Category: Detik.com Kesehatan

  • Dugaan Kasus Malpraktik Pasien Anak di RSCM, Korban Disebut Alami Kebocoran Usus

    Dugaan Kasus Malpraktik Pasien Anak di RSCM, Korban Disebut Alami Kebocoran Usus

    Jakarta

    Anak di bawah satu tahun (J) diduga menjadi korban kasus malpraktik salah satu dokter senior di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM). Orangtua J, Adam Harits, menceritakan, anaknya sempat mengalami kebocoran usus dan perlu dirawat intensif lebih dari satu bulan.

    Insiden tersebut diduga terjadi karena tindakan endoskopi yang dilakukan dokter (P). Mulanya, J mendatangi fasilitas kesehatan dengan keluhan tidak mau mengonsumsi makanan pendamping air susu ibu (MPASI), 28 Agustus 2024.

    Dengan keluhan tersebut, J sempat disarankan untuk bertemu dokter spesialis rehabilitasi medik pada 11 Oktober 2024. “Dari sana (rehabilitasi medik), kami dirujuk ke spesialis THT (telinga, hidung, tenggorokan) yang didampingi langsung oleh dokter rehab medik,” beber Adam.

    Hasil pemeriksaan THT menunjukkan adanya bulir-bulir di tenggorokan J atau cobblestone appearance. Merujuk hasil tersebut, J disarankan untuk dibawa ke dokter senior di RSCM, yang belakangan dituding menjadi pelaku malpraktik, yakni dokter P. Pemeriksaan lanjutan dilakukan dokter P pada 23 Oktober 2024.

    Menurut Adam, dokter yang juga menyandang gelar profesor itu menyarankan tindakan endoskopi tanpa adanya pemeriksaan terlebih dulu.

    “Hanya duduk di meja sambil mengetik dan melihat hasil dari THT,” curhat Adam.

    Meski tak menolak saran profesor, Adam sempat bertanya alasan di balik keputusan endoskopi anaknya yang belum genap berusia satu tahun.

    “Saya tanya, se-urgent apa kondisi ini untuk endoskopi? Gimana kalau menunggu sampai J umur satu tahun sambil coba dulu pengobatan GERD berdasarkan hasil THT?” tanya Adam.

    Namun, jawaban yang didapat disebut tidak memuaskan Adam. “Bapak lihat saja sendiri se-urgent apa ini. Ini pertanggungjawaban Bapak di akhirat. Kenapa? Bapak nggak punya uang? Pinjam saja sama engkongnya. Pinjaman lunak,” kata Adam menuturkan jawaban dokter saat itu.

    Kala itu, Adam menjawab dengan memastikan tidak meminjam uang untuk proses tersebut dan langsung mengiyakan endoskopi. Pasca tindakan tersebut, J melakukan kontrol rutin dan rawat jalan dengan dokter, kondisinya masih relatif baik, tetapi pekan kedua hingga ketiga pasca endoskopi keluhan kembali muncul, yakni sering muntah.

    Adam meminta pemeriksaan lanjutan, tetapi dokter tersebut kemudian menyarankan endoskopi kedua. Singkat cerita, kondisi J terus memburuk pasca endoskopi kedua. Adam menyebut J sering muntah setiap kali diberikan susu.

    Setelah dilakukan serangkaian tes medis, tim dokter yang menangani J menduga adanya kebocoran usus, sehingga perlu dilakukan tindakan darurat sebelum terlambat.

    “Operasi kemudian dilakukan dan terkonfirmasi memang terjadi kebocoran pada usus,” ujar Adam.

    Setelah operasi dilakukan, Adam mendapat kabar bahwa J mengalami sepsis berat dengan indikasi gagal jantung, gagal paru dan gagal ginjal. Kondisi tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan tindakan terakhir, yakni cuci darah nonstop selama 72 jam guna membantu ginjal dan membersihkan darah dari racun.

    Adam menyebut J menjalani perawatan total selama kurang lebih 40 hari di RSCM. “Total ada 4 kali operasi,” ungkapnya. Tindakan endoskopi tersebut serta lalainya dokter P dalam mengantisipasi kebocoran usus J sampai akhirnya terjadi beberapa kegagalan organ dan harus menjalani berkali-kali operasi yang dipersoalkan Adam sehingga mengadukannya ke Majelis Disiplin Profesi (MDP).

    Sidang kemudian digelar hari ini, Rabu (25/5/2025). Pihaknya berharap yang bersangkutan memungkinkan untuk dicabut izin praktiknya.

    NEXT: Konfirmasi RSCM

    Humas RSCM mengonfirmasi dokter senior P benar berpraktik di RSCM. Pihaknya juga mengetahui laporan tersebut sudah dilimpahkan pada MDP untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

    “RSCM menghormati dan akan mengikuti proses pemeriksaan terhadap dokter senior P yang dilaksanakan di MDP dan menunggu hasil dari pemeriksaan tersebut,” tutur RSCM dalam keterangan tertulis.

    Soal permintaan kemungkinan mencabut surat tanda registrasi (STR) maupun izin praktik dokter senior P, Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) masih menunggu hasil keseluruhan proses sidang.

    Dihubungi terpisah, juru bicara KKI Mohammad Syahril menekankan belum bisa memberikan tanggapan lebih lanjut, sampai hasil dari MDP diterima oleh KKI.

    “Karena prosesnya seperti itu, hasil dari MDP nanti diberikan terlebih dahulu ke KKI, baru bisa kita proses,” tuturnya kepada detikcom, Rabu (25/6).

  • Tak Heran Gen Z Sudah Kena Batu Ginjal, Dokter Ungkap Alasannya

    Tak Heran Gen Z Sudah Kena Batu Ginjal, Dokter Ungkap Alasannya

    Jakarta

    Sedentary lifestyle atau mager (males gerak) kini mulai menjadi pilihan gaya hidup sebagian orang, tak terkecuali di kalangan generasi Z. Padahal, gaya hidup seperti ini dapat mengundang banyak masalah, salah satunya batu ginjal.

    Spesialis urologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Widi Atmoko, SpU(K), FECSM, FACS mengatakan hidup bermalas-malasan memang meningkatkan risiko munculnya batu ginjal.

    “Kalau tiap hari duduk di depan komputer, nonton TV, main HP, nggak pernah olahraga, itu secara evidence based memang ada faktor timbul batu lebih tinggi,” kata dr Widi saat berbincang dengan detikcom, Rabu (25/6/2025).

    Menurut dr Widi, hal ini bisa terjadi karena gaya hidup mager membuat seseorang kadang lupa untuk tetap menjaga tubuh tetap terhidrasi. Pasalnya, dehidrasi dapat menyebabkan penumpukan limbah dan asam dalam tubuh.

    Penumpukan tersebut menyumbat ginjal dengan protein otot (myoglobin). Proses penumpukan tersebut kemudian berisiko memicu pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih.

    “Kalau gaya hidupnya kurang minum, kurang aktivitas akan memicu terbentuknya kristal yang lama kelamaan kristal ini bisa menyatu dan terbentuk batu,” katanya.

    “Tapi balik lagi, jangan sampai kita aktivitas tinggi tapi dehidrasi, itu berisiko juga. Kita boleh aktivitas banyak, tapi minum nggak boleh kurang,” katanya.

    Dalam kasus berisiko tinggi, dr Widi mengatakan dibutuhkan waktu lebih dari satu hingga enam bulan untuk kristal-kristal ini berubah menjadi batu ginjal yang akhirnya menimbulkan gangguan pada tubuh.

    “Tapi kalau masih rajin minum, itu masih bisa lebih lama,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Haid Lebih dari 8 Hari? Hati-hati Jika Disertai Gejala Ini, Bisa Jadi Miom-Kista

    Haid Lebih dari 8 Hari? Hati-hati Jika Disertai Gejala Ini, Bisa Jadi Miom-Kista

    Jakarta

    Menstruasi adalah bagian alami dari siklus reproduksi perempuan. Namun, tak semua haid bisa dianggap normal. Ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai karena bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sistem reproduksi.

    Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG, Subsp Onk, mengatakan, salah satu tanda utama yang sering diabaikan adalah nyeri haid yang berlebihan.

    Menurutnya, rasa nyeri saat haid memang wajar, tapi jika sampai mengganggu aktivitas harian, seperti harus minum obat pereda nyeri setiap bulan, atau bahkan tidak bisa bekerja dan sekolah, maka kondisi tersebut perlu diperhatikan lebih serius.

    “Nah yang kedua, lama haid. Kan 6 sampai, paling lama 8 hari lah. Kalau lebih dari itu, bukan haid lagi. Sudah ada kelainan. Nah itu harus segera dilakukan pengobatan,” ucapnya saat ditemui di acara konferensi pers terkait Rekeomendasi POGI untuk Vaksin HPV Bagi Perempuan Pranikah dan Pasca Melahirkan, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2026).

    Volume darah yang keluar saat menstruasi pun patut diperhatikan. Menurut Prof Yudi, kemungkinan adanya gangguan seperti miom, penebalan endometrium, atau kista, bisa ditandai dengan menstruasi yang terlalu banyak hingga memicu kondisi berikut:

    Karenanya, ia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut jika mengalami menstruasi yang tak normal.

    “Karena diperiksa oleh dokter, cukup dengan USG saja ketahuan. Ada miom, ada penebalan endometrium, ada kista dan sebagainya itu bisa mengganggu proses haid yang normal,” imbuhnya lagi.

    (suc/up)

  • Ini Cara Membedakan Daging Busuk dan Masih Aman Dimakan

    Ini Cara Membedakan Daging Busuk dan Masih Aman Dimakan

    Jakarta

    Daging segar adalah bahan makanan yang kaya nutrisi, tapi juga rentan terhadap pembusukan. Sayangnya, perubahan pada daging yang sudah tidak layak konsumsi belum banyak diketahui.

    Padahal, jika tidak berhati-hati mengonsumsi daging busuk bisa berisiko membahayakan kesehatan. Untuk itu, penting untuk mengetahui cara membedakan daging busuk dan yang aman dimakan.

    Cara Membedakan Daging Busuk dan Masih Aman Dimakan

    Untuk membedakan mana daging yang busuk dan aman dimakan, lihat warna daging, periksa tekstur, dan cium aromanya.

    1. Lihat Warnanya

    Warna daging sapi menjad indikator penting untuk mengetahui kesegarannya. Saat masih segar warnanya akan berwarna merah terang karena terpapar oksigen.

    Seiring waktu, daging bisa berubah warna menjadi coklat atau keabu-abuan yang menandakan kondisi normal. Tapi, jika daging sapi berubah warna secara signifikan, seperti menjadi abu abu kusam atau kehijauan, kemungkinan daging tidak aman dimakan.

    Dikutip dari laman Eric Lyons, daging sapi yang sudah berubah warna menjadi tidak biasa, terutama hijau atau kuning menunjukkan adanya bakteri. Buang daging semacam ini.

    2. Tekan Daging

    Langkah selanjutnya adalah memeriksa daging dengan menekannya menggunakan jari. Dikutip dari laman Australian Institute of Food Safety, jika masih segar, daging akan kembali ke bentuk semula. Namun jika sudah lama, daging mungkin telah kehilangan sebagian kekencangannya.

    Daging yang layak dimakan juga seharusnya tidak terasa berlendir atau lengket. Dikutip dari laman The Express Tribune, daging yang berlendir merupakan tanda bahwa bakteri mulai berkembang biak di permukaannya. Jika menemukan tanda ini, daging harus dibuang.

    3. Cium Aromanya

    Cium aroma daging untuk memastikan tidak ada bau menyengat. Cukup dekatkan hidung sekitar 10 cm dari daging.

    Sebagian besar daging segar hampir tidak berbau. Daging domba mungkin memiliki bau amis, tapi pastikan tidak berbau busuk.
    Terlepas dari jenisnya, bau asam dan busuk menandakan bahwa daging itu tidak baik untuk dimakan.

    Daging yang mulai rusak akan mengeluarkan aroma asam dan busuk yang menyengat. Saat daging sudah berbau seperti ini, maka penting untuk membuangnya.

    4. Periksa Teksturnya

    Adanya jamur atau pertumbuhan tidak biasa pada permukaan daging sapi menandakan bahwa daging tersebut sudah rusak. Jamur bisa muncul sebagai bintik-bintik berbulu, seringkali berwarna hijau atau putih.

    Kondisi ini menandakan bahwa bakteri atau jamur telah ada di daging sapi. Meski tidak berbau, daging ini harus segera dibuang.

    Tips Menyimpan Daging dengan Benar di Dalam Kulkas

    Untuk menjaga keawetan daging, perhatikan tips menyimpan daging dalam kulkas berikut ini:

    Simpan daging dalam lemari es pada suhu 5°C atau di bawahnya atau dalam freezer pada suhu -15°CIkuti metode First In, First Out (FIFO) yang berarti, makanan yang dimasukkan pertama harus digunakan pertamaGunakan daging dalam freezer dalam beberapa bulan, semakin sedikit waktu dibekukan, semakin baik kualitas dan integritasnya. Namun secara umum, daging bisa disimpan dalam freezer hingga satu tahun.Jangan bekukan daging kembali setelah dicairkan. Kualitas daging, baik dari segi tekstur maupun rasa akan menurun karena hilangnya kelembaban akibat pembekuan dan pencairan berulang kali

    (elk/tgm)

  • Waspada! Gejala Awal Stroke yang Bisa Muncul di Mata, Wajah, dan Lengan

    Waspada! Gejala Awal Stroke yang Bisa Muncul di Mata, Wajah, dan Lengan

    Jakarta

    Stroke ringan atau TIA (Transient Ischemic Attack) sering kali menjadi tanda peringatan sebelum stroke berat terjadi. Gejalanya bisa dirasakan di beberapa bagian tubuh, seperti mata, wajah, hingga lengan.

    Dikutip National Health Service (NHS) Inggris, gejala-gejala dari stroke bisa terjadi tiba-tiba, sehingga pasien harus segera mendapatkan bantuan medis darurat.

    Semakin cepat penanganan stroke dilakukan, semakin besar peluang pemulihan dan semakin kecil risiko kerusakan otak yang permanen.

    Berikut adalah gejala awal stroke yang bisa muncul di mata, wajah, dan lengan.

    1. Wajah Terkulai dan Mati Rasa

    Wajah terkulai atau mati rasa merupakan salah satu peringatan stroke. Seseorang akan kehilangan kontrol otot di salah satu sisi wajah.

    Selain itu, kondisi ini bisa saja diikuti oleh mati rasa, sehingga berdampak pada sulitnya untuk tersenyum atau menggerakkan bibir.

    2. Penglihatan Kabur atau Hilang

    Peringatan lainnya adalah penglihatan kabur di salah satu atau kedua mata. Bahkan, pada beberapa kondisi, penglihatan bisa saja hilang di salah satu atau kedua mata.

    3. Lengan Melemah

    Melemahnya otot di lengan juga bisa menjadi tanda-tanda dari gejala awal stroke. Pasien mungkin tidak dapat mengangkat kedua lengan mereka sepenuhnya atau mengalami mati rasa di salah satu lengan.

    (dpy/suc)

  • Gen-Z Dihantui Infeksi Seksual! Kasus Melonjak, Banyak Obat Tak Manjur Lagi

    Gen-Z Dihantui Infeksi Seksual! Kasus Melonjak, Banyak Obat Tak Manjur Lagi

    Jakarta

    Data Kementerian Kesehatan RI mencatat peningkatan signifikan kasus infeksi menular seksual dalam tiga tahun terakhir di kalangan Gen Z. Di balik lonjakan ini, muncul masalah yang tak kalah serius, banyak obat-obatan yang dulunya ampuh mengatasi IMS, kini sudah tidak lagi efektif.

    “Obat-obatan yang dulu diberikan untuk gonore, sekarang banyak yang nggak mempan lagi. Makin ke sini makin banyak bakteri yang kebal,” beber pakar seks dr Boyke Dian Nugraha kepada detikcom Rabu (25/6/2025).

    Menurut dr Boyke, dulu penanganan IMS seperti gonore (kencing nanah) cukup berhasil dengan penisilin atau kanamycin. Namun kini, bakteri penyebab IMS telah beradaptasi, bermutasi, dan menjadi lebih resisten terhadap berbagai jenis antibiotik.

    “Dulu kita pakai penisilin, efektif. Lalu beralih ke kanamycin, lalu ke golongan fluoroquinolone seperti ciprofloxacin. Tapi sekarang? Banyak yang sudah nggak mempan,” ungkapnya.

    Saat ini, antibiotik seperti penisilin dan sevixin (ceftriaxone generasi lama) dinilai sudah tidak lagi efektif secara luas. Bahkan beberapa golongan sefalosporin generasi lama pun mulai kehilangan efektivitasnya. Cepalosporin generasi baru masih bisa diandalkan, tetapi penggunaannya harus tepat dan disesuaikan berdasarkan hasil uji sensitivitas bakteri.

    “Kalau pasien tidak kunjung sembuh, misalnya keluhan keluar nanah dari kemaluan terus-menerus, kita harus ambil sampel. Kemudian dikirim ke lab mikrobiologi untuk uji sensitivitas, untuk melihat antibiotik mana yang masih bisa melawan bakterinya,” jelas dr Boyke.

    Bahaya Penggunaan Antibiotik Tak Bijak

    Ia menyoroti bahwa resistensi ini banyak dipicu oleh pola penggunaan antibiotik yang sembarangan.

    “Kuman itu pintar. Dikasih antibiotik, dia mutasi. Terus pasiennya berhubungan seks lagi, kena lagi, dikasih antibiotik yang sama, ya nggak mempan. Ini yang menyebabkan resistensi makin luas,” jelasnya.

    Penggunaan antibiotik tanpa resep atau mengandalkan obat yang biasa dipakai orang lain juga berperan dalam mempercepat munculnya bakteri kebal.

    dr Boyke menekankan generasi muda harus lebih sadar terhadap risiko dan konsekuensi dari perilaku seksual bebas tanpa perlindungan. Ia menyayangkan bahwa tren seks bebas seperti ‘friends with benefits’, ‘one night stand’, hingga praktik open BO semakin dianggap lumrah di kalangan remaja dan dewasa muda.

    “Pendidikan seks itu harus disampaikan dengan jujur dan jelas. Bahwa seks bebas bukan cuma soal kehamilan, tapi bisa menyebabkan penyakit menular yang sulit disembuhkan. Bahkan bisa menyebabkan infertilitas, kanker mulut rahim, sampai HIV dan AIDS,” tegasnya.

    Melihat situasi yang kian mengkhawatirkan, dr. Boyke mendorong pemerintah untuk mengambil langkah konkret di tiga sektor utama. Pendidikan seks harus disampaikan sejak dini, termasuk di sekolah-sekolah, dengan materi yang realistis dan berbasis data, bukan hanya normatif.

    NEXT: Gaya hidup bebas para pesohor turut berpengaruh

    Pemerintah harus memastikan layanan pemeriksaan IMS, termasuk untuk kelompok marginal seperti komunitas LGBTQ, mudah diakses tanpa diskriminasi. Ia mengingatkan bahwa publik figur, terutama selebritas, perlu lebih bijak dalam menampilkan kehidupan pribadi mereka yang bisa memberi contoh negatif ke generasi muda.

    “Artis-artis banyak yang liburan berdua sebelum menikah. Itu seakan jadi pembenaran untuk seks pranikah. Padahal risikonya besar sekali. Harus ada kesadaran bahwa mereka ditonton dan ditiru,” ujarnya.

    Dengan meningkatnya kasus IMS dan melemahnya efektivitas obat-obatan, ancaman terhadap kesehatan reproduksi generasi muda semakin nyata. Resistensi antibiotik bukan hanya masalah individu, tetapi krisis kesehatan masyarakat yang harus ditangani bersama, dengan edukasi, regulasi, dan keterlibatan aktif semua pihak.

    “Kalau kita tidak mulai sekarang, nanti kita kehabisan obat. IMS bisa jadi penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi,” tutup dr. Boyke.

  • Jessie J Jalani Operasi Kanker Payudara, Begini Kondisinya Sekarang

    Jessie J Jalani Operasi Kanker Payudara, Begini Kondisinya Sekarang

    Jakarta

    Penyanyi Jessie J mengatakan bahwa dirinya telah menjalani operasi kanker payudara. Saat ini, pemilik lagu ‘Flashlight’ tersebut sedang beristirahat di rumah, sembari menunggu hasil usai operasi.

    Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, perempuan berusia 37 tahun tersebut merasa lega dapat melewati masa-masa yang dianggapnya sebagai titik terendah. Ia juga mengucapkan rasa terima kasih mendalam kepada tenaga medis yang membantu operasinya.

    “Terima kasih kepada dokter/dokter bedah dan semua perawat yang merawat saya dan semua keluarga/sahabat yang datang berkunjung,” tulis Jessie J di akun Instagram-nya, dikutip detikcom, Rabu (25/6/2025).

    Dikutip dari BBC, Jessie J mengungkapkan diagnosis awal kanker payudaranya pada awal Juni dan mendapat dukungan luas dari rekan-rekannya karena berbagi pengalamannya.

    Ia mengatakan saat itu dirinya akan menjalani operasi setelah penampilannya di Capital’s Summertime Ball, sebuah festival mini di Stadion Wembley London yang diadakan pada tanggal 15 Juni.

    Jessie J mengatakan dirinya bersyukur kepada semua orang yang telah membantunya selama proses perawatan dan memberikan semangat kepada orang lain yang kini tengah menghadapi keadaan sulit.

    “Saya masih memeluk semua orang yang sedang mengalami masa sulit saat ini. Kita semua bisa mengatasinya!” tulisnya.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, kanker payudara merupakan kanker yang paling umum menyerang wanita. Kanker ini terjadi ketika sel kanker di payudara berkembang biak dan menjadi tumor . Sekitar 80 persen kasus kanker payudara bersifat invasif, artinya tumor dapat menyebar dari payudara ke area tubuh lainnya.

    Sementara, kanker payudara stadium awal yang diidap Jessie J berarti berarti kanker masih kecil dan hanya terdapat di jaringan payudara atau mungkin ditemukan di kelenjar getah bening yang dekat dengan payudara.

    Stadium 1 kanker payudara dibagi menjadi 1A dan 1B. Stadium 1A berarti kanker berukuran 2 sentimeter atau lebih kecil dan belum menyebar ke luar payudara.

    (dpy/kna)

  • 5 Kondisi Kritis Saat Melahirkan yang Lebih Berisiko dari Pendarahan

    5 Kondisi Kritis Saat Melahirkan yang Lebih Berisiko dari Pendarahan

    Jakarta

    Melahirkan adalah sebuah proses medis yang sangat krusial. Ada banyak risiko yang bisa terjadi saat melahirkan, salah satunya perdarahan.

    Perdarahan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya rahim tidak berkontraksi dengan baik, robekan jalan lahir, dan gangguan pembekuan darah. Jika tidak segera ditangani, perdarahan dapat memicu kegagalan organ hingga kematian.

    Kondisi Kritis saat Melahirkan

    Selain perdarahan, masih ada banyak faktor yang berisiko mengancam keselamatan ibu selama melahirkan. Berikut beberapa di antaranya:

    1. Eklampsia dan Preeklampsia

    Eklampsia merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat preeklampsia, gangguan kehamilan yang membuat ibu mengalami tekanan darah tinggi. Eklampsia terjadi ketika wanita dengan preeklampsia mengalami kejang selama kehamilan.

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menuturkan preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu melahirkan terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), jumlah kematian ibu tahun 2022 mencapai 4.005. Jumlahnya meningkat menjadi 4.129 pada tahun 2023.

    “Penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan, biasa kami sebut dengan preeklamsia dan perdarahan yang sebenarnya ini bisa dicegah,” kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dr Lovely Daisy, MKM, dikutip dari laman resmi Kemenkes.

    2. Sepsis

    Sepsis adalah reaksi tubuh yang ekstrem terhadap infeksi, sehingga ia menyerang organ dan jaringannya sendiri. Ini dapat memicu kerusakan jaringan, kegagalan organ, hingga kematian.

    Sepsis ketika melahirkan biasanya terjadi karena infeksi bakteri parah pada rahim selama kehamilan atau beberapa saat sebelum melahirkan. Ini merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu.

    Sepsis maternal umumnya terjadi ketika sayatan operasi caesar, robekan, atau luka lain dari proses persalinan terinfeksi dalam beberapa hari atau pekan setelah melahirkan. Segala bentuk infeksi selama kehamilan atau melahirkan, seperti pneumonia, radang tenggorokan, dan saluran infeksi kemih, bisa memicu sepsis.

    3. Amniotic Fluid Embolism

    Amniotic fluid embolism (AFE) merupakan komplikasi langka mengancam jiwa yang terjadi ketika cairan ketuban masuk ke dalam aliran darah selama periode melahirkan. Beberapa orang mengalami respons alergi parah ketika cairan ketuban bercampur dengan darah mereka.

    AFE dapat menyebabkan gagal jantung, paru-paru, hingga memicu komplikasi berkurangnya darah mengandung oksigen dalam tubuh, dan serangan jantung. Orang dengan AFE juga dapat mengalami perdarahan yang tidak terkendali dari rahim.

    Kondisi AFE biasanya muncul secara tiba-tiba dan sulit diprediksi. Sangat sulit untuk mengobatinya dan memerlukan perawatan medis darurat.

    4. Uterine Inversion (Rahim Terbalik)

    Uterine inversion merupakan komplikasi darurat yang terjadi ketika rahim terbalik sebagian atau seluruhnya. Pada persalinan normal, bayi akan keluar dari rahim melalui vagina. Setelah itu, plasenta juga akan keluar dan rahim tetap dalam bentuk aslinya.

    Pada kasus uterine inversion, bagian atas rahim kolaps ke dalam rongga rahim. Rahim bahkan bisa berbalik sepenuhnya dan keluar dari vagina. Ketika ini terjadi, ibu bisa mengalami perdarahan, syok, dan kematian.

    Salah satu studi kasus di jurnal Clinical Journal of Obstetrics and Gynecology pada tahun 2021 mengungkapkan seorang wanita hamil berusia 21 tahun di Brasil ditemukan tergeletak di kamar mandi mengalami perdarahan dengan bayi prematurnya sudah keluar.

    Setelah dilarikan ke rumah sakit, wanita itu didiagnosis uterine inversion total. Dokter terpaksa harus melakukan operasi setelah rahim gagal dikembalikan ke posisi semula dengan manuver Johnson.

    Untungnya, setelah operasi histerektomi, sang ibu bisa diselamatkan. Wanita itu akhirnya pulang dari rumah sakit, enam hari setelah perawatan intensif.

    5. Uterine Rupture

    Dikutip dari Cleveland Clinic, uterine rupture merupakan komplikasi serius yang terjadi ketika rahim robek atau pecah. Kondisi ini terkadang terjadi pada ibu yang pernah menjalani operasi caesar, lalu mencoba melahirkan normal.

    Uterine rupture paling umum terjadi di sepanjang garis bekas luka dari sayatan operasi caesar sebelumnya. Pada persalinan caesar, dokter akan memotong rahim untuk mengeluarkan bayi.

    Kondisi ini sangat berbahaya dan dapat memicu perdarahan. Ketika rahim robek, janin tidak lagi terlindungi. Ini membuat detak janin melambat dan tidak mendapatkan oksigen. Tanpa oksigen, bayi berisiko mengalami kerusakan otak dan mati lemas.

    (avk/tgm)

  • dr Boyke Soroti Tren Infeksi Menular Seks Naik di Kalangan Gen Z, Wanti-wanti Ini

    dr Boyke Soroti Tren Infeksi Menular Seks Naik di Kalangan Gen Z, Wanti-wanti Ini

    Jakarta

    Kasus infeksi menular seksual (IMS) dalam tiga tahun terakhir meningkat signifikan di kelompok gen Z. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan dari sekitar 2 ribu kasus pada 2022, menjadi 4 ribuan kasus periode 2024.

    Pakar seks dr Boyke Dian Nugraha mengaku tidak heran dengan laporan tersebut. Bahkan, menurutnya angka yang terjadi di lapangan bisa lebih besar ketimbang data resmi.

    dr Boyke menyinggung peran kemajuan teknologi, utamanya saat anak mengakses banyak informasi melalui handphone. Kata dia, semakin banyak anak muda yang mengalami pubertas lebih awal.

    “Sekarang banyak yang pubertasnya sangat maju. Dari yang tadinya kayak jaman saya itu baru 14 tahun, sekarang tuh 9-10 tahun sudah pada puber,” katanya saat dihubungi detikcom Selasa (24/6/2025).

    “Dan karena mereka pertama makin awal pubertasnya. Itu kan gairah seksnya juga meningkat. Dalam kondisi itu, dia juga tidak diberikan pendidikan seks oleh orang tuanya, belum lagi pendidikan agama yang sekarang juga semakin jarang pendekatan ke anak-anak,” sambung dia.

    Minimnya pendekatan moral menurutnya menjadi pemicu kelompok usia muda berujung pada seks bebas. Adaptasi budaya barat juga semakin populer. Salah satunya, istilah-istilah yang menormalisasi seks bebas seperti one night stand, friends with benefits.

    Tidak sedikit anak yang kemudian memiliki pola pikir seks sebelum menikah adalah hal yang wajar dan semakin lumrah terjadi, sehingga mengesampingkan risiko IMS yang rentan muncul.

    “Karena itu sebetulnya kita harus intens lho kasih tau mereka dari kesehatan reproduksi, bagaimana gonore itu berbahaya, klamidia, herpes.”

    “Itu karena ada hubungan seks dengan orang-orang yang tertular. Semakin sering bergonta-ganti, semakin besar risikonya, dan perlu diingat obat-obatan yang diberikan kepada pasien IMS ini sudah semakin tidak efektif,” wanti-wantinya.

    (naf/kna)

  • Infeksi HPV Bisa Picu Kutil Kelamin, Ini Bedanya dengan Benjolan Wasir Menurut Obgyn

    Infeksi HPV Bisa Picu Kutil Kelamin, Ini Bedanya dengan Benjolan Wasir Menurut Obgyn

    Jakarta

    Kutil kelamin merupakan salah satu bentuk infeksi menular seksual (IMS) yang umum terjadi, dan disebabkan oleh virus human papillomavirus (HPV).

    Karena sama-sama berupa benjolan, kutil kelamin yang muncul di area genital maupun anus kerap disalahartikan sebagai wasir.

    Terkait hal tersebut, Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG, Subsp Onk, menjelaskan kutil kelamin sangat berbeda dari wasir, baik dari penyebab maupun karakteristik fisiknya.

    Menurutnya, kutil kelamin adalah pertumbuhan kulit berlebih akibat infeksi HPV. Kutil ini bisa terlihat seperti jengger ayam, tumbuh menonjol dan tidak rata di permukaan kulit area kelamin atau anus.

    “Kalau kutil itu kan akibat pertumbuhan dari kulit yang berlebihan, kita tahu kutil yang ayam yang jengger ayam,” ucap Prof Yudi saat ditemui di acara konferensi pers terkait Rekeomendasi POGI untuk Vaksin HPV Bagi Perempuan Pranikah dan Pasca Melahirkan, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2026).

    Sementara itu, wasir atau hemoroid merupakan pelebaran pembuluh darah di anus, dan bukan disebabkan oleh infeksi virus. Secara fisik, wasir cenderung terasa lunak saat disentuh dan bisa berdarah, terutama saat iritasi atau mengejan terlalu kuat saat buang air besar.

    “Kalau wasir itu pelebaran pembuluh darah. Jadi kalau kita otak-atik wasir, itu empuk dan kadang-kadang bisa berdarah. Agak beda [dengan kutil],” kata Prof. Yudi.

    (suc/suc)