Category: Detik.com Kesehatan

  • WHO: Ya, Ada 3 Penyakit yang Lebih Berisiko dari Diabetes

    WHO: Ya, Ada 3 Penyakit yang Lebih Berisiko dari Diabetes

    Jakarta

    Diabetes adalah kondisi yang terjadi saat kadar gula darah (glukosa) terlalu tinggi. Kondisi ini terjadi saat pankreas tidak memproduksi insulin dalam jumlah cukup, atau sama sekali tidak memproduksi insulin, atau saat tubuh tidak merespons efek insulin dengan baik. Dikutip dari Cleveland Clinic, sejumlah gejala dari diabetes di antaranya meningkatnya rasa haus, sering buang air kecil, kelelahan, penglihatan kabur, hingga luka atau cedera yang lambat sembuh.

    Diabetes masuk ke dalam kategori penyakit tidak menular yang memiliki angka kematian lebih dari 2 juta orang. Meski demikian, menurut laman World Health Organization (WHO) , ada 3 penyakit yang lebih berisiko dengan angka kematian lebih tinggi dibandingkan diabetes.

    3 Penyakit yang Lebih Berisiko dari Diabetes

    Penyakit tidak menular (PTM) menewaskan sekitar 43 juta orang pada tahun 2021. Empat penyakit, seperti kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes menyumbang sekitar 80 persen dari seluruh kematian dini akibat PTM.

    Diabetes berada di urutan keempat. Artinya, 3 penyakit di bawah ini lebih berisiko dari diabetes dengan angka kematian yang lebih banyak.

    1. Penyakit Kardiovaskular

    Penyakit kardiovaskular menyumbang sebagian besar kematian akibat penyakit tidak menular. Setidaknya, ada sebanyak 19 juta kematian pada tahun 2021 akibat penyakit ini. Dikutip dari laman National Health Service, penyakit kardiovaskuler merupakan istilah untuk kondisi yang memengaruhi jantung atau pembuluh darah.

    Biasanya, kondisi ini dikaitkan dengan kerusakan arteri di organ-organ seperti otak, jantung, ginjal, dan mata. Adapun empat jenis utama penyakit kardiovaskular adalah

    Penyakit jantung koroner, yaitu kondisi yang terjadi ketika aliran darah kaya oksigen ke otot jantung tersumbat atau berkurangStroke, yaitu kondisi saat suplai darah ke bagian otak terputus, yang menyebabkan kerusakan otakPenyakit arteri perifer, yang terjadi saat ada penyumbatan pada arteri yang menuju anggota tubuh, biasanya tungkaiPenyakit aorta, yaitu sejumlah kondisi yang mempengaruhi aorta, pembuluh darah besar dalam tubuh

    2. Kanker

    Ada sebanyak 10 juta orang yang mengalami kanker di tahun 2021. Kanker adalah penyakit yang terjadi saat sel normal berubah menjadi sel kanker yang berkembang biak dan menyebar. Ada lebih dari 100 jenis kanker berdasarkan tempatnya tumbuh. Namun, ada tiga klasifikasi kanker secara umum:

    Kanker Padat (Solid Cancer)

    Kanker padat adalah jenis kanker yang paling umum, mencakup sekitar 80 persen hingga 90 persen dari semua kasus. Contohnya adalah karsinoma yang terbentuk di jaringan epitel seperti kulit, payudara, usus besar, dan paru-paru serta sarkoma yang ada di tulang dan jaringan ikat.

    Kanker Darah (Blood Cancer)

    Kanker darah bermula di sel darah atau sistem limfatik. Contohnya yaitu leukimia, limfoma, dan multiple myeloma

    Campuran

    Kanker ini melibatkan dua klasifikasi atau subtipe. Contohnya yaitu karsino sarkoma dan karsinoma adenoskuamosa

    3. Penyakit Pernapasan Kronis

    Penyakit pernapasan kronis memiliki angka kematian hingga 4 juta orang di tahun 2021. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, penyakit pernapasan kronis adalah kondisi medis jangka panjang yang bisa memengaruhi saluran pernapasan manusia, seperti sinus dan hidung atau saluran pernapasan bawah seperti bronkus dan paru-paru. Faktor risiko dari penyakit ini di antaranya polusi udara, infeksi saluran napas, merokok, dan faktor genetik.

    Beberapa contoh penyakit pernapasan kronis yaitu:

    Asma, yaitu kondisi di mana saluran napas menjadi bengkak dan menyempit sehingga membuat seseorang sulit bernapasBronkitis kronis, yaitu peradangan pada saluran pernapasan yang menghasilkan lendir berlebih dan menyebabkan batuk berkepanjanganEmfisema, yaitu kondisi di mana paru-paru mengalami kerusakan dan kehilangan elastisitasnya, sehingga membuat sulit bernapasPPOK, yaitu gabungan antara bronkitis kronis dan emfisema.

    (elk/elk)

  • Apa Itu Golongan Darah ‘Gwada Negatif’? Cuma Satu Orang di Dunia yang Punya

    Apa Itu Golongan Darah ‘Gwada Negatif’? Cuma Satu Orang di Dunia yang Punya

    Jakarta

    International Society of Blood Transfusion (ISBT) telah secara resmi mengakui ‘Gwada negatif’ sebagai golongan darah baru yang sangat langka. Satu-satunya orang dengan golongan darah ini adalah seorang wanita Prancis keturunan Guadeloupean, yang memiliki antibodi unik yang pertama kali terdeteksi pada 2011 selama pemeriksaan rutin.

    Berkat kemajuan dalam pengurutan DNA, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi mutasi genetik pada gen PIGZ. Mutasi tersebut bermanifestasi sebagai ‘Gwada negatif’, yang bisa terjadi saat gen yang identik diwarisi dari kedua orang tua.

    Thierry Peyrard, seorang ahli biologi medis di Établissement français du sang (EFS), menggambarkan pasien itu sebagai satu-satunya orang di dunia yang cocok dengan golongan darah itu. Hal ini menggarisbawahi kelangkaan golongan darah tersebut.

    Bahkan, saudara kandung dari wanita tersebut hanya membawa satu salinan gen yang artinya tidak menunjukkan golongan darah yang sama.

    Dikutip dari IFL Science, golongan darah ditentukan oleh ada atau tidaknya antigen tertentu pada permukaan sel darah merah, dengan sistem golongan darah yang paling umum dikenal sebagai ABO.

    Berdasarkan sistem ini, individu ditempatkan ke dalam golongan darah A atau B tergantung pada apakah mereka memiliki antigen A atau B, atau golongan O jika mereka tidak memiliki keduanya.

    Setiap golongan darah kemudian dibagi lagi menjadi positif atau negatif, menurut apakah seseorang memiliki antigen Rhesus (Rh) atau tidak. Tetapi, A, B, dan Rh bukanlah satu-satunya antigen yang ditemukan pada sel darah merah, dan konfigurasi yang tidak biasa dari antigen ini telah menyebabkan identifikasi lusinan golongan darah yang langka.

    Saat ini, daftar antigen yang diketahui pada sel darah merah melebihi 365. ‘Gwada negatif’ kini menjadi golongan darah ke-48 yang dikonfirmasi.

    Asal Nama ‘Gwada Negatif’

    Dikutip dari Dimsum Daily, nama ‘Gwada negatif’ diberikan sebagai bentuk kehormatan kepada asal-usul wanita tersebut di Guadeloupe. Dengan ‘Gwada’ sebagai istilah sehari-hari untuk pulau tersebut.

    Istilah tersebut diterima dengan baik oleh para profesional medis, yang mencerminkan kesederhanaan dan daya tarik lintas bahasanya.

    Tidak seperti golongan darah ABO yang umum, ‘Gwada negatif’ tidak memiliki antigen tertentu, sehingga sangat langka. Mengidentifikasi calon donor dengan fenotipe ini akan memerlukan upaya yang terarah, khususnya di antara populasi yang memiliki hubungan genetik dengan Guadeloupe.

    Peyrard dan timnya kini tengah mengembangkan protokol untuk menemukan pembawa Gwada negatif lainnya, dengan fokus pada Guadeloupe dan populasi donor terkait. Mereka bertujuan untuk membuat registri internasional bagi donor langka guna memastikan kompatibilitas untuk transfusi potensial.

    Kompatibilitas golongan darah sangat penting untuk menghindari reaksi imunologis yang parah selama transfusi, yang dapat menimbulkan konsekuensi yang mengancam jiwa. Bagi wanita, menemukan donor yang kompatibel tetap menjadi prioritas yang mendesak.

    (sao/kna)

  • 4 Masalah Kulit Berbahaya yang Ditandai dengan Bercak Tak Biasa

    4 Masalah Kulit Berbahaya yang Ditandai dengan Bercak Tak Biasa

    Jakarta

    Bintik-bintik merah atau bercak tak biasa yang tiba-tiba muncul pada kulit jangan semuanya dianggap sebagai kondisi yang ringan. Ada kalanya, bercak tersebut bisa menjadi pertanda awal adanya masalah kesehatan yang serius.

    Dikutip dari Verywell Health, meskipun beberapa bintik merah atau bercak akan memudar dengan sendirinya, beberapa lainnya mungkin memerlukan perhatian medis, terutama jika disertai dengan rasa sakit, pembengkakan, atau demam.

    Hal ini membuat perlunya bantuan tenaga medis untuk benar-benar memastikan kondisi yang sedang terjadi pada kulit.

    Lantas, bercak tak biasa tersebut bisa menjadi tanda-tanda penyakit apa saja?

    1. Basal Cell Carcinoma

    Basal cell carcinoma (karsinoma sel basal) merupakan salah satu jenis kanker kulit. Biasanya, kanker kulit jenis ini sering menyebabkan benjolan lilin berwarna putih atau bercak bersisik berwarna coklat pada kulit yang terpapar sinar matahari.

    Karsinoma sel basal memiliki beberapa pengobatan yang efektif termasuk Mohs. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk karsinoma sel skuamosa, tetapi dapat juga diobati dengan obat topikal atau jenis pembedahan lainnya.

    2. Squamous Cell Carcinoma

    Squamous cell carcinoma (karsinoma sel skuamosa) merupakan jenis kanker kulit lain. Seseorang yang mengidap jenis kanker kulit ini dapat menyebabkan nodul merah keras, luka datar bersisik, atau bercak merah di dalam mulut atau pada alat kelamin atau anus.

    3. Melanoma

    Melanoma sering dikenali dari perubahan pada tahi lalat yang ada (termasuk perubahan warna, hingga ukuran). Melanoma mungkin memerlukan operasi pengangkatan tumor, radiasi, kemoterapi, dan imunoterapi.

    4. Actinic Keratosis

    Dikutip dari Mayo Clinic, actinic keratosis adalah bercak kasar dan bersisik pada kulit yang terbentuk akibat paparan sinar matahari selama bertahun-tahun. Kondisi ini sering ditemukan di wajah, bibir, telinga, lengan bawah, kulit kepala, leher, atau punggung tangan.

    Seiring waktu, bercak ini akan mengeras dan permukaannya menyerupai kutil. Actinic keratosis tumbuh perlahan dan biasanya pertama kali muncul pada orang berusia di atas 40 tahun. Mengurangi risiko kondisi kulit ini bisa dengan meminimalkan paparan sinar matahari dan melindungi kulit dari sinar ultraviolet (UV).

    (dpy/up)

  • 7,3 Juta Peserta PBI Dinonaktifkan, Ada Apa? Begini Kata Bos BPJS Kesehatan

    7,3 Juta Peserta PBI Dinonaktifkan, Ada Apa? Begini Kata Bos BPJS Kesehatan

    Jakarta

    Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti memastikan 7,3 juta peserta penerima bantuan iuran jaminan kesehatan (PBI JK) yang dinon-aktifkan tidak lantas mengurangi jatah 98,7 juta PBI seperti yang diamanatkan Undang Undang.

    Total 7,3 juta PBI akan digantikan dengan yang sesuai verifikasi Kementerian Sosial melalui Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Hal ini untuk memastikan penerima manfaat benar-benar termasuk kategori miskin dan rentan miskin.

    “Itu diganti, orangnya bisa ganti, (PBI), jumlahnya kan tetap,” tegas Prof Ghufron saat ditemui detikcom di Gedung BPOM RI, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2025).

    Prof Ghufron memberikan catatan peserta yang merasa masuk kategori PBI tetapi dinonaktifkan per Mei 2025, bisa langsung melakukan reaktivasi.

    Dengan syarat, melapor ke dinas sosial setempat, mengikuti proses verifikasi dan dinyatakan benar masuk kategori miskin atau hampir miskin, hingga pertimbangan lain yang bersangkutan memiliki penyakit kronis atau kondisi darurat yang diperlukan penanganan sesegera mungkin.

    “Kalau seperti itu, bisa langsung reaktivasi,” tandasnya.

    Masyarakat yang mendatangi fasilitas kesehatan dan baru mengetahui kepesertaannya non-aktif namun tidak masuk kategori PBI, tetap bisa mendapatkan pelayanan. Namun, dilanjutkan sebagai pasien mandiri.

    Prof Ghufron menyesalkan masih banyak warga yang tidak mengecek terlebih dulu kepesertaannya sebelum menjalani pengobatan di fasilitas kesehatan klinik maupun rumah sakit. Pasalnya, saat ini akses pengecekan relatif lebih mudah melalui JKN Mobile.

    Selain mengecek status peserta, JKN Mobile juga mempermudah proses pendaftaran sehingga masyarakat tidak perlu lagi mengantre.

    “Itu seluruh masyarakat harus cek saya ini aktif atau nggak BPJS, jangan sampai terlambat, sudah sakit baru bingung, lho kok nggak aktif?”

    “Jadi setiap saat bisa mengecek, kan gampang kita sudah ounya Super App, Mobile JKN, banyak masyarakat belum tahu, kalau sekarang nggak perlu antre ke RS, cek di situ saja, aplikasi, sudah tahu, oh kapan nanti dilayani di klinik mana? Komplit sekali,” pungkasnya.

    (naf/naf)

  • Cerita Pria Bandung Pangkas 18 Kg dalam 5 Bulan dengan Rutin Jalan Kaki

    Cerita Pria Bandung Pangkas 18 Kg dalam 5 Bulan dengan Rutin Jalan Kaki

    Jakarta

    Menjadi ‘budak korporat’ atau pekerja kantoran memang bisa membuat diet menjadi sebuah tantangan tersendiri, seperti jadwal padat, akses terbatas ke makanan sehat, dan kurangnya waktu untuk olahraga.

    Namun, jika sudah menemukan strategi yang tepat, program menurunkan berat badan tetap bisa dilakukan, meski dengan jam kerja padat ala budak korporat. Ini yang saat ini sedang dilakukan oleh Irvan Aditya (32), seorang pria di Bandung, Jawa Barat.

    “Faktor utama yang akhirnya saya memutuskan buat diet adalah keresahan saya saat memilih baju dan celana. Rekor berat badan saya paling tinggi itu 89 kg, ketika milih baju itu susah banget,” kata Irvan saat dihubungi detikcom, Sabtu (21/6/2025)

    “Lalu, saya juga dapat keluhan dari istri kalau saya tidurnya ngorok. Lalu kebiasaan, ketika makan langsung rebahan dan ngerasa duduk nge-ganjel perut, serba nggak enak gitu,” sambungnya.

    Dari keresahan tersebut, Irvan mulai mengatur bagaimana cara yang tepat untuk menurunkan berat badan, tanpa perlu menyiksa tubuh dan terpenting tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

    “Akhirnya memilih jalan kaki dan Intermittent fasting (IF). Saya kan ngantor juga dari jam 9 sampai 6. Metode IF-nya juga bertahap, mulai 12/12, lalu 16/8, kemudian 18/6, sampai terakhir sempet 20/4,” katanya.

    “Rutin nge-usahain jalan di treadmill itu 30 menit sehari. Kalau weekend baru tuh nge-push sampai 1 jam, sisanya workout sama angkat beban. Rata-rata kalau 30 menit, speed 5 itu saya usahain 3.000 langkah meski kadang lebih,” sambungnya.

    NEXT: Tidak Pilih-pilih Makanan

    Saat ditanya tentang makanan apa yang dihindari, Irvan mengaku tidak terlalu pusing dalam memikirkan terkait apa yang ia konsumsi. Namun, yang menjadi catatannya adalah wajib mengurangi atau jika bisa berhenti mengonsumsi makanan atau minuman manis (gula), serta tepung-tepungan.

    “Kondisinya itu nggak sampai yang stok makanan ini itu sih, karena ini jalannya (diet) harus bisa nyaman. Jadi sekadar mengurangi awalnya nasi satu sampai dua centong dikurangi pelan-pelan,” katanya.

    “Proteinnya diperbanyak mulai tahu, tempe, daging sapi. Paling yang bener-bener di-cut itu gula, makanan atau minuman berpemanis. Kalau bisa tepung-tepungan juga kurangin,” lanjutnya.

    Selain metode IF dan jalan kaki, Irvan menambahkan pola tidur juga tak kalah penting untuk membantu proses menurunkan berat badan.

    “Faktor-faktor yang buat saya berpengaruh juga tidur harus enam sampai delapan jam, jangan begadang,” tutupnya.

  • Bangun Kantor Baru di Buleleng, BPOM RI Tekankan Komitmen Ramah Lingkungan

    Bangun Kantor Baru di Buleleng, BPOM RI Tekankan Komitmen Ramah Lingkungan

    Jakarta

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Taruna Ikrar secara simbolis menanam pohon Ketapang Kencana di lahan calon kantor baru Loka POM Buleleng, pada Jumat (20/6/2025). Kegiatan ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam perjalanan Loka POM Buleleng untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik.

    “Penanaman pohon ini bukan hanya simbolis, tetapi mencerminkan komitmen BPOM terhadap pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan,” ujar Taruna Ikrar dalam keterangannya.

    Pentingnya pembangunan kantor baru tak bisa ditunda. Dengan 32 personel, Loka POM Buleleng bertanggung jawab mengawasi lebih dari 2.300 sarana produksi dan distribusi obat tradisional, kosmetik, suplemen, hingga pangan di Buleleng dan Jembrana. Luasnya cakupan ini menjadikan keberadaan kantor yang representatif sebagai kebutuhan mendesak.

    Komitmen BPOM RI Jaga Bumi Lestari

    Di sisi lain, Taruna Ikrar juga turut menginisiasi Gerakan Cinta Bumi, inisiatif BPOM untuk berkontribusi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam semangat menjaga bumi, Taruna Ikrar melakukan penanaman pohon khas Bali, yaitu Jeruk Bali, di area hijau Balai Besar POM di Denpasar.

    Penanaman pohon di Bali ini menjadi pengingat bahwa pengawasan obat dan makanan tak lepas dari tanggung jawab ekologis, karena kesehatan manusia selalu terkait erat dengan kesehatan alam.

    “Menanam satu pohon hari ini, adalah menanam harapan untuk anak cucu esok hari. Daun-daun yang tumbuh bukan sekadar hijau, tetapi juga doa, nafas, dan masa depan,” ujar Taruna Ikrar.

    (kna/kna)

  • Maag Kronis di Usia 20-an? Cek 5 Pola Makan yang Harus Kamu Hindari

    Maag Kronis di Usia 20-an? Cek 5 Pola Makan yang Harus Kamu Hindari

    Jakarta

    Kondisi maag kronis bisa dialami oleh orang dengan usia 20 tahunan. Menurut penelitian berjudul Factor Related to Gastritis Event at Ages 17-21 Years Old in The Work Area of Pesanggrahan Public Health Centre in 2018, gastritis atau maag yang terjadi di negara-negara berkembang dialami oleh orang dengan usia dominan 20 tahun. Kekambuhannya disebut bisa meningkatnya risiko penyakit yang lebih berbahaya.

    Pada tahun 2011, dalam pemberitaan detikhealth sebelumnya, seorang pria berusia 25 tahun didiagnosa maag kronis dan harus diberi oksigen lewat hidung serta dikeluarkan gas lambungnya lewat mulut. Dalam kasus ini dokter juga mendiagnosa usus buntunya lengket dan harus dioperasi jika tidak bisa kentut.

    Dalam kasus lainnya, GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) yang seringkali dikaitkan dengan maag juga dialami oleh wanita berusia 25 tahun. Kondisi GERD parah yang meliputi nyeri ulu hati hingga ke bagian belakang tubuh itu membuatnya sampai harus cuci lambung.

    Setelah melakukan ‘cuci lambung’ dengan pemasangan NGT di IGD, cairan pertama berwarna merah keluar, yang menandakan adanya perdarahan di lambung. Setelah itu, warna cairan berubah menjadi hitam pekat. Dokter mengatakan warna hitam menunjukkan adanya masalah serius pada lambung yang bisa jadi mengarah ke tukak lambung.

    Kondisi gangguan pencernaan dapat terjadi karena pola makan yang tidak baik. Untuk menghindari kondisi maag kronis, ketahui beberapa pola makan yang harus dihindari berikut ini.

    Maag Kronis di Usia 20-an? Cek 5 Pola Makan yang Harus Kamu Hindari

    Maag atau gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Dikutip dari Mayo Clinic, gejalanya meliputi rasa sakit, nyeri seperti terbakar di perut bagian atas, hingga mual dan muntah. Pola makan yang tidak baik seperti makan makanan pedas dan terlalu banyak karbohidrat bisa menjadi faktor dalam penyakit maag. Berikut pola makan yang harus dikurangi atau bahkan dihindari:

    1. Makan Makanan Pedas

    Makanan pedas bisa memicu maag atau memperburuknya karena zat capsaicin. Dikutip dari laman Gaviscon, capsaicin adalah bahan aktif yang membuat rasa pedas, seperti di paprika dan cabai.

    Dikutip dari laman Times of India, bahan ini bisa mengiritasi lapisan lambung serta mendorong produksi asam lambung. Pada akhirnya timbullah rasa sakit dan ketidaknyamanan.

    2. Makan Terlalu Banyak Karbohidrat dan Gula

    Kebanyakan makanan yang mengandung karbohidrat bisa menyebabkan gas dan kembung. Secara umum, karbohidrat seperti gula dan serat yang difermentasi saat dipecah di usus besar. Proses ini menciptakan penumpukan gas di usus besar yang menyebabkan rasa kembung dan tidak nyaman.

    3. Makan Terlalu Banyak dan Terlalu Cepat

    Dikutip dari WebMD, makan terlalu banyak dan terlalu cepat juga bisa menyebabkan maag. Makan dalam porsi besar meregangkan perut yang bisa membuat kenyang dan kembung. Makan berlebihan akan meregangkan lambung dan membuat asam lambung lebih mudah keluar melalui bagian atas.

    4. Konsumsi Makanan yang Mengandung Terlalu Banyak Lemak

    Dikutip dari Healthline, makanan yang mengandung lemak mungkin memperburuk peradangan pada lapisan lambung. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, kandungan lemak yang tinggi memicu lebih banyak asam dan enzim yang bisa mengiritasi jaringan tubuh.

    5. Mengonsumsi Alkohol

    Alkohol dapat mengiritasi lapisan mukosa di seluruh saluran pencernaan yang pada akhirnya menyebabkan peradangan. Minuman ini juga bisa menurunkan daya tahan tubuh, sehingga meningkatkan kemungkinan seseorang untuk memilih makanan yang tidak sesuai dengan kesehatan sistem pencernaan.

    Menurut Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi, penyakit fatal bisa terjadi jika maag tidak ditangani dengan baik. Hal ini karena gejala maag dapat juga merupakan gejala dari suatu penyakit yang serius.

    “Untuk sakit maag organik, harus konsultasi dengan dokter dulu sebelum puasa, untuk memastikan kondisi lambung dan kesehatan secara keseluruhan, apakah dia bisa atau tidak, karena jika dipaksakan akibatnya bisa lebih parah,” ujar dr Helmin kepada detikHealth, Kamis (30/4/2020).

    Maag yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kondisi fatal seperti perdarahan pada ulkus lambung, penyumbatan pada saluran pencernaan, hingga kanker lambung.

    (elk/tgm)

  • Ramai Dikaitkan Kondisi Jokowi, Apa Beda Steven Johnson Syndrome dan Alergi Kulit?

    Ramai Dikaitkan Kondisi Jokowi, Apa Beda Steven Johnson Syndrome dan Alergi Kulit?

    Jakarta

    Warganet ramai menyoroti kondisi kulit Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo. Banyak spekulasi mencuat salah satunya dikaitkan dengan penyakit langka dan serius yakni Stevens-Johnson Syndrome (SJS).

    Ajudan Presiden, Komisaris Polisi Syarif Fitriansyah, belakangan membantah kabar tersebut dan memastikan secara fisik Jokowi dinyatakan sehat. Adapun perbedaan yang tampak pada kulit wajah dikaitkan dengan alergi kulit yang tidak serius.

    “Wah hoaks itu, nggak benar,” tegasnya kepada wartawan baru-baru ini.

    Terlepas dari kabar yang beredar di media sosial, memang apa sih bedanya SJS dengan alergi kulit ringan? Spesialis penyakit dalam yang juga pakar alergi dan imunologi Prof Iris Rengganis, SpPD-KAI ikut buka suara.

    Menurut Prof Iris, Stevens Johnson Syndrome adalah reaksi hipersensitivitas berat yang salah satunya bisa dipicu karena penggunaan obat, jelas berbeda dengan alergi kulit biasa.

    Secara kasat mata, juga terdapat perbedaan jelas gejala akibat SJS dengan alergi kulit.

    Beberapa gejala khas yang cukup mudah dikenali, di antaranya:

    Ruam merah yang menyebar di seluruh tubuhLepuhan dan pengelupasan kulit seperti luka bakarLuka di rongga mulut, mata, dan area kelamin

    Keluhan tersebut diikuti demam tinggi hingga 38 derajat celsius akibat reaksi inflamasi atau peradangan. Pasien SJS juga kerap musah lelah, lemas, mengalami nyeri mulut hingga sakit di bagian kepala.

    Semakin lama ditangani, semakin mungkin gejala terus menyebar ke daerah lain yang juga memicu area mata terasa tak nyaman bahkan hisa membuat gangguan penglihatan.

    “Karena kulit yang melepuh dan mengelupas, pasien SJS sangat rentan terkena infeksi. Di luar negeri, pasien SJS bahkan sering dirawat di unit luka bakar, bukan karena terbakar, tapi karena perlindungan terhadap infeksi menjadi sangat penting jika lapisan kulit terbuka,” sorot Prof Iris menegaskan penanganan pasien SJS perlu secara multidisiplin atau oleh beberapa dokter dan ahli.

    Next: Kelompok orang berisiko Steven Johnson Syndrome

    SJS tidak memandang usia maupun jenis kelamin. Anak-anak, dewasa, pria, maupun wanita semua berpotensi mengalami SJS, tergantung pada tingkat sensitivitas tubuh masing-masing.

    Tidak seperti alergi biasa yang gatal dan bentol, SJS tidak disertai rasa gatal, melainkan lepuhan kulit parah, seperti kulit terbakar.

    Beberapa obat yang sering memicu SJS, menurut Prof Iris, khususnya pada orang yang sensitif, antara lain:

    Obat asam urat: allopurinolObat pereda nyeri: piroxicam, meloxicamAntibiotik: penisilin, sulfaObat antivirus: nevirapineObat antikejang: fenitoin, dan lainnya

    Biasanya, pasien SJS sudah memiliki riwayat konsumsi obat tertentu, sehingga penting dilakukan penelusuran obat yang dikonsumsi sebelum gejala muncul.

    Karena kompleksitasnya, penanganan SJS memerlukan kerja sama tim dokter dari berbagai spesialisasi. Pasien biasanya memerlukan rawar inap intensif, pemberian cairan yang cukup, obat-obatan suntik untuk mengatasi peradangan, perawatan luka di kulit, mulut, dan mata. Lalu, kontrol kebersihan mulut secara khusus.

    Kebersihan mulut sangat penting karena luka di area ini bisa menyebabkan nyeri hebat dan mengganggu makan, minum, hingga berbicara.

    Simak Video “Video: Mengenal Jenis Alergi Kulit, Biduran Hingga Stevens Johnson Syndrome”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Video: Daftar Obat Herbal Berbahaya Temuan BPOM, Berisiko Picu Penyakit

    Video: Daftar Obat Herbal Berbahaya Temuan BPOM, Berisiko Picu Penyakit

    Video: Daftar Obat Herbal Berbahaya Temuan BPOM, Berisiko Picu Penyakit

  • Dokter Ungkap Jenis-Jenis Alergi Kulit, Termasuk yang Muncul di Wajah

    Dokter Ungkap Jenis-Jenis Alergi Kulit, Termasuk yang Muncul di Wajah

    Jakarta

    Alergi kulit belakangan ramai dibahas di media sosial setelah Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo disebut mengidap penyakit tersebut hingga mengalami peradangan.

    Spesialis dermatologi Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpDVE, Subsp.OBK, FINSDV, FAADV menjelaskan alergi kulit adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang seharusnya tak berbahaya, seperti debu, makanan, logam, atau kosmetik.

    Ketika tubuh salah mengenali zat ini sebagai ancaman, sistem imun nantinya akan melepas senyawa seperti histamin yang memicu peradangan kulit. Kondisi ini menyebabkan gejala seperti kemerahan, bengkak, dan gatal.

    “Jadi peradangan itu adalah respons tubuh yang ‘overprotektif’,” imbuh dr Darma saat dihubungi detikcom, Senin (23/6/2025).

    Menurut dr Darma, alergi bisa terjadi kapan saja pada orang-orang tertentu yang memang memiliki bakat alergi. Bahkan alergi juga bisa baru muncul pada usia tua yang sebelumnya belum pernah mengalaminya.

    “Ini terjadi karena sistem imun melemah dan menjadi kurang seimbang, sehingga tubuh lebih mudah bereaksi terhadap alergen. Selain itu, paparan alergen yang berlangsung lama, perubahan kulit dan mukosa yang makin tipis, konsumsi banyak obat, serta gangguan mikrobioma juga ikut memicu timbulnya alergi di usia lanjut,” ucapnya lagi.

    Jenis-jenis Alergi

    Alergi sendiri, lanjutnya, terbagi menjadi beberapa jenis. Di antaranya sebagai berikut.

    Urtikaria (biduran): bentol-bentol merah yang timbul-tenggelam, terasa sangat gatal.Dermatitis kontak alergik: ruam kemerahan dan gatal yang muncul di area kulit yang terkena alergen langsung, seperti logam atau kosmetik.Erupsi makulopapular: ruam menyebar ke tubuh berupa bintik-bintik kecil, biasanya akibat reaksi obat.Eksim atopik: kondisi kronis dengan kulit kering dan gatal, sering terjadi pada anak-anak atau orang dengan riwayat alergi.Apabila alergi sampai mengenai wajah, bisanya penyebab terseringnya adalah dermatitis kontak alergik. Kondisi ini biasanya dipicu oleh bahan dalam kosmetik, sunscreen, sabun cuci muka, atau bahkan masker wajah.

    “Tapi bisa juga bagian dari reaksi sistemik seperti erupsi obat yang menyebar ke wajah. Karena kulit wajah lebih sensitif, gejala di area ini cenderung lebih cepat terlihat dan lebih mengganggu secara estetis,” imbuh dr Darma.

    (suc/kna)