Category: Detik.com Kesehatan

  • Pria Bandung Barat Positif Hantavirus, Penyakit Menular dari Tikus

    Pria Bandung Barat Positif Hantavirus, Penyakit Menular dari Tikus

    Jakarta

    Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat (KBB) melaporkan seorang pria dinyatakan positif hantavirus diduga setelah digigit tikus saat sedang bekerja di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung.

    “Kami sudah melakukan surveilans dan mitigasi. Betul bahwa 1 warga Ngamprah KBB positif Virus Hanta hasil uji lab dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan RI di Salatiga,” kata Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Ridwan Abdullah Putra saat dikonfirmasi detikJabar, Rabu (18/6/2025).

    Pasien awalnya mengeluh pusing, demam, dan nyeri lambung. Sempat dikira leptospirosis, hasil tes laboratorium menunjukkan dia terkena hantavirus.

    Apa itu penyakit hantavirus?

    Dikutip dari Healthline, hantavirus adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus dari genus Orthohantavirus. Virus penyakit ini disebarkan oleh rodensia atau hewan pengerat seperti tikus.

    Orang-orang tertular hantavirus melalui kontak dengan hewan pengerat seperti tikus, terutama saat terkena urine, kotoran, dan air liur hewan pengerat tersebut. Virus hanta juga dapat menyebar melalui gigitan atau cakaran hewan pengerat, tetapi kasus ini jarang terjadi.

    Beberapa jenis hantavirus diketahui menyebabkan demam berdarah dengan sindrom ginjal atau hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS). Ada juga yang mengalami gejala penyakit pernapasan parah yang disebut sindrom paru hantavirus atau hantavirus pulmonary syndrome (HPS).

    Gejala penyakit hantavirus

    Infeksi hantavirus dapat menyebabkan berbagai gejala, dengan tanda-tanda awal yang sering menyerupai flu. Gejala-gejala tersebut meliputi demam, kelelahan, dan nyeri otot, terutama di paha, pinggul, punggung, dan bahu.

    Gejala awal lainnya dapat meliputi sakit kepala, pusing, menggigil, dan masalah gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, dan nyeri perut.

    Gejala selanjutnya, terutama pada Sindrom Paru Hantavirus (HPS), meliputi sesak napas dan batuk, karena cairan menumpuk di paru-paru. Dalam kasus yang parah, HPS dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan kematian.

    Beberapa gejala lain yang bisa muncul antara lain:

    demamkelelahannyeri ototsakit kepalapusingmenggigilmualmuntahdiarenyeri perut

    (kna/kna)

  • Pria Bandung Barat Positif Hantavirus, Penyakit Menular dari Tikus

    Pria Bandung Barat Positif Hantavirus, Penyakit Menular dari Tikus

    Jakarta

    Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat (KBB) melaporkan seorang pria dinyatakan positif hantavirus diduga setelah digigit tikus saat sedang bekerja di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung.

    “Kami sudah melakukan surveilans dan mitigasi. Betul bahwa 1 warga Ngamprah KBB positif Virus Hanta hasil uji lab dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan RI di Salatiga,” kata Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Ridwan Abdullah Putra saat dikonfirmasi detikJabar, Rabu (18/6/2025).

    Pasien awalnya mengeluh pusing, demam, dan nyeri lambung. Sempat dikira leptospirosis, hasil tes laboratorium menunjukkan dia terkena hantavirus.

    Apa itu penyakit hantavirus?

    Dikutip dari Healthline, hantavirus adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus dari genus Orthohantavirus. Virus penyakit ini disebarkan oleh rodensia atau hewan pengerat seperti tikus.

    Orang-orang tertular hantavirus melalui kontak dengan hewan pengerat seperti tikus, terutama saat terkena urine, kotoran, dan air liur hewan pengerat tersebut. Virus hanta juga dapat menyebar melalui gigitan atau cakaran hewan pengerat, tetapi kasus ini jarang terjadi.

    Beberapa jenis hantavirus diketahui menyebabkan demam berdarah dengan sindrom ginjal atau hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS). Ada juga yang mengalami gejala penyakit pernapasan parah yang disebut sindrom paru hantavirus atau hantavirus pulmonary syndrome (HPS).

    Gejala penyakit hantavirus

    Infeksi hantavirus dapat menyebabkan berbagai gejala, dengan tanda-tanda awal yang sering menyerupai flu. Gejala-gejala tersebut meliputi demam, kelelahan, dan nyeri otot, terutama di paha, pinggul, punggung, dan bahu.

    Gejala awal lainnya dapat meliputi sakit kepala, pusing, menggigil, dan masalah gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, dan nyeri perut.

    Gejala selanjutnya, terutama pada Sindrom Paru Hantavirus (HPS), meliputi sesak napas dan batuk, karena cairan menumpuk di paru-paru. Dalam kasus yang parah, HPS dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan kematian.

    Beberapa gejala lain yang bisa muncul antara lain:

    demamkelelahannyeri ototsakit kepalapusingmenggigilmualmuntahdiarenyeri perut

    (kna/kna)

  • 5 Tanda Batuk karena Alergi Bukan Batuk Flu

    5 Tanda Batuk karena Alergi Bukan Batuk Flu

    Jakarta

    Ketika cuaca tidak menentu, masalah batuk sering datang mengganggu. Tapi, perlu diingat bahwa penyebab batuk tidak semuanya sama. Ada yang disebabkan oleh virus seperti flu, tapi ada juga yang berupa reaksi alergi. Seperti apa perbedaanya?

    Perbedaan Batuk Alergi Vs Batuk Flu

    Ada beberapa perbedaan mendasar antara gejala batuk akibat alergi dan akibat infeksi flu. Pemahaman gejala yang jelas, membuat penanganan masalah batuk bisa dilakukan secara efektif.

    1. Penyebab Batuk

    Batuk akibat alergi biasanya disebabkan oleh alergen. Alergen tiap orang berbeda-beda, misalnya disebabkan debu, serbuk sari, bulu hewan, jamur, atau tungau. Alergen memicu pelepasan histamin yang menyebabkan peradangan ringan pada saluran napas.

    Sedangkan, batuk akibat flu biasanya disebabkan oleh adanya infeksi virus, terutama influenza. Infeksi virus menyerang sistem pernapasan atas dan bawah, sehingga memicu peradangan saluran napas dan produksi lendir berlebih.

    2. Jenis Batuk

    Jenis batuk yang disebabkan oleh alergi dan flu juga sedikit berbeda. Pada alergi, gejala batuk biasanya dipicu oleh post-nasal drip (lendir yang menetes ke bagian belakang tenggorokan). Batuk akibat alergi biasanya hilang-timbul.

    Sedangkan infeksi flu biasanya memicu batuk yang cenderung kering. Batuknya bisa muncul terus menerus dan dapat memburuk seiring waktu. Pada kasus yang parah, gejalanya bisa disertai sesak napas.

    3. Gejala Penyerta

    Batuk akibat flu biasanya juga disertai oleh demam tinggi. Sedangkan pada kasus alergi, masalah batuk tidak disertai oleh demam.

    Batuk akibat flu juga dapat diserta kelelahan ekstrem dan pegal-pegal. Biasanya gejala kelelahan ini muncul secara tiba-tiba. Rasanya seperti susah untuk bangun dari tempat tidur karena nyeri otot dan kelelahan.

    Sedangkan, pada kasus alergi, gejala kelelahan biasanya bersifat lebih ringan dan tidak disertai pegal-pegal hebat.

    4. Durasi Batuk

    Gejala alergi seperti batuk biasanya muncul secara perlahan dan bisa berlangsung berminggu atau bahkan berbulan-bulan. Ini tergantung pada lama paparan terhadap alergen.

    Sedangkan pada flu, gejalanya bisa muncul secara tiba-tiba dan memburuk dalam hitungan jam. Kondisi ini menyebabkan masalah kesehatan yang cukup berat selama beberapa hari atau lebih.

    5. Efek pada Kepala

    Selain batuk, alergi juga dapat memicu sakit kepala. Tapi, rasa nyeri sakit kepalanya cenderung ringan bila dibandingkan infeksi flu. Nyeri yang muncul biasanya terkait tekanan pada sinus serta hidung tersumbat.

    Orang yang mengalami alergi biasanya juga mengalami hidung meler dan tersumbat dalam waktu lama, hingga berminggu-minggu.

    (avk/tgm)

  • BPOM Beri Warning! 13 Obat Herbal yang Bahayakan Lambung dan Picu Risiko Fatal

    BPOM Beri Warning! 13 Obat Herbal yang Bahayakan Lambung dan Picu Risiko Fatal

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menyoroti sedikitnya 13 produk obat bahan alam (OBA) dan suplemen kesehatan yang terbukti mengandung bahan kimia obat (BKO), zat keras yang seharusnya hanya digunakan di bawah pengawasan medis.

    Dari jumlah itu, 9 produk berasal dari dalam negeri dan 4 produk impor dari Thailand dan Singapura yang dikhawatirkan masuk ke Indonesia secara ilegal.

    “Ini bukan hanya pelanggaran administratif. Ini menyangkut keselamatan konsumen,” tegas Kepala BPOM Taruna Ikrar dalam keterangannya, Jumat (20/6/2025).

    Klaim Stamina Pria hingga Penurun Gula Darah

    Sebagian besar produk mencantumkan klaim sebagai peningkat stamina pria, pelangsing, hingga penurun gula darah. Namun di balik klaim yang menjanjikan, ditemukan kandungan obat keras seperti sildenafil, tadalafil, vardenafil, metformin, hingga deksametason.

    9 Produk Herbal Lokal yang Terbukti Mengandung BKO:

    Harimau Putih mengandung sildenafil sitratOne Man mengandung sildenafilAmirna Lelaki mengandung tadalafilUrat Madu Gold mengandung sildenafilRedak-sam mengandung asam mefenamatJarak Pagar mengandung asam mefenamatContra Lin mengandung natrium diklofenakReal Slim Ultimate mengandung sibutraminVitamin Gemuk Alami mengandung deksametason dan siproheptadin.

    BPOM menyebut seluruh produk ini tidak memiliki izin edar resmi, atau justru memakai nomor izin palsu.

    4 Produk Impor Thailand-Singapura yang Patut Diwaspadai:

    1. Curalin Advanced Glucose Support

    Laporan: Otoritas Singapura
    Kandungan: glibenklamid dan metformin
    Risiko: hipoglikemia berat lantaran dikonsumsi tanpa pengawasan

    2. Jiu Jeng Pushen Jiao Nang

    Laporan: Otoritas Thailand
    Kandungan: tadalafil
    Risiko: stroke, gangguan penglihatan, hingga kematian

    3. YA-GET 30

    Laporan: Thailand
    Kandungan: sildenafil dan vardenafil
    Risiko: stroke dan gangguan jantung

    4. Su PAO San Brand Tonic Capsule

    Laporan: Thailand
    Kandungan: sildenafil
    Risiko: kerusakan saraf mata, stroke

    “Keempat produk itu belum memiliki izin edar di Indonesia, tetapi berpotensi masuk secara ilegal, terutama lewat penjualan daring,” jelas Taruna.

    Efek Samping BKO yang Wajib Diwaspadai

    BPOM mengungkap sejumlah efek berbahaya dari BKO dalam OBA, di antaranya:

    Sildenafil, Tadalafil, Vardenafil meliputi risiko stroke, gangguan penglihatan, bahkan kematianAsam Mefenamat, Natrium Diklofenak, bisa memicu gangguan lambung dan kerusakan hatiSibutramin meningkatkan risiko serangan jantung dan strokeDeksametason, Siproheptadin, menyebabkan gangguan hormon dan penurunan imunitas.

    BPOM menegaskan bakal menindak tegas pelaku usaha yang mencampurkan BKO ke dalam produk OBA. Tindakan ini melanggar UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023, dengan ancaman hukuman hingga 12 tahun penjara atau denda maksimal Rp 5 miliar.

    “Pengawasan ini adalah tanggung jawab bersama. Mari kita jaga bersama citra obat herbal Indonesia yang seharusnya aman, alami, dan berbasis kearifan lokal,” tutup Taruna.

    (elk/naf)

  • Video KuTips: Rumus Serba 20 Buat Kamu yang Sering Lihat Layar Digital

    Video KuTips: Rumus Serba 20 Buat Kamu yang Sering Lihat Layar Digital

    Jakarta – Mata bekerja ekstra di era digital ini. Buat bekerja, belajar, nonton, atau bahkan sekadar scrolling media sosial depan layar. Tapi tahukah detikers, kalau terlalu lama menatap layar digital atau monitor bisa memicu kondisi Computer Vision Syndrome (CVS). Gejalanya seperti mata menjadi, buram, nyeri kepala, iritasi mata, mata kering, atau nyeri bagian leher.

    Nah untuk mencegah dan mengatasi kondisi itu, ketika menggunakan layar, diperlukan selingan istirahat yang dikenal dengan istilah rules of twenty 20:20:20. Simak arti aturan tersebut di video KuTips berikut.

    Masih banyak tips dan trik lain yang bisa kamu saksikan di program KuTips, klik ini ya!

    (/)

  • Video Kemenkes: Kasus Penyakit Menular Seksual Usia 15-19 Tahun Meningkat

    Video Kemenkes: Kasus Penyakit Menular Seksual Usia 15-19 Tahun Meningkat

    JakartaKementerian Kesehatan (Kemenkes) ungkap mayoritas kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) terjadi pada usia produktif, yakni usia 25-49 tahun. Namun, memang 3 tahun terakhir terjadi tren peningkatan kasus pada usia 15-19 tahun. IMS adalah suatu penyakit yang ditularkan melalui hubungan intim.

    Kemenkes bilang ada lebih dari 30 mikroorganisme penyebab IMS dan 8 di antaranya punya insiden yang tinggi seperti sifilis, gonore, klamidia, trichomoniasis, hepatitis B, herpes simplex, HIV, dan HPV. Seperti apa tren kasusnya di Indonesia? Simak penjelasan lengkapnya…

    detikers, jangan lupa klik di sini untuk melihat video-video 20Detik lainnya!

    (/)

  • Long COVID: Luka yang Masih Tertinggal setelah Dunia Move On

    Long COVID: Luka yang Masih Tertinggal setelah Dunia Move On

    Jakarta

    Saya sendiri sudah lebih dari setahun tidak bisa berlama-lama melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar. Padahal di awal pandemi, saya bisa berjam-jam berdiri di dapur membuat roti. Tapi setelah sembuh dari COVID-19, hidup saya tidak pernah benar-benar kembali seperti semula.

    Selama dua tahun setelah sembuh, tubuh saya sulit diajak kompromi. Aktivitas fisik ringan pun bisa memicu rasa lelah yang tak biasa, pegal di sekujur badan, dan kadang nyeri pinggul. Dari luar, saya terlihat baik-baik saja. Tapi tubuh saya bicara sebaliknya.

    Bukan hanya orang dewasa, anak-anak ikut terdampak. Misalnya Indra (bukan nama sebenarnya), 11 tahun. Ia nyaris putus sekolah setelah didiagnosis epilepsi fokal usai sembuh dari COVID-19. Sebelum itu, ia kerap mengeluh sakit kepala selama berbulan-bulan, matanya terasa ‘melayang’, dan sulit fokus belajar. Kini, muncul pula alergi yang sebelumnya tidak pernah ada. Setiap bulan, kedua orang tuanya harus merogoh kocek dalam untuk pengobatan.

    Tapi siapa yang peduli sekarang?

    Ketika Dunia Ingin Cepat ‘Move On’

    Indonesia sudah masuk era endemi. Tapi Long COVID tetap nyata. Sayangnya, topik ini nyaris lenyap dari ruang publik.

    Tak ada lagi kampanye. Tak ada edukasi di media sosial. Tak ada layanan pemulihan khusus. Bahkan, pejabat pun jarang membicarakan masalah ini.

    Padahal WHO menegaskan, Long COVID bisa menyerang siapa saja-bahkan mereka yang saat terinfeksi hanya mengalami gejala ringan.

    Gejalanya bukan sekadar batuk. Tapi bisa berupa:

    Kelelahan ekstremKebingungan mental (brain fog)Detak jantung tidak stabilDepresi dan kecemasanGangguan pernapasan atau nyeri dada,

    Dan masih banyak lagi gejala yang dirasakan penyintas COVID.

    Riset WHO memperkirakan 10-20 persen penyintas mengalami kondisi ini. Di Asia, angka itu bisa lebih tinggi karena banyak kasus infeksi yang tidak terdiagnosis atau tercatat.

    Negara Diam, Warga Cuek

    Long COVID seperti tak dianggap. Pemerintah diam, masyarakat pun bosan.

    Bisa jadi ini karena kepercayaan publik yang sudah telanjur rusak. Selama pandemi, informasi terus berubah. Banyak yang akhirnya skeptis-bahkan sinis.

    Tak sedikit yang berkomentar, “Ah, ini cuma mau jual vaksin lagi,” atau, “Nakut-nakutin biar kita takut lagi.”

    Lebih buruk lagi, gejala-gejala usai terkena COVID seperti kelelahan, gangguan saraf, atau nyeri dada seringkali dianggap sebagai efek vaksin, bukan virus. Ini membuat para penyintas makin terpinggirkan. Keluhan mereka sering kali dibantah atau dialihkan ke isu lain.

    Padahal, baik vaksin maupun virus COVID-19 bisa menimbulkan efek samping. Tapi tanpa komunikasi publik yang jujur dan terbuka, kebingungan ini hanya akan memperburuk stigma dan memecah solidaritas.

    Hidup dengan gejala yang tak diakui

    Yang paling menderita adalah penyintas. Mereka dipaksa terlihat sembuh, padahal belum.

    Ketika memeriksakan diri, diagnosis yang ditegakkan sering kali hanyalah psikosomatis atau gangguan lain tanpa mempertimbangkan kemungkinan Long COVID. Berganti-ganti dokter pun sudah dijalani. Hasilnya nihil. Yang ada biaya membengkak, hasil tetap buram.

    Berganti-ganti dokter pun sudah dijalani, namun tak ada hasil. Yang ada, habis biaya yang tak sedikit untuk mencari pengobatan. Banyak penyintas akhirnya memilih diam. Mereka berdamai sendiri dengan tubuh yang tak lagi seperti dulu.

    Tak ada ruang bicara. Tak ada empati. Hidup dalam masyarakat yang ingin cepat move on.

    Di luar, taman hiburan dan konser sudah ramai lagi. Tapi di rumah, ada yang bahkan keluar kamar pun tak sanggup.

    NEXT: Ketika dampaknya tak lagi personal

    Ketika dampaknya tak lagi personal

    Long COVID bukan hanya tentang individu yang menderita diam-diam. Dampaknya bisa jauh lebih luas.

    Beberapa pakar menduga penurunan fungsi kognitif akibat Long COVID, seperti kebingungan atau gangguan konsentrasi, bisa berkontribusi terhadap meningkatnya kecelakaan lalu lintas. Gejala seperti brain fog, kelelahan akut, atau gangguan tidur bisa memengaruhi konsentrasi saat berkendara-tanpa disadari.

    Belum lagi meningkatnya kasus kematian mendadak pada usia produktif yang banyak dilaporkan belakangan ini. Meski tak semua bisa dikaitkan langsung, Long COVID patut dicurigai sebagai salah satu faktor tersembunyi yang memperburuk kondisi kesehatan tanpa gejala jelas.

    Beberapa perusahaan asuransi bahkan mencatat lonjakan klaim untuk masalah jantung, paru-paru, dan gangguan saraf dalam dua tahun terakhir. Gejala-gejala ini sejalan dengan daftar dampak Long COVID versi WHO.

    Apakah kita cukup serius melihat ini sebagai ancaman terhadap keselamatan publik?

    Long COVID adalah tes solidaritas

    Ini bukan cuma soal virus. Ini soal ingatan. Soal empati. Soal apakah kita benar-benar belajar dari pandemi.

    Jika negara terus mengabaikan, dan masyarakat terus melupakan, Long COVID akan menjadi luka kolektif yang tidak pernah sembuh.

    Saya menulis ini bukan untuk dikasihani. Tapi karena saya tahu masih banyak yang seperti saya, diam-diam menderita, tapi tak dianggap. Kami butuh didengar. Kami butuh diingat.

    Akhirnya, ini bukan lagi soal kesehatan. Ini soal solidaritas.

    Lalu apa yang bisa dilakukan?

    Untuk menghadapi Long COVID secara serius, beberapa langkah awal bisa dilakukan:

    Pemerintah daerah dan pusat perlu membentuk layanan rehabilitasi Long COVID di rumah sakit rujukan, bekerja sama dengan spesialis paru, neurologi, psikiatri, dan rehabilitasi medik. Selain itu menyediakan layanan booster vaksin untuk warga yang membutuhkan.Komunitas penyintas dan LSM bisa memperkuat peran advokasi dan pendampingan, terutama untuk kasus anak-anak dan penyintas rentan.Media massa perlu memberi ruang untuk cerita penyintas agar publik sadar bahwa penyakit ini belum selesai.Kita, sebagai individu bisa berkontribusi, misalnya dengan tetap memakai masker saat flu, rutin memeriksakan kesehatan pascainfeksi, dan berbagi informasi yang benar.

    Long COVID bukan aib. Ini bagian dari realitas pascapandemi yang harus kita hadapi bersama, dengan ilmu, dengan empati, dan tentu saja, dengan hadirnya kebijakan.

    Catatan Redaksi: Penulis merupakan anggota Covid Survivor Indonesia (CSI) dan jurnalis lepas

    Simak Video “Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Ciri Kolesterol Tinggi yang Sering Disangka Masuk Angin

    Ciri Kolesterol Tinggi yang Sering Disangka Masuk Angin

    Jakarta

    Kadar kolesterol yang tidak dikontrol dengan baik dapat mempengaruhi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Kolesterol secara umum dibagi menjadi dua, yaitu low-density lipoprotein (LDL) dan high-density lipoprotein (HDL).

    Kolesterol LDL oleh masyarakat umum disebut sebagai kolesterol ‘jahat’, sedangkan HDL disebut kolesterol ‘baik’.

    Kolesterol LDL tinggi merupakan salah satu faktor risiko berbagai penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, stroke, aterosklerosis dan masih banyak lagi.

    Dalam kasus tertentu, terdapat beberapa gejala kolesterol yang dapat disalahartikan sebagai masuk angin. Masuk angin merupakan istilah non-medis yang diberikan ketika seseorang merasa tidak enak badan, mengalami gejala demam, kembung, kelelahan, meriang, pegal-pegal, dan sakit kepala.

    Sederet Ciri Kolesterol Tinggi yang Disangka Masuk Angin

    Secara umum, masalah kolesterol tinggi tidak menimbulkan gejala. Tapi, jika masalah kolesterol dibiarkan, ini bisa memicu komplikasi dengan gejala yang tidak nyaman. Berikut ini contoh gejalanya.

    1. Kelelahan atau Pegal

    Dalam beberapa kasus masalah kolesterol tinggi dapat memicu kelelahan secara tidak langsung. Ini disebabkan oleh komplikasi yang timbul akibat kadar LDL terlalu tinggi.

    Contohnya pada orang-orang yang sudah mengalami penyakit arteri perifer. Kondisi ini terjadi ketika plak terbentuk di arteri dan mencegah darah mencapai organ vital. Salah satu gejala yang ditimbulkan adalah kelelahan, khususnya pada telapak kaki.

    2. Pusing atau Sakit Kepala

    Pusing atau sakit kepala juga dapat muncul pada orang yang mengalami masalah kolesterol tinggi. Alasannya, kolesterol tinggi dapat menyumbat pembuluh darah dan arteri yang menghambat pasokan oksigen ke daerah kepala.

    Dalam beberapa kasus, kolesterol tinggi juga dapat menyebabkan pusing dan mual-mual, mirip dengan ketika masuk angin.

    3. Nyeri Otot dan Pegal

    Orang yang mengalami penyakit arteri perifer akibat kolesterol tinggi juga dapat mengalami nyeri otot atau pegal-pegal. Beberapa gejala lain penyakit arteri perifer meliputi kram, nyeri saat berolahraga, dan ketidaknyamanan di telapak kaki.

    Seiring berjalannya waktu, gejala penyakit arteri perifer bahkan bisa muncul ketika sedang istirahat. Misalnya kuku kaki menebal, jari kaki membiru, hingga nyeri kaki yang tidak hilang.

    4. Rasa Tidak Nyaman di Dada

    Kadar kolesterol yang tidak terkontrol dapat memicu masalah jantung. Masalah jantung seperti penyakit jantung koroner dan serangan jantung dapat memicu masalah rasa tidak nyaman pada dada.

    Pada kasus penyakit jantung koroner misalnya, gejalanya disertai dengan kelelahan parah, mual, sesak napas, hingga nyeri leher, rahang, perut bagian atas, dan punggung mirip dengan masuk angin.

    Perlu diingat, masuk angin biasanya juga memiliki tanda khusus seperti demam, pilek, batuk, dan sakit tenggorokan. Pada kasus kolesterol tinggi, gejala-gejala tersebut tidak muncul.

    Jika masih bingung, pemeriksaan medis secara langsung ke dokter bisa dilakukan. Ini perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti gejala penyakit apa yang sedang dialami oleh tubuh.

    (avk/tgm)

  • Rutinitas Pagi untuk Hilangkan Lemak di Perut, ini Tips & Triknya

    Rutinitas Pagi untuk Hilangkan Lemak di Perut, ini Tips & Triknya

    Jakarta

    Bagi banyak orang, lemak perut menjadi masalah yang serius. Tak hanya membandel, lemak perut juga bisa sangat berbahaya bagi kesehatan.

    Penumpukan lemak di perut yang tidak diatasi bisa menyebabkan penyakit, mulai dari gangguan jantung, obesitas, dan diabetes. Untungnya, ada rutinitas pagi hari yang bisa membantu mengurangi lemak di perut.

    Rutinitas Pagi untuk Hilangkan Lemak di Perut

    Dikutip dari Times of India, berikut sejumlah rutinitas pagi yang dapat membantu menghilangkan lemak di perut.

    1. Olahraga

    Olahraga di pagi hari sangat efektif untuk membakar lemak di perut. Mulai dari jalan cepat, yoga, latihan intensitas tinggi (HIIT), kardio, dan bersepeda bisa membuat tubuh meningkatkan metabolisme dan mendorong oksidasi lemak. Aktivitas olahraga sedang selama 30 menit setiap hari bisa membantu mengurangi lemak perut.

    2. Sarapan Kaya Protein

    Sarapan yang kaya akan protein bisa menstabilkan kadar gula darah. Makanan seperti yogurt, telur, smoothies, atau makanan padat nutrisi lainnya bisa membantu mengurangi lemak di perut.

    Perut membutuhkan waktu untuk memecah makanan dan mencernanya, sehingga tubuh akan membakar lebih banyak kalori dan mengurangi keinginan untuk makan dalam waktu lama. Hal ini bisa menghindari keinginan makan camilan yang tidak sehat. Hindari juga makan secara berlebihan.

    3. Minum Air Putih + Jeruk Nipis

    Minum air putih yang dicampur jeruk nipis bisa membantu tubuh memulai metabolisme di pagi hari. Selain menyegarkan dan menghidrasi tubuh setelah malam yang panjang, minuman ini juga dapat mendetoksifikasi tubuh dan membantu proses pencernaan. Metabolisme yang berjalan cepat dan lebih awal bisa meningkatkan proses pembakaran lemak.

    4. Meditasi

    Stres kronis juga bisa berkontribusi pada penambahan berat badan. Meditasi singkat di pagi hari bisa membantu mengurangi tingkat stres.

    Dengan berkurangnya stres, hormon tubuh akan bekerja lebih optimal dan berdampak besar pada kemampuan untuk membakar lemak perut. Tak hanya itu, meditasi juga akan menurunkan kadar kortisol dalam tubuh dan mencegah penyimpanan lemak.

    Rutinitas Pagi yang Bisa Menambah Berat Badan

    Selain ada rutinitas yang bisa membakar lemak, sejumlah rutinitas berikut bisa menambah berat badan. Dikutip dari Eat This Not That, berikut di antaranya:

    1. Sarapan dengan Makanan Manis

    Kue kering dan sereal olahan yang mengandung gula bisa menyebabkan kadar gula darah dan turun. Hal tersebut menyebabkan keinginan makan dan rasa lapar.

    “Konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi bisa menjadi faktor yang menyebabkan kurang tidur dan penambahan berat badan,” kata seorang ahli diet, Trista Best, RD,

    2. Minum Kopi saat Perut Kosong

    Minum kopi saat perut kosong mungkin bukan pilihan yang baik dalam mengelola berat badan. Bagi pecinta kopi, coba minum kopi dengan sarapan kaya protein untuk membantu menstabilkan gula darah dan mengurangi keinginan makan.

    “Mengonsumsi kopi saat perut kosong dapat meningkatkan kadar kortisol, yang dapat menyebabkan peningkatan keinginan makan, ketidakseimbangan gula darah, dan potensi penyimpanan lemak seiring waktu,” kata Best.

    3. Tidak Cukup Minum Air Putih

    Minum air di pagi hari dapat memulai metabolisme tubuh dengan cepat. Sementara dehidrasi dapat disalah artikan sebagai rasa lapar.

    “Saat Anda mengalami dehidrasi, tubuh Anda dapat salah mengartikan sinyal sebagai rasa lapar, yang menyebabkan Anda makan lebih banyak dari yang diperlukan,” tutur Best.

    4. Tidak Sarapan

    Melewatkan sarapan bisa berdampak pada metabolisme dan tingkat rasa lapar. Menurut penelitian, saat melewatkan sarapan, tubuh memasuki kondisi puasa yang bisa menurunkan gula darah dan menyebabkan hormon lapar seperti ghrelin meningkat. Hal ini seringkali menyebabkan makan yang berlebihan di kemudian hari.

    “Melewatkan sarapan dapat memengaruhi metabolisme dan rasa lapar dengan mengganggu pengaturan gula darah dan meningkatkan keinginan makan di kemudian hari,” ungkap ahli diet tersebut.

    (elk/tgm)

  • Video: Gambaran Seseorang yang Terinfeksi Penyakit Menular Seksual

    Video: Gambaran Seseorang yang Terinfeksi Penyakit Menular Seksual

    JakartaKementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap di tahun 2024, jumlah kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia sebanyak 4.589. Kemenkes bilang ada lebih dari 30 mikroorganisme penyebab IMS dan 8 di antaranya punya insiden yang tinggi seperti sifilis, gonore, klamidia, trichomoniasis, hepatitis B, herpes simplex, HIV, dan HPV.

    Seperti apa ya gambaran seseorang yang mengidap penyakit ini?
    Berikut ilustrasi yang dijabarkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, dr. Hanny Nilasari, Sp.DVE…

    detikers, jangan lupa klik di sini untuk melihat video-video 20Detik lainnya!

    (/)