, tingginya angka temuan kasus IMS pada remaja usia 15-19 tahun ternyata juga sejalan dengan meningkatnya jumlah tes yang dilakukan. Pada tahun 2022, jumlah orang yang menjalani tes IMS tercatat sebanyak 85.574 orang. Angka ini melonjak hampir dua kali lipat pada 2023 menjadi 158.378 orang. Lalu di tahun 2024, jumlahnya kembali meningkat tajam menjadi 291.672 orang.

    “Itu kita melihat dari tren tesnya saja sudah meningkat. Jadi sebenarnya memang bisa jadi ini fenomena gunung es yang sudah mencair, karena sudah mulai ada kesadaran, orang semakin sadar melakukan tes infeksi menular seksual. Artinya, seiring dengan peningkatan jumlah tes yang kemudian penemuan kasus kita semakin tinggi,” kata dr Ina.

    Dari keseluruhan kasus IMS pada remaja usia 15-19 tahun, penyakit yang paling banyak ditemukan adalah sifilis. Pada tahun 2024, tercatat ada 4.589 kasus IMS dan sekitar 48 persennya atau 2.191 kasus merupakan sifilis.

    (suc/naf)

  • Kesaksian Dokter Spesialis Israel soal Kerusakan Parah RS Pasca Rudal Iran

    Kesaksian Dokter Spesialis Israel soal Kerusakan Parah RS Pasca Rudal Iran

    Jakarta

    Rumah Sakit Soroka Israel mengalami kerusakan parah setelah mendapat serangan rudal balistik Iran pada Kamis (19/6/2025). Serangan itu menyebabkan kerusakan pada aula masuk rumah sakit dan beberapa departemen, termasuk unit oftalmologi di lantai tiga gedung bedah.

    Ledakan tersebut memecahkan jendela hingga membuat kaca bertebaran ke seluruh rumah sakit. Langit-langit rumah sakit runtuh, banyak peralatan medis yang hancur, hingga membuat koridor menjadi berantakan.

    “Sangat menyedihkan, saya tidak pernah mengira hal seperti ini bisa terjadi. Tidak pernah. Hanya ada tenaga medis profesional di sini, dan pasien,” terang dokter mata di Soroka Medical Center, Dr Wasim Hin.

    “Dan lihat apa yang terjadi pada kami. Di sini kami memiliki peralatan baru, tapi semuanya hancur,” lanjutnya yang dikutip dari NDTV.

    Yael Tiv, yang merupakan seorang perwira komando Home Front mengatakan kerusakan tersebut disebabkan oleh serangan langsung rudal dari Iran.

    Ia menyebut kondisi yang terjadi saat itu sangat-sangat mengerikan. Sementara itu, direktur rumah sakit dan pekerja lainnya mengatakan bisa selamat karena bangunan yang terkena serangan telah dievakuasi dalam beberapa hari terakhir.

    “Ini keajaiban. Bangunan baru saja dievakuasi,” kata pekerja pemeliharaan bangunan, Kevin Azoulay.

    Namun, serangan tersebut menyebabkan 40 orang mengalami luka-luka. Direktur rumah sakit Shlomi Codish mengungkapkan beberapa bangsal hancur karena serangan itu.

    “Beberapa bangsal hancur total dan ada kerusakan parah di seluruh rumah sakit dengan kerusakan pada bangunan, struktur, jendela, langit-langit di seluruh pusat medis,” tuturnya.

    Di Rumah Sakit Soroka, Boris Knaizer yang mengepalai departemen oftalmologi merasa kebingungan. Ia mengatakan departemen itu merawat sekitar 50 ribu pasien per tahun, tetapi kini bangunannya telah hancur.

    “Dan sekarang, bagaimana kami akan menerima mereka (pasien)? Kami tidak tahu, tidak punya tempat, kami tidak punya kamar, semuanya telah hancur,” pungkasnya.

    (sao/naf)

  • Perjalanan Michelle Penyintas Leukemia, Jalani Lebih 100 Kali Kemo untuk Sembuh

    Perjalanan Michelle Penyintas Leukemia, Jalani Lebih 100 Kali Kemo untuk Sembuh

    Jakarta

    Michelle Theodora mengungkapkan perjalanan panjang yang harus ia lalui saat berjuang melawan kanker darah. Wanita berusia 25 tahun itu sudah dinyatakan sembuh dan kini bahkan berprofesi sebagai seorang psikolog.

    Michelle menceritakan dirinya pertama kali didiagnosis kanker darah Acute lymphocytic leukemia (ALL) pada tahun 2011. Saat itu, ia mengalami gejala-gejala seperti kelelahan, nyeri sendi, kuku yang pucat, hingga sempat tidak bisa berjalan selama perawatan.

    Wanita yang tinggal di Jakarta Barat ini mengatakan jenis leukemia yang diidapnya itu biasanya memerlukan proses perawatan kurang lebih 2 tahun. Tapi karena pada tahun 2013 mengalami relaps, ia harus melanjutkan perawatan kemoterapinya.

    “Jadi tahun 2013 harusnya itu aku selesai kemoterapi, minimal 2 tahun. Tapi di tahun 2013 ini aku harus lanjutin kemoterapi lagi di Singapura, sebelumnya di Jakarta. Pada saat itu aku mengalami banyak efek samping karena dosisnya dua kali lipat,” cerita Michelle pada detikcom, Rabu (18/6/2025).

    Selama 4 tahun perawatan, ia menjalani ratusan kali kemoterapi. Terhitung selama periode 2011-2013, dirinya menjalani kemo sebanyak 70 kali. Jika ditambah dengan perawatan setelah relaps, ia memperkirakan sudah menjalani lebih dari 100 kali kemoterapi.

    Efek samping yang cukup berat harus dialami Michelle saat kemoterapi. Ia mengaku begitu sedih ketika melihat rambutnya saat itu mulai rontok dan kepalanya membotak.

    “Ada rambut rontoknya sudah pasti ya, aku sampai plontos dulu. Aku demam sampai setiap minggu demamnya tuh bukan demam sumeng-sumeng, tapi demam yang sampai menggigil. Terus transfusi darah juga hampir setiap bulan,” katanya.

    Setelah menjalani serangkaian perawatan dan pemeriksaan, Michelle dinyatakan remisi pada 2015. Pada tahun 2017, ia memulai pendidikan psikologinya di Universitas Tarumanegara dan kini resmi menjadi psikolog klinis.

    Ia meminta orang-orang yang sedang berjuang melawan penyakit untuk terus bertahan. Michelle juga mengimbau untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan.

    Ketika seseorang terlalu fokus pada hal yang tidak bisa dikendalikan, seringkali kondisi ini dapat menambah stres. Menurutnya, tiap kesulitan bisa menjadi sebuah sarana bagi manusia untuk terus bertumbuh.

    “Selama masih dihidupkan oleh Tuhan, punya napas hari ini, pakailah kesempatan napas itu dengan baik dan percaya bahwa masalah kita atau kesulitan kita itu bukanlah musuh, tapi segalanya itu seringkali bisa dipakai untuk membantu kita, bahkan juga bertumbuh lagi,” tandasnya.

    Selain berpraktik sebagai psikolog klinis, Michelle juga aktif membagikan konten motivasi dan kesehatan mental melalui media sosial, serta membuka sesi mentoring gratis. Michelle berharap apa yang ia lakukan bisa menjadi manfaat besar untuk orang-orang yang tengah berjuang dengan kondisi serupa.

    (avk/kna)

  • Pakar Ungkap Kebiasaan Makan yang Bikin Tak Gampang Sakit Jantung-Hipertensi

    Pakar Ungkap Kebiasaan Makan yang Bikin Tak Gampang Sakit Jantung-Hipertensi

    Jakarta

    Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi penyumbang beban biaya tertinggi BPJS Kesehatan. Jantung menempati posisi teratas dengan total 70 persen dari seluruh pembiayaan. Hal ini dilatarbelakangi dengan riwayat diabetes, hipertensi, dan obesitas tak terkontrol. Menurut Indonesian Gastronomy Community (IGC), perlu ada pendekatan gastronomi berbasis pangan lokal dan pola makan sadar atau yang kini lebih dikenal dengan ‘mindful eating’ sebagai solusi jangka panjang relevan dengan konteks budaya Indonesia.

    Sekretaris Umum IGC Ray Wagiu Basrowi menegaskan gastronomi bukan sekadar rasa dan tradisi, tetapi juga menyentuh aspek gizi, lingkungan, juga perilaku makan. Misalnya, konsep from farm to table, yang tidak hanya krusial karena menyangkut ketahanan pangan, tetapi juga berkaitan dengan isu perubahan iklim dan pola penyakit.

    “Proses dari ladang ke meja makan itu melibatkan banyak emisi, bahan bakar, dan potensi pemborosan. Semakin panjang rantai pasok, semakin besar pula jejak karbonnya. Ini yang menjelaskan mengapa pola makan yang berbasis nabati (plant-based) bisa menekan kasus PTM,” jelasnya saat ditemui pada peringatan Hari Gastronomi Berkelanjutan, Rabu (18/6/2025).

    Plant-Based Diet Turunkan Risiko PTM

    Berbagai studi kesehatan masyarakat menunjukkan pola makan tinggi protein hewani berkorelasi dengan peningkatan kasus penyakit tidak menular. Menurut IGC, bukan hanya jenis makanannya yang bermasalah, tetapi juga pola konsumsi berlebihan tanpa diimbangi aktivitas fisik memadai.

    “Ketika pilar protein hewani dikurangi dan diganti dengan plant-based, asupan serat meningkat. Serat ini mampu mengikat lemak jahat sebelum masuk ke metabolisme hati, dan dikeluarkan lewat feses. Ini terbukti menurunkan risiko kardiovaskular, diabetes, hingga hipertensi,” paparnya.

    Studi epidemiologi yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk yang terbaru di Universitas Gadjah Mada (UGM), menunjukkan pendekatan gastronomi lokal dengan sumber karbohidrat selain nasi, yang kaya serat berkontribusi pada penurunan risiko penyakit kronis.

    IGC juga menekankan pentingnya konsep isi piringku yang mengedepankan variasi warna dan jenis makanan. Minimal tiga warna cerah dalam sekali makan tidak hanya meningkatkan nilai gizi, tetapi juga mendorong anak dan dewasa untuk lebih menikmati makanan sehat.

    “Makanan sebaiknya tidak hanya bergizi, tapi juga menarik secara visual. Di budaya lokal banyak sumber karbohidrat non-nasi yang kaya serat. Gastronomi bisa menghidupkan kembali variasi ini dengan pendekatan menyenangkan,” tambahnya.

    NEXT: Mindful Eating: Makan Bukan Sekadar Kenyang

    Poin lain yang disampaikan IGC adalah mindful eating, yakni kebiasaan makan dengan kesadaran penuh. Menurutnya, makan seharusnya tidak hanya untuk kenyang, tetapi juga dinikmati. Hal ini penting karena pola makan emosional (emotional eating) masih banyak ditemukan di masyarakat Indonesia. Sejalan dengan temuan survey ‘Mindful Eating Study’ Health Collaborative Center (HCC), 47 persen warga RI memiliki kebiasaan makan emotional eating.

    “Ini penting karena kebiasaan makan mindful eating itu ternyata status kesehatannya jauh lebih bagus, fisik, dan mental seimbang, bisa menurunkan risiko penyakit metabolik,” beber Ray.

    Mengutip hasil riset di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Ray menyebut ada temuan kajian pada guru yang makan dengan tenang saat istirahat, memiliki produktivitas lebih tinggi dibanding sebelum makan.

    Rekomendasi ke Kemenkes

    IGC mendorong Kementerian Kesehatan dan semua pemangku kepentingan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip gastronomi dalam kampanye gizi nasional, termasuk promosi ‘Isi Piringku’. Tidak hanya soal jenis makanan, tetapi juga cara makan yang sehat dan menyenangkan.

    “Kampanye isi piringku perlu dilengkapi dengan promosi mindful eating. Gastronomi bisa jadi pendekatan budaya yang kuat untuk menurunkan prevalensi penyakit tidak menular,” kata dia.

    Dalam kesempatan yang sama, Ketua IGC, Ria Musiawan, juga memberikan contoh sukses pengendalian stunting dengan pendekatan gastronomi lokal. Misalnya di Kalimantan Tengah. IGC bekerja sama dengan pemerintah daerah serta komunitas lokal untuk mengenalkan kembali pangan lokal, yang selama ini sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat.

    “Pangan lokal sangat besar manfaatnya. Kami kembangkan menjadi berbagai menu baru agar lebih variatif dan tidak membosankan. Bahkan, beberapa menu bisa dijadikan produk untuk dijual oleh masyarakat,” ungkap Ria.

    Program ini juga melibatkan pelatihan untuk guru dan kader-kader, tidak hanya soal pengolahan makanan sehat tetapi juga penguatan karakter melalui pangan lokal. Dalam waktu tiga bulan setelah kegiatan, tercatat ada penurunan angka stunting di wilayah tersebut, meski dilakukan dalam skala kecil dengan melibatkan sekitar 100 ibu-ibu kader.

    Menurut Ria, penggunaan bahan pangan lokal di sekitar masyarakat memungkinkan anak-anak mengonsumsi makanan bergizi yang juga akrab dengan selera mereka. Dengan pengolahan yang menarik dan edukasi yang tepat, makanan sehat bisa tampil lebih kekinian dan diterima oleh generasi muda.

    IGC juga mendorong agar program makan bergizi gratis dari pemerintah dapat bersinergi dengan potensi pangan lokal di setiap daerah, serta melibatkan pelaku gastronomi sebagai bagian dari solusi gizi nasional.

    “Kami yakin gastronomi bisa jadi jembatan antara tradisi, gizi, dan masa depan anak-anak Indonesia,” pungkas Ria.

  • Waspadai Efek Samping dari Terlalu Banyak Konsumsi Kunyit, Bisa Sebabkan Anemia

    Waspadai Efek Samping dari Terlalu Banyak Konsumsi Kunyit, Bisa Sebabkan Anemia

    Jakarta

    Kunyit memiliki sifat anti peradangan dan antioksidan yang bisa membantu mengelola beberapa kondisi kesehatan. Rempah ini bisa mengurangi nyeri dan peradangan osteoarthritis.

    Kunyit bisa dikonsumsi dengan merebusnya sebagai minuman, dicampur ke dalam makanan atau dalam bentuk suplemen. Meski memiliki manfaat, dosis tinggi kunyit bisa menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan.

    Efek Samping Terlalu Banyak Konsumsi Kunyit

    Beberapa efek samping yang bisa terjadi dari terlalu banyak konsumsi kunyit di antaranya mengalami gangguan pencernaan, anemia, kadar gula darah rendah, hingga kerusakan ginjal.

    1. Gangguan Pencernaan

    Dalam dosis yang tinggi, kunyit bisa menyebabkan gangguan pencernaan. Dikutip dari laman Medical News Today, gejalanya meliputi mual, refluks asam, sakit perut, muntah, dan diare.

    2. Anemia

    Dosis tinggi kunyit bisa menghalangi penyerapan zat besi yang menyebabkan anemia. Dikutip dari laman Health, anemia adalah kondisi yang ditandai dengan rendahnya sel darah merah yang mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh.

    Gejalanya meliputi pusing, sakit kepala, jantung berdebar, kesulitan berkonsentrasi, serta kelemahan atau kelelahan.

    3. Kadar Gula Darah Rendah

    Kunyit memindahkan glukosa dari darah ke otot rangka, yang meningkatkan resistensi insulin dan mengatur kadar insulin. Efek tersebut mungkin bermanfaat bagi sebagian orang, meski demikian bisa berbahaya bagi orang dengan kadar gula darah normal. Konsumsi kunyit bisa menyebabkan hipoglikemia, di mana kadar gula darah turun terlalu rendah.

    4. Kerusakan Hati

    Efek samping terlalu banyak konsumsi kunyit lainnya adalah kerusakan hati. Kondisi ini meliputi hepatitis, cedera sel hati, dan kolestasis, atau penumpukan empedu dalam tubuh.

    Gejala kerusakan hati di antaranya nyeri perut, urine berwarna gelap, penyakit kuning, atau mual. Hentikan konsumsi kunyit dan konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan jika mengalami gejala ini.

    5. Kerusakan Ginjal

    Meski jarang terjadi, dosis tinggi kunyit bisa menyebabkan nefropati oksalat atau kerusakan ginjal. Kunyit merupakan sumber oksalat, zat yang mengikat kalsium dan menumpuk di ginjal.

    Ada sebuah kasus di mana seorang pria berusia 69 tahun mengalami gagal ginjal setelah mengonsumsi suplemen kunyit dan antibiotik dalam waktu lama. Pria ini terbukti memliki penumpukan oksalat di ginjalnya.

    Berapa Banyak Dosis Aman dalam Mengonsumsi Kunyit?

    Dikutip dari WebMD dan Healthline, sebenarnya rekomendasi dosis resmi terkait konsumsi kunyit belum tersedia. Namun, The US Food and Drug Administration (FDA) menganggap, kunyit aman dalam dosis 4.000-8.000 mg sehari. Dosis ini termasuk jumlah kunyit yang ditambahkan ke makanan dan suplemen.

    Sementara, penelitian biasanya menggunakan batas aman 500-2.000 mg per hari untuk mengonsumsi ekstrak kunyit. Masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan dosis kunyit yang paling efektif dan aman. Sebab, dosis aman kunyit bisa bervariasi, tergantung dengan kondisi kesehatan setiap orang. Dosis tinggi kunyit tidak disarankan untuk jangka panjang, sebab kurangnya penelitian yang mengonfirmasi keamanannya.

    Selain kunyit yang memiliki warna kuning, ada juga kunyit putih yang biasanya digunakan untuk pengobatan tradisional. Menurut jurnal berjudul “Acute Toxicity Test of White Turmeric (Curcuma Zedoaria) Extract on Histopathological Analysis of the Heart Muscle”, belum banyak penelitian mengenai efek samping dari kunyit putih.
    Meski demikian, dalam studi ini ditemukan bahwa ada kerusakan sel otot jantung yang meningkat secara signifikan pada tikus, seiring dengan peningkatan dosis ekstrak etanol rimpang kunyit putih.

    Ada pula kunyit hitam yang juga baik untuk kesehatan. Dikutip dari laman Financial Express, sama seperti kunyit kuning, konsumsi kunyit hitam yang berlebihan bisa menyebabkan sakit perut atau masalah gastrointestinal lainnya.

    Kunyit ini juga bisa berinteraksi dengan obat-obatan tertentu. Sehingga, orang yang mengonsumsi obat pengencer darah, obat antiplatelet atau orang dengan masalah kantung empedu harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi kunyit hitam.

    Jika mengalami efek samping, segera hentikan konsumsi kunyit. Periksakan diri ke penyedia layanan kesehatan untuk memastikan penyebab dari gejala yang dirasakan.

    (elk/tgm)