Category: Detik.com Kesehatan

  • Orang dengan Kondisi Ini Paling Berisiko Idap Gula Darah Tinggi, Kamu Termasuk?

    Orang dengan Kondisi Ini Paling Berisiko Idap Gula Darah Tinggi, Kamu Termasuk?

    Jakarta

    Gula darah tinggi atau hiperglikemia merupakan kondisi ketika gula darah berada dalam kadar terlalu tinggi. Kondisi ini dapat memicu komplikasi serius bila tidak ditangani dengan benar.

    Meski siapapun bisa terkena, ada kelompok tertentu yang memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hiperglikemia. Berikut ini beberapa di antaranya:

    1. Orang dengan Obesitas

    Orang dengan masalah obesitas atau kelebihan berat badan lebih rentan mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel otot, lemak, dan hati tidak merespon insulin sebagaimana mestinya.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, ketika sel tidak merespons insulin, tubuh membutuhkan lebih banyak insulin untuk mengatur darah. Produksi insulin yang kurang dapat memicu hiperglikemia.

    2. Orang dengan Gangguan Pankreas

    Orang dengan gangguan pada pankreas juga memiliki risiko hiperglikemia yang lebih tinggi. Kerusakan pankreas dapat memicu kurangnya produksi insulin, sehingga memicu hiperglikemia.

    Beberapa masalah pankreas yang dapat memicu hiperglikemia seperti autoimun, pankreatitis kronis, kanker pankreas, dan fibrosis kistik. Fibrosis kistik merupakan penyakit genetik langka yang menyebabkan lendir tubuh menjadi kental dan lengket, sehingga mengganggu fungsi organ pernapasan dan pencernaan.

    3. Orang dengan Riwayat Keluarga Diabetes

    Orang yang memiliki riwayat keluarga diabetes lebih mungkin mengalami hiperglikemia, sebagai salah satu awal berkembangnya diabetes.

    Contohnya, pada diabetes tipe 2. Meskipun pola penurunan masih belum jelas, seseorang yang memiliki orang tua dengan diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hal yang sama. Terlebih, jika pola hidup yang diterapkan juga tidak sehat.

    4. Orang dengan Hipertensi

    Dikutip dari Medical News Today, seseorang dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi biasanya juga memiliki masalah resistensi insulin. Orang dengan kondisi ini lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi hingga diabetes dibandingkan orang-orang dengan tekanan darah normal.

    Tekanan darah tinggi dan kadar gula dara berkaitan melalui mekanisme peradangan, stres oksidatif, penebalan pembuluh darah, dan obesitas.

    5. Orang dengan Riwayat Diabetes Gestasional

    Orang dengan riwayat diabetes gestasional memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami hiperglikemia dan diabetes di kemudian hari. Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang terjadi selama kehamilan.

    Menurut Centers for Disease Control and Prevention, hingga 50 persen wanita dengan diabetes gestasional akan mengidap diabetes tipe dua di kemudian hari.

    (avk/kna)

  • Baru 25 Tahun Sudah Kena Jantung Lemah? Ini 5 Kebiasaan Harian yang Jadi Biangnya

    Baru 25 Tahun Sudah Kena Jantung Lemah? Ini 5 Kebiasaan Harian yang Jadi Biangnya

    Jakarta

    Penyakit jantung seringkali dikaitkan sebagai ‘penyakit orang tua’. Nyatanya, kini ada semakin banyak kasus penyakit jantung yang mengintai anak muda, bahkan yang masih berusia 25 tahun ke bawah.

    Salah satunya dialami oleh Molly Schroeder di Wisconsin, Amerika Serikat yang mengalami serangan jantung di usia 21 tahun. Ketika serangan muncul, ia merasakan nyeri yang terasa aneh dan tidak biasa, jauh berbeda dari nyeri yang disebabkan masalah otot.

    Ia juga mengalami sesak napas dan rasa lelah ekstrem tanpa alasan jelas.

    “Mereka melakukan EKG dan perawat berkata, ‘Ini gila. Ini menunjukkan Anda mengalami serangan jantung, tetapi kemungkinannya adalah 1 banding 100.000’,” kenang Schroeder kepada Healthline.

    Kebiasaan Pemicu Jantung Lemah saat Muda

    Masalah kardiovaskular seperti serangan jantung, henti jantung, dan kardiomiopati atau lemah jantung biasanya berkaitan erat dengan gaya hidup seseorang. Sebenarnya, kebiasaan seperti apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung, khususnya di usia muda?

    1. Keseringan Mager

    Aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan jantung. Dikutip dari Healthline, gaya hidup tak banyak bergerak dapat menyebabkan sirkulasi melambat, otot jantung melemah, dan meningkatkan berat badan.

    Duduk terlalu lama dapat memicu peradangan dan fungsi arteri yang buruk, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Selain berolahraga, tingkatkan aktivitas harian dengan cara jalan kaki, lebih sering berdiri, dan menaiki tangga.

    2. Makan Sembarangan

    Konsumsi makanan proses, instan, dan tidak sehat menjadi gaya hidup yang umum di kalangan anak muda. Ubah pola makan dengan mengonsumsi makanan minimal olahan dan utamakan makanan utuh seperti daging, sayur, buah, dan biji-bijian.

    Jangan lupa konsumsi protein hewani rendah lemak. Ini termasuk daging unggas, ikan, dan produk susu rendah lemak. Protein nabati dari kacang-kacangan juga baik untuk tubuh.

    3. Susah Mengontrol Stres

    Kesehatan mental dan fungsi jantung saling terkait. American Heart Association (AHA) mencatat depresi, kecemasan, dan stres berkaitan erat dengan kesehatan jantung. Isolasi sosial dan kesepian juga dikaitkan dengan risiko penyakit jantung dan stroke yang lebih tinggi.

    Coba luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang membuat bahagia. Bisa dilakukan dengan perjalanan wisata, menikmati hobi, atau habiskan waktu dengan orang-orang tercinta.

    4. Kebiasaan Merokok

    Merokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan aterosklerosis dengan beberapa cara. Misalnya melalui nikotin yang meningkatkan tekanan darah dan karbon monoksida yang mengurangi jumlah oksigen yang dapat diangkut darah.

    Jika sulit untuk berhenti merokok, melakukan konsultasi atau terapi sangat disarankan.

    5. Terlalu Banyak Alkohol

    Konsumsi alkohol dikaitkan dengan berbagai penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke. Disarankan untuk tidak minum alkohol lebih dari dua gelas per hari untuk pria dan satu gelas per hari untuk wanita.

    Bagi sebagian orang, mungkin lebih baik untuk sepenuhnya menghindari alkohol. Juga ada banyak bukti dari penelitian terbaru bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah sedang pun dapat meningkatkan risiko kanker.

    (avk/tgm)

  • Ciri-ciri Kena Brain Rot, Otak Membusuk gegara Keseringan Scroll Media Sosial

    Ciri-ciri Kena Brain Rot, Otak Membusuk gegara Keseringan Scroll Media Sosial

    Jakarta

    Istilah ‘brain rot’ mungkin sudah pernah didengar menggambarkan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk scroll atau bermain di media sosial. Ternyata, kondisi ini perlu diperhatikan dan menjadi sorotan para ahli.

    Ketua Feil Family Brain and Mind Research Institute dan ahli saraf di Weill Cornell Medicine, Dr Costantino Iadecola, mengatakan kondisi ini sangat berdampak pada remaja dan anak-anak yang otaknya masih berkembang.

    Brain rot mengacu pada menurunnya kondisi mental atau intelektual seseorang sebagai akibat dari terlalu banyak mengonsumsi konten ‘sepele atau tidak menantang’. Akibat terlalu banyak waktu menonton lewat layar ponsel, kerusakan otak dapat dikaitkan dengan gejala seperti kabut otak (brain fog), rentang perhatian berkurang, dan ketidakmampuan untuk mengatur diri sendiri.

    Profesor sosiologi di Kenyon College Marci Cottingham, PhD, mengalaminya saat berjam-jam menonton konten yang ada di media sosial TikTok.

    “Saya mengalami perasaan ini setelah berjam-jam menonton TikTok,” kata Cottingham yang dikutip dari TODAY.

    Lantas, apa saja tanda seseorang mengalami ‘brain rot’?

    Tanda Seseorang Mengalami ‘Brain Rot’

    Para ahli mengungkapkan bahwa hingga saat ini, hanya ada sedikit penelitian tentang brain rot atau pembusukan otak ini. Salah satunya dipublikasikan pada awal 2025 di Brain Sciences.

    Penelitian itu mengidentifikasi tiga kemungkinan faktor yang berkontribusi terhadap brain rot, yakni waktu screen time yang berlebihan, kecanduan media sosial, dan kelebihan kognitif.

    “Akibatnya, orang mungkin mengalami perubahan fungsi kognitif,” tulis para peneliti.

    “Secara khusus, mereka mungkin mengalami memori yang terdistorsi atau gangguan memori jangka pendek, ketidakmampuan untuk fokus, rentang perhatian yang berkurang, impulsif, dan preferensi untuk kepuasan instan,” sambungnya.

    Dalam beberapa hal, brain rot terdengar sangat mirip dengan kelelahan, yang keduanya memiliki ciri-ciri depresi dan gangguan fungsi eksekutif. Bagi banyak orang, gejala kerusakan otak kemungkinan besar bersifat situasional atau berubah dari hari ke hari, dari jam ke jam.

    Namun, bagi sebagian orang, tanda-tanda kerusakan otak bisa jadi merupakan bagian dari masalah klinis, seperti dalam konteks ADHD. Misalnya, seorang remaja yang sudah memiliki gejala depresi atau kecemasan mungkin lebih mungkin terjerumus ke dalam penggunaan media sosial yang bermasalah.

    Selain itu, saat seseorang yang sudah mengalami kesulitan fokus, misalnya, konten media sosial mungkin lebih menarik bagi orang dan memperburuk masalah tersebut.

    Tanpa penelitian lebih lanjut tentang kebusukan otak secara khusus, sulit untuk mengetahui dampak seperti apa yang mungkin ditimbulkannya.

    Cottingham melihat munculnya istilah seperti kebusukan otak sebagai respons terhadap perubahan sosial.

    “Dan kebusukan otak menunjuk pada momen (politik dan budaya) yang sedang kita alami, dalam hal orang-orang tidak merasa memiliki jalur yang jelas untuk tindakan individu atau kolektif,” jelasnya.

    Secara keseluruhan, para ahli sepakat bahwa kebusukan otak atau brain rot adalah fenomena psikologis yang lebih kompleks daripada yang mungkin terlihat. Tetapi, hal itu tidak selalu negatif atau sepenuhnya baru.

    (sao/kna)

  • Kasus Medis Aneh, Pasien Gagal Ginjal Makan Busa Kursi saat Cuci Darah

    Kasus Medis Aneh, Pasien Gagal Ginjal Makan Busa Kursi saat Cuci Darah

    Jakarta

    Seorang wanita berusia 31 tahun di Inggris Raya diharuskan menjalani dialisis atau cuci darah sebanyak tiga kali seminggu.

    Pasien itu memiliki riwayat diabetes tipe 1, kesulitan belajar ringan, dan gagal ginjal stadium akhir. Dialisis ini berfungsi menggantikan peran ginjal untuk membersihkan limbah dan cairan berlebih dari aliran darah.

    Selain itu, pasien juga disarankan untuk membatasi asupan cairan dan garam di antara sesi dialisis tersebut. Jika tidak, cairan dapat menumpuk di dalam tubuh karena ginjal tidak menyaring dari darah, yang menyebabkan penambahan berat badan dan tekanan pada jantung.

    Dalam kasus ini, wanita tersebut terus-menerus mengalami penumpukan cairan berlebihan di antara jadwal dialisis. Hal ini terus terjadi meskipun telah dilakukan beberapa intervensi untuk mengatasinya.

    Seiring berjalannya waktu, pasien tidak dapat lagi mentoleransi sesi dialisis yang lama, sehingga ia akan memulai dan mengakhiri setiap sesi di atas berat badan targetnya karena semua penumpukan cairan. Pasien juga dilaporkan sesekali mengalami sembelit.

    Setelah satu sesi dialisis, seorang perawat yang membersihkan kursi tempat wanita itu duduk merasa kursinya agak ringan. Setelah diperiksa, ia melihat potongan-potongan besar busa, khususnya busa poliuretan berdensitas rendah, hilang dari kursi itu.

    Hasil Diagnosis

    Tim medis wanita itu menemukan bahwa pasien tersebut mengidap gangguan makan pica, yakni secara impulsif mengonsumsi barang-barang yang bukan makanan.

    “Kami terkejut menemukan bahwa pasien kami telah memakan busa itu dan telah meningkatkan asupan cairannya dengan asumsi bahwa busa itu akan menyerap kelebihan air di lambung, dan dengan demikian mencegah penyerapan sistemik,” tulis dokter dalam laporan yang dipublikasikan di BMJ Case Reports.

    “Ternyata ini tidak terjadi. Dengan kata lain, dia berharap busa itu akan bertindak seperti spons dan menyerap kelebihan cairan yang tertahannya,” sambungnya.

    Pica terkadang dikaitkan dengan kekurangan nutrisi, seperti kekurangan zat besi atau zinc, yang menyebabkan beberapa ilmuwan berteori bahwa kekurangan ini menyebabkan keinginan yang tidak biasa. Sebaliknya, beberapa orang berpikir bahwa penderita pica mungkin tertarik pada sensasi, seperti rasa, tekstur, atau bau, dari zat-zat yang bukan makanan.

    Kondisi ini terkadang dikaitkan dengan kehamilan atau anemia bulan sabit, serta gangguan kesehatan mental dan pengobatan tertentu.

    Dalam kasus ini, dokter wanita tersebut menjalankan tes dan mengesampingkan kekurangan gizi sebagai faktor. Mereka juga tidak menemukan pemicu psikososial akut terkait perilakunya itu dan pasien tidak memiliki riwayat pica sebelumnya.

    Mereka menduga bahwa kesulitan belajarnya mungkin berperan.

    NEXT: Perawatan yang dilakukan

    Perawatan yang Dilakukan

    Pasien diberitahu tentang konsekuensi memakan busa dan menerima bimbingan rutin dari ahli gizi dengan spesialisasi dalam membantu pasien dengan disfungsi ginjal. Keluarganya juga menjadi lebih terlibat dalam perawatannya.

    Kasus pica biasanya diobati dengan terapi perilaku, tetapi laporan kasus ini tidak mencatat apakah ada pilihan seperti itu yang dieksplorasi. Pasien juga diberikan obat pencahar untuk membantunya mengeluarkan busa yang telah dimakannya tanpa komplikasi apapun.

    Pada saat laporan kasus tersebut dipublikasikan pada 2010, pasien masih menjalani dialisis tiga kali seminggu.

    Dokter yang menangani wanita itu mencari literatur medis untuk kasus pasien penyakit ginjal yang memakan busa poliuretan dan tidak menemukannya. Tetapi, mereka menemukan beberapa kasus orang tanpa penyakit ginjal yang memakan bahan tersebut.

    “Kasus ini menyoroti fenomena yang diketahui, tetapi kurang terdiagnosis pada pasien ginjal, yang dikenal sebagai pica,” tulis para dokter.

    “Meskipun konsumsi es, aspirin, tanah liat, dan soda kue telah dilaporkan pada pasien hemodialisis, kasus ini unik karena pasien terpaksa memakan busa dari kursi dialisisnya,” pungkasnya.

  • Bos Telegram Rutin Donor Sperma Selama 15 Tahun, Anaknya Sudah Ada 100

    Bos Telegram Rutin Donor Sperma Selama 15 Tahun, Anaknya Sudah Ada 100

    Jakarta

    Pendiri sekaligus CEO dari Telegram, Pavel Durov rupanya melakukan praktik donor sperma dan sudah memiliki 100 lebih anak. Pavel beranggapan donasi sperma menjadi caranya membantu orang-orang yang kesulitan memiliki anak.

    Ia memulai aksi donasinya sejak 15 tahun lalu. Salah satu temannya saat itu meminta Pavel untuk menyumbangkan sperma di sebuah klinik bayi agar ia dan istrinya bisa memiliki anak.

    “Ia mengatakan bahwa ia dan istrinya tidak dapat memiliki anak karena masalah kesuburan dan meminta saya untuk menyumbangkan sperma di sebuah klinik agar mereka dapat memiliki bayi. Saya awalnya tertawa terbahak-bahak, sebelum menyadari bahwa ia sangat serius,” kata Durov dikutip dari News18, Sabtu (21/6/2025).

    Semenjak saat itu, ia rutin melakukan donor sperma hingga memiliki 100 anak biologis. Bahkan, anaknya tersebar di 12 negara di seluruh dunia.

    “Hal ini terdengar cukup gila sehingga membuat saya mendaftar sebagai pendonor sperma. Lalu sampai ke tahun 2024, aktivitas donasi saya di masa lalu telah membantu lebih dari seratus pasangan di 12 negara untuk memiliki anak. Bahkan, bertahun-tahun setelah saya berhenti menjadi donor, setidaknya satu klinik kesuburan masih memiliki sperma beku saya yang tersedia untuk digunakan secara anonim oleh keluarga yang ingin memiliki anak,” sambungnya Durov.

    Bagi Warisan Triliunan untuk Seluruh Anaknya

    Baru-baru ini Pavel mengungkapkan dirinya akan membagikan seluruh hartanya pada anak-anaknya, ini termasuk anak-anak dari sperma donor. Meski sudah memiliki enam anak secara langsung, ia berpendapat 100 lebih anaknya memiliki hak yang sama.

    “Saya tidak membeda-bedakan anak-anak saya. Ada yang dikandung secara alami dan yang berasal dari sumbangan sperma saya,” kata Durov dikutip dari Business Insider.

    Ia diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar 14 miliar dollar AS atau sekitar Rp 224 triliun. Meski begitu, uang tersebut tidak akan diberikan dalam waktu 30 tahun ke depan.

    “Saya menulis surat wasiat baru-baru ini. Saya memutuskan anak-anak saya tidak akan memiliki akses ke kekayaan saya sampai jangka waktu 30 tahun berlalu, mulai hari ini,” sambungnya.

    (avk/kna)

  • Ahli: Jangan Abaikan! Kolesterol Sering Tak Punya Gejala Awal

    Ahli: Jangan Abaikan! Kolesterol Sering Tak Punya Gejala Awal

    Jakarta

    Kolesterol tinggi cenderung tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Banyak orang yang baru menyadari kondisi ini setelah muncul komplikas seperti serangan jantung atau stroke.

    Kolesterol tinggi diam-diam bisa mengganggu aliran darah tanpa menimbulkan keluhan. Sehingga, penting untuk memeriksakan kadar kolesterol meski tidak merasakan gejala apapun.

    Kolesterol Sering Tidak Punya Gejala Awal

    Dokter keluarga di American Medical Association (AMA), Kate Kirley MD mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda peringatan bagi orang yang memiliki kolesterol tinggi. Sehingga, satu-satunya cara untuk mengetahui kadar kolesterol dan pengaruhnya terhadap risiko stroke dan jantung adalah dengan memeriksakan diri ke dokter.

    “Biasanya, tidak ada tanda-tanda peringatan bagi orang dengan kolesterol tinggi,” kata Kirley, dikutip dari laman AMA.

    Menurut Dr Kirley, memang ada beberapa gangguan yang relatif tidak umum di mana orang bisa mengalami gejala fisik seperti endapan kolesterol di bawah mata dan lain sebagainya. Meski demikian hal itu sangat tidak umum.

    “Itu tidak selalu berkorelasi dengan panel kolesterol. Jadi, seseorang mungkin memilikinya dan juga tidak memiliki kolesterol tinggi. Itu salah satu hal seperti hipertensi yang kami anggap sebagai ‘silent killer’,” ungkapnya.

    Kolesterol Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

    Bagi banyak orang, masalah kolesterol tinggi muncul saat terlalu banyak makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh tinggi. Seiring waktu, asupan makanan ini meningkatkan jumlah kolesterol total dalam tubuh.

    Kolesterol kemudian mulai beredar dalam aliran darah, menumpuk di dinding arteri dan membentuk plak. Plak ini disebut dengan aterosklerosis, yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

    Masalah tambahan muncul saat plak menumpuk di dalam arteri dan sebagian terlepas, mengalir melalui aliran darah dan bersarang di pembuluh darah. Sehingga, darah tidak bisa mengalir.

    “Jadi memang penumpukannya itu tidak menimbulkan gejala sampai dia sumbatannya itu total.” kata dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular dr Bimo Kusumo sp.BTKV, FIATCVS kepada detikcom Jumat (31/5/2025).

    Sumbatan yang sedikit mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun, ketika sudah mulai setengah dan menutup, timbulah nyeri dada hebat dadakan hingga bisa menyebabkan serangan jantung.

    “Penyumbatan tersebut bisa terjadi tiba-tiba, penyumbatan pembuluh darah jantung biasanya menyebabkan serangan jantung,” kata ahli jantung dari Yale Medicine, Ehimen Aneni, MD, MPH.

    “Penyumbatan ini mirip dengan stroke, yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah di leher atau otak.” tambahnya.

    Jadi, penting untuk melakukan pemeriksaan kolesterol untuk mengetahui kondisi tubuh. Dengan begitu, mengalami penyakit yang berkaitan dengan faktor risiko kolesterol tinggi bisa diminimalisir.

    (elk/tgm)

  • 50 Orang Jalani Operasi Katarak Gratis di Banyuwangi

    50 Orang Jalani Operasi Katarak Gratis di Banyuwangi

    Foto Health

    Chelsea Olivia Daffa – detikHealth

    Sabtu, 21 Jun 2025 18:00 WIB

    Banyuwangi – Sebanyak 50 pasien jalani operasi katarak gratis di RS Al Huda Banyuwangi. Kegiatan ini bertujuan menekan angka kebutaan akibat katarak di Indonesia.

  • Warga Israel Ketakutan Dirudal Iran, Kasus Gangguan Jiwa Melonjak 350 Persen

    Warga Israel Ketakutan Dirudal Iran, Kasus Gangguan Jiwa Melonjak 350 Persen

    Jakarta

    Sebuah surat kabar Israel bernama Maariv menyebutkan dalam beberapa jam setelah serangan besar-besaran Iran, banyak warga Israel yang mengalami gangguan psikologis. Dilaporkan jumlah warga Israel yang mencari dukungan psikologis meningkat drastis sebesar 350 persen.

    Laporan tersebut mengutip data dari Asosiasi Pusat Trauma Israel yang memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami trauma mental terkait perang.

    Direktur Jenderal pusat tersebut, Elfrat Shafrut menuturkan warga Israel di seluruh wilayah ‘membanjiri’ saluran bantuan. Warga di Israel menunjukkan gejala seperti serangan panik, gemetar, menangis, kecemasan ekstrem, dan detak jantung meningkat.

    “Orang-orang menelepon dan mengatakan mereka kehilangan kendali dan terlalu ketakutan untuk keluar dari tempat perlindungan,” kata Elfrat dikutip dari Tasnim, Sabtu (21/6/2025).

    Analis berpendapat intensitas dan skala operasi Iran telah menciptakan dampak psikologis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini merupakan pertama kalinya sejak tahun 1948 warga Israel mengalami serangan misil langsung dan terus menerus di wilayah tersebut.

    Sebelumnya, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Israel juga melaporkan adanya 4,7 ribu panggilan hotline dari masyarakat yang mencari pengobatan kesehatan mental. Menteri Uriel Busso telah memberlakukan protokol darurat untuk memperluas akses layanan ke kementerian sepanjang hari.

    Mereka juga meluncurkan layanan dukungan emosional melalui sesi terapi secara online melalui zoom. Evaluasi dilakukan psikolog secara langsung dan ‘protokol kecemasan’ juga dilaksanakan secara gratis bagi mereka yang berada di lokasi terdampak misil Iran.

    Protokol tersebut dilaksanakan untuk mencegah krisis kesehatan mental langsung dan efek jangka panjang dari sindrom stres pasca-trauma pada penduduk Israel.

    (avk/kna)

  • Efek Iran Hantam RS Israel: Pasien Kocar-kacir, Netanyahu Marah Besar

    Efek Iran Hantam RS Israel: Pasien Kocar-kacir, Netanyahu Marah Besar

    Jakarta

    Pusat Medis Soroka dikepung asap hitam dan tebal setelah serangan Iran. Banyak pecahan logam dan kaca bertebaran di area rumah sakit.

    Kendaraan yang membawa staf medis juga berjejer di luar sebagai respons darurat terhadap situasi yang dikhawatirkan akan lebih buruk. Hal inilah yang dialami seorang pasien unit gawat darurat (UGD), Alon Uzi.

    Saat itu, Alon tengah menerima perawatan di UGD saat serangan itu terjadi, dan tidak sempat mencari tempat berlindung.

    “Saya sedang berbaring di tempat tidur dan mendengar ledakan besar. Dan sebelum saya bisa melakukan apapun, terjadi ledakan dan sebagian langit-langit runtuh dan saya diselimuti debu putih,” terang Alon yang dikutip dari BBC.

    “Tidak ada waktu untuk bangun dari tempat tidur. Saya baru bersiap-siap dan kemudian mendengar suara siulan,” sambungnya.

    Di dalam UGD, udara membawa bau bahan kimia bercampur debu. Pasien masih dievakuasi dengan tandi dari dalam gedung, saat tim darurat melewati bangsal bedah yang juga hancur.

    Staf medis mengungkapkan pasien di sana baru-baru ini dipindahkan ke tempat penampungan darurat rumah sakit di bawah tanah. Menurut Kementerian Kesehatan Israel, sekitar 71 orang terluka.
    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu juga mengungkapkan kemarahannya setelah rudal Iran menghantam rumah sakit tersebut. Dia mengancam bahwa Iran akan “membayar harga yang mahal” atas serangan pada Kamis (19/6) itu.

    “para diktator teroris Iran menembakkan rudal ke Rumah Sakit Soroka di Beer Sheva dan ke warga sipil di pusat negara. Kami akan membuat para tiran di Teheran membayar harga yang mahal,” tulis Netanyahu.

    Direktur bangsal bersalin, Profesor Asher Bashiri, mengatakan dia bisa melihat area yang terkena dampak dari kantornya.

    “Kelihatannya tidak masuk akal. Bagian atas gedung retak dan api keluar dari sana pada jam-jam pertama. Semuanya tampak hancur,” bebernya.

    Prof Asher mengatakan mereka telah memindahkan semua pasien ke area yang lebih terlindungi saat perang dimulai. Ia menyebut dirinya dan beberapa staf sangat beruntung.

    “Keadaannya bisa saja jauh lebih buruk. Tetapi, kami masih hidup dalam situasi yang sulit dipercaya,” kata Prof Asher.

    “Ini belum berakhir, saya tidak tahu apa yang akan terjadi besok, atau lusa. Kami hanya senang bahwa kami masih hidup,” sambungnya.

    Bangsal RS Hancur, Pasien di Evakuasi

    Direktur rumah sakit Shlomi Codish mengatakan gedung bedah di bagian utara terkena serangan. Beberapa bangsal hancur dengan kerusakan parah yang terjadi di seluruh rumah sakit.

    “Kami berharap dapat memindahkan lebih dari 200 pasien dalam beberapa jam ke depan ke pusat medis lainnya. Kami berusaha meminimalkan jumlah orang, karena kita tidak tahu apakah gedung-gedung akan runtuh atau bangsal-bangsal akan runtuh,” tegasnya.

  • Cara Mudah Menurunkan Tensi Tinggi, Biar Tak Kena Serangan Jantung di Umur 20-an

    Cara Mudah Menurunkan Tensi Tinggi, Biar Tak Kena Serangan Jantung di Umur 20-an

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi, yang juga dikenal sebagai hipertensi, merupakan penyebab utama kematian dini dan penyakit kardiovaskular di seluruh dunia. Sebagai pembunuh diam-diam, hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit serius lainnya dan bisa menyerang usia muda.

    Menjaga tekanan darah tetap terkendali sangat penting untuk mencegah penyakit yang mengancam jiwa. Pola makan yang tepat, olahraga, dan makanan tertentu dapat membantu mengendalikan tekanan darah.

    Berikut cara mudah menurunkan tekanan darah dikutip dari Harvard Health.

    Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi tekanan darah tinggi adalah dengan menurunkan berat badan. Dan tidak perlu penurunan berat badan yang signifikan untuk membuat perbedaan agar tidak kena hipertensi.

    2. Aktif bergerak

    Berolahragalah selama setengah jam setidaknya lima hari seminggu. Pilih olahraga yang disukai agar tidak cepat bosan, misalnya bersepeda, lari atau menari.

    3. Makan makanan sehat

    Mengonsumsi makanan yang kaya akan biji-bijian utuh, buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu rendah lemak serta rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat menurunkan tekanan darah tinggi hingga 11 mmHg. Contoh rencana makan yang dapat membantu mengendalikan tekanan darah adalah diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dan diet Mediterania.

    4. Angkat beban

    Tambahkan latihan ketahanan, seperti angkat beban, ke dalam program olahraga untuk membantu menurunkan berat badan dan tetap bugar. Manusia kehilangan massa otot secara bertahap seiring bertambahnya usia, dan angkat beban merupakan bagian yang sering kali diabaikan dari rencana latihan, terutama bagi kebanyakan wanita.

    5. Kelola stres

    Hormon stres menyempitkan pembuluh darah dan dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah. Selain itu, seiring waktu, stres dapat memicu kebiasaan tidak sehat yang membahayakan kesehatan kardiovaskular.

    Kebiasaan ini termasuk makan berlebihan, kurang tidur, dan penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol.

    (kna/kna)